BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan aktivitas yang khas bagi manusia dalam suatu komunitas masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia, dan
merupakan instrumen yang penting bagi pemberdayaan masyarakat, terutama bagi masyarakat yang termarjinalkan.
Pendidikan juga merupakan kunci terwujudnya keadilan gender dalam masyarakat, karena di samping merupakan alat untuk mentransfer
norma-norma masyarakat, pengetahuan dan kemampuan manusia, juga sebagai alat untuk mengkaji dan menyampaikan ide-ide dan nilai baru.
Dengan demikian, lembaga pendidikan merupakan sarana formal untuk sosialisasi sekaligus transfer nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma gender.
2.2 Konsep Gender dan Kodrat Perempuan dan Laki-laki
Konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah membedakan konsep seks jenis kelamin
dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap kedua konsep tersebut sangat diperlukan karena alasan sebagai berikut, pemahaman dan
pembedaan antara konsep seks dan gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan
sosial yang menimpa kaum perempuan Fakih, 2008:3.
18
Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan seks jenis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan
atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis
laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran
untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui.
Gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab laki-laki dan dan
perempuan dalm kehidupan keluarga dan masyarakat. Gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan
berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial, dan budaya tempat mereka berada.
Gender oleh H.T Wilson dalam Umar 1993:34, diartikan sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan
perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan. Sedangkan menurut Peter R. Beckman
dan Francine D
pantas. Akibatnya timbul asosiasi dunia publik bersifat maskulin pantas untuk kaum laki-laki dan dunia privat, domestik dan rumah tangga bersifat
feminim adalah milik perempuan. Konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki
maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional,
atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat-
sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih
kuat dari laki-laki, tetapi pada zaman lain dan di tempat yang berbeda laki- laki yang lebih kuat. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat
perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke
kelas lain, itulah yang dinamakan dengan konsep gender Fakih, 2008:8. Menurut Umar Nasrudin 1996, kodrat berasal dari bahasa Arab
qadaraqadira-yaqduruyaqdiru-qudratan yang
berarti kuasa
untuk mengerjakan sesuatu. Kata kodrat dalam arti kemampuan, kekuasaan, atau
sifat bawaan menunjukkan adanya keterlibatan secara aktif dari si pelaku terhadap apa yang bisa dan dapat dilakukannya sendiri, tanpa bergantung
atau terkait dengan selain dirinya. Sementara, kata takdir dalam arti
kekuasaan atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar yang dewasa ini sering dianggap atau dinamakan sebagai
Konsep kesetaraan gender adalah kondisi dimana laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam
kesempatan, kedudukan, peranan yang dilandasi sikap dan perilaku saling bantu membantu dan saling mengisi di semua aspek kehidupan.
Pemberdayaan terwujud sebagai redistribusi kekuasaan. Tujuan pemberdayaan perempuan adalah untuk menentang ideologi patriarkhi,
yaitu dominasi laki-laki dan perempuan merubah struktur dan pranata yang memperkuat dan melestarikan diskriminasi gender dan ketidakadilan sosial.
Jika perempuan menjadi mitra sejajar, maka kaum laki-laki dibebaskan dari peran penindas dan pengeksploitasi stereotipe gender yang pada dasarnya
membatasi potensi perempuan. Aspek yang ditekankan adalah keinginan bahkan tuntutan pembagian kekuasaan dalam posisi setara, representasi
serta partisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian
mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari
pembangunan.
2.4 Permasalahan Ketidakadilan Gender