Analisis Biaya Pendidikan ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA SATUAN (UNITCOST) DENGAN MODEL ACTIVITY BASED COSTING(ABC) UNTUK MENENTUKAN STANDAR BIAYA DI SMK NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN

2. Peningkatan biaya produksi overhead menyebabkan tidak berhubungan lagi dengan jam mesin produktif. 3. Keragaman produk dan keragaman kebutuhan pelanggan telah tumbuh; 4. Beberapa produk perusahaan diproduksi dalam batch yang besar; 5. Persaingan global global competition. 48 Indra Bastian berpendapat bahwa proses dan sistematika pemecehan masalah perhitungan biaya adalah melalui rincian tahapan sebagai berikut: a. Pemahaman mengenai pengertian biaya; b. Klasifikasi dan identifikasi biaya-biaya yang terjadi di sekolah ke dalam kategori tertentu dengan pendekatan ACS; c. Pembuatan konsep perhitungan biaya baru yang akurat dan informatif; d. Simulasi aplikasi model perhitungan biaya; Setelah diketahui konsep biaya dan klasifikasi biaya, identifikasi biaya yang terjadi di sekolah disesuaikan dengan APBS. Logika hubungan antara biaya dan anggaran dapat digambarkan sebagai berikut : e. Gambar 2.2 Diagram Penyusunan Anggaran Pendidikan Sekolah Menengah 48 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, Jakarta: PT.Indeks,2013, Cet.1, h.159 Activity Costing System Anggaran Aktivitas Biaya Tidak Langsung Biaya Langsung Biaya Anggaran yang terjadi di sekolah terdiri dari beberapa aktivitas yang terjadi dalam proses Kegitan Belajar Mengajar KBM. Dari beberapa aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya terbagi menjadi 2 dua komponen yakni biaya langsung dan biaya tidak langsung. Selanjutnya, digunakanlah alat bantu dalam penyusunan laporan biaya aktivitas yakni menggunakan Activity Costing System ACS, yang merupakan salah satu alat perhitungan biaya dalam pendekatan ekonomi. Menurut pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan aktivitas yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian aktivitas yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan. Dengan penjabaran jenis biaya dan aktivitas secara bersamaan, anggaran tahunan dapat dirinci secara lebih akurat. 49 Dalam sistem ABC dikenal prosedur alokasi dua tahap, yaitu: 1. Alokasi Tahap Pertama Proses pembebanan biaya sumber daya, yaitu overhead dibebankan ke cost pool aktivitas atau kelompok aktivitas yang disebut pusat aktivitas activity centre dengan menggunakan driver sumber daya resources driver yang tepat. 2. Alokasi Tahap Kedua Proses pembebanan biaya, dimana biaya aktivitas dibebankan ke objek biaya dengan menggunakan driver aktivitas activity driver yang tepat. Driver aktivitas mengukur berapa banyak aktivitas yang digunakan oleh objek biaya. 50 Edward J. Blocher dkk mengemukakan pendapatnya yaitu terdapat tiga tahap utama dalam merancang sistem ABC adalah: 1 mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas, 2 membebankan biaya sumber daya ke aktivitas, dan 3 membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Akan dijelaskan masing-masing tahap: 1. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan berbagai aktivitas. Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan aktivitas dalam organisasi. 49 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan,Jakarta : Erlangga,2007, h. 138 50 Edward, op.cit., h.122 2. Membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Driver sumber daya resources driver digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Driver sumber daya meliputi 1 jumlah siswa, 2 jumlah guru, 3 jumlah Tata Usaha, 4 jumlah mata pelajaran. Driver aktivitas activity driver meliputi 1 frekuensi kegiatan, 2 frekuensi perbaikan, 3 frekuensi pemeliharaan. 3. Membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Jika biaya aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit. Dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh aktivitas tersebut. Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. 51 Menurut Meidi Wibowo, terdapat 3 tiga bagian dalam menjalankan sistem ABC, yaitu: 1. Bagian pertama: Membangun ulang data keuangan dan operasional. Menjelaskan bagaimana data yang ada, baik keuangan maupun operasional harus mengalami treatment yang berbeda. 2. Bagian kedua: Menentukan objek biaya. menjelaskan bagaimana cara menentukan sasaran yang akan dihitung. 3. Bagian ketiga: Menentukan drivers. Menjelaskan bagaimana cara menentukan sebuah driver, yaitu sebuah hubungan relevansi tertentu antara sumberdaya dan aktifitas sumberdaya driver, maupun antara aktifitas dan objek biaya aktifitas driver. 52 Selama membicarakan sistem ABC, selalu ingat tiga pedoman berikut untuk memperbaiki sistem perhitungan biaya, sebagai berikut: 1. Penelusuran biaya langsung. Salah satu ciri sistem ABC terletak pada tujuannya untuk mengidentifikasi beberapa biaya atau kelompok biaya yang bisa diklasifikasikan sebagai biaya langsung, bukan biaya tidak langsung. 2. Kelompok biaya tidak langsung. Sistem ABC membentuk banyak kelompok biaya yang lebih terkait dengan aktivitas yang berbeda. 3. Dasar alokasi biaya. Untuk setiap kelompok biaya aktivitas, ukuran aktivitas yang dikerjakan menjadi dasar alokasi biaya. 53 Langkah-langkah penerapan model ABC menurut Charles T. Horngren, dkk adalah sebagai berikut: 51 Edward, op. cit., h. 123-126 52 Meidi Wibowo, Integrasi Proses Bisnis: Metode Peningkatan Efisisensi Perusahaan, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006, h.46 53 Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, dan George Foster, Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial, Jakarta: PT. Indeks,2008, h. 171 1. Identifikasi produk yang menjadi objek biaya. 2. Hitung biaya langsung dari produk. 3. Pilih dasar pengalokasian biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke produk. 4. Identifikasi biaya tidak langsung yang berkaitan dengan setiap dasar alokasi biaya. 5. Hitung tarif per unit dasar alokasi biaya guna mengalokasikan biaya tak langsung ke produk. 6. Hitung biaya tak langsung yang dialokasikan ke produk. 7. Hitung total biaya produk dengan menjumlahkan semua biaya langsung dan tidak langsung. 54 Proses pembebanan biaya pada sistem ABC menurut Roztocki terdapat 2 dua tahap, yaitu: 1. Prosedur tahap pertama Dalam rangka melaksanakan ABC, proses bisnis harus dibagi ke dalam serangkaian kegiatan. Dalam membangun kegiatan yang diperlukan ABC, proses yang homogen harus dikelompokan bersama. Pada prosedur tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi aktivitas, kemudian biaya yang ada dihubungkan dengan masing-masing aktivitas, biaya dan aktivitas dikelompokan kedalam kelompok-kelompok yang homogen. Setiap perusahaan memiliki banyak aktivitas yang berbeda-beda oleh karena itu aktivitas harus dikelompokan. Untuk menentukan biaya pada tiap-tiap aktivitas, perusahaan harus menetukan activity driver. Langkah selanjutnya yaitu menjumlahkan biaya pada tiap-tiap kelompok biaya atau cost pool dan menghitung tarif kelompok biaya. 2. Prosedur tahap kedua Tahap kedua ini, biaya setiap kelompok ditelusuri ke produk. Dalam penelurusan biaya kelompok ke produk menggunakan tarif 54 Ibid., h. 174-179 kelompok yang sudah dihitung pada tahap pertama dan mengukur jumlah sumber daya yang digunakan oleh produk. 55 Prosedur yang diusulkan untuk melacak biaya overhead ke objek biaya, yakni: 1. Langkah 1 : Identifikasi expense category kategori biaya. 2. Langkah 2 : Mengidentifikasi kegiatan utama. 3. Langkah 3 : Kaitkan biaya untuk aktivitas dengan membentuk Expense-Activity-Dependence EAD matrix. 4. Langkah 4 : Ganti tanda check list dengan proporsi di EAD matrix. 5. Langkah 5 : Menghitung biaya pada setiap kegiatan. 6. Langkah 6 : Kaitkan kegiatan ke produk dengan membentuk Activity- Product-Dependence APD matrix. 7. Langkah 7 : Ganti tanda check list dengan proporsi APD matrix. 8. Langkah 8 : Memperoleh biaya pada setiap produk. 56 ABC membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya tradisional. ABC juga memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana komposisi perbedaan produk, jasa, dan aktivitas perusahaan yang memberi kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka panjang. Manfaat utama ABC adalah: 1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan stratejik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal. 2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan ‘product value’ dan ‘process value’ dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan proyek-proyek peningkatan ‘value’. 55 Narcyz Roztocki, Joerge F. Valenzuela, Jose D. Porte, Robin M. Monk Kim LaScola Needy, A Procedure for Smooth Implementation of Activity Based Costing in Small Companies, Proceedings of the 1999 American Society of Engineering Management ASEM National Conference, 1999, pp. 279-288. 56 Ibid. 3. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pengambilan keputusan bisnis. 57 Meskipun ABC memberikan alternatif penelusuran biaya ke produk individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya. keterbatasan ABC adalah:

1. Alokasi. Bahkan jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin

membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut.

2. Mengabaikan biaya. beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk

tertentu diabaikan dari analisis. Aktivitas yang biasanya sering diabaikan adalah pemasaran.

3. Pengeluaran dan waktu dikonsumsi. Sistem ABC sangat mahal

untuk dikembangkan dan diimplementasikan dan membutuhkan waktu yang banyak. 58

B. Sekolah Menengah Kejuruan SMK

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan. Tempat dimana proses pembelajaran terjadi, interaksi antara guru dan siswa berlangsung, dan tempat pengembangan potensi siswa. Di Indonesia banyak sekali jenis sekolah, diantaranya sekolah yang berstatus negeri dan swasta. Sekolah umum dan kejuruan. Sekolah umum dan madrasah. Dalam penelitian ini, fokusnya adalah pada Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Undang - Undang UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pada jenjang pendidikan formal, satuan pendidikan dikelompokkan menjadi tiga yaitu satuan pendidikan dasar, satuan pendidikan menengah, dan satuan pendidikan tinggi. Satuan Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah 57 Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin, Manajemen Biaya, Jakarta: Salemba Empat,2000, h. 127 58 Ibid., h. 127-128 Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK. Peraturan Pemerintah PP Nomor 29 tahun 1990 menerangkan tentang Pendidikan Menengah, “Pendidikan Menegah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. ” 59 Tujuan Pendidikan Kejuruan yang dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah PP No. 29 tahun 1990, kemudian dijabarkan lagi dalam keputusan Mendikbud No. 0490U1990 sebagai berikut: a Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan atau meluaskan pendidikan dasar; b Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan sekitar; c Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi, dan keterampilan, serta, d Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional. 60 Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pembangunan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu sehingga siap memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan hanya diselenggarakan di tingkat lanjutan atas, yaitu Sekolah Menegah Ekonomi Atas SMEA, Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga SMKK, dan Sekolah Teknik Menengah STM. Sekarang, seluruh pendidikan kejuruan lanjutan atas ini disebut dengan nama sekolah Sekolah Menengah Kejuruan SMK. 61 Pada jenjang pendidikan SMK terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan biaya yang ada di SMA, yang menjadi pembeda antara biaya di SMA dengan biaya di SMK diantaranya : Biaya Uji Kompetensi, Observasi Praktek Lapangan dan Prakerin Praktek Industri. 59 Dadang Suhardan, dkk, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2012, h. 163-164 60 Ibid., h. 164 61 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, Jakarta: Erlangga,2007, h. 26

C. Hasil Kajian yang Relevan

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No Nama dan Jenis Penelitian Tahun Hasil Penelitian 1 Khairil PajriJurnal 2013 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan biaya yang dikeluarkan masing-masing siswa pada mata pelajaran praktek kerja bengkel Bidang Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta, hasil dari penelitian ini adalah kelas X sebesar Rp. 1.124.000, kelas XI sebesar Rp. 1.013.000 dan kelas XII sebesar Rp. 987.000. 2 Eka Purwanti dan SumarjoJurnal 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar unit cost bahan praktik kerja bengkel Jurusan Bangunan di SMK Negeri 2 Yogyakarta, hasil penelitian diperoleh unit cost berdasarkan perhitungan riil per tahun yaitu sebesar Rp. 47.735.920. Besar unit cost per tahun per siswa adalah Rp.561.599. Terjadi sisa anggaran dari kebutuhan riil yaitu sebesar Rp. 14.773.880. 3 NgadirinJurnal 2011 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah dalam bidang pembiayaan pendidikan