Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Life Satisfaction Pada Wanita Bekerja

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA

DENGAN LIFE SATISFACTION

PADA WANITA BEKERJA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

HERNAWATI MEI LESTARI SIHOMBING

061301076

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada Wanita Bekerja

Hernawati Mei Lestari Sihombing dan Arliza Juairiani Lubis

ABSTRAK

Selama dua dasawarsa terakhir telah terjadi peningkatan partisipasi wanita dalam aktivitas diluar rumah. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah wanita yang mempunyai peran ganda. Wanita yang bekerja diluar rumah juga diharapkan mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan domestik. Pekerjaan dan keluarga adalah dua hal penting dalam kehidupan wanita dan sering menimbulkan konflik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konflik peran ganda dengan life

satisfaction pada wanita bekerja. Konflik peran ganda adalah situasi kesulitan dimana tuntutan atau harapan peran di pekerjaan dan dirumah muncul secara bersamaan dan saling bertentangan. Life satisfaction adalah penilaian kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area utama yang mereka anggap penting dalam hidup yaitu kehidupan pekerjaan dan keluaga berdasarkan standar yang dibuat oleh individu itu sendiri. Wanita bekerja adalah wanita yang melakukan aktivitas fisik maupun mental dalam menghasilkan produk/jasa dan bertujuan untuk mempertahankan hidup, mendapatkan kepuasan/kesenangan dan meningkatkan taraf kehidupan.

Penelitian ini dilakukan pada 90 wanita bekerja di kota Medan yang berusia 25 – 40 tahun, sudah menikah dan memiliki anak serta bekerja selama 8 jam/hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik incidental sampling. Alat ukur pada penelitian ini adalah skala konflik peran ganda (α=0,749) dan skala life

satisfaction (α=0,815). Skala konflik peran ganda disusun berdasarkan dimensi konflik peran ganda menurut Greenhaus dan Beutell (1985). Skala life satisfaction dikembangkan berdasarkan aspek yang terkandung dalam satisfaction with life

scale oleh Diener, Emmons, Larsen dan Griffin (1985) dalam dua area yaitu

pekerjaan dan keluarga. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Spearman

rho. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai korelasi antara konflik peran

ganda dengan life satisfaction adalah sebesar rxy = -0.065 dengan nilai p = 0.270 (tidak signifikan), yang artinya tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja. Tidak terbuktinya hipotesa penelitian kemungkinan disebabkan oleh terjadinya type II

error dan social desireability yang tinggi.


(3)

The Relationship between Work Family Conflict and Life Satisfaction in Working Women

Hernawati Mei Lestari Sihombing dan Arliza Juairiani Lubis

ABSTRACT

Over the past two decades there has been a steady increase in women’s participation in the activities outside the home. This has greatly increased the number of multiple role women. The women who have paid employment outside the home live with the continued expectation that they will assume the primary responsibility for domestic work. Work and family are the two most important aspects of women’s lives and they often conflict. This research is a quantitative correlational research that aims to find out whether there is a relationship between work-family conflict and life satisfaction on working women. Work family conflict is a difficult situation or tension which the roles demand or expectation from the work and family domains are comes together and mutually incompatible in some respect. Life satisfaction is people’s cognitive evaluation about how well and satisfied they are doing in life and the domains that are important to them such as work and family life, depends on the standard for satisfaction up to the individual. Working women is employed women who are doing physical and psychological activities to produce goods and service and aims to survive, satisfied and increase living standard.

Subject of the research were 90 working women in Medan, whose age group ranged from 25 to 40 years, married and have children, and worked 8 hours/day. The sampling method using incidental sampling technique. Measuring instruments in this study are work-family conflict scale (α=0,749) and life satisfaction scale (α=0,815). Work-family conflict scale is constructed by the dimension of work-family conflict by Greenhaus and Beutell (1985). Life satisfaction scale is constructed by aspect in satisfaction with life scale by Diener, Emmons, Larsen dan Griffin (1985) in work and family domain. Analysis of data using Spearmen rho correlation. From the calculation results showed that the correlation between workfamily conflict with life satisfaction amounted r = -0.065 with p = 0.270 (not significant), which means that there is no significant negative relationship between work-family conflict and life satisfaction on working women. Research hypothesis is not proven possible due to type II error and high social desireability of scale.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yesus Kristus atas kasihNya yang tidak berkesudahan dan anugerah yang begitu besar bagi penulis sehingga penulis dapat melewati masa panjang penyelesaian skripsi ini. Adapun skripsi yang berjudul: “Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada Wanita Bekerja” ini merupakan persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis tujukan kepada kedua orangtua yang sangat penulis hormati dan sayangi, ayahanda Jalaris Sihombing dan ibunda Dermawan Panjaitan. Terima kasih atas segala doa, didikan, dukungan, kesabaran dan kasih sayang yang dicurahkan dalam merawat dan membesarkan penulis mulai dari kecil hingga sekarang. Semoga Allah Bapa di surga selalu mencurahkan umur yang panjang, kesehatan dan kebahagiaan kepada kedua orangtua penulis.

Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Ibu Arliza Juairiani Lubis, M.Si, psikolog, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas waktu, kesabaran, ilmu, saran dan kritik, pembentukan karakter dan dukungan yang telah Ibu berikan selama pengerjaan penelitian ini. Semoga kebaikan yang telah Ibu lakukan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis juga meminta maaf


(5)

yang sebesar-besarnya bila selama proses penelitian ini penulis pernah membuat hati Ibu kesal.

3. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, psikolog sebagai dosen pembimbing akademik penulis. Terima kasih atas nasehat dan bimbingan yang Ibu berikan selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi USU.

4. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas segala ilmu, pengalaman dan pembentukan karakter yang telah diberikan selama masa perkuliahan. Semoga ilmu dan pengalaman yang diberikan dapat penulis terapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dapat memberikan manfaat praktis bagi masyarakat umum.

5. Teman dan sahabat-sahabat penulis di kampus: Dinar, Siska dan Mona, (terima kasih untuk setiap kebersamaan yang telah kita lewati sejak awal kuliah hingga sekarang dan semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga tua nanti, amin..); teman ‘gila-gilaan’: Muti, Helva, Yenni, Wira, Mitha, Kak Imel (kapan krupuk party lagi woi?); rekan dalam trio L: Ulfa dan Rifka (semoga kesabaran kita berbuah manis ya woi..); teman-teman yang membantu pengambilan data: Yanti, Yani, Kak Nur, Ayu, Mirna, Sasha, Eki, Indah, Dita, Rina; dan teman-teman stambuk 2006 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, masukan dan dukungannya.

6. Saudaraku-saudaraku di Kelompok Kecil ‘Miracle New Born’: Kak Chia, Unie, Ria, Natal, terima kasih atas setiap kebersamaan yang udah kita lewati;


(6)

membuat kita semakin bertumbuh dalam kedewasaan iman dan karakter. Miss

u all, sist..

7. Teman-teman satu kostku tercinta, untuk para seniorita: Tante Elvi, Kak Minar, Kak Astry, Kak Nila, Kak Sastra, Kak Annie; dan juga untuk teman senasib seperjuangan: Mela, Emme dan Ana; serta kepada adik junior: Siska. Terima kasih untuk setiap kebersamaan, rasa persaudaraan, dukungan, sedih dan canda tawa yang telah kita lewati setiap hari, semua itu menjadi kenangan yang indah dan bagiku kalian adalah keluarga kedua. Luv u all..

8. Teman dan sahabat ‘Dubeladu (Oi Buah)’: Mela, Tina (Godok), Ana, Ayu, Nana’, Nelly, Ame, Rina (si timbul tenggelam), Friendship forever! Walaupun kita terpisah jarak tapi tetap dekat dihati dan ‘di sinyal telepon’. 9. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Bapak

Iskandar, Bapak Aswan, Kak Erna, Kak Devi dan Kak Ari yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam hal administrasi.

10.Pada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, terima kasih banyak atas bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, mohon maaf bila ada salah. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... i

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian... 13

E. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Life Satisfaction 1. Definisi Life Satisfaction ... 16

2. Aspek Life Satisfaction ... 19

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi ... 19

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction ... 20

B. Konflik Peran Ganda 1. Definisi Konflik Peran Ganda ... 26


(8)

3. Strategi Mengatasi Konflik ... 29 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda ... 30 C. Wanita Bekerja

1. Definisi Wanita Bekerja ... 31 2. Faktor yang Mendorong Wanita Bekerja ... 32 3. Manfaat Bekerja Bagi Wanita ... 33

D. Peran Ganda Wanita Bekerja

1. Definisi Peran Ganda Wanita Bekerja ... 34 2. Tingkat Konflik Peran Ganda pada Wanita Bekerja... 37 E. Dinamika Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction

pada Wanita Bekerja ... 38 F. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitan ... 42 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Life Satisfaction ... 43 2. Konflik Peran Ganda ... 44

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi ... 45 2. Metode pengambilan sampel ... 46

D. Instrumen atau Alat Ukur Penelitian


(9)

2. Skala Konflik Peran Ganda ... 51

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Validitas ... 52

2. Uji Reliabilitas ... 54

a. Hasil Uji Reliabilitas Skala Life Satisfaction ... 54

b. Hasil Uji Reliabilitas Skala Konflik Peran Ganda ... 55

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan ... 57

2. Tahap Pengumpulan Data ... 60

3. Tahap Analisis Data. ... 60

G. Uji Normalitas dan Uji Linearitas 1. Uji Normalitas ... 61

2. Uji Linearitas ... 62

H. Metode Analisa Data ... 62

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 63

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 64

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 64

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 65


(10)

6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak ... 66 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Tinggal

Bersama Orangtua dan/atau Saudara ... 67 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kepemilikan

Pengasuh Anak ... 67 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kepemilikan

Pembantu Rumah Tangga (PRT) ... 68 B. Hasil Penelitian

1. Uji normalitas dan Uji Linearitas

a). Uji Normalitas ... 68 b). Uji Linieritas ... 70 2. Hasil Utama Penelitian ... 72 3. Hasil Analisa Tambahan

a. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Mean Hipotetik Skor

Konflik Peran Ganda dan Life Satisfaction ... 74 b. Kategorisasi Skor Konflik Peran Ganda dan Skor

Life Satisfaction ... 75

c. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Mean Hipotetik

Skor Dimensi Konflik Peran Ganda dan Domain Satisfaction ... 78 d. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Domain Satisfaction ... 80 e. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Dimensi Konflik

Peran Ganda ... 81 f. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek


(11)

Penelitian Berdasarkan Usia ... 82 g. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir... 83 h. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 84 i. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 85 j. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan ... 86 k. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak ... 87 l. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Status Tinggal Bersama Orangtua

dan/atau Saudara ... 88 m. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Kepemilikan Pengasuh Anak ... 89 n. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Kepemilikan Pembantu Rumah Tangga... 90 C. Pembahasan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99 B. Saran ... 101


(12)

1. Saran Metodologis ... 99 2. Saran Praktis ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Bobot Penilaian Skala Life Satisfaction ... 48

Tabel 2. Bobot Penilaian Skala Konflik Peran Ganda ... 48

Tabel 3. Blue Print Skala Life Satisfaction Sebelum dan Setelah Uji Coba... 51

Tabel 4. Blue print Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba ... 53

Tabel 5. Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Setelah Uji Coba ... 53

Tabel 6. Distribusi Skala Konflik Peran Ganda Untuk Penelitian... 54

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 61

Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 61

Tabel 10. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 62

Tabel 11. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan ... 63

Tabel 12. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak ... 63

Tabel 13. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Tinggal Bersama Orangtua dan/atau Saudara ... 64

Tabel 14. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kepemilikan Pengasuh Anak... 64

Tabel 15. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kepemilikan PRT ... 65

Tabel 16. Normalitas Variabel Konflik Peran Ganda dan Life Satisfaction ... 66

Tabel 17. Linearitas Variabel Konflik Peran Ganda dan Life Satisfaction ... 67


(14)

Tabel 19. Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Variabel Konflik Peran Ganda dan Variabel Life Satisfaction... 71 Tabel 20. Kategorisasi Data Konflik Peran Ganda dan Data Life Satisfaction

Berdasarkan Mean Hipotetik ... 73 Tabel 21. Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Dimensi Konflik Peran Ganda

dan Domain Satisfaction ... 75 Table 22. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Domain Satisfaction ... 77 Tabel 23. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Dimensi Konflik Peran

Ganda ... 78 Table 24. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Usia ... 79 Tabel 25. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 80 Table 26. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 81 Tabel 27. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 82 Tabel 28. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan ... 83 Tabel 29. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek


(15)

Tabel 30. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek Penelitian Berdasarkan Status Tinggal Bersama Orangtua dan/atau Saudara ... 85 Tabel 31. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek

Penelitian Berdasarkan Kepemilikan Pengasuh Anak ... 86 Tabel 32. Gambaran Life Satisfaction dan Konflik Peran Ganda Subjek Penelitian


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Distribusi Skor Konflik Peran Ganda ... 49 Gambar 2 Distribusi Skor Life Satisfaction ... 49 Gambar 3 Diagram Pencar (Scatter plot) Korelasi Konflik Peran Ganda dengan


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A 1. Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Skala Life Satisfaction pada Wanita Bekerja

2. Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Skala Konflik Peran Ganda pada Wanita Bekerja

Lampiran B 1. Data Mentah Subjek Penelitian pada Skala Life Satisfaction pada Wanita Bekerja

2. Data Mentah Subjek Penelitian pada Skala Konflik Peran Ganda pada Wanita Bekerja

3. Data Subjek Penelitian dan Kategorisasi Subjek Penelitian

Lampiran C 1. Uji normalitas sebaran 2. Uji Linearitas

3. Uji Hipotesis penelitian

Lampiran D 1. Aitem Skala Life Satisfaction pada Wanita Bekerja 2. Aitem Skala Konflik Peran Ganda pada Wanita Bekerja


(18)

Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada Wanita Bekerja

Hernawati Mei Lestari Sihombing dan Arliza Juairiani Lubis

ABSTRAK

Selama dua dasawarsa terakhir telah terjadi peningkatan partisipasi wanita dalam aktivitas diluar rumah. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah wanita yang mempunyai peran ganda. Wanita yang bekerja diluar rumah juga diharapkan mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan domestik. Pekerjaan dan keluarga adalah dua hal penting dalam kehidupan wanita dan sering menimbulkan konflik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konflik peran ganda dengan life

satisfaction pada wanita bekerja. Konflik peran ganda adalah situasi kesulitan dimana tuntutan atau harapan peran di pekerjaan dan dirumah muncul secara bersamaan dan saling bertentangan. Life satisfaction adalah penilaian kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area utama yang mereka anggap penting dalam hidup yaitu kehidupan pekerjaan dan keluaga berdasarkan standar yang dibuat oleh individu itu sendiri. Wanita bekerja adalah wanita yang melakukan aktivitas fisik maupun mental dalam menghasilkan produk/jasa dan bertujuan untuk mempertahankan hidup, mendapatkan kepuasan/kesenangan dan meningkatkan taraf kehidupan.

Penelitian ini dilakukan pada 90 wanita bekerja di kota Medan yang berusia 25 – 40 tahun, sudah menikah dan memiliki anak serta bekerja selama 8 jam/hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik incidental sampling. Alat ukur pada penelitian ini adalah skala konflik peran ganda (α=0,749) dan skala life

satisfaction (α=0,815). Skala konflik peran ganda disusun berdasarkan dimensi konflik peran ganda menurut Greenhaus dan Beutell (1985). Skala life satisfaction dikembangkan berdasarkan aspek yang terkandung dalam satisfaction with life

scale oleh Diener, Emmons, Larsen dan Griffin (1985) dalam dua area yaitu

pekerjaan dan keluarga. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Spearman

rho. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai korelasi antara konflik peran

ganda dengan life satisfaction adalah sebesar rxy = -0.065 dengan nilai p = 0.270 (tidak signifikan), yang artinya tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja. Tidak terbuktinya hipotesa penelitian kemungkinan disebabkan oleh terjadinya type II

error dan social desireability yang tinggi.


(19)

The Relationship between Work Family Conflict and Life Satisfaction in Working Women

Hernawati Mei Lestari Sihombing dan Arliza Juairiani Lubis

ABSTRACT

Over the past two decades there has been a steady increase in women’s participation in the activities outside the home. This has greatly increased the number of multiple role women. The women who have paid employment outside the home live with the continued expectation that they will assume the primary responsibility for domestic work. Work and family are the two most important aspects of women’s lives and they often conflict. This research is a quantitative correlational research that aims to find out whether there is a relationship between work-family conflict and life satisfaction on working women. Work family conflict is a difficult situation or tension which the roles demand or expectation from the work and family domains are comes together and mutually incompatible in some respect. Life satisfaction is people’s cognitive evaluation about how well and satisfied they are doing in life and the domains that are important to them such as work and family life, depends on the standard for satisfaction up to the individual. Working women is employed women who are doing physical and psychological activities to produce goods and service and aims to survive, satisfied and increase living standard.

Subject of the research were 90 working women in Medan, whose age group ranged from 25 to 40 years, married and have children, and worked 8 hours/day. The sampling method using incidental sampling technique. Measuring instruments in this study are work-family conflict scale (α=0,749) and life satisfaction scale (α=0,815). Work-family conflict scale is constructed by the dimension of work-family conflict by Greenhaus and Beutell (1985). Life satisfaction scale is constructed by aspect in satisfaction with life scale by Diener, Emmons, Larsen dan Griffin (1985) in work and family domain. Analysis of data using Spearmen rho correlation. From the calculation results showed that the correlation between workfamily conflict with life satisfaction amounted r = -0.065 with p = 0.270 (not significant), which means that there is no significant negative relationship between work-family conflict and life satisfaction on working women. Research hypothesis is not proven possible due to type II error and high social desireability of scale.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia tidak pernah statis. Disepanjang rentang kehidupan manusia selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sesuai dengan tugas-tugas perkembangan pada tiap kelompok usia. Salah satu kelompok usia dalam rentang kehidupan manusia adalah masa dewasa dini (Hurlock, 1980).

Hurlock (1980) menetapkan batasan usia masa dewasa dini adalah mulai usia 18 hingga 40 tahun. Hurlock juga mengatakan bahwa setiap kebudayaan membuat pembedaan usia tersendiri mengenai kapan seorang individu mencapai status dewasa secara resmi. Di Indonesia, secara khusus Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 dan KHUPerdata menetapkan batasan usia seorang individu dapat dikatakan dewasa adalah jika sudah berusia 21 tahun atau sudah (pernah) menikah.

Masa dewasa dini merupakan periode khusus dan sulit dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa dini terjadi penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan dan harapan sosial baru. Individu dewasa dini diharapkan memainkan peran baru, seperti peran pencari nafkah, peran suami/istri, dan peran orangtua (Hurlock, 1980).

Peran (role) adalah pola perilaku yang menentukan perilaku yang tepat pada suatu situasi yang spesifik (Myers & Myers, 1992). Adanya peran tersebut


(21)

memberikan individu sejumlah kebebasan dalam bertindak namun tetap memiliki batasan atau pagar, yaitu standar perilaku yang tepat atau sesuai menurut pandangan masyarakat (Henslin, 2005).

Individu laki-laki dan perempuan memainkan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Hal ini disebut dengan peran jender (Newman & Newman, 2006). Peran jender (gender role) adalah perilaku dan sikap yang tepat menurut budaya berdasarkan jenis kelamin (Henslin, 2005). Bagi laki-laki diharapkan muncul perilaku dan sikap yang maskulin seperti dominan, agresif, mandiri, ambisius dan lain sebagainya. Sebaliknya, bagi perempuan diharapkan muncul perilaku dan sikap yang feminin seperti lemah lembut, terikat pada orang lain, patuh, sensitif dan lain sebagainya (DeGenova, 2008).

Secara khusus, dapat disimpulkan bahwa peran baru yang dimainkan oleh perempuan ketika memasuki masa dewasa dini adalah peran sebagai pekerja, peran sebagai istri dan peran sebagai ibu.

Salah satu peran baru yang dimainkan oleh perempuan dewasa dini adalah peran sebagai pekerja. Menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003, pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Matlin (2004) mengatakan bahwa perempuan bekerja (employed women) adalah perempuan yang bekerja untuk mendapatkan upah.

Bekerja itu sendiri merupakan aktivitas manusia baik fisik maupun mental yang pada dasarnya merupakan bawaan dan mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan kepuasan (As’ad, 1998). Anoraga (2006) mengemukakan alasan-alasan yang mendasari individu baik laki-laki maupun perempuan untuk bekerja,


(22)

yaitu untuk memenuhi tiga jenis kebutuhan. Pertama, pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar, menyangkut pencarian nafkah untuk memenuhi kebutuhan biologis (makan, minum dan lain-lain). Kedua, pemenuhan kebutuhan sosial meliputi persahabatan, identitas/status sosial, rasa memiliki dan dimiliki. Ketiga, pemenuhan kebutuhan egoistik meliputi rasa kepuasan akan prestasi, kebebasan dalam berkreasi dan keinginan akan pengetahuan.

Dalam kehidupan sehari-hari istilah perempuan dan wanita digunakan secara bergantian karena memiliki pemahaman yang sama. Istilah perempuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga pengertian, yaitu (1) orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui; wanita; (2) istri; bini (3) betina (Depdiknas, 2008). Oleh karena itu, dalam penelitian ini istilah perempuan dan wanita akan digunakan secara bergantian.

Dalam dunia pekerjaan saat ini, fenomena yang sedang berkembang adalah semakin besarnya jumlah wanita yang bekerja dan semakin banyaknya wanita yang berhasil memasuki jenis-jenis pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum pernah dimasuki oleh kaum hawa seperti penerbang, manajer, direktur eksekutif, berbagai sektor industri dan sektor usaha bahkan profesi yang tergolong keras seperti pengemudi angkutan umum, tenaga operator berat dan lain sebagainya (Anoraga, 2006).

Hal tersebut terjadi karena pembangunan nasional yang dilaksanakan selama dua dasawarsa di Indonesia, telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sektor kehidupan (Anoraga, 2006). Kondisi ini


(23)

telah membuka kesempatan seluas-luasnya bagi bangsa Indonesia untuk mengenyam pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, karena dalam kondisi membangun, pendidikan jelas amat dibutuhkan. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya juga berlaku terhadap kaum wanita. Sejalan dengan pendidikan yang semakin tinggi, maka wanita juga mulai berminat untuk memasuki dunia kerja serta berkarir (Nauly, 2003).

Fenomena peningkatan jumlah wanita dalam dunia pekerjaan tersebut sesuai dengan pernyataan Barnett dan Rivers (dalam Matlin, 2004) bahwa jumlah perempuan karir akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Hal ini tergambar pula dalam booklet Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia yang mencatat bahwa jumlah tenaga kerja wanita usia 15 hingga 60 tahun keatas di Indonesia mengalami peningkatan dari 42,652,366 jiwa pada Februari 2008 hingga mencapai 43,806,017 jiwa pada Februari 2009 (Badan Pusat Statistik, 2009).

Selain bekerja, perempuan dewasa dini menurut tugas perkembangannya juga dituntut untuk menikah dan membentuk sebuah keluarga (Hurlock, 1980). Pernikahan biasanya digambarkan sebagai bersatunya dua individu (Santrock, 2002). Menurut Undang Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Adapun alasan yang mendasari terjadinya pernikahan antara lain (1) untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia (kebutuhan seksual) yang sesuai dengan


(24)

norma-norma dalam masyarakat Indonesia; (2) untuk memenuhi kebutuhan psikologis seperti keinginan mendapat perlindungan, kasih sayang, rasa dihargai dan lain sebagainya; (3) untuk memenuhi kebutuhan sosial, dengan adanya perkawinan individu memenuhi norma dan pandangan budaya yang berlaku di masyarakat Indonesia mengenai interaksi antar individu; dan (4) untuk memenuhi kebutuhan religi, perkawinan dilakukan karena merupakan perintah agama atau kepercayaan yang dianut (Walgito, 2004).

Status menikah memberikan peran baru bagi wanita dewasa dini dalam kehidupan keluarga yaitu peran sebagai istri. Mirowsky dan Ross (dalam DeGenova, 2008) mengatakan bahwa beberapa individu dewasa mempercayai peran jender dalam keluarga bersifat innate (kodrati). Menurut pandangan tradisional ini, seorang wanita berada dibawah otoritas suami dan ditakdirkan untuk merawat suami dan anak-anak serta tidak cocok jika harus bekerja. Dalam keluarga yang memegang konsep tradisional ini wanita hanya berperan sebagai ibu rumah tangga.

Matlin (2004) menentang hal tersebut dengan mengatakan bahwa banyak wanita muda mengharapkan perkawinan atas dasar persamaan hak (konsep egalitarian). Wanita mendapat kesempatan mengaktualisasikan potensinya dan tidak merasa bersalah apabila memanfaatkan kemampuan dan pendidikannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak. Menurut konsep ini, wanita tidak hanya mempunyai peran sebagai istri tetapi juga peran sebagai pekerja (Hurlock, 1980).


(25)

Selain bekerja dan menikah, perempuan dewasa dini juga dituntut untuk menjadi orangtua (ibu) atau mengasuh anak. Hurlock (1980) mengatakan bahwa masa parenthood merupakan salah satu peran yang penting dalam hidup orang dewasa. Perempuan dewasa dini diharapkan memiliki sifat keibuan dengan beberapa citra positif seperti hangat, tidak mementingkan diri sendiri, tekun pada tugas dan toleran (Matlin dalam Santrock, 2002).

Newman dan Newman (2006) mengatakan bahwa individu pada masa dewasa mengalami multi peran (peran ganda) yang dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan diri dan berhubungan dengan tuntutan sosial baru. Perempuan dewasa dini memainkan beberapa peran sekaligus seperti peran sebagai pekerja, peran sebagai istri dan peran sebagai ibu. Sebagai pekerja, wanita dituntut untuk bekerja pada sejumlah waktu tertentu dalam seminggu atau menyelesaikan pekerjaan sesuai standar kualitas. Peran sebagai istri dan sebagai ibu menuntut wanita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan perawatan anggota keluarga (Matlin, 2004).

Pada umumnya, tuntutan atau harapan berbagai peran yang dimainkan individu dapat menyebabkan individu mengalami konflik peran (Henslin, 2005). Konflik peran terjadi ketika tuntutan atau harapan berbagai peran muncul secara bersamaan dan saling bertentangan (Newman & Newman, 2006). Hal ini juga didukung oleh Friedman dan Greenhaus (dalam Schabracq, Winnubust & Cooper, 2003) yang mengatakan bahwa wanita bekerja mengalami konflik peran ganda sebagai suatu bentuk ketegangan antara tekanan/tanggung jawab dari peran pekerjaan dan peran di keluarga yang saling bertentangan.


(26)

Dalam situs e-psikologi.com, Rini (2002) mengatakan bahwa wanita bekerja yang mengalami peran ganda ingin dapat memainkan peran mereka sebaik mungkin secara proporsional dan seimbang. Wanita bekerja harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana, istri yang baik serta ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, wanita bekerja mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk menunjukkan prestasi kerja yang baik.

Beutell dan Greenhaus (dalam Schabracq, et al., 2003 dan Greenhaus & Beutell, 1985) menggambarkan tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan konflik peran ganda perempuan antara peran di rumah tangga dan peran di pekerjaan.

Pertama, time-based conflict, meliputi pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Hal ini meliputi kesulitan dalam menyusun jadwal dan waktu yang terbatas saat tuntutan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memerankan keduanya tidak sesuai. Kedua, strain based

conflict yang mengacu pada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang

dihasilkan oleh peran yang satu namun ditunjukkan dalam peran yang lain. Ketiga, behavior based conflict, mengacu pada ketidaksesuaian seperangkat perilaku individu ketika bekerja dan ketika di rumah yang mengakibatkan perempuan karir biasanya sulit menukar antara peran yang satu dengan yang lain. Paden dan Buehler (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2008) mengatakan bahwa harapan peran yang berbeda tersebut terlihat dengan keharusan menjadi agresif dan kompetitif di waktu kerja namun menghibur dan mengasuh di rumah.


(27)

Dilema multi peran yang dialami wanita bekerja juga semakin diperjelas dengan adanya Panca Dharma Wanita Indonesia yang menuntut seorang wanita dapat melakukan lima tugas, yaitu sebagai istri/pendamping suami, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan, sebagai ibu dari anak-anak, dan sebagai warga Negara (Anoraga, 2006).

Dalam hampir semua masyarakat, wanita yang bekerja penuh waktu (full

time) maupun paruh waktu (part-time) memiliki tanggung jawab utama atas

rumah tangga dan pengasuhan anak (Gardiner et al., dalam Papalia et al., 2008). Dari hasil penelitian Moen dan Mc Cain (dalam Hastuti, 2008) yang dilakukan pada istri yang bekerja diketahui bahwa istri yang bekerja full time ingin mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran antara peran pekerjaan dan keluarga dibandingkan wanita yang bekerja part time.

Serafino (2006) mengatakan bahwa konflik merupakan sumber utama dari stres. Konflik yang dialami wanita dalam keluarga dengan penghasilan ganda terjadi karena wanita sering mengalami beban kerja harian yang berat dan ketegangan fisiologis yang lebih besar apalagi ketika wanita bekerja memiliki anak. Ada dua jenis stres yang mempunyai dampak yang berbeda, yaitu (1)

distress yaitu jenis stress yang berbahaya dan merusak dan (2) eustress yaitu jenis

stress yang menguntungkan atau membangun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh McMunn, Bartley, Hardy dan Kuh menyimpulkan bahwa perempuan yang menjalankan satu peran utama saja dalam kehidupannya misalnya hanya menjadi ibu rumah tangga, janda atau perempuan lajang yang bekerja secara signifikan mengalami kondisi kesehatan yang buruk


(28)

dibandingkan perempuan yang menjalankan banyak peran utama (McMunn et al., 2005).

Mark dan Sieber (dalam Schabracq et al., 2003) juga mengatakan bahwa semakin banyak peran yang dilakukan oleh wanita maka semakin besar potensi untuk mengakses sumberdaya (harga diri, status sosial dan keuntungan financial) dan semakin besar juga kemampuan mendelegasikan kewajiban dari peran-peran yang berbeda.

Konflik peran antara pekerjaan dan keluarga juga dapat memberikan efek negatif terhadap well being individu (Burke & Greenhaus, dalam Schabracq et al., 2003). Wanita dilaporkan mengalami kesulitan ketika harus mengkombinasikan peran ganda dengan baik sementara mereka juga harus tetap memperhatikan diri mereka (DeGenova, 2008).

Knupfer (dalam Calhoun & Acocella, 1990) mengatakan bahwa perempuan bekerja yang menikah kelihatan lebih banyak menderita gangguan psikologis daripada perempuan bekerja yang tidak menikah. Hal serupa juga dikatakan Pines dan Aronson (dalam Schabracq et al., 2003) bahwa wanita merasakan tekanan personal yang membuat mereka merasa bersalah dan cemas ketika mereka tidak mampu memenuhi seluruh tanggung jawabnya.

Konflik peran ganda ini dapat mengarah pada ketidakpuasan (dissatisfaction) dan ketidaknyamanan (distress) dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap pola pengasuhan (Schabracq et al., 2003). Tingkat keberhasilan individu dalam memecahkan masalah penting


(29)

di masa dewasanya yang menyangkut kehidupan pekerjaan dan keluarga ini akan menentukan kepuasannya dan mempengaruhi kebahagiaannya (Hurlock, 1980).

Kebahagiaan sudah menjadi fokus perhatian manusia sejak lama sebagai salah satu tujuan dari bidang ilmu psikologi positif (Seligman, 2002). Aristoteles (dalam Diener & Biswas-Diener, 2008) mengatakan bahwa kebahagiaan adalah keadaan yang diinginkan sebagai akibat dari kesalehan dan keadaan hidup yang positif. Seligman (2002) memahami kebahagiaan sebagai perasaan positif dan kegiatan positif. Bradburn dan Caplovitz (dalam Diener, 2009) mengatakan bahwa kebahagiaan adalah kombinasi positive affect dan negative affect.

Lebih lanjut, Diener dan Biswas-Diener (2008) mengartikan kebahagiaan (happiness) sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan penilaian individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Happiness dipandang sebagai

subjective well being karena happiness bersifat subjektif (ditentukan oleh individu

yang bersangkutan). Dengan kata lain, Diener dan Biswas-Diener menggunakan istilah subjective well being sebagai istilah lain dari happiness. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.

Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif

individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas & Diener dalam Diener, 2009). Andrews dan Withey (dalam Diener, Emmons, Larsen & Griffin, 1985) mengidentifikasi komponen subjective well being menjadi positive affect dan negative affect (sebagai komponen afektif dari subjective well being) dan life


(30)

Diener (2009) mengatakan bahwa dalam pengukuran subjective well

being, komponen kognitif merupakan komponen yang paling konsisten dan stabil

bila dibandingkan dengan komponen afektif yang bersifat temporer. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengambil sudut pandang komponen kognitif yaitu life

satisfaction dalam pengukuran subjective well being individu.

Diener dan Biswas-Diener (2008) mengatakan bahwa life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang. Shin dan Johnson (dalam Diener et al., 1985) menambahkan bahwa dalam life satisfaction penilaian dilakukan berdasarkan standar kriteria individu yang bersangkutan.

Dua area (domain) yang utama dalam kehidupan individu dewasa terutama masa dewasa dini yang berpengaruh terhadap kebahagiaan adalah area pekerjaan dan pernikahan atau keluarga (Newman &Newman, 2006 dan Hurlock, 1980).

Bekerja merupakan area penting dalam penentuan life satisfaction individu (Diener & Biswas-Diener, 2008). Individu laki-laki maupun perempuan yang bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja (Argyle dalam Carr, 2004) terutama bagi individu yang bekerja dengan menerima upah (Wright dalam Diener, 2009). Selain itu, perempuan yang memiliki pekerjaan yang bagus dan pendapatan keluarga yang tinggi juga dilaporkan mempunyai kesehatan fisik dan psikologis yang baik (DeGenova, 2008).


(31)

Selain pekerjaan, tema penting lainnya yang berpengaruh terhadap kebahagiaan individu dewasa dini adalah pernikahan atau kehidupan keluarga. Lee, Seccombe dan Shehan (dalam DeGenova, 2008) mengatakan bahwa pernikahan memiliki efek yang menguntungkan bagi well being individu. Horwitz (dalam DeGenova, 2008) juga mengatakan bahwa orang yang telah menikah dan tetap menikah dilaporkan memiliki kesehatan mental yang lebih baik daripada mereka yang melajang.

Carr (2004) menjelaskan penyebab individu yang menikah lebih bahagia daripada individu yang tidak menikah antara lain karena pernikahan menyediakan intimasi fisik dan psikologis dalam konteks mempunyai anak dan membangun rumah, peran sosial sebagai pasangan dan orangtua, dan konteks penegasan identitas dan menciptakan keturunan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa wanita dewasa dini memainkan beberapa peran dalam kehidupannya secara sekaligus yaitu peran pekerja, peran istri dan peran ibu. Peran-peran tersebut merupakan area (domain) yang utama yang mempengaruhi kepuasan dan kebahagiaan individu. Ketika tuntutan atau harapan berbagai peran ini muncul bersamaan dan saling bertentangan dapat menyebabkan terjadinya konflik peran ganda. Konflik peran ganda ini dapat mengarah pada life satisfaction yang rendah dan ketidaknyamanan (distress) dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan individu. Penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda bahwa peran ganda yang dimainkan individu memberikan keuntungan lebih besar terhadap kesehatan fisik dan psikologis individu.


(32)

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan permasalahan yang ingin diketahui dari penelitian ini yaitu “apakah ada hubungan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya Psikologi Klinis mengenai life satisfation dan konflik peran ganda pada wanita bekerja. Selain itu, dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi peneliti selanjutnya, bahan referensi untuk pembuatan konseling dan terapi life satisfaction serta pemahaman yang lebih mendalam menganai konflik peran ganda yang dialami wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki anak.


(33)

2. Manfaat Praktis

Menambah wawasan bagi masyarakat umum terutama bagi wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki anak mengenai konflik peran ganda dan

life satisfaction, faktor yang mempengaruhinya dan cara yang dapat

dilakukan untuk mengatasi konflik peran ganda dan menciptakan life

satisfaction yang tinggi dalam diri individu.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Bab ini berisi definisi life

satisfaction, komponen life satisfaction, faktor-faktor yang

mempengaruhi life satisfaction; definisi konflik peran ganda, bentuk-bentuk konflik peran ganda, strategi mengatasi konflik peran; defenisi wanita bekerja, alasan wanita bekerja, peran wanita bekerja; tingkat konflik peran ganda wanita bekerja, dinamika hubungan konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja dan paradigma berpikir.


(34)

Bab ini berisi rancangan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variable penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur penelitian, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data. BAB IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisi gambaran subjek penelitian, hasil penelitian utama dan hasil penelitian tambahan.


(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. LIFE SATISFACTION

1. Definisi Life Satisfaction

Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam subjective well being (Andrew & Withey dalam Diener, 2009). Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif individu bahwa

kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas & Diener dalam Diener, 2009).

Andrews dan Withey (dalam Diener et al., 1985) mengidentifikasi komponen subjective well being menjadi positive affect dan negative affect (sebagai komponen afektif dari subjective well being) serta life satisfaction (sebagai komponen kognitif).

Komponen afektif mengacu pada evaluasi langsung individu terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya, meliputi perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dialami individu dalam hidupnya. Sementara komponen kognitif mengacu pada evaluasi kognitif terhadap hidup individu secara keseluruhan dan atas area-area penting dari kehidupan individu (Diener, Suh, Lucas & Smith, 1999).

Kepuasan hidup itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraan (Alston & Dudley dalam Hurlock, 1980). Selain itu, tingkat keberhasilan individu


(36)

ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu tersebut (Hurlock, 1980).

Lebih lanjut, Diener dan Biswas-Diener (2008) mengatakan bahwa life

satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan

memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.

Life satisfaction dan domain satisfaction tersebut berpatokan pada

kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya (Schimmack dalam Eid & Larsen, 2008). Dalam hal ini, individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan memuaskan (Pavot dalam Eid & Larsen, 2008). Shin dan Johnson (dalam Diener et al., 1985) juga menambahkan bahwa penilaian tersebut dilakukan berdasarkan standar kriteria individu yang bersangkutan.

Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari life satisfaction (Pavot dalam Eid & Larsen, 2008). Diener (dalam Eid & Larsen, 2008) menjelaskan hubungan antara life satisfaction dan domain satisfaction tersebut dengan 2 pendekatan teori subjective well being yaitu bottom up theories dan top

down theories.

Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian life satisfaction

dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan. Hubungan life satisfaction dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh sebab akibat domain satisfaction terhadap life satisfaction. Sebagai contoh,


(37)

individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga memiliki life satisfaction tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek penting dari life satisfaction. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada

domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada life satisfaction.

Sementara itu, top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi

bottom up theories. Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan

juga akan menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada life satisfaction.

Schimmack (dalam Eid & Larsen, 2008) juga menjelaskan hubungan antara life satisfaction dan domain satisfaction dengan mengatakan bahwa apabila

life satisfaction semakin meningkat, maka domain satisfaction mungkin

meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain tersebut.

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain

satisfaction) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu


(38)

2. Aspek Life satisfaction

Diener dan Biswas-Diener (2008) serta pembahasan lebih lanjut dalam jurnal beliau yang berjudul Subjective Well Being: Three Decades of Progress (1999) mengatakan bahwa dalam komponen life satisfaction ini terdapat:

1. Keinginan untuk mengubah kehidupan, 2. Kepuasaan terhadap hidup saat ini, 3. Kepuasan hidup di masa lalu,

4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan, 5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.

Kelima aspek diatas terangkum dalam 5 item pernyataan dalam

satisfaction with life scale oleh Diener et al. (1985), antara lain:

1. In most ways my life is close to my ideal.

2. The conditions of my life are excellent.

3. I am satisfied with my life.

4. So far I have gotten the important things I want inlife.

5. If I could live my life over, I would change almost nothing

Sementara itu, dalam domain satisfaction terdapat beberapa area seperti

work, family, leisure, health, finances, self dan one’s group (Diener, 1999).

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi

Karakteristik individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi antara lain memiliki keluarga dan teman dekat yang supportif, memiliki pasangan yang romantis, memiliki aktivitas pekerjaan dan aktivitas pensiun yang berharga,


(39)

menikmati waktu santai mereka dan mempunyai kesehatan yang baik. Individu dengan life satisfaction tinggi dikatakan juga tidak memiliki masalah dengan kecanduan alkohol, obat-obatan atau judi (Diener et al., 2008).

Diener (2009) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki life

satisfaction yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam

hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, individu yang life

satisfaction-nya tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai

tujuan dan nilai yang penting bagi mereka.

Selain itu, Diener et al., (1985) mengatakan bahwa individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatu berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai tantangan.

Sementara itu, Wilson (dalam Seligman, 2002) mengatakan bahwa individu yang bahagia adalah individu yang berusia muda, sehat, berpendidikan yang baik, berpenghasilan baik, beragama, menikah, mempunyai semangat kerja tanpa memandang jenis kelamin dan tingkat kecerdasan individu.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction

Komponen afektif dan kognitif dari subjective well being dipengaruhi oleh faktor penyebab yang berbeda. Prediktor perubahan pada komponen kognitif lebih kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu (Headey et al. dalam Eid & Larsen, 2008).


(40)

Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya life satisfaction pada seorang individu antara lain:

1. Kesehatan

Diener (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Hurlock, 1980).

Diener dan Biswas-Diener (2008) juga mengatakan bahwa individu yang bahagia lebih jarang mengalami sakit daripada individu yang tidak bahagia. Hal ini dikarenakan kebahagiaan dapat menangkis infeksi penyakit, pertahanan melawan gaya hidup yang dapat menimbulkan penyakit dan melindungi dari penyakit jantung. Sementara itu, ketidakbahagiaan dan depresi dikatakan dapat membahayakan kesehatan individu.

Olahraga juga dikatakan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan dan kebahagiaan individu. Hal ini dikemukakan oleh Argyle dan Serafino (dalam Carr, 2004) yang menyatakan bahwa dampak jangka pendek dari olahraga adalah dapat menimbulkan emosi positif yaitu dengan adanya pengeluaran endorphin diotak. Lebih lanjut, dampak jangka panjangnya adalah mengurangi depresi dan kecemasan, meningkatkan kecepatan dan ketepatan kerja, memperbaiki konsep diri dan meningkatkan


(41)

kebugaran tubuh dan fungsi kardiovaskuler yang baik serta mengurangi resiko timbulnya penyakit sehingga pada akhirnya mengarah pada kebahagiaan. 2. Status Kerja

Argyle (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil. Wright (dalam Diener, 2009) juga mengatakan bahwa individu yang bekerja dengan menerima upah lebih bahagia daripada individu bekerja yang tidak menerima upah.

Diener et al. (2008) juga mengatakan bahwa ketika individu menikmati pekerjaannya dan merasa pekerjaan tersebut adalah hal yang penting dan bermakna maka individu akan puas terhadap kehidupannya. Sebaliknya, ketika individu merasa pekerjaannya buruk oleh karena lingkungan pekerjaan yang buruk dan kurang sesuai dengan diri individu tersebut maka individu akan merasa tidak puas pada kehidupannya.

Lebih lanjut, Hurlock (1980) mengatakan bahwa semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk mempunyai otonomi dalam pekerjaan, maka kepuasan akan semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat pada tugas sehari-hari yang diberikan kepada anak-anak dan juga pekerjaan orang-orang dewasa.

3. Penghasilan/Pendapatan

Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial berkaitan dengan life satisfaction (Diener & Oishi dalam Eid & Larsen, 2008).


(42)

Diener dan Seligman (dalam Weiten & Llyod, 2006) juga mengatakan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan. Dalam hal ini, kemiskinan dilaporkan dapat menyebabkan individu tidak bahagia, namun kekayaan juga dikatakan tidak selamanya menyebabkan individu bahagia. 4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran

Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980).

Myers (dalam Carr, 2004) juga mengatakan bahwa individu baik pria maupun wanita yang telah menikah lebih bahagia daripada individu yang tidak menikah, baik yang bercerai, berpisah maupun tidak pernah menikah sama sekali. Hal tersebut dikarenakan pernikahan menyediakan intimasi psikologis dan fisik, yang meliputi memilki anak dan membangun rumah, peran sosial sebagai orangtua dan pasangan, dan menegaskan identitas dan menciptakan keturunan.

5. Pernikahan

Meskipun hubungan romantis dapat menimbulkan keadaan stres, namun hubungan romantis juga adalah sumber kebahagiaan (Weiten & Llyod, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki


(43)

subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang tidak

menikah (Diener, 2009). Glenn (dalam Diener, 2009) juga mengatakan bahwa meskipun wanita yang menikah mungkin dilaporkan mengalami gejala stres yang lebih besar daripada wanita yang tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih tinggi. Lebih lanjut, Glenn dan Weaver (dalam Diener, 2009) juga mengatakan bahwa pernikahan merupakan prediktor utama dari subjective well being ketika faktor pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan dikontrol.

Lebih lanjut, Harvey, Pauwels dan Zickmund (Carr, 2004) juga menambahkan bahwa pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang lebih tinggi.

6. Usia

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bradburn dan Caplovitz (dalam Diener, 2009) menemukan bahwa individu usia muda lebih bahagia daripada individu yang berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).


(44)

7. Pendidikan

Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective

well being (Palmore; Palmore & Luikart, dalam Diener, 2009) dan memiliki

interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan (Bradburn & Caplovitz dalam Diener, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita (Freudiger; Glenn & Weaver; dan Mitchell dalam Diener, 2009).

8. Agama/Kepercayaan)

Myers (dalam Weiten & Llyod, 2006) mengatakan bahwa agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif, dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar.

Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan sosial dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai. (Diener et al., 2009).

9. Hubungan sosial

Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life

satisfaction. Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki

teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya. Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu


(45)

menjadi tidak puas akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al., 2009).

B. KONFLIK PERAN GANDA 1. Definisi Konflik Peran Ganda

Sejak dilahirkan, setiap individu memiliki dan memainkan beberapa peran dalam kehidupannya. Henslin (2005) mengatakan bahwa peran (roles) adalah perilaku, kewajiban, dan hak yang melekat pada suatu status. Misalnya, menjadi seorang anak adalah status, dan peran seorang anak adalah menghormati orangtua dan mendapat perawatan dan perlindungan dari orangtuanya.

Adanya peran tersebut memberikan individu sejumlah kebebasan namun memiliki batasan atau pagar, dalam hal ini adalah pandangan masyarakat mengenai perilaku yang tepat atau sesuai (Henslin, 2005). Hal ini sesuai dengan pengertian peran menurut Myers dan Myers (1992) yang mengatakan bahwa peran adalah pola perilaku yang menentukan perilaku yang tepat dalam suatu situasi yang spesifik.

Setiap hari, individu laki-laki dan perempuan memainkan beberapa peran sekaligus (Henslin, 2005). Sebagai contoh, seorang perempuan dewasa dini memainkan peran-peran seperti peran pekerja, istri dan ibu dalam waktu yang bersamaan.

Pada umumnya tuntutan atau harapan berbagai peran yang dimainkan individu tersebut muncul dan terpenuhi secara terpisah-pisah. Namun, terkadang apa yang diharapkan oleh peran yang satu tidak sesuai dengan harapan peran yang


(46)

lain. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan konflik peran (Henslin, 2005). Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dituntut untuk mengikuti jadwal kuliah ganti sementara peran sebagai pekerja menuntut mahasiswa tersebut untuk hadir dalam rapat bulanan.

Lewin (dalam Shaw & Costanzo, 1982) mengambarkan konflik sebagai suatu situasi dimana gaya dalam diri individu bergerak dalam arah yang bertentangan namun dengan kekuatan yang seimbang.

Konflik terjadi ketika forces atau vector (arah dan kekuatan dorongan untuk berubah) dan resultant force (kombinasi sejumlah forces) mengarahkan individu untuk bergerak (secara fisik dan psikologis) dalam satu atau lebih arah dalam area-area khusus dalam life space (area kehidupan) sesuai dengan valence (nilai) yang dibuat individu dari adanya kebutuhan (Lewin, dalam Lindzey & Hall, 1985).

Atau dengan kata lain, konflik terjadi ketika individu merasakan adanya dua atau lebih kebutuhan yang sama-sama penting dan mendesak namun usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dilakukan secara bersamaan dalam suatu situasi sehingga menyebabkan individu merasakan ketegangan.

Konflik dapat mengarah pada hasil yang bersifat konstruktif karena konflik dan ketegangan dapat memberikan energi atau motivasi sehingga membuat seorang individu menjadi kreatif, inovatif, dan perubahan ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, jika konflik tidak diatasi dengan baik, konflik juga dapat


(47)

bersifat destruktif yang merugikan individu itu sendiri dan orang lain (Myers & Myers, 1992).

Sementara itu, konflik peran ganda adalah suatu situasi yang dihadapi individu ketika harus memenuhi tuntutan atau harapan dua peran sosial yang saling bertentangan muncul secara bersamaan (Schaefer, 2007 dan Newman & Newman, 2006). Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dituntut untuk mengikuti jadwal kuliah ganti sementara peran sebagai pekerja menuntut mahasiswa tersebut untuk hadir dalam rapat bulanan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda adalah situasi ketegangan atau kesulitan yang dirasakan individu saat beberapa peran yang dimainkan memiliki tuntutan yang saling bertentangan dan muncul secara bersamaan dalam hal cara pemenuhannya.

2. Dimensi Konflik Peran Ganda

Greenhaus dan Beutell (dalam Schabracq et al., 2003) serta pembahasan lebih lanjut dalam jurnal beliau yang berjudul Sources of Conflict Between Work

and Family Roles (1985) terdapat tiga dimensi dalam konflik peran ganda, yaitu:

1. Time-Based Conflict, mengacu pada kesulitan dalam pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Time based conflict terjadi dalam dua bentuk yaitu (1) tuntutan waktu dari satu peran menyebabkan tuntutan dari peran lain tidak mungkin terpenuhi (secara fisik) dan (2) individu sangat menikmati satu peran dibanding peran yang lain (secara mental). Waktu


(48)

yang dihabiskan untuk melaksanakan satu peran akan menyisakan sedikit waktu untuk menjalankan peran yang lain.

2. Strain Based Conflict, mengacu pada ketegangan atau keadaan emosional (misalnya kelelahan, kecemasan, depresi, mudah marah) yang dihasilkan oleh satu peran menyulitkan pemenuhan tuntutan peran yang lain atau menghambat performansi peran lain tersebut.

3. Behavior Based Conflict, mengacu pada pola perilaku spesifik dari satu peran yang tidak sesuai dengan harapan perilaku peran yang lain. Ketidaksesuaian seperangkat perilaku individu ketika di tempat kerja dan ketika di rumah menyebabkan individu sulit menukar antara peran yang satu dengan yang lain.

3. Strategi Mengatasi Konflik

Ada berbagai strategi yang dilakukan individu ketika mengalami konflik, antara lain (Myers & Myers, 1992):

1) Avoidance

Banyak manusia yang merasakan ketidaknyaman seperti merasa terancam dan khawatir tidak mampu menghadapi konflik. Ketidaknyamanan ini mengakibatkan individu menghindari konflik atau pemicu konflik dan biasanya individu mempercayai adanya keajaiban dalam penyelesaian konflik tersebut. Teknik yang biasanya digunakan dalam mengatasi konflik meliputi

denial, withdrawal dan suppression.


(49)

Defusion strategy digunakan ketika individu membuat alasan atau dalih

atas konflik yang dialami sampai individu merasa tenang kembali atau mendapat informasi lebih mengenai sumber konflik. Langkah yang dilakukan oleh individu dapat berupa menghindari masalah yang besar atau hanya berfokus pada masalah kecil, mengalihkan perhatian pada hal lain.

3) Confrontation

Dalam strategi ini, individu menghadapi konflik secara langsung dengan tiga strategi yaitu win-lose strategy, lose-lose or concession strategy dan win-win or integration strategy.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda

Stoner dan Charles (1990) menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik peran ganda dalam diri individu, antara lain:

a. Time pressure

Semakin banyak waktu yang digunakan wanita karir untuk bekerja maka semakin sedikit waktu untuk keluarga dan hal ini menyebabkan timbulnya konflik dalam hal waktu.

b. Family size and support

Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak konflik dan semakin banyak dukungan keluarga maka semakin sedikit konflik.

c. Work satisfaction.

Semakin tinggi kepuasan kerja maka konflik yang dirasakan semakin sedikit.


(50)

Ada asumsi bahwa wanita bekerja memiliki konsekuensi yang negatif terhadap pernikahannya.

e. Size of firm

Banyaknya pekerja dalam perusahaan mungkin saja mempengaruhi konflik peran ganda seseorang.

C. WANITA BEKERJA

1. Definisi Wanita Bekerja

Dalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan yang disebut dengan kerja. As’ad (1998) mengatakan bahwa bekerja adalah aktivitas manusia baik fisik maupun mental yang pada dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan yaitu mendapatkan kepuasan. Weiten dan Llyod (2006) mengatakan bahwa kerja adalah suatu aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang berharga bagi orang lain.

Konsep kerja juga dinyatakan oleh Thomason (dalam Ndraha, 1999) sebagai aktivitas yang menuntut pengeluaran energi atau usaha untuk menciptakan produk dan jasa yang bernilai bagi manusia dari bahan/material mentah.

Brown (dalam Anoraga, 2006) mengatakan bahwa kerja sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia karena memberikan status dalam masyarakat dan dalam keadaan biasa, seseorang baik pria maupun wanita sejak dahulu kala memang menyukai pekerjaan.


(51)

Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan aktivitas bekerja disebut dengan pekerja/buruh. Hal ini dijelaskan dalam Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Perempuan bekerja (employed women) adalah perempuan yang bekerja untuk mendapatkan upah (Matlin, 2004). Sementara itu, menurut Anoraga (2006) wanita karir adalah wanita yang memperoleh/mengalami perkembangan dan kemajuan dalam bidang pekerjaan. Anoraga menyebutkan wanita yang bekerja untuk menggantikan istilah wanita karir. Beliau juga menegaskan kembali bahwa yang dimaksud dengan karir adalah bekerja apa saja asal mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa wanita bekerja adalah wanita yang melakukan aktivitas pengeluaran energi/usaha dalam menghasilkan produk atau jasa dan bertujuan untuk mempertahankan hidup, mendapatkan kepuasan/kesenangan dan meningkatkan taraf kehidupan.

2. Faktor yang Mendorong Wanita Bekerja

Anoraga (2006) mengatakan ada berbagai alasan yang mendorong seseorang untuk bekerja, antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis dasar yaitu mencari nafkah untuk mempertahankan hidup seperti makan, minum, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya.


(52)

2. Memenuhi kebutuhan egoistik misalnya kesenangan (hobi) atau merupakan pilihan-pilihan untuk memenuhi kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh, adanya kebebasan/otonomi dalam hal kreativitas dan keinginan akan pengetahuan akan sesuatu.

3. Memenuhi kebutuhan sosial seperti mendapatkan imbalan sosial seperti respek atau pengagum dari rekan-rekan sekerja, memperoleh kekuasaan dan menggunakannya kepada orang lain, memperoleh rasa identifikasi dan rasa memiliki serta persahabatan.

Anoraga (2006) secara khusus juga mengatakan ada 3 alasan yang menyebabkan seorang wanita untuk bekerja yaitu memenuhi kebutuhan keluarga, untuk menghilangkan rasa sepi atau membuka lapangan kerja bagi wanita pencari kerja.

DeGenova (2008) juga mengatakan bahwa seorang wanita memasuki dunia kerja untuk alasan ekonomi yaitu kebutuhan finansial dan alasan non ekonomi seperti pemenuhan diri.

3. Manfaat Bekerja Bagi Wanita

Pada umumnya, perempuan yang bekerja dilaporkan memiliki rasa kompetensi dan prestasi yang lebih besar daripada perempuan yang tidak bekerja (Cleveland et al.; Hoffman & Hale-Benson dalam Matlin, 2004). Hal ini semakin diperjelas oleh Agronick dan Duncan (dalam Matlin, 2004) yang mengatakan bahwa perempuan paruh baya yang bekerja di luar rumah dilaporkan merasa lebih


(1)

LS KATEGORI DWS KATEGORI DFS KATEGORI KPG KATEGORI TBC KATEGORI SBC KATEGORI BBC KATEGORI

1 60 ST 31 ST 29 T 33 S 15 R 10 S 8 S

2 31 R 11 R 20 S 34 S 15 R 11 S 8 S

3 59 ST 25 T 34 ST 21 SR 11 SR 6 SR 4 SR

4 38 S 17 S 21 S 34 S 17 S 11 S 6 R

5 45 S 21 S 24 T 20 SR 10 SR 7 R 3 SR

6 40 S 19 S 21 S 23 R 12 R 7 R 4 SR

7 52 T 25 T 27 T 22 SR 13 R 6 SR 3 SR

8 51 T 26 T 25 T 23 R 12 R 7 R 4 SR

9 56 T 25 T 31 ST 31 S 16 S 8 R 7 S

10 52 T 27 T 25 T 28 R 14 R 8 R 6 R

11 66 ST 31 ST 35 ST 32 S 14 R 10 S 8 S

12 66 ST 34 ST 32 ST 29 R 16 S 8 R 5 R

13 58 ST 30 ST 28 T 32 S 15 R 10 S 7 S

14 56 T 31 ST 25 T 30 R 15 R 9 S 6 R

15 65 ST 30 ST 35 ST 24 R 13 R 7 R 4 SR

16 58 ST 27 T 31 ST 28 R 15 R 9 S 4 SR

17 57 T 28 T 29 T 34 S 17 S 10 S 7 S

18 56 T 30 ST 26 T 30 R 16 S 8 R 6 R

19 62 ST 33 ST 29 T 34 S 16 S 11 S 7 S

20 57 T 26 T 31 ST 29 R 14 R 9 S 6 R

21 39 S 20 S 19 S 35 S 18 S 10 S 7 S

22 44 S 16 R 28 T 25 R 13 R 7 R 5 R

23 44 S 24 T 20 S 31 S 14 R 10 S 7 S

24 37 S 18 S 19 S 34 S 18 S 9 S 7 S

25 52 T 25 T 27 T 34 S 18 S 9 S 7 S

26 50 T 25 T 25 T 33 S 17 S 8 R 8 S

27 57 T 25 T 32 ST 31 S 15 R 10 S 6 R

28 55 T 30 ST 25 T 35 S 18 S 11 S 6 R

29 54 T 26 T 28 T 36 S 18 S 11 S 7 S

30 37 S 17 S 20 S 42 T 21 T 13 T 8 S

31 56 T 27 T 29 T 30 R 15 R 9 S 6 R

32 54 T 27 T 27 T 31 S 16 S 9 S 6 R

33 50 T 25 T 25 T 34 S 16 S 11 S 7 S

34 54 T 25 T 29 T 20 SR 13 R 4 SR 3 SR

35 54 T 26 T 28 T 28 R 14 R 8 R 6 R

36 50 T 25 T 25 T 25 R 13 R 7 R 5 R

37 37 S 22 S 15 R 31 S 16 S 9 S 6 R

38 58 ST 28 T 30 ST 22 SR 11 SR 7 R 4 SR

39 59 ST 28 T 31 ST 33 S 17 S 9 S 7 S

40 61 ST 26 T 35 ST 18 SR 10 SR 5 SR 3 SR

41 55 T 26 T 29 T 30 R 15 R 9 S 6 R

42 34 R 17 S 17 S 38 S 19 S 11 S 8 S

43 45 S 25 T 20 S 36 S 19 S 11 S 6 R

44 61 ST 27 T 34 ST 36 S 18 S 10 S 8 S


(2)

45 59 ST 27 T 32 ST 24 R 13 R 7 R 4 SR

46 51 T 26 T 25 T 32 S 17 S 9 S 6 R

47 49 T 20 S 29 T 28 R 14 R 8 R 6 R

48 42 S 20 S 22 S 31 S 15 R 10 S 6 R

49 41 S 17 S 24 T 24 R 12 R 7 R 5 R

50 39 S 15 R 24 T 24 R 12 R 7 R 5 R

51 55 T 25 T 30 ST 35 S 18 S 11 S 6 R

52 45 S 13 R 32 ST 37 S 16 S 12 T 9 T

53 67 ST 35 ST 32 ST 19 SR 9 SR 5 SR 5 R

54 43 S 22 S 21 S 30 R 16 S 8 R 6 R

55 57 T 28 T 29 T 24 R 12 R 7 R 5 R

56 59 ST 28 T 31 ST 30 R 14 R 10 S 6 R

57 34 R 16 R 18 S 20 SR 10 SR 7 R 3 SR

58 56 T 31 ST 25 T 21 SR 11 SR 5 SR 5 R

59 47 T 23 T 24 T 22 SR 11 SR 6 SR 5 R

60 56 T 29 T 27 T 31 S 16 S 9 S 6 R

61 43 S 20 S 23 T 40 T 19 S 9 S 12 ST

62 60 ST 27 T 33 ST 41 T 19 S 15 ST 7 S

63 60 ST 30 ST 30 ST 33 S 16 S 11 S 6 R

64 56 T 28 T 28 T 37 S 19 S 11 S 7 S

65 51 T 25 T 26 T 29 R 14 R 8 R 7 S

66 64 ST 31 ST 33 ST 31 S 17 S 8 R 6 R

67 30 R 12 R 18 S 32 S 18 S 9 S 5 R

68 47 T 28 T 19 S 31 S 15 R 9 S 7 S

69 62 ST 31 ST 31 ST 30 R 15 R 9 S 6 R

70 56 T 26 T 30 ST 32 S 16 S 9 S 7 S

71 53 T 25 T 28 T 31 S 15 R 9 S 7 S

72 56 T 30 ST 26 T 32 S 15 R 11 S 6 R

73 56 T 27 T 29 T 32 S 17 S 9 S 6 R

74 55 T 27 T 28 T 31 S 16 S 9 S 6 R

75 54 T 26 T 28 T 29 R 15 R 8 R 6 R

76 59 ST 34 ST 25 T 38 S 21 T 11 S 6 R

77 54 T 29 T 25 T 29 R 15 R 8 R 6 R

78 53 T 18 S 35 ST 31 S 16 S 9 S 6 R

79 60 ST 30 ST 30 ST 38 S 17 S 10 S 11 ST

80 58 ST 33 ST 25 T 25 R 13 R 7 R 5 R

81 53 T 23 T 30 ST 34 S 13 R 9 S 12 ST

82 56 T 29 T 27 T 33 S 17 S 10 S 6 R

83 49 T 26 T 23 T 34 S 16 S 8 R 10 T

84 64 ST 30 ST 34 ST 33 S 15 R 12 T 6 R

85 51 T 25 T 26 T 37 S 18 S 12 T 7 S

86 63 ST 29 T 34 ST 29 R 14 R 9 S 6 R

87 50 T 26 T 24 T 25 R 14 R 8 R 3 SR

88 56 T 26 T 30 ST 33 S 17 S 10 S 6 R

89 59 ST 29 T 30 ST 31 S 16 S 9 S 6 R

90 49 T 28 T 21 S 29 R 15 R 8 R 6 R

KETERANGAN

S = Sedang R = Rendah KPG = KONFLIK PERAN GANDA

DWS = DOMAIN WORK SATISFACTION DFS = DOMAIN FAMILY SATISFACTION TBC = TIME BASED CONFLICT

SBC = STRAIN BASED CONFLICT BBC = BEHAVIOR BASED CONFLICT

ST = Sangat Tinggi T = Tinggi

SR = Sangat Rendah LS = LIFE SATISTAFCTION


(3)

DATA MENTAH SUBJEK PENELITIAN PADA SKALA LIFE SATISFACTION

A_1 A_2 A_3 A_4 A_5 A_6 A_7 A_8 A_9 A_10 TOTAL

1 7 6 6 6 6 5 7 7 5 5 60

2 3 5 1 4 3 5 2 4 2 2 31

3 6 7 4 7 6 7 4 6 5 7 59

4 4 4 4 5 4 4 2 4 3 4 38

5 6 6 5 6 6 6 2 4 2 2 45

6 5 4 3 5 5 5 4 5 2 2 40

7 6 6 6 7 6 7 5 6 2 1 52

8 6 5 6 5 6 6 2 6 6 3 51

9 6 6 5 7 6 7 5 6 3 5 56

10 6 6 6 6 5 5 6 6 4 2 52

11 7 7 7 7 7 7 3 7 7 7 66

12 6 5 7 7 7 7 7 7 7 6 66

13 7 6 6 6 6 6 7 6 4 4 58

14 7 4 6 6 6 5 6 5 6 5 56

15 7 7 7 7 7 7 7 7 2 7 65

16 7 6 6 6 6 6 2 7 6 6 58

17 7 5 6 6 6 6 3 6 6 6 57

18 6 5 6 6 6 5 6 6 6 4 56

19 7 6 7 7 7 7 7 7 5 2 62

20 6 5 5 7 5 6 5 6 5 7 57

21 6 4 5 4 5 4 2 5 2 2 39

22 2 6 4 6 6 6 2 7 2 3 44

23 6 5 6 6 4 4 6 4 2 1 44

24 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 37

25 4 4 5 6 5 5 6 6 5 6 52

26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50

27 5 6 5 6 5 6 4 7 6 7 57

28 6 5 6 5 6 5 6 5 6 5 55

29 6 5 6 6 6 6 4 6 4 5 54

30 3 3 4 4 5 5 2 5 3 3 37

31 6 6 6 6 6 6 5 6 4 5 56

32 6 4 4 6 5 5 6 6 6 6 54

33 6 5 5 5 5 5 3 6 6 4 50

34 7 7 5 7 7 7 3 7 3 1 54

35 6 7 5 6 6 6 6 7 3 2 54

36 6 6 6 6 4 4 5 5 4 4 50

37 4 3 5 4 5 3 6 3 2 2 37

38 6 6 6 7 6 6 5 7 5 4 58

39 7 7 6 7 6 7 6 7 3 3 59

40 7 7 5 7 6 7 6 7 2 7 61

41 6 6 5 6 6 6 5 5 4 6 55

42 5 5 4 5 4 4 2 2 2 1 34


(4)

45 5 6 7 6 6 7 3 7 6 6 59

46 6 5 7 5 7 5 1 5 5 5 51

47 4 6 4 6 4 6 4 6 4 5 49

48 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 42

49 3 4 6 6 4 5 2 6 2 3 41

50 3 5 3 5 3 5 3 5 3 4 39

51 5 6 5 6 5 6 5 6 5 6 55

52 2 6 3 7 3 6 1 7 4 6 45

53 7 6 7 7 7 7 7 6 7 6 67

54 6 6 2 5 6 2 2 6 6 2 43

55 7 7 6 6 6 6 5 6 4 4 57

56 6 6 5 7 6 6 5 6 6 6 59

57 6 4 4 4 3 4 2 4 1 2 34

58 7 3 6 6 6 7 5 7 7 2 56

59 6 6 5 6 6 5 4 5 2 2 47

60 6 4 5 5 6 6 6 6 6 6 56

61 6 5 4 6 4 4 3 5 3 3 43

62 7 7 6 7 6 7 5 7 3 5 60

63 7 6 6 6 6 6 5 6 6 6 60

64 7 6 6 6 6 6 4 5 5 5 56

65 5 4 5 6 6 5 5 6 4 5 51

66 7 7 6 7 6 7 7 7 5 5 64

67 6 6 2 6 2 2 1 3 1 1 30

68 6 4 5 4 6 4 6 5 5 2 47

69 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 62

70 5 5 5 7 6 7 6 6 4 5 56

71 6 5 6 6 6 6 4 6 3 5 53

72 6 6 5 6 6 6 7 6 6 2 56

73 6 7 7 7 6 7 5 7 3 1 56

74 6 6 5 5 6 5 5 6 5 6 55

75 6 6 6 7 6 6 7 7 1 2 54

76 7 6 6 7 7 4 7 4 7 4 59

77 6 6 5 6 6 3 6 6 6 4 54

78 4 7 2 7 4 7 4 7 4 7 53

79 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60

80 7 5 5 5 7 5 7 5 7 5 58

81 6 7 4 7 5 7 6 7 2 2 53

82 6 6 6 5 6 6 6 5 5 5 56

83 5 5 5 5 5 5 5 4 6 4 49

84 6 7 6 7 6 7 6 6 6 7 64

85 6 6 6 6 6 6 3 4 4 4 51

86 7 7 4 7 6 7 7 7 5 6 63

87 6 5 5 5 6 5 4 5 5 4 50

88 6 6 5 6 5 6 5 6 5 6 56

89 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6 59


(5)

DATA MENTAH SUBJEK PENELITIAN PADA SKALA KONFLIK PERAN GANDA

A_1 A_2 A_3 A_4 A_5 A_6 A_7 A_8 A_9 A_10 A_11 A_12 A_13 A_14 TOTAL

1 1 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 4 33

2 2 2 2 1 2 2 3 3 4 3 2 3 3 2 34

3 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 21

4 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 34

5 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 20

6 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 23

7 4 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 22

8 2 2 2 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 23

9 4 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 31

10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28

11 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 32

12 1 3 2 1 3 3 1 2 1 2 3 2 3 2 29

13 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 32

14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 30

15 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 3 1 24

16 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 4 3 1 28

17 3 4 4 1 2 1 2 4 2 2 1 4 3 1 34

18 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 30

19 4 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 1 2 34

20 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29

21 3 3 3 1 3 3 2 2 2 2 2 3 4 2 35

22 3 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 25

23 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 31

24 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 34

25 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 34

26 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 33

27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 31

28 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 35

29 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 36

30 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 3 4 2 42

31 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30

32 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 31

33 2 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 2 34

34 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 20

35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28

36 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 25

37 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 31

38 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 22

39 3 4 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 33

40 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 18

41 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 30

42 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 38

43 1 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 36


(6)

45 1 3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 4 1 24

46 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 32

47 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28

48 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 31

49 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 24

50 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 24

51 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 35

52 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 37

53 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 19

54 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 30

55 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 24

56 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3 3 2 3 2 30

57 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 20

58 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 3 2 21

59 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 22

60 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 31

61 3 3 4 2 3 2 2 3 4 2 3 2 3 4 40

62 3 4 3 3 4 2 4 2 2 3 2 4 3 2 41

63 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 33

64 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 37

65 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 2 3 29

66 2 4 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 31

67 4 1 2 2 2 3 2 3 1 2 2 3 3 2 32

68 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 31

69 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 30

70 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 32

71 2 2 2 2 4 2 1 2 1 2 1 2 4 4 31

72 2 3 2 1 2 2 2 2 2 4 2 3 3 2 32

73 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 32

74 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 31

75 4 3 2 1 3 2 1 1 3 2 1 2 3 1 29

76 3 4 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 4 2 38

77 2 3 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 29

78 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 31

79 3 2 4 3 2 2 3 3 4 2 2 3 2 3 38

80 1 2 2 1 2 3 1 1 1 3 2 1 3 2 25

81 1 3 4 1 2 2 2 2 4 3 2 2 2 4 34

82 3 4 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 33

83 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 34

84 3 2 2 1 4 2 3 3 2 3 2 2 2 2 33

85 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 37

86 2 3 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 29

87 1 3 1 2 2 2 2 1 1 1 2 3 3 1 25

88 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 33

89 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 31