Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Kerja Sama Franchise di Gerai Alfamart Kota Medan

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KONFLIK TERHADAP HUBUNGAN KERJA SAMA FRANCHISE DI GERAI ALFAMART

KOTA MEDAN

OLEH

ROYEN AKBAR 080502093

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Royen Akbar

NIM : 080502093

Program Studi : S1 - Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Usaha Kecil/ Kewirausahaan

Judul : Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Kerja Sama

Franchise di Gerai Alfamart Kota Medan

Medan, Agutus 2014

080502093 Royen Akbar


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Royen Akbar

NIM : 080502093

Program Studi : S1 - Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Usaha Kecil/ Kewirausahaan

Judul : Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Kerja Sama

Franchise di Gerai Alfamart Kota Medan

Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai

Dra. Marhaini, M,S. NIP. 19510506 198002 2 001

Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si NIP. 19621024 198601 2 001

Ketua Program Studi

NIP. 19620513 199203 2 001 Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si.


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Royen Akbar

NIM : 080502093

Program Studi : S1 - Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Usaha Kecil/ Kewirausahaan

Judul : Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Kerja Sama

Franchise di Alfamart Kota Medan

Tanggal : Agustus 2014 Ketua Program Studi Manajemen

NIP. 19620513 199203 2 001

Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si.

Tanggal : Agustus 2014 Ketua Departemen

NIP. 19671019 199303 2 002 Dr. Isfenty Sadalia, S.E., M.E.


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Kerja Sama Franchise di Gerai Alfamart Kota Medan

Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014

080502093 Royen Akbar


(6)

ABSTRAK

PENGARUH KONFLIK TERHADAP HUBUNGAN KERJA SAMA FRANCHISE DI GERAI ALFAMART KOTA MEDAN

Bisnis Franchise adalah bisnis yang melibatkan kerja sama beberapa pihak dan konflik adalah hal yang sangat mungkin terjadi dalam setiap perikatan antaradua pihak. Konflik antara franchisor dan franchisee bisa terjadi dan merupakan hal yang tidak bisa dihindari.Franchisor adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan kewenangan untuk menggunakan bisnis yang sudah ada yang dimilikinya kepada seorang pembeli franchise. Sedangkan Franchisee adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak oleh pebisnis untuk menanamkan modalnya untuk memanfaatkan dan menggunakan usahanya tersebut dari pebisnis tadi.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisispengaruh konflik terhadap hubungan kerja samafranchisedi gerai Alfamart di Kota Medan. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuisioner. Jenis kuisioner ini adalah kuisioner tertutup dengan skala Likert.Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda checklist (√).Kuisioner dengan skala Likert adalah instrument yang umumnya digunakan untuk meminta responden agar memberikan respon terhadap beberapa statement dengan menunjukkan apakah dia sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap statement. Setiap statementakan di beri bobot atau nilai. Jumlah responden adalah 36 reponden yang merupakan keseluruhan gerai yang merupakan franchise Alfamart.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, metode analisis regresi linier berganda, uji hipotesis yang terdiri dari uji signifikan parsial (Uji-t), uji signifikan simultan (Uji-F) dengan taraf signifikan 5%., dan koefisien determinasi (R2)

Berdasarkan nilai R Square sebesar 0.015 berarti 1,5% hubungan kerjasama (Y) dapat dijelaskan oleh variabel konflik (X).Sedangkan sisanya 98,5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini


(7)

ABSTRACT

EFFECT OF CONFLICT OF FRANCHISE COOPERATION RELATIONSHIP IN ALFAMART OUTLETS OF MEDAN CITY

Franchise business is a business that involves the cooperation of several parties and conflict is very likely to happen in any engagement party antaradua. The conflict between the franchisor and franchisee could happen and the things that can not dihindari.Franchisor is a business entity or individual that provides the authority for the use of an existing business that is owned to a franchisee. While the franchisee is a business entity or individual that is granted the right by businessmen to invest to take advantage of and use the efforts of a businessman.

The purpose of the study was to determine the relationship and conflict menganalisispengaruh Alfamart samafranchisedi working in Medan. Data collection methods will be used in this study is a questionnaire method. This type of questionnaire is enclosed with the questionnaire enclosed Likert.Kuisioner scale is a questionnaire that has been provided so that respondents answer in the column just choose the answer that has been provided with a checklist mark (√) .Kuisioner the Likert scale is an instrument generally used to ask respondents to give response to some statements by indicating whether she strongly agree, agree, disagree, disagree, strongly disagree to each statement. Each statementakan given weight or value. The number of respondents was 36 respondents that constitute a franchise outlets Alfamart.

The method used in this research is descriptive quantitative research, the method of multiple linear regression analysis, hypothesis testing which consists of a partial significant test (t-test), significant simultaneous test (Test-F) with a significance level of 5%., And the coefficient of determination (R2).

Based on the value of R Square of 0.015 means that 1.5% cooperative relationships (Y) can be explained by the conflict variable (X) .Sedangkan remaining 98.5% can be explained by other variables not examined in this study .


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari Orangtua tercinta Papa H.Rudi Rudolf, S.E. MM, Mama Hj. Syofianti, SE dan adik-adik saya tersayang (Rendi, Reza, Annisa) serta keluarga besar yang selama perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Isfenty Sadalia, S.E., M.E. dan Dra. Marhayanie, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si. dan Dra. Friska Sipayung, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Dra. Marhaini, M,S., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, arahan kepada Peneliti,

5. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

7. Diah Permata Sari S.Kg, selaku teman baik yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

8. Teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Jurusan S1- Manajemen 2008 dan 2009 yang telah memberikan semangat, harapan dan motivasi yang besar terhadap peneliti sampai selesainya skripsi ini. dan,

9. Kepada seluruh karyawan PT. Gaharu Putra Baja Mandiri yang juga telah memberikan semangat bagi peneliti sampai selesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Besar memberikan anugerah dan Kasih-Nya atas cinta kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka.

Medan, Agustus 2014 Peneliti,


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Konflik ... 11

2.2.1 Pengertian Konflik ... 11

2.2.2 Ciri-Ciri Konflik ... 12

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebeb Timbulnya Konflik ... 13

2.3 Kerjasama ... 19

2.3.1 Pengertian Kerjasama ... 19

2.3.2 Bentuk-Bentuk Kerjasama ... 19

2.3.3 Manfaat Kerjasama ... 20

2.4 Franchise ... 21

2.4.1 Pengertian Franchise ... 21

2.4.2 Sejarah Franchise ... 23

2.4.3 Jenis/Bentuk Franchise ... 25

2.4.4 Keunggulan dan Kelemahan Sistem Franchise ... 25

2.4.5 Kerjasama Franchise ... 27

2.5 Kerangka Konseptual ... 28

2.6 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 31

3.4 Defenisi Operasional ... 32

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 33

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.7 Jenis Data ... 34

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.9.1 Uji Validitas ... 35

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 36


(11)

3.10.1 Analisis Deskriptif ... 37

3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

3.10.3 Analisis Linier Berganda ... 38

3.10.4 Uji Hipotesis ... 39

3.10.5 Koefisien Determinasi (R2) ... 40

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Sejarah Singkat Alfamart ... 41

4.1.1 Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan ... 42

4.1.2 Logo Perusahaan ... 43

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 43

4.2.1 Karakteristik Responden ... 43

4.2.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Konflik dan Hubungan Kerjasama ... 45

4.3 Analisis Linier Sederhana ... 47

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 49

4.4.1 Uji Normalitas……… 49

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ……….. 52

4.5 Uji Hipotesis ... 54

4.5.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 54

4.5.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 56

4.6 Pengujian Koefesien Determinasi (R2) ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu 10

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 33

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 34

Tabel 3.3 Uji Validitas... 36

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas ... 37

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 44

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Usaha Berdiri ... 44

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Franchise ... 44

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Konlik (X) 45 Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Hubungan Kerja Sama (Y) ... 46

Tabel 4.7 Variabel Entered/removed ... 48

Tabel 4.8 Analisis Linier Sederhana ... 48

Tabel 4.9 Uji Kolmogrov Smirnov ... 52

Tabel 4.10 Uji Glejser ... 54

Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 55

Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 57


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29

Gambar 4.1 Logo Perusahaan ... 43

Gambar 4.2 Pengujian Normalitas Histogram ... 50

Gambar 4.3 Pengujian Normalitas P-P Plot ... 51


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 62

2 Output Uji Validitas & Reliabilitas ... 64

3 Daftar Distribusi Jawaban Responden... 65

4 Output Uji Asumsi Klasik ... 67


(15)

ABSTRAK

PENGARUH KONFLIK TERHADAP HUBUNGAN KERJA SAMA FRANCHISE DI GERAI ALFAMART KOTA MEDAN

Bisnis Franchise adalah bisnis yang melibatkan kerja sama beberapa pihak dan konflik adalah hal yang sangat mungkin terjadi dalam setiap perikatan antaradua pihak. Konflik antara franchisor dan franchisee bisa terjadi dan merupakan hal yang tidak bisa dihindari.Franchisor adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan kewenangan untuk menggunakan bisnis yang sudah ada yang dimilikinya kepada seorang pembeli franchise. Sedangkan Franchisee adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak oleh pebisnis untuk menanamkan modalnya untuk memanfaatkan dan menggunakan usahanya tersebut dari pebisnis tadi.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisispengaruh konflik terhadap hubungan kerja samafranchisedi gerai Alfamart di Kota Medan. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuisioner. Jenis kuisioner ini adalah kuisioner tertutup dengan skala Likert.Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda checklist (√).Kuisioner dengan skala Likert adalah instrument yang umumnya digunakan untuk meminta responden agar memberikan respon terhadap beberapa statement dengan menunjukkan apakah dia sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap statement. Setiap statementakan di beri bobot atau nilai. Jumlah responden adalah 36 reponden yang merupakan keseluruhan gerai yang merupakan franchise Alfamart.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, metode analisis regresi linier berganda, uji hipotesis yang terdiri dari uji signifikan parsial (Uji-t), uji signifikan simultan (Uji-F) dengan taraf signifikan 5%., dan koefisien determinasi (R2)

Berdasarkan nilai R Square sebesar 0.015 berarti 1,5% hubungan kerjasama (Y) dapat dijelaskan oleh variabel konflik (X).Sedangkan sisanya 98,5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini


(16)

ABSTRACT

EFFECT OF CONFLICT OF FRANCHISE COOPERATION RELATIONSHIP IN ALFAMART OUTLETS OF MEDAN CITY

Franchise business is a business that involves the cooperation of several parties and conflict is very likely to happen in any engagement party antaradua. The conflict between the franchisor and franchisee could happen and the things that can not dihindari.Franchisor is a business entity or individual that provides the authority for the use of an existing business that is owned to a franchisee. While the franchisee is a business entity or individual that is granted the right by businessmen to invest to take advantage of and use the efforts of a businessman.

The purpose of the study was to determine the relationship and conflict menganalisispengaruh Alfamart samafranchisedi working in Medan. Data collection methods will be used in this study is a questionnaire method. This type of questionnaire is enclosed with the questionnaire enclosed Likert.Kuisioner scale is a questionnaire that has been provided so that respondents answer in the column just choose the answer that has been provided with a checklist mark (√) .Kuisioner the Likert scale is an instrument generally used to ask respondents to give response to some statements by indicating whether she strongly agree, agree, disagree, disagree, strongly disagree to each statement. Each statementakan given weight or value. The number of respondents was 36 respondents that constitute a franchise outlets Alfamart.

The method used in this research is descriptive quantitative research, the method of multiple linear regression analysis, hypothesis testing which consists of a partial significant test (t-test), significant simultaneous test (Test-F) with a significance level of 5%., And the coefficient of determination (R2).

Based on the value of R Square of 0.015 means that 1.5% cooperative relationships (Y) can be explained by the conflict variable (X) .Sedangkan remaining 98.5% can be explained by other variables not examined in this study .


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis Franchise di Indonesia merupakan salah satu pilihan yang banyak

diminati bagi para pemula, karena bisnis franchise merupakan bisnis yang

bermodal relatif kecil. Pada konsep bisnisfranchise yang banyak ditemui saat ini,

sangat mungkin untuk dijalankan bagi seseorang yang memiliki modal keuangan,

namun masih minim pengalaman untuk membuat sebuah bisnis sendiri, dan ingin

memiliki sebuah usaha yang menguntungkan.

Kata franchise berasal dari bahasa Prancis yaitu “Franchise” yang berarti

kejujuran atau kebebasan, yang merupakan hak-hak dalam menjual suatu produk

atau layanan jasa. Menurut versi pada

dimaksud dengan “franchise” adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan

hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual

(HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu

imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam

rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa”.

Asosiasi Franchise Indonesia, mengemukakan kesimpulan mengenai

franchise yaitu sebagai “Sebuah sistem pendistribusian barang atau jasa kepada

pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada


(18)

prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu dan

meliputi area tertentu.”

Perkembangan bisnis franchise di Indonesia memang sangat berkembang

pesat, saat ini banyak sekali jenis-jenis franchise yang sudah memenuhi pasar.

Data Kementerian Perdagangan pada tahun 2013 menunjukkan bisnis franchise

lokal tumbuh lebih besar dari pada bisnis franchise asing yaitu sebesar 11,7 %

pada 2012, sedangkan bisnis waralaba asing tumbuh 6,25. %

franchise di Indonesia sesungguhnya tekah

berkembang sejak lebih dari 20 tahun yang lalu dan tumbuh pesat 10 tahun

terakhir sebelum masa krisis ekonomi tahun 1997. Pada tahun 1984 hanya

terdapat 12 merek franchise, maka pada tahun 1996 diperkirakan sudah terdapat

lebih dari 200 merek franchise. Usaha franchisee masih didominasi oleh

merek-merek asing.

Dalam hal pembinaan usaha kecil menengah, sistem waralaba

memungkinkan pola-pola pembinaan yang dilaksanakan lebih terukur dan

akuntabel. Dan pola pembinaan yang diambil pun aplikatif bagi semua opsi pola

pembinaan karena sistematika operasi bisnis usaha waralaba yang standar dengan

format tertentu. Dalam jangka panjang harus diakui bahwa peran ukm yang

jumlahnya sangat dominan dalam struktur perekonomian Indonesia sangat

strategis dan seharusnya dijadikan landasan pembangunan ekonomi nasional.

Waralaba menjadi alternatif pilihan karena melalui bisnis waralaba ukm


(19)

pengawasan mutu, pengetahuan dan pengenalan tentang lokasi bisnis, dan

resikonya sangat kecil.

Ini menunjukkan setidaknya sebuah indikasi respon yang baik dari

masyarakat terhadap bisnis perdagangan franchise. Kebutuhan akan perlengkapan

makanan, minuman serta peralatan membuat bisnis perdagangan eceran

berpotensi melahirkan pasar yang agresif. Kelompok pendapatan masyarakat

manapun pasti mempunyai kebutuhan sehari-hari seperti peralatan rumah,

makanan pokok dan kebutahan lainnya.

Potensi bisnis franchise di Indonesia bisa terbilang sangat menguntungkan

dalam jangka waktu yang lama, namun perlu diperhatikan mengenai pemilihan

bentuk franchise itu sendiri, karena tidak semua jenis usaha franchise, akan cocok

dijalani untuk setiap orang. Bisnis franchise modal kecil mungkin bisa relatif

untuk setiap orang, tapi unt

membutuhkan keuletan dalam menjalaninya.

Bisnis Franchise adalah bisnis yang melibatkan kerja sama beberapa pihak

dan konflik adalah hal yang sangat mungkin terjadi dalam setiap perikatan

antaradua pihak. Konflik antara franchisor dan franchisee bisa terjadi dan

merupakan hal yang tidak bisa dihindari.Franchisor adalah badan usaha atau

perorangan yang memberikan kewenangan untuk menggunakan bisnis yang sudah

ada yang dimilikinya kepada seorang pembeli franchise.Sedangkan Franchisee

adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak oleh pebisnis untuk

menanamkan modalnya untuk memanfaatkan dan menggunakan usahanya


(20)

Konflik yang ditimbulkan oleh masalah-masalah hubungan pribadi dengan

ruang lingkup yang kecil kadang-kadang memiliki dampak luas dalam suatu

organisasi.Ketidaksesuaian tujuan dan nilai-nilai pribadi seseorang dalam jabatan

tertentu yang diembannya seringkali sangat resisten terhadap konflik. Secara

umum konflik tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi hanya bisa ditekan atau

dikurangi kualitas, kuantitas dan intensitasnya.

Dalam proses interaksi antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya

tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara individu

pelaksananya. Setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik antar individu

maupun antar kelompok dalam organisasi.Banyak faktor yang melatar belakangi

munculnya ketidakcocokan atau ketegangan, komunikasi yang buruk, perbedaan

nilai, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang akhirnya membawa

organisasi ke dalam suasana konflik (Gibson, 2009:437).

Konflik yang terjadi pada usaha franchise biasanyafranchisor telah

mengorbankan banyak waktu, tenaga dan biaya dalam membangun sistem

franchise. Didalam bisnis franchise sistem dibuat untuk mengontrol kualitas

usahanya yang harus diikuti oleh franschisee, namun di sisi lain, franchisee sering

menolak menjalankan aturan yang dianggap tidak adil atau merugikan dirinya.

Bila ketegangan antara dua pihak berlangsung lama, maka berbagai bentuk

perselisihan dan permusuhan akan menjadi konflik yang pada akhirnya akan

menjauhkan mereka dari tujuan awal kerjasama ini.

Di dalam bisnis franchise, Franchisor menentukan kualifikasi yang tinggi


(21)

penuh dalam berbagai aspek untuk mencapai sukses, maka ketika kenyataannya

tidak sesuai dengan harapan, yang terjadi adalah kekecewaan bahkan frustasi. Hal

ini lah yang juga terjadi dalam mengelolah suatu bisnis/usaha seperti

franchise(Gibson, 2009:437).

Ada empat permasalahan yang sangat penting diperhatikan oleh franchisor

yang berpotensi menjadi wilayah konflik, yaitu :

1. Penyeleksian (Franchisee Recruiting)

Franchisor harus sangat berhati-hati dalam mengevaluasi dan menyaring calon franchisee-nya, karena itu penting menetapkan kriteria, meneliti dan

memastikan mereka memiliki latar belakang keuangan dan pengalaman dalam

mengoperasikan bisnis.

Franchisee biasanya diberikan kebebasan untuk memilih lokasi bisnisnya,

namun pihak Alfamartjuga memiliki hak untuk menerima atau menolak lokasi

yang diajukan franchisee, akan tetapi sejak awak franchisor harus sudah

memberikan kriteria yang jelas mengenai pemilihan lokasi yang diinginkan

dengan berbagai faktor pertimbangan seperti targetmarket, ukuran luas,

kesesuaian lokasi dengan jenis usaha, kapasitas parkir, biaya pengembangan,

kemudahan akses, kompetitor usaha sejenis, demografi, populasi dan lain-lain.

2. Dukungan dan Pengawasan (Supervision and Support)

Franchisee biasanya individu independen yang ingin menjalankan bisnis untuk diri mereka sendiri, mereka juga tertarik pada franchise karena bimbingan dan

dukungan yang ditawarkan oleh franchisor yang menawarkan konsep bisnis


(22)

Pengawasan berlebihan oleh pihak Franchisorbiasanya tidak diperlukan dan

bahkan dapat mengganggu kemampuan franchisee untuk menjalankan bisnis.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pengawasan, diantaranya

dengan memelihara kontak rutin melalui telepon, SMS, email dan melakukan

kunjungan sebagai tanda bahwa franchisorselalu menunjukkan kesediaan

untuk membantu menyelesaikan masalah franchisee dan berkomitmen

membantu mencapai tujuan franchisee. Kurangnya dukungan bisa

menyebabkan ketidakpuasan dan berakhir konflik.Franchisee juga

menginginkan support dalam bentuk pengembangan produk baru, sehingga

franchisormemang harus sudah siap dengan Research & Development (R & D).

3. Kontrol Kualitas (Quality Control)

Quality Control(kontrol kualitas) bertujuan menjaga danmengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sesuaidengan rencana.Pemberi

franchise dan setiap orang yang memperoleh hak tersebut berhak untuk melakukan pengawasan atas gerai termasuk memeriksa keadaan dan kondisi

daripada gerai dan produk yang dijual, melakukan perhitungan persediaan dan

uang tunai (stock cash opname).

4. Praktek Akuntansi dan Prosedur (Accounting practices and Procedures)

Franchisee wajib membuat catatan atau laporan harian, bulanan atau tahunan atas setiap transaksi penjualan produk atau transaksi lainnya, dan


(23)

franchisee.Biaya administrasi wajib dibayar oleh franchisee kepada franchisor selama periode franchise/perpanjangan periode pada setiap bulannya.

Salah satu perusahaan francishe perdagangan eceran nasional yang

berkembang di Indonesia dan juga menjadi objek penelitian ini adalah PT Sumber

Alfaria Trijaya Tbk dengan merk dagangAlfamart.Didirikan pada tahun 1989 oleh

Djoko Susanto dan keluarga, mengawali usahanya di bidang perdagangan dan

distribusi, kemudian pada 1999 mulai memasuki sektor minimarket. Ekspansi

secara ekponensial dimulai Perseroan pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141

gerai Alfaminimart dan membawa nama baru Alfamart. Saat ini Alfamart

merupakan salah satu yang terdepan dalam usaha ritel, dengan melayani lebih dari

2,1 juta pelanggan setiap harinya di hampir 6.000 gerai yang tersebar di Indonesia.

Alfamart menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang

terjangkau, tempat belanja yang nyaman,serta lokasi yang mudah dijangkau.

Didukung lebih dari 60.000 karyawan menjadikan Alfamart sebagai salah satu

pembuka lapangan kerja terbesar di Indonesia

Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul

“Pengaruh konflik terhadap hubungan kerjasama franchise di gerai Alfmart Kota Medan.”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah

“Apakahkonflikberpengaruh terhadap hubungan kerja sama franchisedi gerai


(24)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisispengaruh

konflik terhadap hubungan kerja samafranchisedi gerai Alfamart di Kota Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Alfamart

Sebagai bahan masukan terhadap pemilik usaha terutama dalam menyukseskan

bisnis franchise yang digelutinya.

2. Bagi peneliti

Sebagai suatu sumber pengetahuan untuk peneliti dalam memperluas wawasan

mengenai pengaruh konflik terhadap hubungan kerjasama franchise.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian mengenai

objek yang sama, yakni pengaruh konflik terhadap hubungan kerjasama


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Sandi (2013) dengan judul “Pengaruh Konflik

Terhadap Hubungan Kerjasama Pada Ayaam Penyet Surabaya di Medan”.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatf, dimana peneliti

sebagai instrument kunci, pengambil sampel. sumber data dilakukan secara

purposive dan snowball.teknik pengambilan dengan triangulasi, analisis data

bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada

generalisasi. Hasil penelitian menunjukkan konflik yang terjadi pada kerja sama

fanchise pada ayam penyet Surabaya di Medan terjadi namun masih pada tahapan

konlik yang masih tersembunyi (Laten) dan kedua konflik yang mendahului

(antecedent condition). Dampak dari kedua tahapan konflik yang terjadi tdidak

terlau besar dan tidak menggangu hubungan kerja sama tersebut. dimana mereka

mengijinkan pertimbangan atas keyamanan dari tindakan satu pihak dengan

standar yang pasti dalam melengkapi penyusunan dasar untuk penyelesaian

konflik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratih (2011) dengan judul “Penyelesaian

konflik antara pihak pemberi waralaba dengan pihak penerima waralaba dalam

perjanjian waralaba (studi kasus di PT. Baba rafi Indonesia)”Metode analisis yang

dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif,teknik pengumpulan data dengan


(26)

jawaban bahwa bentuk penyelesaian konflik yangdipilih oleh P.T. Baba Rafi

Indonesia untuk menyelesaian konflik yang disebabkan olehwanprestasi berupa

tidak dibayarnya royalty fee oleh pihak penerima waralaba adalah melalui

jalur pendekatan non litigasi. pendekatan secara persuasif dan perdekatan secara

personal

Tabel 2.1

Mapping Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Hasil Penelitian

1. Sandi 2013

Pengaruh konflik terhadap hubungan kerjasama franchise pada Ayam Penyet Surabaya di Medan

Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatf, dimana

peneliti sebagai instrument kunci, pengambil sampel. sumber data dilakukan secara purposive dan snowball.teknik

pengambilan dengan triangulasi, analisis data bersifat

induktif/kualitatifdan hasil

penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Hasil penelitian menunjukkan konflik yang terjadi pada kerja sama fanchise pada ayam penyet Surabaya di Medan terjadi namun masih pada tahapan konlik yang masih tersembunyi (Laten) da kedua kond\flik yang mendahului (antecedent condition). Dampak dari kedua tahapan konflik yang terjadi tdidak terlau besar dan tidak menggangu hubungan kerja sama tersebut. diaman mereka menijikan pertimbangan atas keyamanan dari tindakan satu pihak dengan standar yang pasti dalam melengkapi penyusunan dasar untuk penyelesaian konflik.

2. Ratih 2011

Penyelesaian

konflik antara pihak pemberi waralaba dengan pihak penerima waralaba dalam perjanjian

waralaba (studi kasus di PT. Baba rafi Indonesia)

Metode analisis yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif,teknik

pengumpulan data dengan cara wawancara dan studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jawaban bahwa bentuk penyelesaian konflik yang

dipilih oleh P.T. Baba Rafi Indonesia untuk menyelesaian konflik yang disebabkan oleh wanprestasi berupa tidak dibayarnya royalty fee oleh pihak penerima waralaba adalah melalui

jalurpendekatan non litigasi. pendekatan secara persuasif dan perdekatan secara personal.


(27)

2.2 Konflik

2.2.1 Pengertian Konflik

Dalam kehidupan yang dinamis antar individu dan antar komunitas, baik

dalam organisasi maupun di masyarakat yang majemuk, konflik selalu terjadi

manakala saling berbenturan kepentingan. Konflik didefinisikan sebagai suatu

proses interaksi sosial dimana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih,

berbeda atau bertentangan dalarn pendapat atau tujuan mereka.

Menurut Engkoswara &Komariah (2010:166) mengatakan “konflik adalah

segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih

pihak”. Pertentangan kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada

sarana yang dipakai. Masing-masing ingin membela nilai yang telah mereka

anggap benar,dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik

secara halus maupun kasar.

Ada definisi lain tentang konflik kerja yaitu: Ketidaksesuaian antara dua

atau lebih anggota-anggota atau kelompok (dalam suatu organisasi/perusahaan)

yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan

atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai

atau persepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota

organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain. Selain

itu konflik diartikan sebagai perbedaan, pertentangan dan perselisihan" (Murni

dan Veithzal, 2009:805).

Menurut Antonius, dkk (2002:175) konflik adalah suatu tindakan salah


(28)

dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan

kerjasama antar pribadi. Sedangkan menurut Scannel (2010:2) konflik adalah

suatu hal alami dan normal yang timbul karena perbedaan persepsi, tujuan atau

nilai dalam sekelompok individu.

2.2.2 Ciri-Ciri Konflik

Menurut Wijono( 2003:37) Ciri-ciri Konflik adalah :

1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang

terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.

2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun

kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya

nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.

3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang

direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap

pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung

jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi

dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau

pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri,

kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.

4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat

pertentangan yang berlarut-larut.

5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang

terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan,


(29)

Organisasi terdiri dari berbagai rnacarn koniponen, dan tidak

jarangkomponen-komponen tersebut bersinggungan dan menjadikan suatu konflik

diantaraorganisasi tersebut. Terdapat beberapa tahapan perkembangan kearah

terjadinyakonflik, yaitu:

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Konflik

Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi yang melatar

belakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai

sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga kategori, yaitu: komunikasi, struktur,

dan variabel pribadi.

1. Komunikasi

Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan

kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber

konflik.Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik,

pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran

komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi

anteseden untuk terciptanya konflik.

2. Struktur

Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup:

ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota

kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan

anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan

derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa


(30)

terjadinya konflik.Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi

kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.

3. Variabel Pribadi

Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi:

sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang

menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan

individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu,

misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah

orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah satu dari

kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan

hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi

konflik. Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan (perceived

conflict).

Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa

cemas, tegang, frustrasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah

menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict}.Selanjutnya, konflik yang telah

disadari dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang

nyata, jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku.

Misalnya, serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik,

huru-hara, pemogokan, dan sebagainya.

Ada empat permasalahan yang sangat penting diperhatikan oleh franchisor

yang berpotensi menjadi wilayah konflikGibson (2009:46), yaitu :


(31)

Franchisor harus sangat berhati-hati dalam mengevaluasi dan menyaring calon franchisee-nya, karena itu penting menetapkan kriteria, meneliti dan

memastikan mereka memiliki latar belakang keuangan dan pengalaman dalam

mengoperasikan bisnis.Didalam bisnis Franchise, Calon Franchisee harus

memiliki kekuatan keuangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

modal usaha, termasuk juga untuk penggajian, sewa, pembelian produk, pajak,

dan kebutuhan tak terduga lainnya. Idealnya, calon franchisee harus memiliki

latar belakang menjalankan bisnisserupa atau yang sejalan dengan bisnis

franchise atau setidaknya pengalaman bekerja yang memadai.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap sukses frachisee itu adalah motivasi,

loyalitas, dan komitmen. Tentu saja, hampir mustahil untuk mengevaiuasi

calon franchisee hanya dari test tertulis, oleh karena itu franchisor harus

melakukan wawancara langsung termasuk juga dengan beberapa referensi yang

mereka berikan jika ada, setidaknya franchisor mempunyai gambaran awal

yang cukup banyak tentang figur calonfranchiseenya.Berhati-hati bila sejak

awal calon franchisee sudah memunculkan sikap bermusuhan dan memancing

perdebatan.Site Selection and Territorial Rights.

Franchisee seringkali mengharapkan banyak bantuan dalam pemilihan lokasi.

Biasanya pertimbangan franchisee lebih pada dana yang harus dikeluarkan dan

bagaimana tingkat pengembaliannya nanti. Franchisee akan diberikan wilayah

eksklusif di mana tercantum dalam perjanjian sebagai radius tertentu untuk

wilayahfranchisee lainnya karena ini akan menimbulkan konflik antara


(32)

2. Dukungan dan Pengawasan (Supervision and Support)

Franchisee biasanya individu independen yang ingin menjalankan bisnis untuk diri mereka sendiri, mereka juga tertarik pada franchise karena bimbingan dan

dukungan yang ditawarkan oleh franchisor yang menawarkan konsep bisnis

yang mapan dan terbukti berhasil. Sebuah bisnis franchise dikatakan sukses

tidak hanya sebatas dapat memenuhi komitmen kontrak yang ditetapkan oleh

perjanjianfranchise, tetapi franchisor bisa memberikan dukungan dan

pengawasan tambahan yang bahkan tidak tercantum dalam kesepakatan.

Pengawasan mengingatkan franchisor akan kesulitan yang mungkin dihadapi

franchisee dan selalu mengingatkan untuk kembali kepada sistem.

Kegagalan dalam merespon dan mengelola masalah yang terjadi di operasional

franchisee, akan membuat masalah semakin menumpuk dan menciptakan

hubungan permusuhan antara para pihak. Dalam hal ini, sangat mungkin para

franchisee saling berkomunikasi dan membentuk asosiasi

franchisee.Franchisor dapat juga menawarkan layanan konsultasi manajemen

untuk program-program khusus dalam upaya pemasaran atau bahkan

memberikan bantuan pada akses pendanaan dengan pihak ketiga. Komunikasi

yang baik antara franchisee dan franchisor akan mengurangi kemungkinan

timbulnya konflik, sehingga yang terjadi adalah bagaimana tujuan awal

kerjasama kedua pihak bisa diwujudkan dengan saling menguntungkan.

3. Kontrol Kualitas (Quality Control)

Kontrol kualitas (Quality Control) bertujuan menjaga danmengarahkan agar


(33)

kualitas sangat diperlukan dalam memproduksi suatu barang untuk menjaga

kestabilan mutu. Tidak hanya dalam industri,kontrol kualitas dibutuhkan juga

pada manajemen.

4. Praktek Akuntansi dan Prosedur (Accounting practices and Procedures)

Perubahan yang cepat dalam masyarakat telah menyebabkan semakin

kompleksnya pengelolaan badan usaha atau perusahaan.Di samping itu, adanya

peningkatan aktivitas usaha suatu perusahaan baik yang profit maupun yang

non profit dirasakan sebagai beban yang berat.Oleh karena itu, agar semua

kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik dan lancar, suatu perusahaan

memerlukan informasi mengenai keadaan seluruh kegiatan perusahaan secara

cepat dan dapatdiandalkan.Salah satu informasi yang sangat penting dan

diperlukan oleh perusahaan adalah informasi mengenai keadaan keuangan dan

hasil usaha yang telah dicapai.Informasi yang menyajikan keadaan tersebut

dikenal sebagai akuntan.

5. Misuse of Advertising fund (Penyalahgunaan dana Periklanan)

Dengan adanya pengawasan yang tepat, penyalagunaan dana periklanan oleh

pihakfranchisee dapat dihindarkan. 6. Unequal Treatment

Unequal Treatment adalah jumlah seluruh penghasilan yang memenuhi pengertian penghasilan, apabila jumlahnya sama dikenakan tarif yang sama,

tanpa membedakan jenis-jenis penghasilan atau sumber penghasilan.


(34)

Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana

tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk

keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Baik transfer

uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang

yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang lain

mengkredit. Keuntungan transaksi Transfer adalah menghemat waktu, lebih

aman, Tidak perlu modal, tidak ada biaya menerima, dana langsung tersedia,

relatif mudah, jarang ada transaksi palsu, dan tidak ada biaya membayar

(kecuali transfer beda bank/beda kota atau negara)

8. Training for Franchisor's Management and Sales Team (Pelatihan Manajemen

Franchisor dan Tim Penjualan)

Pelajaran pertama yang dipelajari oleh profesional penjualan berbagai

pembinaan komunikasi persuasif dengan berbagai populasi.Staf penjualan

dalam berhubungan dengan konsumen khawatir tentang anggaran mereka,

eksekutif yang sibuk dan orang-orang yang tidak pernah menganggap membeli

produk perusahaan.

9. Documentation (Dokumentasi)

Pengelolaan dokumen suatu perusahaan merupakan salah satu unsur dari

pengelolahan informasi perusahaan.Dokumen perusahaan sebagai data, catatan,


(35)

2.3 Kerjasama

2.3.1 Pengertian Kerjasama

Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama.

Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untukmencapai suatu

hasil (Baron & Byane, 2000). Menurut Sunarto (2000:58) Kerjasama

(Cooperation) adaiah adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah

pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama

(Cooperation) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok diantara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan

mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.

2.3.2 Bentuk-Bentuk Kerjasama

1. Merger

Merger adalah suatu penggabungan satu atau beberapa badan usaha sehingga

dari sudut ekonomi merupakan satu kesatuan, tanpa melebur badan usaha yang

bergabung.Di pandang dari segi ekonomi, ada dua jenis merger, yaitu merger

horizontal dan merger vertikal.

2. Joint Venture

Joint venture secara umum dapat di artikan sebagai suatu persetujuan di antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan kerjasama dalam suatu


(36)

perjanjian yang harus tetap berpedoman kepada syarat sah-nya suatu perjanjian

sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHP perdata.

Menurut Amirizal joint venture adalah kerjasama antara pemilik modal

asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian

belaka (contractueel). Subjek dari joint venture dapat di bagi menjadi dua jenis

kerjasama yaitu:

1. Antara orang atau badan hukum RI dengan orang atau badan hukum RI

2. Antara orang atau badan hukum RI dengan orang atau badan hukum

asing/lembaga internasional.

3. Franchise

Waralaba yang dulu dikenal dengan istilah franchise sekarang diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang franchise. Franchise

adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha

terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan

barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau

digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian franchise.

2.3.3 Manfaat Kerjasama

Menurut H. Kusnadi (2003:78) mengatakan bahwa berdasarkan

penelitiankerja sama mempunyai beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

1. Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan

peningkatan produktivitas.

2. Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih


(37)

3. Kerja sama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi

akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing

meningkat.

4. Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait

serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.

5. Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat

kelompok.

6. Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi

dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan

situasi dan kondisi yang telah baik.

2.4 Franchise

2.4.1 Pengertian Franchise

Franchising adalah suatu sistim pemasaran berkisar tentang perjanjian dua belah pihak, dimana franchisee menjalankan bisnis sesuai dengan syarat-syarat

yang ditentukan oleh franchisor.Franchising dapat pula berarti sistem pemasaran

yang melibatkan dua belah pihak yang terikat perjanjian, sehingga usaha franchise

harus dijadikan sesuai dengan aturan-aturan dari franchisor.

Secara umum franchise dapat diartikan sebagai pengaturan bisnis yang

memiliki perusahaan (franchisor) memberi/menjual hak kepada pihak pembeli

atau penerima hak (franchisee) untul menjual produk dan atau jasa perusahaan

franchisor tersebut dengan peraturan dan syarat-syarat lain yang telah ditetapkan oleh franchisor.


(38)

Menurut European Code of Ethics for Franchising di dalam sewu

(2004:5-6) “Franchise adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi,

yang didasarkan pada kerjasama tertutup dan terus menerus antara pelaku-pelaku

independent (maksudnya franchisor dan individual franchisee) dan terpisah baik

secara legal (hukum) dan keuangan, dimana franchisor memberikan hak pada

individual franchisee, dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan

bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor”.

Kemudian pengertian franchise menurut Asosiasi Franchise Indonesia

adalah: “Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir,

dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau

perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan

cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi

area tertentu”.

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik

Indonesia No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Franchise, “Franchise adalah perikatan dimana

salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak

atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh

pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam


(39)

Beberapa terminologi berkaitan dengan usaha franchise:

1. Franchisoradalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada

pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan

intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

2. Franchiseeadalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk

memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau

penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi franchise

2.4.2 Sejarah Franchise

Pertama kali franchise dikenalkan pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer,

pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin

jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali

memperkenalkan format bisnis franchise ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti

oleh franchisor lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca-Cola.

Namun menurut sumber lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah

Coca-Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, General Motors Industry ditahun

1898.

Franchise saat ini lebih didominasi oleh franchise rumah makan siap saji, Kecenderunganfranchise ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer

membuka restoran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson

bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern.

Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri


(40)

membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Selain

franchise makanan cepat saji belakngan ini juga berkembang franchise berbentuk toko perdagangan eceran dan minimarket yang menjual kebutuhan sehari-hari

masyarakat.. minimarket tersebut tersebut menjual barang barang seperti

sembako, peralatan rumah tangga, rokok, makanan ringan dan sebagainya. Contoh

franchise toko eceran yang berasal dari luar negeri Carrefour. Minimart, Circle K, Seven 11, dan dari Indonesia Alfamat dan Indomaret.

Dalam perkembangannya, sistem bisnis franchise mengalami berbagai

penyempurnaan terutama di tahun 1950-an yang kemudian dikenal menjadi

franchise sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai franchise generasi kedua. Perkembangan sistem franchise yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan franchise digemari sebagai suatu

sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha

ritel yang ada di AS.

Sedangkan di Inggris, berkembangnya franchise dirintis oleh J. Lyons

melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis franchise

tidak mengenal diskriminasi. Pemilik (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra

usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.

Kategori franchise berbeda-beda antara lain: franchise dalam bentuk makanan,

pendidikan dan lain-lain. salah satu bentuk nya adalah dan masih banyak lagi

franchise yang berkembang di Indonesia ini


(41)

2.4.3 Jenis/Bentuk Franchise

Dalam praktek franchise terdiri dari empat bentuk:

1. Product Franchise

Suatu bentuk franchise dimana penerima franchise hanya bertindak

mendistribusikan produk dari petnernya dengan pembatasan areal

2. Processing or Manufacturing Franchise

Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat

suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek

dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam

industri makanan dan minuman.

3. Bussiness Format atau System Franchise

Franchisor memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu

paket, seperti yang dilakukan oleh Mc.Donald’s dengan membuat variasi

produknya dalam bentuk paket.

4. Group Trading Franchise

Bentuk franchise yang menunjuk pada pemberian hak mengelola

toko-tokogrosir maupun pengecer yang dilakukan toko serba ada.

2.4.4 Keunggulan dan Kelemahan Sistem Franchise

Franchising juga merupakan strategi perluasan dari suatu usaha yang telah berhasil dan ingin bermitra dengan pihak ketiga yang serasi, yang ingin berusaha,

dan merniliki usaha sendiri. Sistem franchise ini mempunyai

keunggulan-keunggulan dan juga kerugian-kerugian. Keunggulannya adalah: “Seperti dalam


(42)

bisnis baru dengan cepatberdasar pada suatu merek dagang yang telah terbukti

bisnisnya, tidak sama seperti dengan membangun suatu merek dan bisnis baru dari

awal mula”.

Selain itu menurut Rachmadi keunggulan lainnya dari sistem franchise

bagi franchisee, antara lain:

1. Pihak franchisor memiliki akses pada permodalan dan berbagi biaya dengan

franchisee dengan resiko yang relatif lebih rendah.

2. Pihak franchisee mendapat kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis dengan

cara cepat dan biaya lebih rendah dengan produk atau jasa yang telah teruji dan

terbukti kredibilitas mereknya.

3. Lebih dari itu, franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam

hal pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan

pemasaran. (Rachmadi, 2007:7-8)

Sedangkan kerugian sistem franchise bagi franchisee menurut

Rachmadi(2007:9) adalah:

1. Sistem franchise tidak memberikan kebebasan penuh kepada franchisee karena

franchisee terikat perjanjian dan harus mengikuti sistem dan metode yang telah dibuat oleh franchisor.

2. Sistem franchise bukan jaminan akan keberhasilan, menggunakan merek

terkenal belum tentu akan sukses bila tidak diimbangi dengan kecermatan dan

kehati-hatian franchisee dalam memilih usaha dan mempunyai komitmen dan


(43)

3. Franchisee harus bisa bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik dalam

hubungannya dengan franchisor.

4. Tidak semua janji franchisor diterima olehfranchisee.

5. Masih adanya ketidakamanan dalam suatu franchise, karena franchisor

dapatmemutuskan atau tidak memperbaharui perjanjian.

2.4.5 Kerjasama Franchise

Format bisnis franchise telah berkembang secara luas dalam sektor

ekonomi di USA dan UK (Mandelsohn, 1995:69). Pemberian ijin franchisor

kepada franchisee untuk mengembangkan bisnis menggunakan mereknya. Pada dasarnya franchisor menyediakan proses managerial kepada franchisor untuk

menjalankan bisnis sesuai dengan kontrak franchise (Cughlan, 2001:86). Sistem

franchise tidak hanya sekedar sistem ekonomi tapi juga sistem sosial karena

adanya unsur relationship yang berdasarkan dimensi ketergantungan, komunikasi

dan konflik (Stern dan Reve dalam Tikoo, 2005:331).

Hubungan kerjasama antara franchisor dalam mempengaruhi franchisee

sering disertai dengan konflik.Dari hasil penelitian Tikoo (2005:329) peran

franchisor meliputi permintaan, ancaman dan perjanjian mempunyai hubungan

positif terhadap perselisihan hubungan franchise.Konflik sendiri biasanya terjadi

disebabkan oleh asimetri distribusi atas kekuatan franchisor (Quinn dan Doherty,

2000:354).

Aspek konflik harus dikelola untuk menciptakan hubungan baik antara

franchisor dan franchisee.Karena hubungan franchise tidak dapat dikendalikan


(44)

hubungan negatif terhadap ketergantungan franchisee.Artinya keterikatan

franchisee tidak bisa dilakukan dengan tekanan pihak franchisor.Sehingga solusi terbaik adalah terciptanya hubungan fair/adilatas 2 (dua) arah antara franchisor

dengan franchisee (Tikoo, 2005:329) misal menggunakan pertukaran informasi (information exchange), kesanggupan (promise), pengendalian diri (restrain) atas

penekanan sebelumnya demand, treat dan legalistic dalam mempengaruhi

franchisee.

Dimensi dari hubungan baik antara franchisor dan franchisor adalah

information exchange, recommedations, promises, request, treat, legalistic pleas (Tikoo, 2005:329). Kualitas hubungan digambarkan sebagai kedalaman dan iklim

organisasi dari sebuah hubungan antar perusahaan. Dalam dunia franchise ada

beberapa studi yang menyatakan variabel yang menggambarkan atas kualitas

hubungan dalam jaringan franchise yaitu kepercayaan komitmen, konflik,

kekeluargaan, kerjasama. (Monroy dan Alzola, 2005:585). Sehingga merupakan

suaru hal yang penting mengukur kualitas hubungan antara franchisor dengan

franchisee untuk menetapkan kekuatan hubungan ini dan untuk menjelaskan

bahwa bukan hanya dalam networkpatner tapi dalam kinerja penjualan.

2.5 Kerangka Konseptual

Agar organisasi dapat tampil efektif, maka individu dan kelompok yang

saling tergantung itu harus menciptakan hubungan kerja yang saling mendukung

satu sama lain, menuju pencapaian tujuan organisasi. Namun, sebagaimana


(45)

hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika

masing-rnasing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan

sendiri-sendiri dan tidak saling bekerjasama satu sama lain.

Jadi, konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya

ketidak sesuaian atau perbedaan antara dua pendapat (sudut pandang), baik itu

terjadi dalam ukuran (organisasi), derajat spesialisasi yang diberikan kepada

anggota keorganisasi, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara

tujuan anggota dengan tujuan organisasi, gaya kepemimpinan, dan sistem imbalan

yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat, baik pengaruh positif maupun

dalam sebuah organisasi.

Menurut Minnery (1998) konflik organisasi merupakan interaksi antara

saru sama lain yang mempunyai hubungan kerjasama dan saling tergantung,

namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.

Menurut Robbin (1996:431) menyatakan konflik dalam hubungan

kerjasama organisasi disebut the conflict paradox, yaitu pandangan bahwa disisi

konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja hubungan kerjasama kelompok,

tetapi disisi lain kebanyakan kelompok menurut organisasi berusaha untuk

meminimalisasikan konflik.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Konflik (X) Hubungan Kerjasama


(46)

2.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian menunjukkan secara jelas arah pengujiannya, dengan

kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di

lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah konflik berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap hubungan kerja samafranchise di gerai


(47)

BAB III

METODE PENELITTAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, Bungin (2011: 89)

menyatakan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di

masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.

Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk

menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan

hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep,

mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam

ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di gerai Alfamart, di Kota Medan.Pelaksanaan

penelitian ini dimulai selama 3 (tiga) bulan daribulan April 2014 sampai bulan

Juni 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari

kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam


(48)

1. Variabel Bebas :Konflik (X)

2. Variabel Terikat :Hubungan Kerja Sama Franchise (Y)

3.4 Defenisi Operasional

Penguraian defenisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti

merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian.

Selain itu juga bertujuan memberikan batasan-batasan pada objek yang akan

diteliti. Defenisi operasional variabel-variabel tersebut adalah :

1. Konflik (X)

Ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok (dalam

suatu organisasi/perusahaan) yang harus membagi sumber daya yang terbatas

atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka

mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Konflik kerja juga

dapat diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk

beroposisi terhadap anggota yang lain

2. Hubungan Kerja Sama Franchise (Y)

Format bisnis danpemberian ijin franchisor kepada franchisee untuk

mengembangkan bisnis menggunakan mereknya.Kualitas hubungan

digambarkan sebagai kedalaman dan iklim organisasi dari sebuah hubungan


(49)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala

Pengukuran

Konflik(X)

Ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok (dalam suatu organisasi/perusahaan) yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain

1.Timbulnya pertentangan 2.Perbedaan persepsi 3.Gangguan internal 4.Hambatan 5.Muculnya ketidakseimbangan 6.Perbedaan kepentingan Likert Hubungan Kerja Sama Franchise (Y)

Format bisnis dan pemberian ijin franchisor kepada franchisee untuk mengembangkan bisnis menggunakan mereknya. Kualitas hubungan digambarkan sebagai kedalaman dan iklim organisasi dari sebuah hubungan antar perusahaan

1.Peran

2.Tanggung Jawab

Franchisor 3.Pengambilan

Keputusan

Likert

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah

denganmenggunakan skala Likert.Skala Likert digunakan untuk mengukursikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentangfenomena sosial.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebutdijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yangdapat berupa pernyataan atau pertanyaan

(Sugiyono, 2007:86). SkalaLikert menggunakan lima tingkatan jawaban sebagai


(50)

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Item Instrumen Skor

1. 2. 3. 4. 5.

Sangat Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

Sumber: Sugiyono (2007:133)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh gerai franchise Alfamart di

Kota Medan yang berjumlah 36gerai. Untuk menentukan sampel diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (sensus).

3.7 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dariresponden terpilih

pada lokasi penelitian.Data primer diperolehdengan memberikan daftar

pertanyaan (Kuesioner) kepada pemilik gerai Alfamart.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen baikdari

buku, jurnal, majalah, situs internet dan berbagai informasi yang dimiliki oleh

gerai Alfamart yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu


(51)

Likert.Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih jawaban pada kolom yang sudah disediakan

dengan memberi tanda checklist (√).Kuisioner dengan skala Likert adalah instrument yang umumnya digunakan untuk meminta responden agar memberikan respon terhadap beberapa statement dengan menunjukkan apakah dia sangat

setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap

statement. Setiap statementakan di beri bobot atau nilai.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan maka terlebih dahulu diadakan

uji validitas dan reliabilitas :

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang didapat setelah

penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan

(kuesioner). Uji validitas ini dilakukan kepada 30 responden diluar sampel pada

franchise Indomaret Kota Medan.

Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai

korelasi atau r hitung dari variabel penelitian dengan nilai r tabel.Pengujian

validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan perangkat

lunaksoftware SPSS (Statistical Package for the Social Sciens) 16.0 for windows.

Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan dinyatakan valid.


(52)

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan

kepada 30 responden diluar dari responden penelitian, tetapi memiliki

karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Nilai r tabel dengan

ketentuan df = N-2 (30-2) = 28 dan tingkat signifikansi sebesar 5% , maka angka

yang diperoleh = 0.361.

Tabel 3.3 merupakan hasil pengolahan prasurvei yang telah dilakukan

kepada 30 responden di luar sampel penelitian.

Tabel 3.3 Uji Validitas

No. Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

1 P1 0,557 0,361 Valid

2 P2 0,623 0,361 Valid

3 P3 0,557 0,361 Valid

4 P4 0,463 0,361 Valid

5 P5 0,779 0,361 Valid

6 P6 0,861 0,361 Valid

7 P7 0,751 0,361 Valid

8 P8 0,772 0,361 Valid

9 P9 0,751 0,361 Valid

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan telah valid karena

r hitung > r tabel. Dengan demikian, kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap

pengujian reliabilitas.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali dan Koncoro (dalam Ginting dan Situmorang, 2008:179)

butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan

reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Menurut Ghozali jika nilai Cronbach's Alpha > 0.60 maka pertanyaan reliabel.


(53)

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.903 .904 9

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Pada 9 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa

koefisien alpha (Cronbach's Alpha) adalah sebesar 0,903, ini berarti 0,903 > 0,60

dan 0,903 > 0,80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah

reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai

instrumen penelitian.

3.10 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis data yaitu :

3.10.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis.Data yang

telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretasikan

secara objektif sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan

menjelaskan hasil perhitungan.

3.10.2 AnalisisLinier Sederhana

Analisis liniersederhana digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan

dan pengaruh variabel bebas yang jumlahnya satu (X) terhadap variabel terikat


(54)

bantuan perangkat lunaksoftware SPSS (Statistical Package for the Social Sciens)

dengan rumus :

Keterangan:

Y = Hubungan Kerja Sama Franchise

a = Konstanta

b1 = Koefisien RegresiSederhana

X = Penyeleksian(Franchisee Recruiting)

e = Standar error

3.10.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar mendapatkan perkiraan yang

tidak bias dan efisien maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus

dipenuhi, yaitu :

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal.Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kolmogrov Smirnov.Dengan menggunakan tingkat

signifikan 5%, maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5%

artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, 2008:97)

2. Uji Heteroskedastisitas

Adanya varians variabel bebas adalah konstan untuk setiap nilai tertentu

variabel terikat (homokedastisitas).Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas.Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser


(55)

dengan pengambilan keputusan jika variabel bebas signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadinya

heteroskedastisitas.Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5%

dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3.10.4 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatmaka

dilakukan pengujian dengan menggunakan:

Uji Signifikan Parsial (Uji - t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu

variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria

pengujiannya adalah:

H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H0 : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

H0 diterima jika t hitung < t tabel padaα= 5%

H0 ditolak jika t hitung > t tabel padaα= 5%

Uji Signifikan Simultan (Uji - F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabelbebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruhsecara bersama-sama terhadap


(56)

H0 : b1 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruhyang positif dan

signifikan dari variabel bebas terhadap variabelterikat.

H0 : b1 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yangpositif dan signifikan

dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

H0 diterima jika F hitung< F tabelpada α= 5%

H0 ditolak jika F hitung> F tabelpada α= 5% 3.10.5 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar

kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien Determinasi

(R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X

menerangkan Y dimana 0< R2< 1. Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati

nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah kecil

terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat

untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Alfamart

PT.Sumber Alfaria Trijaya,Tbk atau Alfamart merupakan perusahaan

nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan jasa eceran yang

menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari.

Awal mula nama Alfamart sendiri adalah Alfa Minimart sebagai

perusahaan dagang aneka produk oleh Djoko Susanto sekeluarga, dan pertama

beroperasi di Karawaci, Tangerang, Banten. Perkembangan Alfamart dibilang

sangat cepat, meskipun banyak saingan utama seperti Indomaret, Seven Eleven,

Minimart, Circle K, dan lainnya. Perusahaan yang berkantor pusat di JL. M.H. Thamrin No.9 Tangerang ini memulai usaha komersilnya pada 1989 dalam bidang

perdagangan rokok. Namun semenjak tahun 2002, Alfamart bergerak dalam

kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen dengan

mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama “Alfamart” yang berlokasi di

beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya,

Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang, dan Bali.

Jaringan minimarket perusahaan yang didirikan Djoko Susanto, mantan

eksekutif produsen rokok raksasa, HM Sampoerna ini terdiri dari minimarket

milik sendiri, dan minimarket dalam bentuk kerjasama waralaba, dengan jumlah

minimarket milik sendiri 2.396 (2009) dari semula 2.067 (2008) dan kerja sama waralaba 798 (2009) dari 592 (2008).


(58)

4.1.1 Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan VISI

“Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh

masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pemgusaha kecil, pemenuhan

kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global”.

MISI

1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan / konsumen dengan berfokus pada

produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan selalu

menegakkan tingkah laku / etika bisnis yang tertinggi.

3. Ikut berpartisipasi dalam membangun Negara dengan menumbuh kembangkan

jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.

4. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat, dan terus bertumbuh

dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham, dan

masyarakat pada umumnya.

BUDAYA

1. Integritas yang tinggi.

2. Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik.

3. Kualitas dan produktivitas yang tertinggi.

4. Kerjasama tim.


(59)

4.1.2 Logo Perusahaan

LOGO

Sumber: www.alfamartku.com

Gambar 4.1 Logo Perusahaan

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk merumuskan dan

menginterpretasikan hasil penelitian berupa identitas responden dan distribusi

jawaban terhadap masing-masing variabel.

4.2.1 Karakteristik Responden

Berikut ini adalah tabulasi mengenai karakteristik responden yang

berjumlah 36 orang, di distribusikan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki - Laki 24 66,7%

Perempuan 12 33,3%

T O T A L 36 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki


(60)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Presentase

0 - 20 tahun - -

20 - 50 tahun 14 38,9%

> 51 tahun 22 61,1%

T O T A L 36 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas usia responden adalah usia > 51 tahun dengan presentase sebesar 61,1%, dan usia 20 - 50 tahun sebesar 38,9%.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Usaha Berdiri

Lama Berdiri Jumlah Presentase

1 - 6 bulan 7 19,4 %

7 - 12 bulan 10 27,8%

> 12 bulan 19 52,8%

T O T A L 36 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas pemilik gerai Alfamart telah berdiri > 12 bulan dengan presentase 52,8 %, 7 - 12 bulan 27,8%, dan 1 - 6 bulan 19,4 %.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Franchise

Jenis Franchise Jumlah Presentase

Toko baru 29 80,5 %

Take over 7 19,5%

T O T A L 36 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah jenis franchise take over

lebih sedikit dari pada jenis franchise yang membangun toko baru, dengan


(1)

32

1

1

2

1

2

2

9

33

2

2

1

2

1

2

10

34

2

3

2

1

2

2

12

35

1

1

1

1

3

1

8

36

1

2

2

2

2

2

11

Variabel Hubungan Kerjasama (Y)

No.

Pernyataan

Jlh

1

2

3

1

5

5

4

14

2

5

4

5

14

3

4

5

5

14

4

5

5

5

15

5

5

5

4

14

6

5

4

4

13

7

5

5

5

15

8

5

4

5

14

9

5

5

5

15

10

5

5

4

14

11

5

5

4

14

12

5

5

4

14

13

5

5

4

14

14

5

4

5

14

15

5

5

5

15

16

4

5

5

14

17

5

4

5

14

18

5

5

5

15

19

4

5

4

13

20

4

5

5

14

21

5

5

4

14

22

5

5

5

15

23

5

5

5

15

24

5

4

5

14

25

4

5

5

14

26

5

5

5

15

27

5

4

5

14

28

5

5

5

15

29

5

4

5

14

30

5

5

5

15


(2)

33

5

4

5

14

34

5

4

5

14

35

5

5

5

15

36

5

4

5

14

Lampiran 4. Output Uji Asumsi Klasik

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Konflika . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Hubungan_Kerja_Sama

Model Summaryb

Mode

l R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .123a .015 -.014 .570 .015 .526 1 34 .473 2.545

a. Predictors: (Constant), Konflik

b. Dependent Variable: Hubungan_Kerja_Sama

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .171 1 .171 .526 .473a

Residual 11.051 34 .325

Total 11.222 35

a. Predictors: (Constant), Konflik


(3)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 13.751 .732 18.784 .000

Konflik .048 .066 .123 .726 .473 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Hubungan_Kerja_Sama

Coefficient Correlationsa

Model Konflik

1 Correlations Konflik 1.000

Covariances Konflik .004

a. Dependent Variable: Hubungan_Kerja_Sama

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions (Constant) Konflik

1 1 1.992 1.000 .00 .00

2 .008 15.344 1.00 1.00

a. Dependent Variable: Hubungan_Kerja_Sama

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 14.14 14.38 14.28 .070 36

Std. Predicted Value -2.027 1.415 .000 1.000 36

Standard Error of Predicted Value

.095 .217 .130 .035 36

Adjusted Predicted Value 13.99 14.41 14.28 .093 36

Residual -1.184 .864 .000 .562 36

Std. Residual -2.077 1.515 .000 .986 36

Stud. Residual -2.164 1.639 .002 1.022 36

Deleted Residual -1.286 1.011 .002 .605 36


(4)

Cook's Distance .004 .228 .039 .065 36

Centered Leverage Value .000 .117 .028 .032 36

a. Dependent Variable: Hubungan_Kerja_Sama

Lampiran 5. Output Analisis Linier Sederhana

Regression

Casewise Diagnosticsa

Case

Number Std. Residual

Hubungan_Kerja

_Sama Predicted Value Residual

1 -.408 14 14.23 -.232

2 -.492 14 14.28 -.280

3 -.408 14 14.23 -.232

4 1.178 15 14.33 .671

5 -.492 14 14.28 -.280


(5)

7 1.178 15 14.33 .671

8 -.323 14 14.18 -.184

9 1.093 15 14.38 .623

10 -.576 14 14.33 -.329

11 -.492 14 14.28 -.280

12 -.492 14 14.28 -.280

13 -.408 14 14.23 -.232

14 -.661 14 14.38 -.377

15 1.262 15 14.28 .720

16 -.492 14 14.28 -.280

17 -.661 14 14.38 -.377

18 1.262 15 14.28 .720

19 -2.077 13 14.18 -1.184

20 -.408 14 14.23 -.232

21 -.661 14 14.38 -.377

22 1.347 15 14.23 .768

23 1.093 15 14.38 .623

24 -.492 14 14.28 -.280

25 -.661 14 14.38 -.377

26 1.178 15 14.33 .671

27 -.492 14 14.28 -.280

28 1.515 15 14.14 .864

29 -.661 14 14.38 -.377

30 1.262 15 14.28 .720

31 1.347 15 14.23 .768

32 -.323 14 14.18 -.184

33 -.408 14 14.23 -.232

34 -.576 14 14.33 -.329

35 1.515 15 14.14 .864

36 -.492 14 14.28 -.280


(6)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 14.14 14.38 14.28 .070 36

Residual -1.184 .864 .000 .562 36

Std. Predicted Value -2.027 1.415 .000 1.000 36

Std. Residual -2.077 1.515 .000 .986 36