47
Buku Siswa Kelas XI MA Keagamaan
ٌݗْيقحقر ٌرْݠُݍق ق ٰܒا َنقت اْݠُݙقݖْعܛقف ْݗقݟْيقݖقع اْغُرقܯْݐق ْن ق
ت قݔْܞ ق ْݚقم اْݠُبܛقت قݚْي قَلا َݫقث
٤ : حܯئܛݙلا
“Kecuali orang-orang yang taubat di antara mereka sebelum kamu dapat menguasai menangkap mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S. Al-Maidah [5] : 34 Apabila pelaku perampokan orang Islam, maka sesudah dibunuh harus
dimandikan dikafani dan disembahyangkan, sesudah itu disalib dipapan selama tiga hari kalau dikawatirkan tidak membusuk.
d. Hikmah dilarangnya Menyamun, Merampok dan Merompak
Hukuman yang berat bagi pelaku ir bah mengandung beberapa hikmah sebagai berikut :
1 Menjauhkan seseorang dari tindak kejahatan baik menyamun, merampok, dan juga merompak.
2 Melindungi hak milik orang lain dengan aman. 3 Mendorong manusia untuk mamiliki harta dengan cara sah dan halal
4 Terwujudnya lingkungan yang aman dan damai.
6. Bug āh
a. Pengertian Bugh
āt
Menurut bahasa kata bugh t
ٌحܛقغُب
adalah bentuk jama’ dari isim f ’il
فغܛب
yang berasal dari fi’il
قْܞقي- ققب
yang berarti maksiat, melampaui batas,
berpaling dari kebenaran dan zalim. Sedangkan menurut istilah syara’ bug h adalah sekelompok orang muslim yang melakukan pemberontakan terhadap
imam atau pemerintah yang sah, dengan cara memisahkan diri, tidak mentaati perintah imam atau menolak kewajiban yang dibebankan kepada mereka.
Dari sini maka suatu kelompok dapat dikatakan bug h apabila memenuhi persyaratan berikut :
1 Mereka memiliki kekuatan, baik berupa pengikut maupun senjata. Jadi tindakan menentang imam yang tidak memiki kekuatan tidak dinamakan
bug h.
48
Fikih -Ushul Fikih Kurikulum 2013
2 Memiliki ta’w l alasan atas tindakan mereka keluar dari kepemimpinan
imam atau tindakan mereka menolak melaksanakan kewajiban, 3 Memiliki pengikut yang setuju dengan mereka
4 Memiliki pemimpin yang ditaati.
b. Tindakan Hukum
Terhadap Bug h
Bug h tidak dihukumi kafir sehingga kepada para pelaku bug h wajib diupayakan agar mereka kembali taat kepada imam. Usaha mengajak mereka
kembali taat dilakukan dengan cara bertahap, yaitu dari cara yang paling ringan hingga diperangi. Secara tertib pelaksanaan tindakan tersebut ialah
sebagai berikut. 1 Mengirim utusan kepada mereka untuk mengetahui penyebab mereka
melakukan pemberontakan. Apabila penyebabnya berupa ketidaktahuan mereka, maka diusahakan agar keraguan itu hilang.
2 Jika tindakan pertama tidak berhasil dan mereka tetap bertahan dengan sikapnya, tindakan selanjutnya adalah menasehati mereka dan mengajak
untuk kembali mentaati imam yang sah. 3 Jika usaha kedua itupun tidak berhasil, maka tindakan ketiga adalah
memberikan ultimatum atau ancaman akan diperangi. 4 Jika dengan ketiga tersebut, meraka masih tetap tidak mau kembali taat,
tindakan terakhir adalah memerangi mereka sampai sadar dan kembali taat.
Pelaksanaan perang, dilakukan setelah ketiga upaya tersebut di atas gagal, dan mengajak mereka kembali taat kepada pemerintah. Dan
menanyakan kepada mereka, peraturan dan ketetapan pemerintah yang mana yang tidak cocok dan tidak sesuai dengan pendapat mereka? Jika
mereka tetap pada pendirian mereka, maka memerangi mereka dimulai. Agar ada perbedaan antara perang melawan orang kafir dan kaum
muslimin yang membangkang pemerintah, maka tawanan-tawanan kaum pembangkang tidak boleh dibunuh, tetapi hanya ditahan saja sampai
mereka kembali insyaf. Harta mereka yang sudah terlanjur dirampas tidak boleh dijadikan sebagai barang rampasan, tetapi jika sudah insyaf
harus dikembalikan lagi. Demikian juga mereka yang tertawan dalam
49
Buku Siswa Kelas XI MA Keagamaan
keadaan luka-luka harus dirawat. Dalam keadaan perang jika mereka telah mengundurkan diri tidak boleh dikejar.
c. Hikmah dilarangnya