Praktik Mengajar ke-4 Pelaksanaan PPL Magang III

Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan dan praktik. Siswa mengalami tunanetra jenis low vision. Siswa mengidentifikasi bentuk bangun datar pada gambar yang disediakan guru. Hambatan yang dihadapi dalam praktik pembelajaran adalah waktu yang digunakan lebih singkat, sehingga ada beberapa menit yang tersisa. 5 menit yang tersisa digunakan untuk membahas PR yang sebelumnya diberikan guru kelas. Hal tersebut dilakukan agar dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik- baiknya dan sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan.

e. Praktik Mengajar ke-5

Praktik mengajar ke lima dilaksanakan pada hari Selasa pada tanggal 1September 2015, jam pelajaran ke 5-6 di kelas III. Mata pelajaran yang disampaikan adalah Bahasa Indonesia, dengan materi mendengarkan dan memahami isi cerita dongeng. Praktik mengajar ke lima, dalam penyusunan RPP dan pelaksanaan praktik mengajar dibimbing oleh Waidi, S. Pd. Pembelajaran di mulai dengan kegiatan pra kondisi dan apersepsi. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu menyampaikan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa menyebutkan dongeng- dongeng yang pernah didengar. Siswa dijelaskan pengertian dongeng. Siswa mendengarkan dongeng dari media laptop. Siswa bersama guru mendiskusikan watak tokoh dalam dongeng. Siswa bersama guru mencari pelajaran positif dari cerita yang didengar. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa menjawab beberapa pertanyaan guru tentang materi pelajaran. Siswa menceritakan kembali pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan. Siswa mengalami tunanetra jenis buta total.Siswa menjawab pertanyaan lisan yang didikte oleh guru dengan menulis jawaban di kertas dan dengan tulisan braille. Hambatan yang dihadapi dalam praktik pembelajaran adalah anak tidak langsung dapat memahami cerita dalam satu kali pemutaran audio. Siswa diputarkan audio sebanyak tiga kali supaya anak mampu memahami dengan baik cerita tersebut. Media yang digunakan adalah laptop dan soft file audio dongeng berjudul “Tujuh Anak Lelaki”. Hal ini digunakan supaya menambah pengalaman anak tentang mendengarkan dongeng dengan intonasi pembacaan yang baik, sehingga anak tidak bosan dalam mendengarkan cerita dari guru.

f. Praktik Mengajar ke-6

Praktik mengajar ke enam dilaksanakan pada hari Sabtu pada tanggal 5 September 2015, jam pelajaran ke 5-6 di kelas III. Mata pelajaran yang disampaikan adalah Bahasa Jawa, dengan materi membaca bacaan. Praktik mengajar ke enam, dalam penyusunan RPP dan pelaksanaan praktik mengajar dibimbing oleh Warno, S. Pd. Pembelajaran di mulai dengan kegiatan pra kondisi dan apersepsi. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu menyampaikan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Guru menjelaskan tentang manfaat membaca cepat, benar, dan memahami. Siswa menyebutkan contoh bacaan dalam basa jawa. Siswa menyimak guru ketika memberi contoh cara membaca dengan benar. Siswa secara bergantian membaca bacaan dalam satu menit. Siswa dan guru menentukan pokok pikiran bacaan setiap paragraf. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa menjawab beberapa pertanyaan guru tentang materi pelajaran. Siswa menceritakan kembali pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan. Siswa terdiri dari siswa yang mengalami tunanetra 5 low vision dan 1 buta total. Siswa menjawab pertanyaan lisan yang didikte oleh guru dengan menulis jawaban di kertas dengan tulisan braille. Hambatan yang dihadapi dalam praktik pembelajaran adalah tidak semua anak memahami bahasa jawa. Siswa yang mengalami kesulitan dalam pengucapan harus selalu dibetulkan oleh guru. Siswa dibagikan teks bacaan bahasa jawa dengan tulisan braille. Media yang digunakan adalah teks bacaan braille. Hal ini digunakan memudahkan siswa dalam menyimak guru ketika membacakan contoh dan memudahkan siswa dalam mendapatkan materi bacaan.

3. Analisis Hasil Pelaksanaan dan Refleksi

a. Analisis Hasil

Hasil dari praktik pertama, siswa mampu praktik gotong royong dengan membantu guru membersihkan ruangan kelas. Siswa membersihkan debu dengan menggunakan kemoceng. Membereskan puzzle yang berserakan di meja. Siswa mampu memahami contoh tindakan gotong royong di kelas. Namun siswa belum memahami bagaimana tindakan gotong royong di rumah. Hal tersebut disebabkan karena anak tidak terbiasa membantu orang tua di rumah. Anak dalam