BENCANA ALAM ERUPSI GUNUNG SINABUNG

keluarga. Bencana alam mungkin juga akan menyebabkan korban massa, kehancuran dan kehilangan harta benda, serta akan mengganggu jaringan sosial dan aktivitas sehari-hari Ursano Norwood, 2003. Selanjutnya, yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bencana alam erupsi Gunung Sinabung. Gunung Sinabung adalah gunung yang terletak di dataran tinggi Tanah Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunung dengan ketinggian 2.460 meter diatas permukaan laut ini tergolong kedalam gunung berapi dan merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara. Gunung yang dikelilingi dengan hutan ini merupakan salah satu gunung penghasil air yang banyak dan sangat subur. Karena kesuburan tanah dan banyaknya air yang dihasilkan dari gunung Sinabung membuat masyarakat sekitar memanfaatkan kaki gunung ini untuk ditanami sayur-sayuran atau buah-buahan. Namun, pada bulan september 2013, gunung Sinabung ini meletus. Menurut Ursano Norwood, 2003, letusan gunung berapi dapat menimbulkan beberapa dampak negatif bagi lingkungan, seperti banyaknya ternak yang mati, dan rusaknya ribuan kebun, ladang, atau sawah. Bencana dan bahaya letusan gunung api juga akan berpengaruh bagi kehidupan. Bahaya yang muncul diakibatkan oleh material yang dikeluarkan secara langsung saat terjadi letusan. Daerah-daerah yang terkena bahaya ini meliputi daerah sekitar puncak gunung, daerah sekitar puncak, dan bisa mencapai jarak sepuluh kilometer dari gunung. Ginting 2012 dalam penelitiannya menyatakan bahwa letusan gunung Sinabung pada tahun 2010, menimbulkan kabut asap yang disertai hujan pasir dan debu vulkanik yang menutupi ribuan hektar tanaman para petani yang berjarak dibawah radius enam kilometer. Karena debu ini sangat panas, tanaman tersebut terancam gagal panen dan diperkirakan mengalami kerugian hingga dua puluh sembilan milyar. Selama masa bencana di tahun 2010 ini, diperkirakan sekitar 21.141 jiwa masyarakat yang mengungsi di pos-pos pengungsian. Gunung Sinabung kembali meletus pada bulan September 2013, gunung ini dinaikkan statusnya dari Waspada level 2 ke Siaga level 3, sempat diturunkan kembali menjadi Waspada tanggal 29 September 2014, kemudian langsung dinaikkan menjadi Awas level 4 setelah terjadi letusan dahsyat pada 25 November 2013. Status Awas pada Gunung Sinabung, mengindikasikan semakin meningkatnya aktivitas gunung dan adanya peningkatan intensitas letusan, serta semakin meluasnya lontaran batu material berukuran tiga sampai empat sentimeter, hingga mencapai jarak empat kilometer Arfa, 2013. Pada bulan Desember 2013 lalu, aktivitas Gunung Sinabung terus mengalami peningkatan, salah satunya ditandai dengan terbentuknya kubah lava. Kubah lava yang terus tumbuh dan membesar inilah yang menjadi sumber bagi awan-awan panas yang keluar sejak awal tahun 2014. Tentunya, jika volume kubah bertambah besar maka semakin rentanlah terjadi longsor dan jika terjadi longsor maka semakin jauh pulalah jarak hempasannya dari kaki gunung Sudibyo, 2014. Dalam rangka menghindari hempasan tersebut, masyarakat yang beda di sekitar kaki Gunung Sinabung harus diungsikan ke pos-pos pengungsian yang telah disediakan. Tercatat hingga 20 Januari 2014, sebanyak 28.536 jiwa yang tinggal di radius tiga sampai tujuh kilometer dari kaki Gunung Sinabung harus diungsikan Situs Resmi Pemerintah Kota Kabupaten Karo, diakses pada 24 Juni 2014. Sampai bulan Maret 2015, Gunung Sinabung masih dinyatakan darurat bencana. Gunung ini masih terus menunjukkan aktivitasnya, bahkan kembali meletus pada akhir maret 2015 lalu. Jika kita tarik mundur, maka terhitung sudah satu tahun lima bulan lamanya masyarakat mengalami bencana, ini merupakan waktu yang tergolong lama dibandingan dengan bencana alam lain yang pernah terjadi.

E. PARADIGMA BERPIKIR

Tuntutan Demand 1. Pindah Lokasi 2. Melanjutkan kehidupan 3. Memenuhi kebutuhan sehari-hari 4. Rusaknya tempat tinggal 5. Kondisi lingkungan yang unpredictable dan uncontrollable Hadirnya berbagai tuntutan lingkungan Sumber Daya Resource 1. Hilangnya harta benda 2. Hilangnya mata pencaharian 3. Perubahan jaringan sosial 4. Kehilangan anggota keluarga 5. Masalah Kesehatan Stress Coping with Stress Bencana Alam Erupsi Gunung Sinabung Sumber daya eksternal Sumber daya internal Berkurangnya sumber daya yang dimiliki Approach-oriented Logical Analysis Positive Reappraisal Seeking Guidance and Support Problem Solving Avoidance-oriented Cognitive Avoidance AcceptanceResignation Seeking Alternative Reward Emotional Discharge

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran Coping Stresspenyintas dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, peneliti akan menggunakan metode penelitian kuantitatif-deskriptif. Metode ini adalah metode yang dirasa paling tepat, karena meyediakan analisis statistik untuk mengolah data-data yang diperoleh ke dalam gambaran numerik. Lebih spesifik, teknik yang akan digunakan adalah survey sampel karena merupakan teknik yang paling sesuai dipakai pada sampel yang besar dan paling sesuai untuk menggambarkan karakteristik sampel.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Coping Stress.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Coping stress adalah strategi-strategi kognitif dan perilaku yang digunakan individu dalam menghadapi situasi yang menekan. Coping stress dibedakan kedalam dua orientasiyaitu approach-oriented dan avoidance-oriented.Approach- orientedmerujuk pada strategi kognitif dan perilaku yang digunakanuntuk memahami, memikirkan perencanaan dan melakukan tindakan pemecahan masalah untuk menghadapi stressor. Orientasi ini mengacu pada empat strategi coping yaitu Logical Analysis, Positive Reappraisal, Seeking Guidance and