2 Konveksi Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Panas merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara.
3 Radiasi Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas
merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara atau
angin kearah bangunan lainnya.
2.9 Kerangka Berpikir
Hyogo Framework for Action HFA tahun 2005-2015 menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas
aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua
tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan
dalam program pendidikan. HFA merekomendasikan bahwa Pengurangan Risiko Bencana PRB dimasukkan dalam kurikulum
sekolah, pendidikan formal dan informal. Dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana bahwa pengurangan risiko bencana harus diintegrasikan kedalam proses pembangunan, yang salah satunya
adalah sektor pendidikan. Menyelanggarakan pendidikan pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui pembelajaran di sekolah dengan
mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran IPA di SMPMTs.
Undang–Undang No 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam dan teknologi termasuk di dalamnya mata pelajaran IPA di SMPMTs dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar
ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta membudidayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dilatihkan kepada siswa pada pembelajaran IPA. Berpikir kritis
dianggap penting dalam bidang akademik karena memungkinkan seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan dan
merestrukturisasi pemikiran mereka, sehingga mengurangi resiko mengadopsi, bertindak, atau berpikir dengan keyakinan yang tidak benar.
Salah satu model yang dapat diterpakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model contextual teaching and
learning CTL yang berpendekatanbervisi SETS. Melalui model CTL bervisi SETS, siswa dilibatkan secara
langsung untuk mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan sains ke dalam bentuk teknologi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan
kebutuhan masyarakat dan memperhatikan lingkungan, sehingga risiko terjadinya bencana dapat dikurangi. Kerangka berpikir pada penelitian
ini dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Hyogo Framework for
Action HFA Undang-Undang No 24
Tahun 2007
Pengurangan Risiko Bencana
Pendidikan IPA
Standar Pendidikan Nasional
Kemampuan Berpikir
Model CTL bervisi SETS
Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko
bencana
2.10 Hipotesis