1. Kesetiaan
2. Kesopanan
3. Kesabaran
4.
Semangat
5. Optimis
6. Komunikasi
7. Kemampuan untuk menyetujui
8. Dapat diandalkan
9. Ketepatan waktu
10. Kehati – hatian
11. Humoris
Agar mekanisme kerja kelompok menjadi lancar dan terarah, masing – masing kelompok hendaknya mempunyai pengurus kelompok yang terdiri atas ketua
kelompok, sekretaris kelompok dan jika diperlukan bendahara kelompok. Dalam mengembangkan sikap kerjasama kelompok yang kreatif dan inovatif, seorang
pengusaha perlu mengkaji secara komprehensif tujuan kerjasama kelompok yang dibentuk agar sesuai dengan visi dan misi pengusaha. Dengan demikian,
kelompok harus mempunyai visi untuk memberikan fokus dan pengarahan pada energi kreatif. Contoh, kelompok penelitian evaluation team di tingkat
pengusaha harus memiliki visi yang jelas, dianut bersama, dirundingkan, bisa dicapai dan melibatkan personil yang profesional dalam bidangnya. Kelompok
Universitas Sumatera Utara
tersebut harus dapat memberikan inspirasi bagi anggota kelompok untuk menyumbangkan hasil pemikiran bagi kepentingan pengusaha.
Bekerjasama dalam satu tim memang membutuhkan kekompakan dan kerjasama yang solid. Tapi meski demikian, setiap anggota juga dituntut untuk
mandiri didalam kelompok. Artinya, walau kerja tim, setiap anggota tidak boleh hanya mengandalkan bantuan dan pertolongan rekan satu tim. Setiap anggota
tetap harus memberikan kontribusi pribadi bagi kepentingan kelompok. Menjadi mandiri dalam kelompok kerjasama dapat diupayakan dengan berbagai cara:
1. Inisiatif
Bekerjasama bukan berarti setiap anggota cukup menunggu perintah ketua kelompok. Jika diperlukan, lakukan apa saja yang dapat dilakukan
untuk kelompok tanpa menanti perintah. Tentu saja dengan ketentuan mengetahui batas inisiatif yang jelas. Selain itu, jangan ragu untuk
menawarkan bantuan pada rekan yang membutuhkan bantuan anda. Dan perlu diperhatikan bahwa, inisiatif juga merupakan bagian dari kontribusi
pada kelompok. 2.
Jangan Tergantung
Jangan biasakan sifat ketergantungan di dalam kelompok. Tanamkan bahwa, setiap individu dalam kelompok atau tim harus berbuat sesuatu
untuk kelompok. Tidak perlu cemas dan takut, jika salah satu anggota tim tidak hadir. Bahkan, jika seandainya ketua tim berhalangan, anggota tim
tidak boleh kehilangan semangat untuk bekerjasama.
Universitas Sumatera Utara
3. Kebangkan Diri
Jangan menganggap bahwa, nama salah satu anggota tim akan ikut terangkat meski Ia bermalas – malasan saja dalam kelompok, sementara
yang lain bekerja keras. Meskipun kerja tim, masing – masing anggota kelompok memiliki nilai tersendiri. Oleh kerana itu, tidak dianjurkan
mengandalkan kerja keras rekan lain. Kesadaran akan perlunya mengembangkan diri di dalam kelompok sangatlah diperlukan.
Kemampuan diri untuk merespon positif terhadap segala bentuk informasi yang bersifat membangun.
4. Kesempatan Berharga
Setiap anggota wajib menanamkan di dalam dirinya, bahwa bekerja dalam tim merupakan kesempatan berharga untuk banyak belajar. Pelajari
hal – hal baru di dalam kelompok yang tidak ditemui jika bekerja sendiri. Walaupun masing – masing anggota kelompok merupakan pribadi yang
mandiri dalam kelompok kerjasama, iklim saling menjatuhkan harus dibuang jauh – jauh. Perlunya kesadaran diri bahwa antara anggota adalah mitra
sejajar yang memiliki tanggung jawab bersama di dalam satu tim.
2.6. Penelitian Terdahulu No
Peneliti Judul
Hasil Penelitian
1 Patuan.G.M
2010 Pengaruh produk,
modal, potensi keuntungan dan
merek terhadap keputusan
untuk membeli usaha
Franchise. Menunjukan bahwa
variabel bebas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
variabel keputusan untuk
membeli usaha franchise.
Universitas Sumatera Utara
2 Simarmata
Leonar do
2012 Analisis peranan
franchisor terhadap
suksesnya bisnis franchise
Mc. Donald cabang
RingRoad Medan.
Menunjukan communication yang
dilakukan oleh franchisor
memiliki peranan yang sangat
penting sekali.
3 Sinaga,
Hendra Horas
2010 Pengaruh
menejemen konflik
terhadap kinerja
karyawan pada PT. BPR
MITRA DANA MADANI
TELADAN Menunjukan bahwa
variabel kolaborasi berpengaruh secara
positif dan signifikan, serta yang paling
dominan terhadap kinerja karyawan pada
PT. BPR MITRA DANA MADANI
TELADAN Medan.
2.7. Kerangka Konseptual
Terjadinya suatu konflik yang berpengaruh terhadap hubungan kerjasama pada sistem franchise, tergantung bagaimana me-manage konflik itu sendiri. Oleh karenanya,
seorang owner atau pemilik perusahaan harus mempertimbangkan ketika membuat suatu standart operating prossedure SOP. Begitu juga dengan calon investor atau pembeli
franchise, diharuskan mengetahui secara detail sistem pada perusahaan yang dipilih. Penulis memfokuskan analisis mengenai pengaruh konflik terhadap hubungan
kerjasama pada sistem franchise. Berdasarkan analisis, perusahaan yang menggunakan waralaba sangat diminati baik pemula di bidang usaha maupun bukan. Pemahaman
mengenai untung rugi, kesiapan berwirausaha, pemahaman sistem franchise, komunikasi dan mental dalam menjalankan usaha, khususnya yang menggunakan sistem franchise
yang buruh memicu terjadinya konflik. Sedikit banyaknya konflik yang terjadi, tergantung bagaimana cara memenage-nya.
Universitas Sumatera Utara
Penulis mencoba meniliti pengaruh konflik terhadap hubungan kerjasama pada sistem franchise. Secara sistematis konsep pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai
berikut : gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Sumber : Soekanto 2007
Tumbuh kembangnya perekonomian global mengakibatkan persaingan yang sangat ketat dialami oleh perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa maupun yang lainnya.
Sehingga setiap perusahaan memiliki keharusan menciptakan sebuah inovasi, baik dari segi produk maupun pemasarannya.
Keterangan Komunikasi
Sumberdaya
Relasi
Kepentingan kebutuhan
KONFLIK
Hubungan Kerjasama
usaha franchise
Nilai–Nilai Hidup
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1.
Komunikasi adalah hal yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Terutama ketika dalam suatu organi sasi atau kelompok usaha
atau perusahaan. Ketika dalam suatu organisasi atau kelompok usaha atau perusahaan memiliki komunikasi yang buruk, maka akan menimbulkan konflik
yang serius. 2.
Pentingnya memiliki sumber daya baik itu alam ataupun tenaga ahli dalam menjalankan usaha bisnis terlebih menggunakan sistem franchise. Faktor ini
sangat dibutuhkan untuk menunjang kinerja perusahaan. 3.
Relasi sangatlah penting, selain menjadi media pemasaran dapat dijadikan sebagai pemasukan keuntungan bagi perusahaan. Semakin banyak relasi yang dimiliki
oleh perusahaan maka semakin baik pula pondasi perusahaan untuk tetap berdiri dalam persaingan bisnis.
4. Kepentingan kebutuhan adalah suatu pencapaian baik individu atau kelompok
yang dapat dijadikan sebuah alasan menjalankan sebuah kegiatan usaha atau menghasilkan produk baik jasa maupun barang. Dalam sebuah perusahaan
tentunya pemenuhan kebutuhan konsumen dicapai melalu pelayanan dan produk itu sendiri, dan dalam komunikasi bisnis, keuntungan atau kebutuhan adalah
mengenai pendapatan dan kekuasaan itu sendiri. Selama masih sama – sama memberikan kebutuhan tersebut maka suatu perusahaan dapat terjamin
kekuatanya. 5.
Pada hubungan interaksi baik langsung maupun tidak, tentunya tidak lepas dari nilai – nilai hidup. Jika dalam menjalankan suatu kegiatan usaha selama
Universitas Sumatera Utara
menjunjung tinggi atau menerapkan nilai – nilai kehidupan, suatu perusahaan secara otomatis memiliki karakter tersendiri di mata masyarakat, begitu pula
dengan anggota organisasi ataau perusahaan.
2.8. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : ”Penyebab konflik yang menyangkut
komunikasi, sumber daya, relasi, kepentingan kebutuhan dan nilai – nilai kehidupan dalam hubungan kerjasama usaha
Franchise”.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian digunakan pendekatan deskriptif karena peneliti melakukan pengamatan terhadap obyek secara mendalam dan melibatkan sebagian waktu di
objek penelitian selama 1 bulan, pada bulan Oktober 2014. Dalam cakupan definisi, menurut Bog Dan dan Taylor metodologi penelitian kualitatif didefinisikan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan prilaku yang dapat diamati.
Penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan
“how” atau “why”. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu suatu kelompok suatu organisasi komunitas suatu
program atau sesuatu situasi sosial.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian