Uji Autokorelasi Uji Asumsi Klasik

51 Pada grafik scatterplot di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model transformasi regresi yang digunakan.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson Uji DW. Dasar pengambilan keputusan tentang ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan Durbin- Watson adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson DW Jika Hasil d dl Terdapat gejala autokorelasi positif d 4 – dl Terdapat gejala autokorelasi negative du d 4 – du Tidak terdapat gejala autokorelasi dl d du Pengujian tidak meyakinkan No decision Universitas Sumatera Utara 52 Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .175 a .031 .007 .101595989 2.041 a. Predictors: Constant, D.KOM, CG b. Dependent Variable: M.LABA Dari hasil uji autokorelasi Durbin –Watson dengan menggunakan spss 17 maka diperoleh nilai DW sebesar 2.041. Nilai ini yang diuji berdasarkan ketentuan ada tidaknya gejala autokorelasi, yakni jika nilai Durbin-Watson DW ada pada batas du atas dan 4-du du DW 4-du, model regresi tidak mengalami gejala autokorelasi. Nilai signifikansi yang digunakan adalah 5 dengan jumlah sampel 85 n=85 dan jumlah variable dependen dan independen sebanyak 3, maka dari tabel data statistik Durbin-Watson diperoleh nilai batas bawah dl sebesar 1.59952 dan nilai batas atas du sebesar 1.69568. Nilai D-W 2.041 berada di antara du 1.69568 dan 4-du 2.30432 atau 1.69568 2.041 2.30432. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami gejala autokorelasi, sehingga pengujian dapat dilanjutkan.

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 29 101

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 15

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 3 8

Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 11

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12