Kewajiban suami istri selama ‘iddah

124 Fikih -Ushul Fikih Kurikulum 2013 e. ‘Iddah istri yang ditinggal mati dalam keadaan hamil Menurut sebagian ulama sampai melahirkan walaupun kurang dari 4 bulan 10 hari. f. ‘Iddah istri yang belum dicampuri yaitu tidak ada ‘iddah-nya.

3. Kewajiban suami istri selama ‘iddah

Selama masa ‘iddah belum habis maka suami masih mempunyai beberapa kewajiban terhadap istri yang dicerai, kewajiban tersebut adalah : - Memberikan belanja, pakaian dan tempat tinggal jika si istri tidak durhaka. - Memberikan nafkah dan tempat tinggal untuk istri yang masih dalam ‘iddah al q bain dalam keadaan hamil dan hanya member nafkah jika si istri tidak hamil. Adapun kewajiban istri selama masa ‘iddah adalah - Wajib tinggal dirumah yang disediakan suami yang menceraikan, sebagaimana firman Allah SWT ... ۚلܟقݜقكيقܞُم لܟ قܸقحٰ ق قب قيق ۡ ܕقي ن ق ت ك َ ݫقث قݚۡجُܱۡ قي ق ݫقغ َݚقݟقتݠُيُب ۢݚقم َݚُهݠُجقܱ ۡ ُت قݫ ... [ , ظݬ݁ـلا حرݠس] “ Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya, dan janganlah di izinkan keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji dan munkar” Q.S. A - al q : 1

H. a

ḍānah 1. Pengertian a ḍ nah Adanya a ḍ nah merupakan konsekwensi dari perceraian yang terjadi antara orang tua yang mempunyai anak kecil. Kata a ḍ nah ܟنܛܾح bentuk masdar dari kata kerja a ḍana, seperti kata ܟنܛܾح-يغܻ ا ܠݜܾح yang berarti menanggung biaya hidup dan merawatnya. Juga berasal dari kata ݚ ْܾقلا yang berarti bagian samping tubuh wanita, karena wanita yang merawat bayinyamendekap dan meletakan di bagian samping tubuhnya. Sedangkan menurut syariat adalah mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak kecil atau anak yang lemah dari hal-hal yang membahayakanya dengan baik. Hukum memelihara mereka 125 Buku Siswa Kelas XI MA Keagamaan adalah wajib karena mengabaikan mereka sama artinya membiarkan mereka jatuh kedalam kerusakan. Lalu Siapa yang berhak mengasuh anak ketika terjadi perceraian antara orang tua?. - Jika si anak belum b lig yang mempunyai hak asuh adalah ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: ُ ܯق ْލ ق ت ُعاقغقر قحقݓْݜق ْݗ ق ܛقم ,قݝقب ُݎقح ق ت قܠْن ق أ “Kamulah yang lebih berhak mengasuh anak itu selama kamu belum menikah HR. A mad - Jika anak sudah dewasa maka ia mempunyai hak pilih untuk ikut ibu ataukah ayah. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw ق ܠْܚقش ܛقݙقݟقكي ق أ قܯقيقب ُْܰܮقف قݑُ ُت قعقܰقهقغ قكْݠُبقأ اقܰقه ُعقݬُغ ܛقي : قܒا ُظْݠُسقر ܛقݟق قظܛقݐق ܯލت عاغر قݝقب ْܠقݐ قݖقْ݁نܛقف قݝقكمُت قܯقيقب قܰقخقܕقف “ Lalu nabi bersabda’ Hai sang anak,ini ayahmu, dan ini ibumu, maka pegangilah tangan mana yang kamu mau, lalu anak itu memegang tangan ibunya dan sang ibupun pergi bersama anaknya”.HR. A mad 2. Syarat-syarat a ḍ nah Ibu yang melaksanakan hak asuh harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini : a. B lig, seorang yang belum b lig atau masih kecil tidak mempunyai hak a ḍ nah. b. Berakal seorang yang tidak berakal tidak berhak mendatkan hak a ḍ nah. c. Mempunyai kemampuan mendidik sehingga orang yang sakit, tua renta yang tidak mampu mengatur urusanya sendiri tidak mempunyai hak a ḍ nah. d. Dapat dipercaya atau amanah. e. Islam f. Tidak menikah dengan orang lain. g. Merdeka. 126 Fikih -Ushul Fikih Kurikulum 2013 3. Berakhirnya a ḍ nah a ḍ nah berakhir ketika anak mencapai usia b lig lalu setelah itu siapa yang diikuti si anak? Ayahkah ataukah ibu ? Jika kedua orang tua sepakat bahwa si anak harus mengikuti salah satunya maka kesepakatan tersebut yang dilaksanakan. Jika terjadi perselisihan antara ayah dan ibu atau wanita yang mempunyai hak a ḍ nah maka si anak diminta untuk memilih antara keduanya, siapa yang di pilih oleh si anak maka dialah yang lebih berhak, sebagaimana hadis Rasulullah Saw: ق ٰكܒا قظݠُسقر ْتقءܛقج ًح ق تقْܱ ا َنقث قظܛقݐق قحقْܱيقُܱه قبقت قܯْݜقع ܛقنقأ ܛقݜْيقب قظܛقق قܟقنݠُݙْيقم قبقت ْݚق ْ ܯقققغ قنْبܛقب قܜقه ْܰقي ْنقت ُܯيقُܱي قجْغقز َنقث قك޻ُتقغ قبقت قكاقܯقف ْܠقلܛقݐق قݗَݖقسقغ قݝْيقݖقع ُ ٰكܒا َ޺قص ܛقي قظܛقݐق قنْبا قف قنُݙ قصܛق ُي ْݚقم قظܛقققغ ܛقݟُجْغقز قءܛقܨقف قܟقܞقݜقع قبقت ق ْئقب ْݚقم قنܛقݐقسقغ قنق݇قݍقن قݝقب ْܠقݐ قݖقْ݁نܛقف قݝقكمُت قܯقيقب قܰقخقܕقف قܠْܚقش ܛقݙقݟقكيقأ قܯقيقب ُْܰܮقف قݑُ ُت قعقܰقهقغ قكݠُبقأ اقܰقه ُع قݬُغ ئܛسنلا عاغر “Dari Abu Maimunah ia berkata, Saat aku bersama Abu Hurairah, ia berkata, Seorang wanita datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu. Sesungguhnya suamiku ingin pergi membawa anakku, dan anak tersebut telah memberiku manfaat, ia membawakan aku air dari sumur Abu Anabah. Kemudian suaminya datang dan berkata, Siapakah yang berselisih denganku mengenai anakku? Kemudian beliau bersabda: Wahai anak kecil, ini adalah ayahmu dan ini adalah ibumu. Gandenglah tangan salah seorang dari mereka yang engkau kehendaki. Kemudian anak tersebut menggandeng tangan ibunya, maka ia pun pergi bersamanya.HR An-Nasa’i

I. Ruj ū’

1. Pengertian Ruj ū’