Mekanisme Sekresi Saliva Pengaturan Sekresi Saliva dan Faktor yang Mempengaruhi

6 mukosa. Sel ini banyak terdapat pada kelenjar sublingual dan sedikit pada kelenjar submandibula. Hanya saja, pada kedua kelenjar tersebut sel tubulus mukosa mempunyai tudung sel serosa yang disebut sel demilun serosa yang sifatnya sama dengan sel serosa. Sel demilun ini menghasilkan amilase dan lisozim. 12 Komposisi saliva menggambarkan fungsi dari saliva itu sendiri. Banyaknya kandungan air berfungsi untuk memudahkan proses mengunyah dan melarutkan makanan. Klorida mengaktivasi enzim amilase yang jelas berfungsi dalam proses pencernaan yaitu mendegradasi karbohidrat. Bikarbonat dan fosfat sebagai pengatur tingkat keasaman saliva, sedangkan lisozim sebagai fungsi proteksi menghancurkan dinding bakteri. 6,11,14

2.1.1.3 Mekanisme Sekresi Saliva

Kelenjar saliva manusia mensekresi 1-1,5 liter saliva setiap harinya. Mekanisme sekresi cairan saliva melibatkan dua fase, yaitu sekresi cairan saliva primer dan reabsorbsi NaCl diikuti sekresi kalium. Sekresi air oleh sel asinar tersebut membutuhkan ion klorida. Transpor ion klorida melibatkan Na + K + ATPase untuk menghasilkan energi sehingga terjadi influks Cl melalui kanalnya pada membran basolateral. Konsentrasi kalsium intraselular yang meningkat akan membuka kanal klorida pada membran luminal dan kanal kalium pada membran basolateral. Pembukaan kanal ini menyebabkan klorida berpindah dari dalam sel ke lumen dan kalium dari dalam sel ke ruang interstisial. Banyaknya klorida dalam lumen akan menarik natrium melalui transpor paraseluler dan terbentuklah NaCl. Karena perbedaan gradien osmotik yang dihasilkan oleh peningkatan NaCl menyebabkan penarikan air ke lumen. 14,15 Saliva primer yang bersifat isotonik akan mengalami modifikasi saat melintasi duktus striata kelenjar saliva. Terjadi sekresi kalium dan bikarnonat serta reabsorbsi NaCl tanpa diikuti reabsorbsi air. Hal ini dikarenakan duktus kelenjar saliva yang bersifat tidak permeabel terhadap 7 air. Reabsorbsi NaCl yang melebihi sekresi kalium dan bikarbonat menyebabkan hasil akhir Saliva yang bersifat hipotonik. 14,15 Gambar 2.2 Mekanisme Sekresi Saliva 16 Sumber: Smith PM, 2004 Protein yang terkandung dalam saliva disekresikan oleh kelenjar saliva dengan dua cara yaitu, sekresi vesikular dan sekresi granular. Sekresi vesikular bersifat kontinu tanpa dipengaruhi stimulus eksternal sedangkan sekresi granular sangat terikat stimulus eksternal. Sekresi granular ini terjadi dalam proses pembentukan protein enzim pencernaan di kelenjar parotid. 12,14

2.1.1.4 Pengaturan Sekresi Saliva dan Faktor yang Mempengaruhi

Variasi jumlah saliva yang disekresi setiap harinya dipengaruhi oleh banyak hal. Perbedaan kelenjar yang memproduksi saliva, tipe sel, neurotransmiter dan reseptor pada setiap kelenjar, stimulus dari luar serta keterlibatan persarafan autonom adalah beberapa faktor yang memperngaruhi hasil produksi saliva. Semua faktor tersebut tidak hanya mempengaruhi jumlah saliva, melainkan juga komposisi yang terkandung di dalamnya seperti protein dan elektrolit. 14 8 Rangsangan dari luar mempengaruhi produksi saliva melalui jalur aferen dengan cara menerima rangsangan pada reseptor sensori. Aroma yang terhirup melintasi lamina kribosa kemudian mencapai reseptor olfaktorius dan menimbulkan efek sekresi saliva oleh kelenjar submandibular. Namun, aroma yang bersifat mengiritasi seperti aroma pedas dapat menimbulkan efek sekresi saliva oleh kelenjar parotid. Rasa asam, manis, asin dan pahit juga merangsang sekresi saliva berdasarkan lokasi rangsangan yang diterima oleh lidah. Pada bagian anterior lidah, rangsangan akan menyebabkan sekresi saliva oleh kelenjar submandibular. Sedangkan rangsangan yang diterima pada bagian posterior dan lateral akan menyebabkan sekresi saliva oleh kelenjar parotid. Hal ini berkaitan dengan inervasi pada kelenjar saliva, dimana nervus fasialis menginervasi kelenjar submandibular dan sublingual sedangkan nervus glossofaringeal menginervasi kelenjar parotid. Selain itu, selama mengunyah makanan, mekanoreseptor pada ginggiva akan teraktivasi dan merangsang kerja saraf parasimpatis dan menyebabkan hasil akhir sekresi saliva. 14,16 Gambar 2.3 Jalur Persarafan Sekresi Saliva 16 Sumber: Smith PM, 2004 Impuls rangsangan akan diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi untuk akhirnya menghasilkan saliva. Nervus fasialis dan nervus glossofaringeal berakhir di nukleus solitarius di medulla oblongata. 9 Selanjutnya jalur eferen nervus fasialis melalui ganglion submandibular untuk mencapai kelenjar submandibula dan sublingual. Sedangkan jalur eferen nervus glossofaringeal melalui ganglion otic untuk mencapai kelenjar parotid. Selain melalui persarafan parasimpatis, saraf simpatis pada segmen torakal medulla spinalis juga berperan dalam jalur eferen sekresi saliva. Jalur post ganglion simpatis dari ganglion servical berjalan menginervasi ketiga kelenjar saliva dan mempengaruhi sekresi saliva. 14,16 Tidak hanya stimulus dari luar saja yang dapat mempengaruhi sekresi saliva. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi saliva terutama laju aliran saliva adalah sebagai berikut. 6 1. Hidrasi. Keadaan hiperhidrasi dapat meningkatkan laju aliran saliva dan sebaliknya. 2. Irama sirkardian. Laju aliran saliva meningkat pada akhir siang dan menurun mendekati nol selama tidur. 3. Konsumsi obat. Obat yang bersifat anti kolinergik seperti antidepresan, antipsikotik, antihistamin dan antihipertensi dapat menurunkan laju aliran saliva. 4. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menurunkan laju aliran saliva. 5. Penyakit sistemik. Dapat mempengaruhi psikoemosional dan merubah komposisi biokimia saliva. 6. Jenis kelamin. Perempuan cenderung memiliki kelenjar saliva yang lebih kecil dibanding laki-laki. Hal ini menyebabkan laju aliran saliva pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki- laki.

2.1.1.5 Metode Pengambilan Saliva