Budaya dan Arsitektur Perubahan Budaya

6

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1. Budaya dan Arsitektur

2.1.1. Budaya dan Teori Budaya Istilah budaya sendiri memiliki banyak makna, istilah ini dapat digunakan pada berbagai bidang, hal ini berarti bahwa istilah budaya tidak bisa dipakai sebagai definisi yang pasti dalam konteks yang berbeda Loebis, 2002. Menurut Rapoport 1977, Parson dan Shils 1962 dalam Loebis 2002 budaya adalah sekelompok orang yang memiliki nilai, kepercayaan dan pandangan hidup yang sama, dan suatu sistem simbol yang dipelajari dan disebarkan. Budaya menciptakan suatu sistem aturan dan kebiasaan, yang merefleksikan idealisme dan menciptakan gaya hidup, tata cara hidup, peran, kelakuan, makanan, bahkan suatu bentuk buatan misalnya arsitektur.

2.2. Perubahan Budaya

Dalam teori strukturalisme, perubahan budaya diartikan sebagai proses alami yang terjadi akibat perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial dalam masyarakat. Struktur yang dimaksud adalah pola kultur yang digunakan sebagai basis dalam pengukuran suatu sistem sosial, sedangkan fungsi adalah keterlibatan penggabungan suatu struktur dengan struktur lain dalam suatu sistem baru. Universitas Sumatera Utara 7 2.2.1. Sumber Perubahan Perubahan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kejadian dalam kurun waktu tertentu yang melahirkan suatu modifikasi atau pergantian suatu elemen dari pola budaya yang mengarah pada pergerakan pola dalam waktu dan ruang dan menghasilkan pola kultural lain Loebis, 2002. Perubahan kultural berkaitan dengan waktu. Perubahan kultural bersifat historis dan berhubungan dengan urutan kejadian dan pergerakan ruang dan waktu. Oleh karena itu, perubahan kultural hanya bisa dipelajari melalui catatan sejarah. Struktur dan proses perubahan budaya adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian yang saling bergantung, setiap bagian ini memiliki fungsi masing-masing dan berperan dalam sistem Durkheim dalam Loebis, 2002. Dalam teori ini, sistem adalah gerakan kekal, suatu titik keseimbangan dimana bagian dari sistem tersebut terus menerus menyesuaikan satu sama lain dan untuk merubah subsistem yang membentuk bagian baru. Maka dari itu, dalam suatu sistem terdapat penggerak untuk mencapai kondisi baru. Salah satu cara masuknya perubahan adalah dengan adaptasi. Adaptasi adalah proses dan sistem yang menghubungkan sistem kebudayaan dan alam semesta. Proses ini terjadi apabila misi kultural tercapai, dengan demikian masyarakat menggerakkan sumber daya dan menjaga pola budayanya sebagai upaya untuk menciptakan keseimbangan. Oleh karena itu Parson dan Shills 1962 dalam Loebis 2002 mengatakan bahwa kondisi ini tidak dapat ditetapkan sebagai kondisi statis, hal ini dikarenakan sistem memiliki potensi yang tinggi untuk merangsang dan Universitas Sumatera Utara 8 melaksanakan perubahan dan adaptasi, dalam menjaga tujuan misi kultural bagi masyarakat. Adaptasi adalah faktor yang penting, tetapi dalam analisis proses perubahan dan transformasi adaptasi tidak cukup karena tidak dipertimbangkan sebagai faktor yang memiliki peran aktif dalam faktor eksternal. 2.2.2. Mekanisme Perubahan Melalui Pertukaran Ada beberapa mekanisme perubahana melalui pertukaran, yaitu: a. Pertukaran Internal Evolusionisme Dalam teori evolusionisme, proses perubahan budaya menunjukkan keteraturan dan gejala asli dalam setiap pola kultur untuk mengalami perubahan. Gejala ini dideskripsikan dalam teori dialektik Hegel yang menyatakan bahwa pendekatan dialektik menekankan kepentingan produk mental dan pikiran daripada material seperti yang diaplikasikan pada definisi sosial pada dunia fisik dan materi. Kegagalan dalam evolusionisme adalah ketidakmampuan paham ini untuk menyuguhi proses terputus yang radikal dan serangkaian kejadian yang diungkapkan dalam catatan sejarah. b. Pertukaran Eksternal Difusionisme Difusi adalah respon dari sumber perubahan internal seperti yang diusulkan oleh teori evolusionisme. Difusi disini dapat diartikan sebagai perpindahan elemen budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. Menurut Smith 1976 dalam loebis 2002 proses difusi tidak membedakan elemen perpindahan dari kultur penyumbang dan terjadi secara tidak sengaja dalam perpindahan Universitas Sumatera Utara 9 elemen ke kultur penerima. Dari sisi kultur penyumbang, perubahan dapat diarahkan maupun tidak diarahkan tetapi elemen budaya asing tidak akan bisa menembus budaya lain kecuali elemen budaya tersebut disetujui oleh kultur penerima. Budaya penerima kemudian akan memodifikasi elemen budaya yang mereka terima dengan cara yang lebih kompleks, modifikasi budaya inilah yang nantinya akan menjadi bentuk hybrid. Perubahan dalam difusionisme memiliki relevansi dan atraksi yang besar dalam proses sejarah masa kini dibandingkan dengan masa lalu. Difusionisme juga memiliki kekurangan yaitu, yang pertama paham ini cenderung berasumsi bahwa semua perubahan bersifat kualitatif. Yang kedua difusionisme cenderung menolak peran seleksi aktif oleh individu dan kelompok yang ditemukan oleh Malinowski. Yang ketiga, paham ini gagal menyediakan kriteria untuk membedakan jenis rangkaian kejadian historis eksternal yang dapat menghasilkan perubahan yang signifikan. c. Pertukaran Campuran Dalam paham difusionisme efek pertukaran internal dalam proses perubahan dan transformasi tidak diperhitungkan. Dalam Paham evolusionisme perubahan yang dihasilkan akibat faktor eksternal diabaikan. Namun dalam pertukaran campuran, kedua faktor ini diperhitungkan. Dalam penelitian ini, akan diuji proses pertukaran budaya sebagai penyebab transformasi berasal dari internal evolusionisme atau eksternal difusionisme, atau bahkan keduanya. Pertukaran kultur internal terjadi karena pertukaran elemen budaya dalam suatu kebudayaan internal difusionisme, Universitas Sumatera Utara 10 sedangkan pertukaran budaya eksternal terjadi karena pertukaran elemen budaya dengan budaya lain external evolusionisme.

2.3. Transformasi