Transformasi Penerapan Nilai Islam Dalam Hunian Di Indonesia, Studi Kasus: Kota Medan, Sumatera Utara

(1)

TRANSFORMASI PENERAPAN NILAI ISLAM DALAM HUNIAN DI INDONESIA, STUDI KASUS: KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

JEUMPA KEMALASARI 100406037

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TRANSFORMASI PENERAPAN NILAI ISLAM DALAM HUNIAN DI INDONESIA, STUDI KASUS: KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

JEUMPA KEMALASARI 100406037

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

TRANSFORMASI PENERAPAN NILAI ISLAM DALAM HUNIAN DI INDONESIA, STUDI KASUS: KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014


(4)

Judul Skripsi : Transformasi Penerapan Nilai Islam Dalam Hunian Di Indonesia, Studi Kasus: Kota Medan, Sumatera Utara Nama Mahasiswa : Jeumpa Kemalasari

Nomor Pokok : 100406037

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Koordinator Skripsi,

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT

Tanggal Lulus: 17 Juli 2014


(5)

Telah diuji pada Tanggal: 17 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. Moehammed Nawawiy Loebis, M.Phil. Phd. Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Dwi Lindarto, M.T.


(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Ir. Moehammed Nawawiy Loebis, M.Phil. Phd., selaku Dosen

Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Dwi Lindarto, M.T. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Imam Faisal Pane, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Masyarakat muslim Kota Medan, khususnya pemilik rumah yang menjadi sampel penelitian yang telah meluangkan waktunya dan memberi izin kepada penulis untuk melakukan survey dan memberikan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang tercinta, yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.


(7)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014 Penulis,


(8)

ABSTRAK

Rumah adalah salah satu produk arsitektur yang sangat berkaitan dengan manusia. Rumah merupakan tempat yang didiami manusia sehingga secara otomatis menjadi tempat manusia melakukan berbagai aktifitas. Islam sebagai agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan juga memiliki nilai-nilai yang dapat diterapkan pada rumah. Oleh karena itu dalam membangun rumah sebaiknya memperhatikan nilai-nilai Islam untuk mendukung aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai Islam apa saja yang dapat di terapkan pada rumah. Empat rumah tinggal keluarga muslim yang memenuhi kriteria di Kota Medan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pada setiap rumah dikumpulkan data-data primer yang diperlukan dengan cara melakukan wawancara pada pemilik rumah dan survey. Selain itu juga dilakukan pendataan sekunder dari Al-Qur’an, sunnah, buku- buku, dan karya ilmiah sejenis. Penelitian ini menemukan bahwa rumah tinggal keluarga muslim di Kota Medan sudah menggunakan nilai yang ada di dalam Islam, namun belum semua nilai terpenuhi. Hal ini turut dipengaruhi oleh faktor budaya, status sosial, dan kondisi ekonomi keluarga muslim tersebut. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada keluarga muslim agar rumah yang di desain dapat sesuai dengan nilai-nilai Islam adalah memahami bahwa nilai-nilai Islam harus merupakan prioritas dari umat Islam bahkan apabila nilai tersebut bertentangan dengan budaya, status sosial, dan kondisi ekonomi. Kata Kunci: transformasi, nilai-nilai Islam, rumah.

ABSTRACT

The house is one of the architectural products closely related to humans. It is a inhabited place by humans, so it automatically becomes a place that human perform their various activities. Islam as a religion that covers all aspects of life also have values that can be applied at home. Therefore, in building a house, moslim families should pay attention of Islamic values to support the activities accordance with Islamic law. This study aimed to determine Islamic values that can be applied in houses. Four houses of Muslim families who meet the criteria in Medan used as a sample study. From every house has been collected primary datas that is required for this study by interviewing the house owners and surveys. In addition, secondary datas were collected from the Qur’an, Sunnah, books, and scientific papers alike. This study found that the Muslim family living in Medan has already applying some of the existing value in Islam, but not all values are met. It is also influenced by cultural factors, social status, and economic conditions of the Muslim family. Recommendations can be given to a Muslim family to designing a house according to the values of Islam is understood that Islamic values should be a priority of the Muslims even if they conflict with cultural values, social status, and economic conditions.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Batasan Penelitian ... 4

1.6. Kerangka Berpikir ... 4

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1. Budaya dan Arsitektur ... 6

2.1.1. Budaya dan Teori Budaya ... 6

2.2. Perubahan Budaya ... 6

2.2.1. Sumber Perubahan ... 7

2.2.2. Mekanisme Perubahan Melalui Pertukaran ... 8

2.3. Transformasi ... 10

2.4. Arsitektur Islam ... 11

2.4.1. Pengertian Arsitektur Islam ... 11

2.4.2. Kriteria Arsitektur Islam ... 12

2.5. Rumah ... 13

2.5.1. Pengertian Rumah ... 13


(10)

2.5.4. Adab Islami dalam Hunian ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Variabel Penelitian ... 23

3.3. Lokasi Penelitian ... 27

3.4. Sampel ... 27

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5.1. Data Primer ... 28

3.5.2. Data Sekunder ... 29

3.6. Metoda Analisa Data... 29

3.7. Kerangka Teoritis Referensi ... 30

3.8. Tahapan Penelitian ... 31

BAB 4 RUMAH MUSLIM DI KOTA MEDAN ... 32

4.1. Kota Medan ... 32

4.2. Objek Penelitian ... 32

4.2.1. Rumah 1 ... 33

4.2.2. Rumah 2 ... 35

4.2.3. Rumah 3 ... 37

4.2.4. Rumah 4 ... 39

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1. Rumah 1 ... 43

5.1.1. Kosmologi Arsitektur ... 43

5.1.2. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram ... 44

5.1.3. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas... 45

5.1.4. Rumah sebagai mesjid ... 46

5.1.5. Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman ... 47

5.1.6. Adab menjaga kebersihan dan kesucian ... 49


(11)

5.1.8. Adab bersikap sederhana ... 50

5.1.9. Adab untuk menjaga kesehatan... 51

5.1.10. Berbuat baik pada tetangga dan menghormati tamu ... 52

5.2. Rumah 2 ... 54

5.2.1. Kosmologi Arsitektur ... 54

5.2.2. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram ... 54

5.2.3. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas... 55

5.2.4. Rumah sebagai mesjid ... 56

5.2.5. Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman ... 56

5.2.6. Adab menjaga kebersihan dan kesucian ... 57

5.2.7. Adab menjaga privasi setiap penghuni ... 58

5.2.8. Adab bersikap sederhana ... 59

5.2.9. Adab untuk menjaga kesehatan... 59

5.1.10. Berbuat baik pada tetangga dan menghormati tamu ... 60

5.3. Rumah 3 ... 61

5.3.1. Kosmologi Arsitektur ... 61

5.3.2. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram ... 62

5.3.3. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas... 63

5.3.4. Rumah sebagai mesjid ... 64

5.3.5. Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman ... 64

5.3.6. Adab menjaga kebersihan dan kesucian ... 65

5.3.7. Adab menjaga privasi setiap penghuni ... 66

5.3.8. Adab bersikap sederhana ... 66

5.3.9. Adab untuk menjaga kesehatan... 66

5.3.10. Berbuat baik pada tetangga dan menghormati tamu ... 67

5.4. Rumah 4 ... 67

5.4.1. Kosmologi Arsitektur ... 67

5.4.2. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram ... 68

5.4.3. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas... 68


(12)

5.4.6. Adab menjaga kebersihan dan kesucian ... 70

5.4.7. Adab menjaga privasi setiap penghuni ... 71

5.4.8. Adab bersikap sederhana ... 71

5.4.9. Adab untuk menjaga kesehatan... 71

5.4.10. Berbuat baik pada tetangga dan menghormati tamu ... 72

5.5. Kesimpulan Data Hasil Survey ... 73

BAB 6 KESIMPULAN & SARAN ... 75


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Variabel budaya dan perubahan ... 24

Tabel 3.2. Variabel kriteria rumah islami ... 25

Tabel 3.3. Kerangka Teori ... 30


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka berfikir ... 5

Gambar 4.1. Lokasi rumah 1 ... 33

Gambar 4.2. Rumah 1 ... 33

Gambar 4.3. Denah rumah 1 ... 34

Gambar 4.4. Lokasi rumah 2 ... 35

Gambar 4.5. Rumah 2 ... 35

Gambar 4.6. Denah rumah 2 ... 36

Gambar 4.7. Lokasi rumah 3 ... 37

Gambar 4.8. Rumah 3 ... 37

Gambar 4.9. Denah rumah 3 ... 38

Gambar 4.10. Lokasi rumah 4 ... 39

Gambar 4.11. Rumah 4 ... 39

Gambar 4.12. Denah lantai 1 rumah 4 ... 41

Gambar 4.13. Denah lantai 2 rumah 4 ... 42

Gambar 5.1. Taman pada rumah 1 ... 43

Gambar 5.2. Courtyard rumah 1 ... 43

Gambar 5.3. Hiasan patung makhluk bernyawa pada rumah 1... 44

Gambar 5.4. Hiasan lukisan makhluk bernyawa pada rumah 1 ... 44

Gambar 5.5. Pengaturan pola perletakan kamar tidur pada rumah 1 ... 45

Gambar 5.6. Hiasan bertemakan Islam pada rumah 1 ... 46

Gambar 5.7. Area Sholat berjamaah pada rumah 1 ... 47

Gambar 5.8. Salah satu kamar tidur pada rumah 1 ... 48

Gambar 5.9. Area bercengkrama pada rumah 1 ... 48

Gambar 5.10. Kamar mandi pada rumah rumah 1 ... 49

Gambar 5.11. Dapur pada rumah 1 ... 49

Gambar 5.12. Gangguan privasi pada rumah 1 ... 50

Gambar 5.13. Perabotan mewah pada rumah 1... 51


(15)

Gambar 5.16. Tembok pembatas pada rumah 1 ... 53

Gambar 5.17. Ruang tamu pada rumah 1 ... 53

Gambar 5.18. Area menjamu tamu pada rumah 1 ... 53

Gambar 5.19. Taman pada rumah 2 ... 54

Gambar 5.20. Cahaya dan penghawaan alami pada rumah 2 ... 54

Gambar 5.21. Pengaturan pola perletakan kamar tidur pada rumah 2 ... 55

Gambar 5.22. Hiasan bertemakan Islam pada rumah 2 ... 55

Gambar 5.23. Area sholat berjamaah pada rumah 2 ... 56

Gambar 5.24. Salah satu kamar tidur pada rumah 2 ... 57

Gambar 5.25. Ruang keluarga pada rumah 2 ... 57

Gambar 5.26. Kamar mandi pada rumah rumah 2 ... 58

Gambar 5.27. Dapur pada rumah 2 ... 58

Gambar 5.28. Ventilasi udara pada rumah 2 ... 59

Gambar 5.29. Penyebaran fasilitas kamar mandi pada rumah 2 ... 60

Gambar 5.30. Tembok pembatas pada rumah 2 ... 60

Gambar 5.31. Ruang tamu pada rumah 2 ... 61

Gambar 5.32. Taman rumah 3... 61

Gambar 5.33. Bukaan pada fasad bangunan rumah 3 ... 62

Gambar 5.34. Hiasan patung makhluk bernyawa pada rumah 3... 62

Gambar 5.35. Hiasan lukisan makhluk bernyawa pada rumah 3 ... 62

Gambar 5.36. Pengaturan pola perletakan kamar tidur pada rumah 3 ... 63

Gambar 5.37. Hiasan bertemakan Islam pada rumah 3 ... 63

Gambar 5.38. Musholla pada rumah 3 ... 64

Gambar 5.39. Salah satu kamar tidur pada rumah 3 ... 64

Gambar 5.40. Ruang keluarga pada rumah 3 ... 65

Gambar 5.41. Dapur pada rumah 3 ... 65

Gambar 5.42. Kamar mandi pada rumah rumah 3 ... 65

Gambar 5.43. Penyebaran fasilitas kamar mandi pada rumah 3 ... 66

Gambar 5.44. Ruang tamu pada rumah 3 ... 67


(16)

Gambar 5.47. Ornamen islami pada rumah 4 ... 68

Gambar 5.48. Musholla pada rumah 4 ... 69

Gambar 5.49. Salah satu kamar tidur pada rumah 4 ... 69

Gambar 5.50. Ruang keluarga pada rumah 4 ... 70

Gambar 5.51. Dapur pada rumah 4 ... 70

Gambar 5.52. Kamar mandi pada rumah rumah 4 ... 70

Gambar 5.53. Salah satu contoh bukaan pada rumah 4 ... 71

Gambar 5.54. Pemandangan dari balkon pada rumah 4... 72


(17)

ABSTRAK

Rumah adalah salah satu produk arsitektur yang sangat berkaitan dengan manusia. Rumah merupakan tempat yang didiami manusia sehingga secara otomatis menjadi tempat manusia melakukan berbagai aktifitas. Islam sebagai agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan juga memiliki nilai-nilai yang dapat diterapkan pada rumah. Oleh karena itu dalam membangun rumah sebaiknya memperhatikan nilai-nilai Islam untuk mendukung aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai Islam apa saja yang dapat di terapkan pada rumah. Empat rumah tinggal keluarga muslim yang memenuhi kriteria di Kota Medan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pada setiap rumah dikumpulkan data-data primer yang diperlukan dengan cara melakukan wawancara pada pemilik rumah dan survey. Selain itu juga dilakukan pendataan sekunder dari Al-Qur’an, sunnah, buku- buku, dan karya ilmiah sejenis. Penelitian ini menemukan bahwa rumah tinggal keluarga muslim di Kota Medan sudah menggunakan nilai yang ada di dalam Islam, namun belum semua nilai terpenuhi. Hal ini turut dipengaruhi oleh faktor budaya, status sosial, dan kondisi ekonomi keluarga muslim tersebut. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada keluarga muslim agar rumah yang di desain dapat sesuai dengan nilai-nilai Islam adalah memahami bahwa nilai-nilai Islam harus merupakan prioritas dari umat Islam bahkan apabila nilai tersebut bertentangan dengan budaya, status sosial, dan kondisi ekonomi. Kata Kunci: transformasi, nilai-nilai Islam, rumah.

ABSTRACT

The house is one of the architectural products closely related to humans. It is a inhabited place by humans, so it automatically becomes a place that human perform their various activities. Islam as a religion that covers all aspects of life also have values that can be applied at home. Therefore, in building a house, moslim families should pay attention of Islamic values to support the activities accordance with Islamic law. This study aimed to determine Islamic values that can be applied in houses. Four houses of Muslim families who meet the criteria in Medan used as a sample study. From every house has been collected primary datas that is required for this study by interviewing the house owners and surveys. In addition, secondary datas were collected from the Qur’an, Sunnah, books, and scientific papers alike. This study found that the Muslim family living in Medan has already applying some of the existing value in Islam, but not all values are met. It is also influenced by cultural factors, social status, and economic conditions of the Muslim family. Recommendations can be given to a Muslim family to designing a house according to the values of Islam is understood that Islamic values should be a priority of the Muslims even if they conflict with cultural values, social status, and economic conditions.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. dan berpedoman pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Kata “Islam” sendiri berasal dari Bahasa Arab yaitu “Salima” terdiri dari tiga akar kata Arab “S”,“L”,“M” (Sin, Lam, Mim) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dari “Salima” terbentuk kata “Aslama” yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh (QS. Al-Baqarah [2]: 112). Orang yang memeluk agama Islam, yang disebut juga dengan sebutan ‘Muslim’, berarti harus menyerahkan diri kepada Allah SWT dan siap patuh pada ajaran-Nya (Abdalati, 1997).

Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 6, Islam merupakan agama yang sempurna dan di ridhoi. Oleh sebab itu, hukum ataupun syariat di dalam Islam juga telah sempurna untuk menjawab seluruh permasalahan manusia tanpa batasan waktu dan wilayah, baik menyangkut hubungan manusia dengan Allah, dengan diri sendiri, maupun dengan sesama manusia. Syariat tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits (QS. An-Nahl [16]: 89). Dengan demikian, tidak ada satu pun perbuatan ataupun benda, kecuali Allah telah menjelaskan dalil-dalil hukumnya (QS. Al-Maidah [5]: 49). Bahkan Allah menafikan keimanan seorang Muslim yang tidak terikat dengan syariat


(19)

Allah (QS an-Nisa’ [4]: 65). Artinya, hukum asal semua perbuatan manusia itu adalah terkait dengan syariat Islam yang wajib dicari dalilnya sebelum dilakukan. Tidak terkecuali dalam ber-arsitektur.

Arsitektur merupakan suatu bidang keilmuan yang seharusnya turut menganut nilai-nilai Islam, wujud arsitektur yang muncul dari kreasi seorang arsitek hendaknya juga melambangkan nilai-nilai Islam. Artinya, rancangan arsitektur tersebut harus tetap mengandung adanya prinsip tauhid, ketentuan syariah, dan nilai-nilai akhlakul karimah.

Hunian merupakan salah satu produk arsitektur yang sangat berkaitan dengan manusia karena hunian merupakan tempat yang didiami manusia dan sebagai tempat untuk melakukan berbagai aktivitas. Oleh karena itu dalam membangun hunian, juga harus memperhatikan nilai-nilai Islam untuk mendukung aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim. Namun umumnya muslim di Indonesia belum menunjukkan eksistensinya sebagai seorang muslim dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah. Oleh sebab itu maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Transformasi Penerapan Nilai Islam dalam Hunian di Indonesia, Studi Kasus Kota Medan” untuk mengetahui apakah muslim di Indonesia, khususnya Kota Medan telah menerapkan nilai-nilai Islam dalam huniannya.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, topik ini penting mengingat sudah terlalu banyak muslim yang membangun hunian hanya sekedar dari segi fungsi ataupun estetika, namun tidak memperdulikan nilai-nilai Islam. Padahal dalam nilai-nilai Islam terkandung aturan-aturan yang jelas dan mempunyai sanksi apabila aturan tersebut tidak dilaksanakan (Q.S. Ali Imran [3]: 4).

Oleh sebab itu perumusan masalah yang akan di teliti adalah:

a. Apa sajakah nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan dalam sebuah hunian? b. Apakah masyarakat muslim di Kota Medan sudah menerapkan nilai-nilai

Islam dalam hunian?

c. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi seorang muslim dalam mendesain huniannya?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dijelaskan pada sub judul sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Menemukan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan dalam sebuah hunian, b. Menemukan pengaplikasian nilai Islam dalam hunian di Kota Medan,

c. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim di Kota Medan dalam mendesain hunian.


(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada seluruh umat muslim tentang nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan di hunian dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi umat muslim yang hendak mendesain ataupun merenovasi rumahnya agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.

1.5. Batasan Penelitian

Disebabkan oleh banyaknya jenis hunian yang ada, maka pada penelitian ini hunian yang tertera pada judul lebih di fokuskan pada rumah tinggal. Selain itu nilai-nilai Islam yang diteliti pada rumah yang menjadi sampel penelitian hanya sebatas bagian internal rumah.

1.6. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir ialah proses berfikir peneliti dari permulaan hingga permasalah penelitan dipecahkan dan pada akhirnya diperoleh penemuan dari penelitian tersebut. Proses berfikir tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram. Adapun kerangka berfikir dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(22)

LATAR BELAKANG

Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, salah satunya mengenai hunian. Hunian sangat berkaitan dengan keseharian manusia oleh karena itu dalam membangun hunian, juga harus memperhatikan nilai-nilai Islam untuk mendukung aktivitas yang dilaksanakan di dalam hunian

dapat sesuai dengan syariat Islam.

PERUMUSAN MASALAH Apa sajakah nilai-nilai Islam yang dapat

diterapkan dalam sebuah hunian?

Apakah masyarakat muslim di Kota Medan sudah menerapkan nilai-nilai Islam dalam hunian? Apa sajakah faktor yang mempengaruhi seorang muslim dalam mendesain huniannya?

TUJUAN PENELITIAN Menemukan nilai-nilai Islam yang dapat

diterapkan dalam sebuah hunian,

Menemukan

pengaplikasian nilai islam dalam hunian di Kota Medan,

Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim di Kota Medan dalam mendesain hunian.

MANFAAT PENELITIAN Memberikan pengetahuan kepada seluruh umat muslim tentang nilai-nilai Islam yang dapat

diterapkan dalam hunian. Menjadi pedoman bagi umat muslim untuk menjadikan rumahnya sesuai dengan nilai-nilai Islam.

STUDI LITERATUR Budaya dan Arsitektur Perubahan Budaya Transformasi Arsitektur Islam Rumah Tinggal METODOLOGI PENELITIAN JENIS PENELITIAN Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif

METODE

PENGUMPULAN DATA Pendataan Primer dan

Sekunder

ANALISA DATA

TEMUAN Temuan dari penelitian ini adalah:

Data mengenai nilai-nilai Islam apa saja yang digunakan dalam rumah di Kota Medan.

Data mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi masyarakat muslim Kota Medan dalam mendesain rumah. BATASAN PENELITIAN


(23)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Budaya dan Arsitektur 2.1.1. Budaya dan Teori Budaya

Istilah budaya sendiri memiliki banyak makna, istilah ini dapat digunakan pada berbagai bidang, hal ini berarti bahwa istilah budaya tidak bisa dipakai sebagai definisi yang pasti dalam konteks yang berbeda (Loebis, 2002). Menurut Rapoport (1977), Parson dan Shils (1962) dalam Loebis (2002) budaya adalah sekelompok orang yang memiliki nilai, kepercayaan dan pandangan hidup yang sama, dan suatu sistem simbol yang dipelajari dan disebarkan. Budaya menciptakan suatu sistem aturan dan kebiasaan, yang merefleksikan idealisme dan menciptakan gaya hidup, tata cara hidup, peran, kelakuan, makanan, bahkan suatu bentuk buatan misalnya arsitektur.

2.2. Perubahan Budaya

Dalam teori strukturalisme, perubahan budaya diartikan sebagai proses alami yang terjadi akibat perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial dalam masyarakat. Struktur yang dimaksud adalah pola kultur yang digunakan sebagai basis dalam pengukuran suatu sistem sosial, sedangkan fungsi adalah keterlibatan penggabungan suatu struktur dengan struktur lain dalam suatu sistem baru.


(24)

2.2.1. Sumber Perubahan

Perubahan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kejadian dalam kurun waktu tertentu yang melahirkan suatu modifikasi atau pergantian suatu elemen dari pola budaya yang mengarah pada pergerakan pola dalam waktu dan ruang dan menghasilkan pola kultural lain (Loebis, 2002). Perubahan kultural berkaitan dengan waktu. Perubahan kultural bersifat historis dan berhubungan dengan urutan kejadian dan pergerakan ruang dan waktu. Oleh karena itu, perubahan kultural hanya bisa dipelajari melalui catatan sejarah.

Struktur dan proses perubahan budaya adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian yang saling bergantung, setiap bagian ini memiliki fungsi masing-masing dan berperan dalam sistem (Durkheim dalam Loebis, 2002). Dalam teori ini, sistem adalah gerakan kekal, suatu titik keseimbangan dimana bagian dari sistem tersebut terus menerus menyesuaikan satu sama lain dan untuk merubah subsistem yang membentuk bagian baru. Maka dari itu, dalam suatu sistem terdapat penggerak untuk mencapai kondisi baru.

Salah satu cara masuknya perubahan adalah dengan adaptasi. Adaptasi adalah proses dan sistem yang menghubungkan sistem kebudayaan dan alam semesta. Proses ini terjadi apabila misi kultural tercapai, dengan demikian masyarakat menggerakkan sumber daya dan menjaga pola budayanya sebagai upaya untuk menciptakan keseimbangan.

Oleh karena itu Parson dan Shills (1962) dalam Loebis (2002) mengatakan bahwa kondisi ini tidak dapat ditetapkan sebagai kondisi statis, hal ini dikarenakan sistem memiliki potensi yang tinggi untuk merangsang dan


(25)

melaksanakan perubahan dan adaptasi, dalam menjaga tujuan misi kultural bagi masyarakat.

Adaptasi adalah faktor yang penting, tetapi dalam analisis proses perubahan dan transformasi adaptasi tidak cukup karena tidak dipertimbangkan sebagai faktor yang memiliki peran aktif dalam faktor eksternal.

2.2.2. Mekanisme Perubahan Melalui Pertukaran

Ada beberapa mekanisme perubahana melalui pertukaran, yaitu: a. Pertukaran Internal (Evolusionisme)

Dalam teori evolusionisme, proses perubahan budaya menunjukkan keteraturan dan gejala asli dalam setiap pola kultur untuk mengalami perubahan. Gejala ini dideskripsikan dalam teori dialektik Hegel yang menyatakan bahwa pendekatan dialektik menekankan kepentingan produk mental dan pikiran daripada material seperti yang diaplikasikan pada definisi sosial pada dunia fisik dan materi. Kegagalan dalam evolusionisme adalah ketidakmampuan paham ini untuk menyuguhi proses terputus yang radikal dan serangkaian kejadian yang diungkapkan dalam catatan sejarah.

b. Pertukaran Eksternal (Difusionisme)

Difusi adalah respon dari sumber perubahan internal seperti yang diusulkan oleh teori evolusionisme. Difusi disini dapat diartikan sebagai perpindahan elemen budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. Menurut Smith (1976) dalam loebis (2002) proses difusi tidak membedakan elemen perpindahan dari kultur penyumbang dan terjadi secara tidak sengaja dalam perpindahan


(26)

elemen ke kultur penerima. Dari sisi kultur penyumbang, perubahan dapat diarahkan maupun tidak diarahkan tetapi elemen budaya asing tidak akan bisa menembus budaya lain kecuali elemen budaya tersebut disetujui oleh kultur penerima. Budaya penerima kemudian akan memodifikasi elemen budaya yang mereka terima dengan cara yang lebih kompleks, modifikasi budaya inilah yang nantinya akan menjadi bentuk hybrid. Perubahan dalam difusionisme memiliki relevansi dan atraksi yang besar dalam proses sejarah masa kini dibandingkan dengan masa lalu.

Difusionisme juga memiliki kekurangan yaitu, yang pertama paham ini cenderung berasumsi bahwa semua perubahan bersifat kualitatif. Yang kedua difusionisme cenderung menolak peran seleksi aktif oleh individu dan kelompok yang ditemukan oleh Malinowski. Yang ketiga, paham ini gagal menyediakan kriteria untuk membedakan jenis rangkaian kejadian historis eksternal yang dapat menghasilkan perubahan yang signifikan.

c. Pertukaran Campuran

Dalam paham difusionisme efek pertukaran internal dalam proses perubahan dan transformasi tidak diperhitungkan. Dalam Paham evolusionisme perubahan yang dihasilkan akibat faktor eksternal diabaikan. Namun dalam pertukaran campuran, kedua faktor ini diperhitungkan.

Dalam penelitian ini, akan diuji proses pertukaran budaya sebagai penyebab transformasi berasal dari internal (evolusionisme) atau eksternal (difusionisme), atau bahkan keduanya. Pertukaran kultur internal terjadi karena pertukaran elemen budaya dalam suatu kebudayaan (internal difusionisme),


(27)

sedangkan pertukaran budaya eksternal terjadi karena pertukaran elemen budaya dengan budaya lain (external evolusionisme).

2.3. Transformasi

Transformasi adalah istilah yang berhubungan erat dengan perubahan yang dapat terukur baik berupa karakter objek atau konsep gagasan, persepsi dan budaya. Transformasi merupakan proses budaya yang relatif cepat dengan hasil yang besar. Khususnya pada perubahan susunan teknis dan moral masyarakat yang mengacu pada organisasi perasaan manusia dalam menghakimi hal yang benar pada ikatan antar manusia daripada kategori konten dari kultur itu sendiri (Redfield, 1953 dalam Loebis, 2002).

Transformasi sebagai proses budaya yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditahan. Besar perubahannya tergantung pada intensitas kontak dengan budaya asing tersebut. Transformasi sangat didasarkan budaya dari penggunanya seperti budaya asing yang diterima oleh masyarakat lokal harus sesuai dengan budaya lokal yang telah ada. Percampuran dari budaya asing dan budaya local memunculkan produk baru yang disebut dengan hybrid. Produk baru ini tidak hanya menyerupai bentuk lokal ataupun bentuk asing, namun merupakan sesuatu yang seluruhnya baru. Karena arsitektur ditentukan berdasarkan budaya (Rapoport, 1969 dalam Loebis, 2002), maka transformasi arsitektural dan prosesnya juga ditentukan oleh budaya, akibatnya perubahan dan transformasi budaya akan berdampak pada arsitektur.


(28)

2.4. Arsitektur Islam

2.4.1. Pengertian Arsitektur Islam

Ketika berbicara tentang arsitektur Islam, ada banyak pendapat yang muncul. Pada umumnya arsitektur Islam dimengerti sebagai arsitektur yang digunakan untuk membangun bangunan ibadah, seperti masjid dan musholla. Namun apabila membahas tentang arsitektur Islam bukan berarti hanya membahas masjid dan musholla, tetapi juga semua bangunan, hanya saja penekanannya pada pengaplikasian syariat Islam. Pengertian ini juga diperkuat dengan pendapat Begam dalam jurnal Islamic Guiding Principle (Shari’ah Law) For Architectural Interpretation Of Housing yang menyatakan bahwa arsitektur Islam adalah kombinasi dari Islam dan arsitektur berupa arsitektur murni yang didasarkan pada prinsip Islam (Al-Quran dan Hadits).

Utaberta (2008) lebih ringkas menjelaskan bahwa arsitektur Islam adalah arsitektur sebagai sebuah produk dari agama Islam. Namun, ada perbedaan yang mendasar antara produk yang dihasilkan dari masyarakat muslim dengan produk dari nilai-nilai dan prinsip Islam. Arsitektur sebagai produk dari masyarakat muslim artinya adalah sebuah karya arsitektural yang dihasilkan oleh suatu komunitas yang beragama Islam. Produk tersebut dapat berbeda bahkan bertentangan dengan prinsip Islam karena hanya merupakan sebuah produk masyarakat suatu kawasan. Hal ini sangat berbeda dengan arsitektur sebagai produk dari nilai-nilai dan prinsip Islam. Pada prinsipnya produk arsitektural yang berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar dari Islam berasal dari


(29)

sumber-sumber ajaran Islam itu sendiri, dalam hal ini adalah Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijtihad yang didasarkan kepada dua sumber sebelumnya secara benar.

Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa arsitektur Islam adalah arsitektur yang didasarkan pada pilar etika Islam, tidak berhubungan dengan monumen-monumen keagamaan tertentu atau elemen desain. Arsitektur Islam dapat disebut dengan arsitektur yang tersembunyi, benar-benar tidak dilihat sebagai monumen atau simbol yang mencolok, tetapi dapat dirasakan ketika berada didalam bangunan tersebut.

2.4.2. Kriteria Arsitektur Islam

Arsitektur Islam yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami tidak mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda, tergantung dari konteks dimana dan apa fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut. Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi oleh wilayah benua dan negara, karena kita akan melihat kekayaan arsitektur Islam dari keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah masing-masing negara tersebut (Muchlis, 2013).

Adapun Kriteria Arsitektur Islam adalah sebagai berikut (S.G. Haider dan A. Rehman dalam Farid dkk, 2009):

a. Kosmologi arsitektur mengandung nilai bahwa alam dan manusia mempunyai misi untuk menyembah Allah SWT. Keberadaan bangunan tersebut tidak mengotori atau merusak alam, binatang, dan tumbuhan.


(30)

b. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram sebagaimana yang terdapat dalam syariah Islam. Hendaknya bangunan yang dibangun tidak mengandung unsur syirik dalam hal pembuatan, desain, dan ornament yang ada di dalamnya seperti elemen dekorasi, tidak menggunakan patung atau lukisan makhluk bernyawa.

c. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas, misalnya memasang ornamen islami seperti ornament yang merepresentasikan nilai-nilai menyembah dan mengingat Allah, seperti gambar masjid dan ka’bah. Adapun ornamen yang merepresentasikan nilai sejarah dan misi Islam antara lain gambar peta Makkah, Madinah ataupun peta perluasan Islam. Sedangkan ornamen yang melambangkan spritualitas yakni hiasan kaligrafi dan motif tumbuhan (arabesque).

2.5. Rumah

2.5.1. Pengertian Rumah

Rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat tinggal ataupun kediaman (yang dihuni). Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU No. 4 Tahun 1992). Selain untuk tempat tinggal, rumah di fungsikan sebagai tempat bernaung dan berlindung dari cuaca dan bahaya. Rumah yang baik adalah rumah yang dapat menjadi tempat untuk hidup dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik (Primasetra, 2013).


(31)

2.5.2. Pengertian Rumah Berdasarkan Islam

Dalam Al-Qur’an ada tiga kata yang berhubungan dengan rumah, yaitu manzil (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 29), maskan (Q.S. As-Saba’ [34]: 15), dan bait (Q.S. An-Nahl [16]: 80). Istilah manzil dapat diartikan sebagai bangunan rumah, maskan dapat diartikan sebagai letak rumah tetapi dapat juga diartikan sebagai tempat ketenangan atau kebahagiaan. Sedangkan bait berarti tempat yang paling nyaman.

Yusuf Al-Qardawi (1996) menjelaskan pengertian rumah bersadarkan Islam yaitu tempat dimana individu melindungi dirinya dari unsur iklim, merupakan tempat dimana individu tersebut mendapatkan kebebasan dari batasan-batasan yang ada, tekanan sosial, dan juga sebagai tempat mengistirahatkan tubuh dan menenangkan fikiran.

Rumah adalah struktur arsitektur dasar yang dimiliki setiap orang. Menurut begam dalam jurnal yang berjudul Islam And Architecture: Architectural interpretation from the values of the al Quran and sunnah mengatakan bahwa dalam membangun rumah ada beberapa hal yang dipertimbangkan, yaitu budaya, kepercayaan, iklim, status dan preferensi. Hal ini menunjukkan untuk mendesain rumah diperlukan pertimbangan dalam banyak aspek. Penerapan aturan Islam dalam rumah sangat penting karena dari pembentukan rumah yang islami, akan mempengaruhi pembentukan masyarakat dan peradaban. Adab dan aturan yang harus diterapkan oleh seorang muslim di dalam rumahnya turut menjadi faktor pendukung terciptanya rumah yang islami, oleh karena itu Pengetahuan tentang adab dan aturan tersebut merupakan hal yang sangat penting. Kebersihan,


(32)

keasrian, keindahan, kesucian diri, kerahasiaan, kasih sayang, hubungan yang baik dengan orang lain, kasih sayang yang tercurah kepada yang lain, budi pekerti yang baik, yang menandai budaya islami, semuanya bersumber dari rumah yang islami.

2.5.3. Fungsi Rumah Berdasarkan Islam

Sebagai agama yang lengkap dan menyeluruh, Islam tidak sekedar memberikan pedoman dalam menggapai impian setiap keluarga di dunia, namun juga memberikan pedoman dalam menggapai impian setiap keluarga di dunia, dengan sasaran akhir yang berupa kebahagiaan di akhirat. Agar senantiasa di rahmati oleh Allah SWT, sebaiknya memperhatikan fungsi rumah agar tidak menyalahi fungsi yang sesungguhnya. Adapun fungsi rumah berdasarkan Islam adalah (Ali, 2010; Farid dkk, 2009; Primasetra, 2013):

a) Rumah sebagai masjid

Rumah sebagai masjid berarti mengkondisikan rumah sebagai mana mengkondisikan masjid. Mesjid sendiri selain tempat untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah, masjid juga merupakan tempat membina umat, mempererat tali ukhuwah Islamiyah, dan merencanakan agenda dakwah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Demikian juga dengan rumah, harus terbiasa menghidupkan nilai ilahiah dengan ibadah seperti sholat, tilawah Al-Qur’an, dan juga merekatkan ukhuwah antar anggota keluarga. Untuk itu rumah sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk beribadah, dimana anggota keluarga dapat dengan leluasa melakukan aktifitas beribadah, seperti sholat dan membaca Al-Qur’an. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:


(33)

‘Wahai sekalian manusia, sholatlah di rumah kalian karena sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang di rumah kecuali shalat wajib.’(HR. Bukhari dalam Farid dkk, 2009)

Selain itu, penting untuk menjaga kesucian masjid dengan menjaga adab, maka begitu pula dengan rumah. Sebaiknya tetap menjaga kesucian rumah dengan tidak sembarangan berkata-kata, merendahkan suara, selektif dalam memilih hiburan, menjaga kesucian, dll.

b) Rumah sebagai sekolah

Rumah harus menjadi tempat pendidikan pertama dan terbaik. Selain itu rumah juga harus mendukung penghuninya untuk terus menuntut ilmu. Tidak hanya ilmu yang dipelajari disekolah seperti wawasan keagamaan, ilmu pengetahuan, dan etika, namun juga pelajaran tentang akhlak sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Bergaullah dengan anak-anakmu, dan bimbinglah mereka ke arah pembentukan akhlak mulia’ (HR. Muslim dalam Farid dkk, 2009)

Oleh sebab itu sebaiknya rumah memiliki ruangan khusus untuk belajar ataupun memiliki perpustakaan pribadi.

c) Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman

Rumah merupakan tempat kembali bagi setiap anggota keluarga setelah penat sepanjang hari beraktivitas. Oleh karena itu harus diupayakan membuat rumah yang merupakan tempat berteduh yang baik dan nyaman, tempat untuk mendapatkan makanan, minuman dan pakaian yang cukup, serta tempat untuk memenuhi kebutuhan istirahat jasmani.


(34)

d) Rumah sebagai benteng rohani

Kondisi keimanan setiap orang berbeda-beda dan tidak stabil, salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi keimanan seseorang adalah keluarga. Oleh karena itu rumah adalah tempat yang didalamnya terjadi pembentukan model keluarga yang ideal serta menjadi tempat objek dakwah pertama dan utama sehingga membentuk pribadi yang unggul.

2.5.4. Adab Islami dalam Rumah

Telah dibahas sebelumnya bahwa untuk menciptakan rumah yang islami, faktor adab manusia sangat mempengaruhi, baik penghuni ataupun pengunjung rumah. Adapun adab yang dimaksud antara lain sebagai berikut (Hawwa, 2002): a) Kebersihan dan kesucian

Seorang muslim harus menjaga kebersihan dan kesucian dirinya sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits riwayat:

‘Telah bersabda Rasulullah SAW, sesungguhnya Allah itu Maha Baik, bersih mencintai kebersihan, mulia menyenangi kemuliaan, dermawan menyenangi kedermawanan. Bersihkanlah pekarangan kalian, jangan menyerupai orang-orang yahudi.’ (HR. Tarmidzi dalam Hawwa, 2002)

‘Tidak ada yang dapat menjaga wudhunya, kecuali orang yang beriman’

(HR. Ahmad dan Ibnu Majah dalam Hawwa, 2002)

Dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda, ‘Sungguh kalian akan mendatangi saudara-saudaramu, maka perbaikilah kendaraanmu, dan rapikanlah pakaianmu, sehingga kamu nampak menarik dan pantas dimata orang. Sesungguhnya Allah tidak menyukai kedegilan.’ (HR. Abu Daud dalam Hawwa, 2002)


(35)

b) Adab merendahkan suara, menjaga rahasia, dan tidak membuat kegaduhan Suatu keluarga terdiri dari beberapa individu maka ditekankan untuk memperhatikan hak-hak orang tersebut, yaitu tidak saling mengganggu. Dalam rumah yang islami, penghuninya tidak akan melanggar hal-hal yang menyakitkan, menyinggung perasaan, atau sesuatu yang mengacaukan suasana dan membuat gaduh.

Rasulullah pernah bersabda untuk tidak saling mengeraskan suara dalam membaca Al-Qur’an (HR. Imam Malik dan Abu Daud dalam Hawwa, 2002). Tentu bukan hanya mengenai membaca Al-Qur’an namun juga dalam berbicara sehari-hari. Imam hasan Al-Bana juga pernah mengingatkan untuk tidak mengeraskan suara melebihi kebutuhan si pendengar, karena hal tersebut merupakan perbuatan yang bodoh dan mengganggu orang lain. Untuk wanita, sangat penting untuk mengendalikan suara, sebagian ulama berpendapat bahwa suara wanita adalah aurat, apabila berbicara diluar kepentingan dan kebutuhan, atau berbicara dengan gaya yang menarik perhatian laki-laki (QS. Al-Ahzab [33]: 32)

c) Tata cara mengatur hal-hal yang berkaitan dengan ilmu dan ibadah

Tidak ada yang lebih penting dalam kehidupan keluarga muslim selain memperhatikan dua permasalahan ini: ilmu dan ibadah. Setiap anggota keluarga harus saling membantu dalam merealisasikan dua tuntutan ini. Allah juga memerintahkan orang-orang yang beriman untuk memelihara diri dan keluarga dari Api neraka (QS. At-Thariim [66]: 6). Untuk itu dalam surah Al-Ahzab ayat 34, Allah SWT. menyiratkan untuk disetiap rumah harus ada yang mengingatkan


(36)

untuk terus mengingat Allah dan menuntut ilmu. Oleh karena itu perlu untuk mengatur kegiatan belajar dan mengajar di dalam rumah selain mengatur waktu untuk pelaksanaan ibadah, khusunya sholat, tilawah Al-Qur’an, dan puasa.

d) Bersikap sederhana dalam makan, minum, berpakaian, dan gaya hidup

Rumah yang luas adalah idaman setiap manusia. Nabi Muhammad pun menganjurkan manusia untuk mendesain rumah yang luas. Rumah yang luas merupakan sebuah hadiah yang menyenangkan yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia di dunia. Akan tetapi, rumah yang luas sebaiknya bukanlah rumah yang terlampau mewah dan mahal. Yang dimaksud dengan bermegah-megahan adalah sifat melampaui batas yang dibuat-buat dan berbangga dengannya baik yang terkait ukuran luas, tinggi, maupun keindahan. Akan tetapi, bila memang demi memenuhi kebutuhan, maka tidak termasuk katagori bermegah-megahan. Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh Rasulullah S.A.W sebagaimana adanya larangan untuk bermegah-megahan (QS. Al-Isra’ [17]: 27, QS. At-Takaatsur [102]: 1, Surah al-Qasas [28]: 76). Oleh karena itu kesederhanaan dalam sebuah rumah dan gaya hidup menjadi tuntutan. Salah satu contohnya seperti untuk tidak meenggunaan perkakas dari perak dan emas sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

'Barangsiapa makan atau minuman dari peralatan emas atau perak berarti mengisi perutnya dengan api neraka'. (H.R. Muslim dalam Hawwa, 2002)


(37)

e) Adab menjaga kesehatan

Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan. Oleh karena itu memperhatikan hal tersebut menjadi bagian dari pembinaan rumah yang islami. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Hawwa (2002) dijelaskan:

‘Ada dua kenikmatan yang dilupakan oleh kebanyakan orang, yaitu kesehatan dan waktu luang.’

f) Berbuat baik kepada tetangga dan menghormati tamu

Rumah seorang muslim adalah rumah yang akan menghormati tamunya. Seorang muslim harus senantiasa menyiapkan dirinya, rumahnya, dan keluarganya untuk menerima tamu dan menghormatinya. Dan para tamu harus memahami kemampuan orang yang dikunjunginya. Diantara adab bertamu adalah tidak boleh memberatkan orang yang dikunjungi. Untuk memasuki rumah, tamu harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik rumah (Q.S. Al-Nur [24]: 28).

Banyak sekali hadits ayat menerangkan untuk memuliakan tamu, salah satunya hadits yang dirirwayatkan oleh Bukhari dalam Hawwa (2002) yang berbunyi:

‘Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya’

Oleh karena itu sebaiknya dalam rumah yang islami disediakan adanya kamar tamu. Kamar tamu diusahakan sebisa mungkin harus terpisah dari kamar-kamar lain agar tamu tidak melihat aurat penghuni rumah. Bila memungkinkan, ruang tamu memiliki kamar mandi tersendiri.


(38)

menyakiti tetanggaa dengan ucapannya’. Rasulullah SAW berkata ‘Dia termasuk ahli neraka’. Kemudian orang tersebut berkata lagi, ‘Ya Rasulullah, bahwasanya si fulanah itu shaumnya, shadaqahnya, dan shalatnya sangat sedikit sekali, kalaupun bershadaqah hanya dengan sepotong aqat (susu yang dimasamkan dan dipadatkan) akan tetapi dia tidak pernah menyakiti tetangganya dengan lisannya’. Rasulullah berkata, ‘Dia termasuk ahli syurga’ (HR. Ahmad dalam Hawwa, 2002)

Sedangkan tetangga rumah harus merasakan damai, tidak menyakiti, dan mendapatkan hak-hak yang seharusnya. Selain itu juga dilarang untuk mengintip atau melihat ke dalam rumah tetangga sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang dikutip dari jurnal Begam yang berjudul Islam And Architecture: Architectural interpretation from the values of the al Quran and sunnah yang berbunyi:

‘Jika seorang pria menggeser tirai sehingga terlihat sesuatu yang ia ingin lihat di dalam rumah seseorang tanpa izin, ia telah melewati batas yang diperbolehkan.’ ( HR. Ahmad dan Tirmidzi)


(39)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian dasar (basic research) karena tujuan dari penelitian ini adalah menemukan apakah masyarakat muslim di Indonesia, khususnya di Kota Medan menerapkan nilai-nilai islami dalam rumah yang ditempati. Penelitian dasar sendiri berarti penelitian yang dilakukan dengan maksud membangun atau menemukan suatu pengetahuan baru (Sinulingga, 2011).

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Kedua jenis penelitian ini digunakan karena data yang diperoleh dapat saling melengkapi. Penelitian-penelitian yang biasanya menunjang penggunaan pengumpulan data dengan metode kualitatif adalah penelitian historis dan penelitian deskriptif. Pemilihan metode kualitatif dikarenakan penelitian ingin meneliti menemukan pengaruh budaya dalam membangun rumah dan nilai apa saja yang perlu diperhatikan saat mendesain rumah agar sesuai dengan aturan Islam. Hal ini sejalan dengan pengertian penelitian kualitatif deskriptif yang merupakan metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Selain itu, penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif. Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif ialah metode yang digunakan untuk


(40)

menafsirkan data yang ada. Sedangkan penelitian historis merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fakta dimasa lalu untuk membuktikan suatu kebenaran. Oleh sebab itu penelitian historis juga digunakan pada penelitian ini untuk menemukan apa saja aturan islam yang dapat diterapkan di dalam rumah. Metode kuantitatif sendiri digunakan untuk menabulasi data dalam bentuk angka agar lebih mudah untuk di bandingkan.

3.2. Variabel Penelitian

Pada setiap penelitian pasti ditemukan banyak variabel yang ikut berperan dalam jalannya penelitian, namun tidak semua variabel perlu untuk dilibatkan. Oleh karena itu peneliti harus dapat mengidentifikasi variabel mana saja yang menjadi pokok permasalahan. Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai dan mengambil nilai yang beragam (Sekaran dalam Sinulingga, 2011). Untuk mengetahui variabel mana sajakah yang menjadi pokok permasalahan dapat menggunakan metode telaah hipotesis. Setelah mendapatkan variabel-variabel tersebut, sebaiknya dilakukan defenisi operasional pada setiap variabel agar variabel tersebut dapat diukur. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan karena pada umunya variabel bersifat abstrak.

Sejalan dengan teori di atas, pada penelitian ini juga banyak variabel penelitian yang ditemukan oleh peneliti berdasarkan kajian-kajian teori dari studi literatur mengenai rumah yang islami dan dapat diterapkan di Indonesia. Adapun variabel dan proses dihasilkannya variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:


(41)

Tabel 3.1 Variabel budaya dan perubahan

Teori Interpretasi Variabel

Metode Pengumpulan

data

Budaya menciptakan suatu sistem aturan dan kebiasaan, yang

merefleksikan idealisme dan menciptakan gaya hidup, tata cara hidup, peran, kelakuan, makanan, bahkan suatu bentuk buatan misalnya arsitektur. (Rapoport, 1977; Parson dan Shils, 1962 dalam Loebis, 2002) Budaya mempengaruhi cara berfikir seseorang Gaya hidup Tata cara hidup Peran Kelakuan Arsitektur Pengamatan dan wawancara terhadap penghuni rumah Transformasi adalah istilah yang berhubungan erat dengan perubahan yang dapat terukur baik berupa karakter objek atau konsep gagasan, persepsi dan budaya. (Loebis, 2002)

Transformasi adalah perubahan yang terukur

Perubahan Pengamatan dan wawancara terhadap penghuni rumah Dalam teori evolusionisme, proses perubahan budaya menunjukkan keteraturan dan gejala asli dalam setiap pola kultur untuk mengalami perubahan. (Loebis, 2002) Penyebab perubahan dari dalam Kepercayaan Adat istiadat Status sosial Ekonomi Pengamatan dan wawancara terhadap penghuni rumah

Difusi disini dapat diartikan sebagai perpindahan elemen budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. (Loebis, 2002) Penyebab perubahan dari luar Budaya Asing Pengamatan dan wawancara terhadap penghuni rumah


(42)

Tabel 3.2. Variabel kriteria rumah islami

Teori Interpretasi Variabel Indikator

Kosmologi arsitektur

mengandung nilai bahwa alam dan manusia

mempunyai misi untuk

menyembah Allah SWT. (S.G. Haider dalam Farid dkk, 2009)

Manusia

bertanggung jawab untuk membangun rumah yang ramah lingkungan

-Penghematan Energi -Berselaras

dengan alam

-Terdapat bukaan yang maksimal sehingga medapatkan pencahayaan dan penghawaan alami -Tersedianya taman ataupun courtyard

Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram sebagaimana yang terdapat dalam syariah Islam (S.G. Haider dalam Farid dkk, 2009)

Memperhatikan hal-hal yang dibolehkan dan dilarang dalam Islam -Menghindari syirik -Menghindari hal-hal yang menyebabkan malaikat tidak masuk kedalam rumah -Memperhatikan pengaturan ruang

-Tidak menghias rumah dengan patung

-Tidak menghias rumah dengan lukisan makhluk bernyawa

-Tidak menggunakan ornamen seperti lonceng

-Memisahkan kamar tidur anak dan orang tua

-Memisahkan kamar tidur anak laki-laki dan perempuan Arsitektur yang

melambangkan spiritualitas (S.G. Haider dalam Farid dkk, 2009)

Arsitektur yang dapat menunjukkan

identitas keislaman penghuni

Ornamen Islami -Menggunakan hiasan bergambar masjid atau ka’bah -Menggunakan

hiasan bertemakan kota Makkah dan Madinah ataupun peta perluasan Islam

-Menggunakan motif kaligrafi ataupun arabesque


(43)

dkk, 2009) untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah

di dalam rumah, seperti sholat, membaca Al- Qur’an mengakomodasi kegiatan sholat berjamaah Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman (Farid dkk, 2009)

Rumah harus mengakomodasi keluarga untuk beristirahat setelah anggota keluarga lelah melaksanakan segala aktifitas di luar rumah. -Tersedianya ruangan untuk beristirahat -Tersedianya ruangan untuk bersantai dan berbincang dengan keluarga

-Kamar tidur -Ruang keluarga

Adab menjaga kebersihan dan kesucian (Farid dkk, 2009)

Seorang muslim dituntut untuk terus menjaga kebersihan dan kesucian dirinya

-Bersih -Terbebas dari

najis -Menjaga kebersihan kamar mandi -Menjaga kebersihan dapur Adab menjaga rahasia (Hawwa, 2002) Setiap muslim hendaknya tidak saling mengganggu

Privasi -Memisahkan kamar tidur setiap anggota keluarga Adab bersikap sederhana dalam makan, minum, berpakaian, dan gaya hidup (Hawwa, 2002)

Setiap muslim harus bersikap sederhana sebagaimana yang selalu di contohkan oleh Rasulullah SAW.

Rumah yang sederhana

-Tidak menggunakan hiasan ataupun peralatan dari emas ataupun perak -Tidak membangun

lebih dari kebutuhan -Tidak

bermegah-megahan Adab menjaga

kesehatan (Hawwa, 2002)

Setiap muslim harus menjaga salah satu nikmat yang diberikan Allah yaitu kesehatan

Kesehatan -Adanya ventilasi udara

-Adanya kamar mandi Adab berbuat baik kepada tetangga dan menghormati tamu (Hawwa, 2002) Setiap muslim diwajibkan untuk berbuat baik kepada tetangga dan menghormati tamu

-Menjaga privasi tetangga -Menghormati tamu -Memperhatikan bukaan jangan sampai dapat melihat aktivitas tetangga -Menyediakan ruangan untuk menerima tamu -Menyediakan kamar


(44)

3.3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian berada di Kota Medan, Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini dipilih karena peneliti bertempat tinggal di Kota Medan.

3.4. Sampel

Dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel dimaksudkan untuk memilah sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal ini bertujuan untuk merinci ciri khas yang ada. Selain itu pengambilan sampel juga dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang akan dijadikan acuan dari rancangan teori. Maka dari itu, dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel yang acak, semua sampel telah ditentukan terlebih dahulu (purpossive sampling) (Moleong, 2005).

Sampel dalam penelitian ini dipilih melalui metode purpossive sampling, yang dimaksud dengan purpossive sampling adalah metode pengambilan sampel yang disengaja atau ditentukan dikarenakan sampel tersebut memenuhi kriteria tertentu yang sebelumnya telah ditentukan (Sinulingga, 2011). Adapun kriteria sampelpada penelitian ini adalah:

- Rumah Keluarga Muslim yang sudah mapan - Dibangun Sendiri


(45)

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

a) Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber yang dianggap memenuhi syarat. Narasumber dianggap mengetahui dan memahami informasi yang terkait dengan penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data baik secara lisan ataupun tulisan, dokumen, gambar mengenai objek dan kawasan penelitian. Wawancara ini dilakukan dengan cara menyiapkan pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara disusun secara sistematis.

b) Foto dan Survey Visual

Survey visual dilakukan untuk mengambil gambar dengan menggunakan media kamera. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan gambaran umum mengenai pola dan program ruang rumah masyarakat muslim di Indonesia.

c) Pemetaan dan Penggambaran

Pada tahap ini dilakukan penggambaran ulang denah rumah yang telah di survey. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai desain rumah sampel penelitian. Selain itu, dilakukan pula pemetaan pada kawasan penelitian dengan cara pendataan pada kawasan penelitian dan dibantu melalui media CAD kota Medan, dan Google Earth.


(46)

3.5.2. Data Sekunder

Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder untuk melengkapi data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga peneliti tidak perlu mencarinya secara langsung (Sinulingga, 2011). Menurut Azhar (2004) data sekunder adalah data yang telah tersedia, diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa arsip-arsip resmi. Adapun metode pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini :

a) Studi literatur, pendataan sekunder dilakukan dengan cara studi literatur yang terkait dan terintegrasi, menjadi sebuah rangkuman kajian. Dalam penelitian ini data sekunder yang dapat digunakan Al-qur’an, hadits, buku dan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan judul seperti buku ataupun jurnal yang berbicara tentang arsitektur islam dan rumah yang islami.

b) Studi penelitian sejenis, dilakukan dengan cara mencari penelitian-penelitian dengan judul serupa untuk dibandingkan dan dijadikan acuan dalam penelitian.

3.6. Metode Analisa Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.

a. Data dikelompokkan dan disaring mana data yang tidak lengkap atau tidak perlu.


(47)

b. Setelah dikelompokkan data tersebut di analisis dengan metode deskriptif. Data fisik dan adab penghuni dalam rumah dideskripsikan sesuai dengan hasil survey. Berdasarkan data tersebut dapat didata unsur islami apa saja yang terdapat di dalam rumah tersebut.

c. Hasil survey dan wawancara dirangkum dengan membuat tabel nilai-nilai Islam apa saja yang diterapkan di setiap sampel penelitian. Tabel tersebut dianalisis jawaban yang dominan sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan apakah masyarakat muslim di Kota Medan menggunakan nilai-nilai Islam di dalam rumah.

d. Dari hasil analisa data peneliti mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim di Kota Medan untuk mengindahkan ataupun meninggalkan nilai-nilai Islam dalam rumah mereka.

3.7. Kerangka Teoritis Referensi

Kerangka teori dalam penelitian ini akan diringkas dalam tabel berikut ini: Tabel 3.3 Kerangka teori

REFERENSI TEORI DESKRIPSI REFERENSI

Teori umum Teori Perubahan budaya

Fitur tambahan Pandangan kemungkinan tentang hubungan sebab akibat antara budaya dan arsitektur

Lokasi penelitian Kota Medan

Topik Penelitian Transformasi Arsitektur

Mode perbandingan Perbandingan tipologi rumah yang dihuni masyarakat muslim di Indonesia dengan aturan rumah yang islami Asumsi data budaya Didasari oleh hubungan nilai-nilai Islam yang telah

tercampur budaya lokal ataupun budaya asing Jenis Penelitian Kualitatif

Data Lapangan Wawancara dan pengumpulan data lapangan dengan metode kualitatif


(48)

3.8. Tahapan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu langkah yang pertama adalah menyusun dan mengumpulkan teori terkait dengan sejarah perubahan budaya dan tentang rumah islami. Langkah kedua melakukan survey terhadap sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Langkah ketiga adalah membandingkan sampel yang sesuai kriteria di lokasi survey dengan teori yang berhubungan dengan kriteria arsitektur Islam. Langkah terakhir adalah menghubungkan data yang telah didapat sesuai dengan teori transformasi.


(49)

BAB 4

RUMAH MUSLIM DI KOTA MEDAN

4.1. Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Sebagai ibukota dari Propinsi Sumatra Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia, Medan merupakan campuran yang sempurna dari beberapa suku dan budaya, karena di kota ini didapati beberapa suku, seperti suku Aceh, suku Padang, suku Melayu dan suku Batak dan suku Cina.

4.2. Objek Penelitian

Pada penelitian yang berlokasi di Kota Medan ini tidak menitik beratkan objek penelitian adalah rumah yang dihuni oleh suku tertentu, namun rumah yang dihuni oleh keluarga muslim.


(50)

4.2.1. Rumah 1

Rumah ini terletak di jalan Gurilla No. 14 kecamatan Medan Maimun, dibangun pada tahun 1970.

Gambar 4.1 Lokasi rumah 1 (Sumber: Google Map, 2014)

Gambar 4.2 Rumah 1

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Rumah ini dihuni oleh sebuah keluarga yang memiliki 3 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan, selain itu rumah ini dihuni oleh pembantu

JL. Juanda

JL. Imam Bonjol


(51)

rumah tangga. Terdiri dari banyak kamar tidur dan ruangan-ruangan sebagai berikut:

 Ruang tamu  Ruang keluarga  Kamar tidur  Kamar mandi  Ruang makan

 Ruang penyimpanan

 Dapur  Ruang cuci  Ruang gosok  Garasi

 Gudang

Berikut ini adalah denah rumah tersebut:

Gambar 4.3 Denah rumah 1 TAMAN


(52)

4.2.2. Rumah 2

Rumah yang dibangun pada tahun 1997 ini terletak di jalan Bunga Asoka 1 No. 14 Asam kumbang dan dihuni oleh sebuah keluarga yang memiliki 4 orang anak; 2 laki-laki dan 2 perempuan.

Gambar 4.4. Lokasi rumah 2 (Sumber: Google Map, 2014)

Gambar 4.5. Rumah 2

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Selain keluarga inti, rumah ini juga ditinggali oleh pembantu rumah tanggga. Fasilitas yang tersedia di rumah ini adalah:

JL. Pasar 1

JL. Gagak HItam (Ring Road) JL. Bunga Asoka


(53)

 Teras  Ruang tamu  Ruang keluarga  Ruang belajar  Kamar tidur  Kamar mandi

 Ruang makan  Dapur

 Ruang cuci  Ruang gosok  Garasi

 Gudang

Denah rumah ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.6. Denah rumah 2 (Sumber: Data primer, 2014)


(54)

4.2.3. Rumah 3

Rumah yang dibangun pada tahun 2008 ini terletak di jalan Tempua no 38 Sunggal dan dihuni oleh sebuah keluarga yang memiliki 3 orang anak; 2 laki-laki dan 1 perempuan. Selain keluarga inti, rumah ini juga ditinggali oleh pembantu rumah tangga.

Gambar 4.7. Lokasi rumah 3 (Sumber: Google Map, 2014)

Gambar 4.8. Rumah 3

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014) Lokasi Penelitian


(55)

Fasilitas yang tersedia di rumah ini adalah:  Teras

 Ruang tamu  Ruang keluarga  Kamar tidur utama  Kamar tidur anak  Kamar tidur pembantu  Kamar mandi

 Ruang makan

 Dapur  Ruang cuci  Area jemur  Garasi  Musholla

 Ruang multi fungsi  Ruang transisi

Denah rumah ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.9. Denah rumah 3 (Sumber: Data primer, 2014)


(56)

4.2.4. Rumah 4

Rumah yang dibangun pada tahun 2012 dan selesai pada awal tahun 2014 ini terletak di dalam Komplek Taman Setia Budi Indah BHR No. 84.

Gambar 4.10. Lokasi rumah 4 (Sumber: Google Map, 2014)

Gambar 4.11. Rumah 4 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Rumah ini dihuni oleh sebuah keluarga yang memiliki 3 orang anak yang ketiganya perempuan. Fasilitas yang tersedia di rumah ini adalah:

JL. Gagak Hitam (Ring Road) JL. Setia Budi

Lokasi Penelitian

Pintu Masuk Komplek Tasbi


(57)

 Teras  Ruang tamu  Ruang keluarga  Kamar tidur utama  Kamar tidur utama  Kamar tidur tamu  Kamar mandi  Ruang makan

Musholla  Dapur

 Gudang

 Ruang cuci  Ruang gosok  Area jemur  Garasi


(58)

Denah rumah ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.12. Denah lantai 1 rumah 4 (Sumber: Data primer, 2014)


(59)

Gambar 4.13. Denah lantai 2 rumah 4 (Sumber: Data primer, 2014)


(60)

(61)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rumah 1

5.1.1. Kosmologi Arsitektur

Pada rumah ini perintah untuk berselaras dengan alam di terjemahkan dengan merancang taman di depan rumah dan menggunakan courtyard di bagian tengah rumah sehingga rumah dirasakan menyatu dengan alam. Selain itu dengan adanya courtyard yang besar menjamin masuknya cahaya dan angin sehingga dapat menghemat penggunaan energi.

Gambar 5.1. Taman pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 5.2. Courtyard rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(62)

5.1.2. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram

Rumah yang islami harus memperhatikan konsep halal dan haram dalam Islam, salah satunya adalah menghindari hal-hal yang dapat menjurus kepada syirik. Allah SWT telah melarang untuk menggunakan elemen dekorasi patung makhluk bernyawa dan lukisan makhluk bernyawa, namun pada rumah ini masih terdapat beberapa patung dan lukisan makhluk bernyawa.

Gambar 5.3. Hiasan patung makhluk bernyawa pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 5.4. Hiasan lukisan makhluk bernyawa pada rumah 1 (Sumber:Dokumetasi Pribadi, 2014)


(63)

tua, anak perempuan, dan anak laki-laki harus terpisah. Konsep ini telah digunakan oleh rumah 1 sebagaimana yang terlihat pada denah berikut ini:

Gambar 5.5. Pengaturan pola perletakan kamar tidur pada rumah 1 (Sumber: Data primer diolah, 2014)

5.1.3. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas

Ornamen yang islami seperti hiasan bergambar masjid atau ka’bah, hiasan bertemakan kota Makkah dan Madinah ataupun peta perluasan Islam, dan penggunaan motif kaligrafi ataupun arabesque dapat memperlihatkan status keislaman pada rumah.

AREA KAMAR TIDUR ANAK PEREMPUAN

AREA KAMAR TIDUR ANAK LAKI-LAKI

AREA KAMAR TIDUR ORANG TUA


(64)

Gambar 5.6. Hiasan bertemakan Islam pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

5.1.4. Rumah sebagai masjid

Salah satu faktor penentu rumah tersebut islami adalah hidupnya aktifitas ibadah di dalamnya. Untuk itu sebaiknya rumah dapat mengakomodasi kegiatan beribadah, pada penelitian ini difokuskan pada ibadah sholat berjamaah. Pada rumah ini memang tidak disediakan area khusus untuk sholat, karena sholat dapat dilakukan dimana saja, misalnya di kamar. Namun apabila akan dilaksanaan sholat berjamaah, maka rumah ini masih bisa mengakomodasi kegiatan tersebut. Kegiatan sholat berjamaah dilakukan di salah satu sisi selasar pada rumah tersebut.


(65)

Gambar 5.7. Area sholat berjamaah pada rumah 1 (Sumber: Data primer, 2014)

5.1.5. Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman

Sebagai tempat kembali, rumah harus dapat mengakomodasi penghuni untuk beristirahat. Salah satunya dengan menyediakan ruang khusus untuk beristirahat dan melepas penat, seperti kamar tidur yang cukup untuk untuk seluruh penghuni rumah. Pada rumah ini, tersedia banyak kamar tidur untuk seluruh anggota keluarga. Setiap kamar di tempati oleh 2 orang anak perempuan, atau 2 orang anak laki-laki.


(66)

Gambar 5.8. Salah satu kamar tidur pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Selain kamar tidur, ruang keluarga dapat juga menjadi tempat untuk melepas lelah. Pada rumah ini, terdapat banyak area yang dapat dijadikan tempat berkumpul dan bercengkrama untuk melepas kepenatan.

Gambar 5.9. Area bercengkrama pada rumah 1 (Sumber: Dokumetasi pribadi, 2014)


(67)

5.1.6. Adab menjaga kebersihan dan kesucian

Salah satu indikator rumah dapat dikatakan bersih adalah dengan melihat dapur dan kamar mandinya. Pada rumah ini kamar mandi dan dapur terjaga kebersihannya.

Gambar 5.10. Kamar mandi pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 5.11. Dapur pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014) 5.1.7. Adab menjaga privasi setiap penghuni

Menjaga privasi dapat dilakukan dengan memberikan area privat kepada penghuni rumah, seperti kamar untuk orang tua dan masing-masing anak. Pada rumah ini, 2 orang anak menempati 1 kamar sehingga privasi kurang terjaga. Selain itu ada sebuah kamar yang berhubungan dengan kamar orang tua, bahkan


(68)

untuk memasuki kamar orang tua harus melewati kamar anak tersebut, hal ini dapat mengganggu privasi anak tersebut.

Gambar 5.12. Gangguan privasi pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

5.1.8. Adab bersikap sederhana

Sebagaimana Islam melarang untuk bermegah-megahan, maka sebaiknya rumah dibangun sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakan material ataupun hiasan yang mewah seperti penggunaan lampu kristal, bahkan penggunaan perlengkapan hiasan dari emas ataupun perak dijatuhi hukum haram. Untuk rumah ini, bangunan dibangun sesuai dengan kebutuhan namun pada bagian ruang tamu masih menggunakan hiasan maupun perabotan yang mewah.


(69)

Gambar 5.13. Perabotan mewah pada rumah 1

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

5.1.9. Adab untuk menjaga kesehatan

Untuk menjaga kesehatan, diperlukan desain rumah yang sehat. Indikator untuk rumah yang sehat adalah udara dan cahaya dapat masuk ke dalam rumah. Pada rumah ini telah menggunakan courtyard dan seluruh ruangan dilengkapi dengan jendela mati dan ventilasi sehingga cahaya dan udara yang masuk dari

Gambar 5.14. Ventilasi udara pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(70)

Selain melalui ventilasi, rumah yang sehat harus didukung dengan fasilitas kamar mandi. Pada rumah ini terdepat banyak kamar mandi, hampir setiap kamar mempunyai kamar mandi sendiri di dalamnya sehingga fasilitas kamar mandi dapat dikatakan mencukupi.

Gambar 5.15. Penyebaran fasilitas kamar mandi pada rumah 1 (Sumber: Data primer diolah, 2014)

5.1.10. Berbuat baik kepada tetangga dan menghormati tamu

Salah satu cara untuk berbuat baik pada tetangga adalah dengan cara tidak mengganggu dan menjaga privasi tetangga, jangan sampai untuk memata-matai tetangga. Rumah ini telah memenuhi konsep tersebut dengan cara membatasi lahan dengan tembok yang lebih tinggi dari jarak pandang sehingga privasi tetangga tetap terjaga.


(71)

Gambar 5.16. Tembok pembatas pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Untuk menghormati tamu, rumah ini menyediakan ruang yang besar untuk menerima tamu. Selain itu juga dipersiapkan ruangan untuk menjamu tamu.

Gambar 5.17. Ruang tamu pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 5.18. Area menjamu tamu pada rumah 1 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(72)

5.2. Rumah 2

5.2.1. Kosmologi Arsitektur

Pada rumah ini perintah untuk berselaras dengan alam di terjemahkan dengan merancang taman di bagian depan dan belakang rumah, bukaan-bukaan yang besar menjamin masuknya cahaya dan angin sehingga dapat menghemat penggunaan energi.

Gambar 5.19. Taman pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 5.20 Cahaya dan penghawaan alami pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

5.2.2. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram

Untuk menghindari syirik dan tidak masuknya malaikat ke dalam rumah, rumah ini tidak menggunakan hiasan berupa patung dan lukisan makhluk bernyawa. Selain itu rumah ini juga telah memisahkan kamar tidur untuk orang tua, kamar tidur anak laki-laki, dan kamar tidur anak perempuan.


(73)

Gambar 5.21. Pengaturan pola perletakan kamar tidur pada rumah 2 (Sumber: Data primer diolah, 2014)

5.2.3. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas

Untuk menghias rumah, pemilik lebih memilih menggunakan hiasan yang berupa kaligrafi untuk menunjukkan identitas keislamannya.

Gambar 5.22. Hiasan bertemakan Islam pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(74)

5.2.4. Rumah sebagai masjid

Rumah ini tidak mempunyai ruangan khusu untuk beribadah, namun penghuni tetap menghidupkan aktifitas ibadah di dalam rumahnnya. Untuk sholat berjamaah, penghuni lebih suka melaksanakan di kamar tidur utama. Namun apabila ada tamu, aktifitas sholat berjamaah dilaksanakan di area kosong yang terletak di antara ruang keluarga dan ruang tamu.

Gambar 5.23. Area sholat berjamaah pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014) 5.2.5. Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman

Sebagai tempat kembali, rumah harus dapat mengakomodasi penghuni untuk beristirahat, salah satunya dengan menyediakan ruang khusus untuk beristirahat dan melepas penat, seperti kamar tidur yang cukup untuk untuk seluruh penghuni rumah. Pada rumah ini, tersedia empat kamar tidur, 1 kamar untuk 2 orang anak perempuan, 1 kamar untuk 2 orang anak laki-laki, 1 kamar untuk orang tua, dan satu kamar untuk pembantu.


(75)

Gambar 5.24. Salah satu kamar tidur pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Selain kamar tidur, ruang keluarga dapat juga menjadi tempat untuk melepas lelah. Pada rumah ini, terdapat ruang keluarga yang nyaman.

Gambar 5.25. Ruang keluarga pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

5.2.6. Adab menjaga kebersihan dan kesucian

Rumah ini sudah memperhatikan kebersihan, terlihat dari dapur yang bersih. Hanya saja terdapat noda-noda kusam pada dinding kamar mandi.


(76)

Gambar 5.26. Kamar mandi pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Dapur juga terjaga kebersihannya, hanya saja kayu penutup lemari mulai terlihat terkelupas dan mengganggu pemandangan.

Gambar 5.27. Dapur pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

5.2.7. Adab menjaga privasi penghuni

Menjaga privasi dapat dilakukan dengan memberikan area privat kepada penghuni rumah, seperti kamar untuk orang tua dan masing-masing anak. Pada rumah ini, 2 orang anak menempati 1 kamar sehingga privasi kurang terjaga.


(77)

5.2.8. Adab bersikap sederhana

Rumah dibangun sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakan material ataupun hiasan yang mewah seperti penggunaan lampu kristal, penggunaan perlengkapan hiasan dari emas ataupun perak.

5.2.9. Adab untuk menjaga kesehatan

Untuk menjaga kesehatan, diperlukan desain rumah yang sehat. Indikator untuk rumah yang sehat adalah udara dan cahaya dapat masuk ke dalam rumah. Untuk rumah ini cahaya dan penghawaan alami dapat masuk dengan leluasa.

Gambar 5.28. Ventilasi udara pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Selain itu tersedianya kamar mandi juga dapat menjadi indikator kesehatan rumah. Pada rumah ini terdapat 3 kamar mandi. 1 berada di dalam kamar tidur utama, 1 untuk melayani anak dan tamu, terletak di bagian tengah rumah, dan 1 terletak di bagian belakang untuk daerah servis.


(78)

Gambar 5.29. Fasilitas kamar mandi pada rumah 2 (Sumber: Data primer, diolah 2014) 5.2.10. Berbuat baik kepada tetangga dan menghormati tamu

Rumah ini telah memenuhi konsep berbuat baik kepada tetangga dengan cara menjaga privasi tetangga, rumah ini dibangun dengan tembok pembatas yang tinggi sehingga tidak dapat melihat aktivitas tetangga.

Gambar 5.30. Tembok pembatas pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(79)

Untuk menghormati tamu, rumah ini menyediakan ruang untuk menerima tamu yang datang berkunjung.

Gambar 5.31. Ruang tamu pada rumah 2 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

5.3. Rumah 3

5.3.1. Kosmologi Arsitektur

Sebagai bentuk penyelasrasan dengan alam rumah ini melebihkan banyak area hijau untuk taman. Di ruangan tertentu, banyaknya bukaan menyebabkan perasaan menyatu dengan alam. Selain itu rumah ini juga memanfaatkan cahaya dan penghawaan alami pada siang hari sehingga dapat menghemat energi.

Gambar 5.32. Taman rumah 3 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(80)

Gambar 5.33. Bukaan pada fasad bangunan rumah 3 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014) 5.3.2. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram

Rumah ini masih menggunakan patung-patung dan lukisan makhluk bernyawa dalam menghias interior rumah.

Gambar 5.34. Hiasan patung makhluk bernyawa pada rumah 3 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 5.35. Lukisan makhluk bernyawa pada rumah 3 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(1)

10. Berbuat baik kepada tetangga dan menghormati tamu

Untuk menjaga privasi tetanggaa, maka harus memperhatikan bukaan pada rumah jangan sampai dapat melihat aktivitas tetangga, apalagi bukaan pada lantai 2. Namun berhubung letak rumah ini tidak berdekatan dengan rumah lainnya, maka tidak ada bukaan yang dapat melihat aktivitas tetangga.

Gambar 5.54. Pemandangan dari balkon pada rumah 4 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Pemilik rumah sangat memperhatikan adab mengenai menghormati tamu dengan menyediakan ruangan khusus untuk menerima tamu dan kamar khusus untuk menerima tamu yang hendak bermalam.

Gambar 5.55. Ruang tamu pada rumah 4 (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(2)

5.5. Kesimpulan data hasil survey

Untuk mengamati nilai-nilai yang Islam yang digunakan dalam setiap rumah menggunakan rentang nilai 1-5. Dengan penjelasan:

1 = Tidak sesuai 3 = Hampir sesuai 5 = Sangat sesuai

Untuk itu dapat dibuat tabel tabulasi hasil penelitian mengenai indikator tiap variabel pada setiap rumah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Tabel indikator hasil survey

Variabel Rumah

1 Rumah 2 Rumah 3 Rumah 4

Penghematan Energi 5 5 5 5

Berselaras dengan alam 5 3 3 3

Menghindari syirik 1 5 1 5

Memperhatikan pembagian kamar tidur

3 3 5 5

Menggunakan ornamen Islami 5 5 5 5

Menghidupkan aktifitas ibadah 3 3 5 5

Tersedianya ruangan untuk beristirahat

5 5 5 5

Tersedianya ruangan untuk bersantai dan berbincang dengan keluarga

5 5 5 5

Bersih 5 3 5 5

Terbebas dari najis 5 5 5 5

Privasi Penghuni 3 3 5 5

Rumah yang sederhana 1 3 3 1

Memperhatikan kesehatan 5 5 5 5

Menjaga privasi tetangga 5 5 5 5

Menghormati tamu 3 3 3 5


(3)

diatas adalah umumnya penduduk muslim sudah menerapkan aturan Islam dalam rumahnya, namun belum sempurna seperti penggunaan hiasan yang haram pada dua rumah (rumah 1 dan rumah 3). Peneliti menemukan ketidaktahuan pemilik akan adanya larangan dalam Islam untuk menghias rumah menggunakan patung ataupun lukisan makhluk bernyawa yang menyebabkan penghuni masih menghias rumah menggunakan hiasan tersebut. Namun untuk kedua rumah lainnya (rumah 2 dan rumah 3), pemilik telah mengetahui adanya larangan tersebut sehingga membuang semua hiasan yang haram bahkan menjurus ke syirik tersebut. Agar rumah terasa lebih Islami semua sampel hunian menggunakan ornamen islami, umumnya adalah kaligrafi. Hanya pada rumah 4 nuansa Islam terasa dari ornamen ala arsitektur maroko yang menggunakan bentuk geometri dan tumbuhan.

Pada tabel diatas juga dapat dilihat bahwa nilai yang paling sedikit diterapkan adalah kesederhanaan, hal ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang ekomomi dan status sosial keluarga muslim pemilik rumah tersebut. Namun hal ini juga bisa menjadi salah satu cara pemilik rumah untuk memuliakan tamu, karena pada umumnya kesederhanaan tidak terjadi di ruang tamu. Seperti kasus pada rumah 1, semua bagian rumah terlihat sederhana kecuali ruang tamu, hal ini dipengaruhi oleh pekerjaan pemilik rumah, yaitu pemilik salah satu perusahaan perkebunan. Oleh karena itu ruang tamu didesain mewah dan lebar untuk menyambut tamu-tamu penting yang datang berkunjung.


(4)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Masyarakat muslim di Kota Medan pada umumnya sudah menggunakan nilai-nilai Islam dalam rumahnya. Dari hasil penelitian pada sampel, walaupun suatu rumah sudah mulai menerapkan aturan Islam, namun ada masih ada saja nilai islami yang tertinggal. Tidak semua nilai-nilai Islam diterapkan. Faktor terbesar yang mempengaruhi penghuni belum sepenuhnya memperhatikan aturan Islam dalam rumah yang didapat melalui wawancara spontan dengan pemilik rumah adalah ketidaktahuannya pemilik rumah terhadap nilai-nilai dalam islam. Pemilik juga tidak merasa penting untuk mencari tahu nilai-nilai islam yang harus diterapkan dalam rumah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh budaya kapitalis yang memisahkan agama dengan kehidupan. Selain faktor ketidaktahuan, adapula faktor-faktor lainnya seperti status sosial, dan faktor ekonomi sehingga nilai-nilai Islam mulai tergeser sedikit demi sedikit dalam kehidupan.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa agama Islam tidak hanya mengatur tentang hubungan makhluk dengan Allah, namun mengatur seluruh aspek kehidupan. Selanjutnya diikuti dengan seruan untuk masuk kedalam islam secara keseluruhan, maka seharusnya aturan dan nilai islam tidak dapat diganggu-gugat walaupun tidak sesuai dengan adat-istiadat, status sosial, dan lain


(5)

bukan perkara yang mudah, untuk itu disarankan untuk setiap muslim untuk terus mengkaji Islam, apabila hati dan fikiran telah dapat menerima Islam, maka menerapkan nilai-nilai Islam tidak lagi menjadi persoalan, termasuk dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam hunian.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdalati, Hammudah. (1997). Islam in Focus.Maryland: Amana Publication. Al-Qardawi,Yusuf. (1996). Diversion And Arts In Islam. Cairo: Islamic Inc. Begam, Zeenat. (2011). ISLAM AND ARCHITECTURE: Architectural

interpretation from the values of the al Quran and sunnah. Kuala Lumpur: IIUM Press.

Begam, Zeenat. (2011). Islamic Guiding Principle (Shari’ah Law) For Architectural Interpretation Of Housing. Kuala Lumpur: IIUM Press. Hatta, Ahmad. (2011). Tafsir Qur’an per Kata Dilengkapi Dengan Asbabun

Nuzul dan Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Hawwa, Sa’id. (2002). Tatanan Rumah Islami. Bandung: Robbani Press

Loebis, Moehammed Nawawiy. (2002). Architecture In Transformation: The Case of Batak Toba. Thesis for the degree of Doctor of Philosophy University Sains Malaysia.

Muchlis, A.F. (2013). ARSITEKTUR ISLAM: Seni Ruang dalam Peradaban Islam. Skripsi Program Sarjana Universitas Islam Negeri Malang.

Primasetra, Anjar. (2013). Rumah Nuansa Islami. Jakarta: Griya Kreasi.

Rada, Arifin. (2013). Hukum Islam Dalam Keragaman Budaya Indonesia. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ternate.