Analisis Hubungan Antara Kepentingan Konsumen dan Parameter Teknis Matriks Korelasi

Tabel 17. Parameter Teknis Produk Biskuit Merek X Parameter Teknis Primer Parameter Teknis Sekunder Persiapan • Supplier mutu bahan baku • Formulasi dan komposisi bahan pembuat biskuit Mixing • Tipe mixer • Kondisi pengadukan Cutting • Jenis kondisi cutter • Jenis bentuk cetakan Baking • Jarak antar keping di ban konveyor • Suhu pemanggangan suhu oven • Kelembaban kadar air adonan pada pemanggangan Cooling • Diameter biskuit Packing • Berat netto • Jenis format kemasan • Permeabilitas kemasan • Kualitas sealing termasuk suhu kecepatan sealing

H. Analisis Hubungan Antara Kepentingan Konsumen dan Parameter Teknis Matriks Korelasi

Matriks interaksi atribut kepentingan konsumen dengan parameter teknis terdapat pada bagian badan rumah kualitas dan merupakan hasil analisis hubungan antara kepentingan konsumen dan parameter teknis. Matriks ini disebut juga sebagai matriks korelasi. Matriks korelasi mengaitkan bentuk hubungan Technical Response HOWs dengan Kepentingan konsumen atau Voice of Customer WHATs. Analisis hubungan ini bertujuan mengetahui seberapa kuat pengaruh parameter teknis internal perusahaan terhadap atribut kepentingan konsumen. Penilaian hubungan ini menggunakan nilai atau lambang sesuai dengan yang dijelaskan pada Tabel 2. Analisis hubungan ini dilakukan berdasarkan diskusi dengan pihak PT. Arnott’s Indonesia. Matriks ini dapat dilihat pada Tabel 18 untuk produk biskuit merek A dan pada Tabel 19 untuk produk biskuit merek A. Hasil analisis korelasi atribut kepentingan konsumen dengan parameter teknis pada produk biskuit merek A menunjukkan beberapa perbedaan dengan literatur. Dari hasil diskusi dengan pihak PT. Arnott’s Indonesia menunjukkan tidak adanya hubungan antara atribut aroma, tekstur, aftertaste, rasa, dan warna biskuit dengan proses baking cooling pada parameter suhu pemanggangan suhu oven. Almond 1989, Whiteley 1971 menjelaskan selama proses pemanggangan terjadi beberapa perubahan pada biskuit, yaitu pengurangan densitas produk akibat pengembangan tekstur berpori terjadi perubahan struktur, ketebalan biskuit, pengurangan kadar airnya menjadi sekitar 1 – 4 ., dan perubahan warna permukaan biskuit. Whiteley 1971 juga menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi selama awal pemanggangan adalah peningkatan volume biskuit. Peningkatan suhu dan tekanan uap air menyebabkan pecahnya gelembung udara sehingga menimbulkan bekas pori- pori. Hal ini diikuti dengan menguapnya uap air, sehingga struktur menjadi keras dan berpori. Keseragaman dan besar kecilnya pori tergantung dari jenis adonan. Hal ini menyebabkan rasa renyah yang berbeda Whiteley, 1971. Perubahan warna terutama disebabkan oleh reaksi Maillard, yaitu interaksi antara gula pereduksi dengan protein asam amino. Reaksi Maillard terjadi pada suhu 150 – 160 ° C. Bersamaan dengan menguapnya air terjadi pengerasan permukaan biskuit dan pembentukan aroma yang khas Manley, 1983. Potter 1983 menjelaskan, pada pemanggangan terjadi juga pengembangan cita rasa flavor. Biskuit merek A terdiri dari beberapa bagian atau komponen yang tidak dapat penulis tuliskan dalam skripsi ini karena merupakan rahasia perusahaan. Beberapa komponen utama biskuit merek A memiliki pengaruh terbesar terhadap aroma, aftertaste, rasa, dan warna biskuit. Beberapa komponen utama biskuit merek A tersebut tidak melalui tahap proses pemanggangan sehingga secara keseluruhan, parameter suhu pemanggangan suhu oven pada proses baking tidak berpengaruh terhadap atribut aroma, aftertaste, rasa, dan warna biskuit. Hal ini juga berlaku bagi atribut tekstur biskuit karena produk biskuit merek A terdiri dari beberapa bagian atau komponen tidak hanya biskuit itu sendiri sehingga secara keseluruhan, parameter suhu pemanggangan suhu oven pada proses baking tidak berpengaruh terhadap atribut tekstur biskuit.

I. Analisis Korelasi Antar Parameter Teknis Matriks Trade Off

Selain matriks interaksi kepentingan konsumen dengan parameter teknis, dibuat juga analisis konflik yang mungkin terjadi antar parameter teknis, sehingga diketahui hal-hal teknis yang saling berhubungan, dan seberapa kuat pengaruhnya satu sama lain. Matriks interaksi antar parameter teknis terdapat pada bagian atap rumah kualitas dan merupakan hasil analisis korelasi antar parameter teknis yang satu dengan parameter teknis lainnya. Matriks ini disebut juga sebagai matriks trade off. Dengan adanya Trade off, maka dapat diketahui lebih banyak mengenai konflik yang mungkin terjadi dan sedapat mungkin diambil kondisi yang paling optimum untuk menghasilkan produk dengan karakteristik yang diinginkan. Hubungan keterkaitan antar parameter teknis dinyatakan dengan lambang sesuai dengan yang tertera pada Tabel 3. Analisis hubungan ini dilakukan berdasarkan diskusi dengan pihak PT. Arnott’s Indonesia. Matriks ini dapat dilihat pada Tabel 20 untuk produk biskuit merek A dan pada Tabel 21 untuk produk biskuit merek A.

Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : di PT. Oleochem and Soap Industri)

9 100 164

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Qfd); (Studi Kasus Japanese Mathematics Center Sakamoto Method Cabang Multatuli Medan)

8 152 80

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

Penerapan Quality Function Deployment (Qfd) Untuk Mengetahui Tingkat Kepuasan Konsumen Produk Sepeda Motor Matik Honda Vario 150ESP.

0 6 13