Pengukuran Antropometri Obesitas PENELAAHAN PUSTAKA

9

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengukuran Antropometri

Antropometri merupakan suatu metode sederhana yang sangat mudah dilakukan dan menggambarkan komposisi tubuh Tarnus and Bourdon, 2006. Pengukuran antropometri juga bisa digunakan untuk menentukan persentase lemak tubuh dan status obesitas. Pengukuran antropometri dilakukan berdasarkan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan skinfold thickness. Pengukuran tinggi badan dan berat badan digunakan untuk menentukan nilai BMI.Peterson, Czerwinski , and Siervogel, 2007. Pengukuran dengan metode antropometri adalah pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Antropometri sebagai indikator yang dapat menggambarkan lemak tubuh, lemak subkutan, distribusi lemak, dan perkiraan massa total tubuh Himes, 2000. Body Mass Index BMI merupakan suatu indeks berat-tinggi yang digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi underweight, normal, overweight dan obesitas pada orang dewasa. Cara mengukur BMI yaitu dengan mengukur berat badan kg dibagi dengan kuadrat tinggi badan m 2 . Rumus perhitungan BMI dapat dituliskan dengan persamaan berikut : BMI = WHO, 2011 The National Institute of Health NIH mendefinisikan BMI yang normal yakni 18,5-24,9. Kelebihan berat badan didefinisikan sebagai BMI 25-29,9. Obesitas Kelas I adalah 30-34,9 Obesitas Kelas II adalah 35-39,9 dan Kelas III 40. Organisasi kesehatan dunia WHO telah menentukan nilai BMI untuk daerah Asia Pasifik. Untuk orang Asia, dianggap overweight bila BMI 23 dan dianggap obesitas bila BMI 25. Revisi ini didasarkan pada kenyataan bahwa morbiditas dan mortalitas orang Asia cenderung terjadi pada BMI yang lebih rendah Pangkahila, 2007. Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan Gambar 2. Pengukuran Berat Badan

B. Obesitas

a. Definisi obesitas

Menurut WHO, obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan WHO, 2000. Selain itu juga obesitas dapat didefenisikan sebagai indeks massa tubuh BMI 30 kgm 2 Davey, 2002. Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan Subardja, 2004. Tabel I. Klasifikasi Berat Badan berdasarkan BMI pada Individu Dewasa Asia WHO, 2000 Klasifikasi BMI kgm 2 Risiko Penyakit Penyerta Underweight 18,5 Rendah Normal 18,5 –22,9 Rata-Rata Overweight ≥23 At Risk 23,0 –24,9 Meningkat Obesitas I 25,0 –29,9 Sedang Obesitas II ≥ 30.0 Tinggi

b. Patofisiologi Obesitas

Secara sederhana timbulnya obesitas dapat diterangkan bila masukan makanan melebihi kebutuhan faali. Seperti diketahui, bahan-bahan yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun tubuh setelah melalui berbagai proses dengan mekanisme pengaturan sebagai berikut: Penyerapan dalam saluran pencernaan, metabolisme dalam jaringan dan pengeluaran oleh alat-alat ekskresi Misnadiarly, 2007. Penyebab obesitas secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Faktor genetik

Obesitas pada orang tua merupakan faktor genetik yang berperan besar. Hal ini jika kedua orang tua mengalami obesitas, anak mereka berpeluang mengalami obesitas sebesar 80. Apabila salah satu orang tua mengalami obesitas, kejadian obesitas menjadi 40 dan bila kedua orang tua tidak mengalami obesitas, peluangnya menjadi 14 Kusumawardhani, 2006.

b. Faktor lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang menjadi penyebab obesitas adalah aktifitas fisik, asupan makanan, dan sosial ekonomi. Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-50 dari total energy expenditure. Hasil penelitian di negara maju menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar 5 kg Kopelman, 2000. Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, gaya hidup, dan pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang mengarah pada penurunan aktivitas fisik, seperti: ke kantor atau sekolah menggunakan kendaraan dan kurangnya aktivitas berolah raga. Ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko mendukung terjadinya obesitas Kopelman, 2000.

C. Trigliserida

Dokumen yang terkait

Korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap tekanan darah pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 192

Korelasi Body Mass Index terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL pada mahasiswa mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 144

Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 185

Korelasi Body Fat Percentage terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma.

0 1 159

Korelasi Body Mass Index terhadap rasio LDL/HDL pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 128

Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

0 1 183

Korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap tekanan darah pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

0 0 190

Korelasi Body Mass Index terhadap rasio kadar kolesterol total HDL pada mahasiswa mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

1 1 142

Korelasi Body Mass Index terhadap rasio LDL/HDL pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 126

Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 93