Hasil Penelitian Terdahulu Hipotesis

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Dari data yang telah terkumpul maka saya bisa memberikan judul pada proposal ini, judul tersebut muncul dari hasil-hasil penelitian terdahulu yaitu suatu penelitian yang dapat memperkuat penelitian yang sedang saya lakukan ini. Maka dari itu hasil penelitian terdahulu dapat memberikan arti penting dalam penelitian ini, hasil penelitian terdahulu tersebut berasal dari berbagai sumber, antara lain : 1 Astuti dan Cahyadi 2007 dengan mengambil judul “Pengaruh Elemen Ekuitas merek Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan diketahui bahwa koefisien regresi masing-masing variabel bebas bertanda positif. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang searah antara variabel kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek dengan variabel rasa percaya diri pelanggan sampel penelitain di Surabaya atas keputusan pembelian sepeda motor Honda. 2 Rahardjo 2008 dengan mengambil judul “Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Kratindeng di Hypermart Royal Plaza”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Struktural Equation Modeling SEM. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan sebagai berikut : ekuitas merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian purchase decision . Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler 2003:9, pemasaran merupakan salah satu fungsi suatu organisasi yang berperan memusatkan kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan pasar. Kegiatan tersebut diupayakan untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui produk yang dihasilkan perusahaan. Menurut Stanton 2000:5, pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan dan kegiatan konsumen saat ini ataupun konsumen potensial. Menurut Peter dan Olson 2003:3, menyatakan secara sederhana, konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat menguntungkan. Untuk menerapkan konsep pemasaran, perusahaan harus memahami dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan digunakan oleh konsumen. Sedangkan menurut Kotler 2006:5, menyatakan pemasaran berkaitan dengan pengidentifikasian dan pertemuan kebutuhan social dan individu, atau secara singkat pemasaran dikatakan sebagai “Meeting needs profitability”. Maksudnya pemasaran merupakan pemenuhan kebutuhan konsumen yang akan menguntungkan. Konsep pemasaran ini merupakan kunci untuk mencapai tujuan organisasi, yaitu perusahaan menjadilebih efektif daripada pesaing dalam Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai lebih konsumen pada pasar sasaran yang sudah ditentukan sebagaimana yang didefinisikan AMA American Marketing Association dalam bukunya Kotler 2006 : 6, yang menyatakan “ Marketing is an Organizational Function and a Set of Process for Creating, Communicating, and Delivering Value to Customers and for Managing Customer Relationship in Ways That Benefit the Organization and Its Stakeholders “ yang maksudnya, pemasaran merupakan fungsi organisasi dengan satu rangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan dan mengirimkan nilai bagi konsumen serta membina hubungan baik dengan konsumen dalam rangka mencapaikeuntungan organisasi dan pihak – pihak yang berkepentingan. Dari definisi diatas dapat disimpiulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan untukmemperkenalkan danmenjual barang dan jasa agar konsumen mengetahui dan membeli sesuai dengan keoinginan dankebutuhan mereka serta untuk mencapai tujuan perusahaan.

2.2.2 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menurut Kotler 1997:21, menyatakan bahwa kunci mencapai tujuan-tujuan organisasi adalah terdiri dari pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara efektif dan lebih efisien dibandingkan para pesaing. Sedangkan konsep pemasaran menurut Swasta 2000:10, adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran tersebut disusun dengan memasukkan 3 elemen pokok, yaitu : a. Orientasi konsumen • Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi • Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualan • Menentukan produk dan program pemasaran • Menentukan dan melaksanakan program yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model yang menarik. b. Volume penjualan yang menguntungkan Merupakan tujuan konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dengan melalui pemasaran konsumen. Laba merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen, untuk memberikan kepuasan tersebut perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang paling baik dengan harga yang layak c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan. Bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir. Selain itu terdapat juga penyesuaian dan koordinasi antar produk, harga, saluran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber distribusi dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan langganan. Jadi, harga harus sesuai dengan kualitas produk, saluran distribusi harus sesuai dengan kualitas produk dan harga, dan promosi harus sesuai dengan saluran distribusi, kualitas produk dan harga. Usaha – usaha tersebut perlu juga dikoordinasikan dengan waktu dan tempat.

2.2.3 Marketing Mix

Menurut Lamb et. al. 2001:55, istilah bauran pemasaran marketing mix mengacu pada paduan strategi produk, distribusi, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju. Distribusi kadangkala dihubungkan dengan tempat sehingga memberikan kata 4P dari bauran pemasaran : produk product; tempat place; promosi promotion; dan harga price. Seorang manajer pemasaran dapat mengontrol tiap komponen dari bauran pemasaran, tetapi strategi untuk keempat komponen tersebut harus dipadukan untuk mencapai hasil yang optimal. Perbedaan didalam bauran pemasaran tidak terjadi secara kebetulan. Manajer pemasaran yang lihai merencanakan strategi pemasaran untuk mendapatkan keunggulan dibandingkan para pesaing dan juga melayani dengan baik semua kebutuhan dan keinginan segmen pasar tertentu yang menjadi sasarannya. Dengan mengubah elemen-elemen bauran pemasaran, manajer pemasaran dapat menyesuaikan dengan saran yang diberikan oleh konsumen dan sukses dalam persaingan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Menurut Kotler dan Amstrong 2001:71, bauran pemasaran marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran.

2.2.4 Perilaku Konsumen

Kebutuhan dan keinginan konsumen selalu menjadi perhatian dan acuan yang pertama bagi perusahaan, yaitu dengan cara melihat konsumen yang bersangkutan. Oleh karena itu perusahaan selalu dituntut untuk menyempurnakan dan menyesuaikan kemampuan akan produk yang dibuatnya, serta mengamati kebutuhan dan keinginan konsumen saat ini maupun yang akan datang. Menurut Schiffman dan Kanuk 2008:8, Perilaku Konsumen adalah “Consumer Behavior is the Behavior that Consumer Display in Searching for Purchasing, Using, Evaluating and Disposing of Product, Service and Ideas “. Artinya perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, dan mengevaluasi produk, pelayanan atau jasa maupun ide – ide. Menurut Engel 1998:6, Perilaku Konsumen adalah “Consumer Behavior is Defined as Activities People Undertake when Obtaining, Consuming and Disposing of Products and Service “. Artinya, perilaku konsumen adalah tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Dalam menganalisis perilaku konsumen tidak hanya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber menyangkut kegiatan saat pembelian, akan tetapi juga meliputi proses pengambilan keputusan yang menyertai pembelian. Sedangkan menurut Peter dan Olson 2000:6, menyatakan bahwa Perilaku Konsumen menurut AMA adalah “ Consumer Behavior is Dynamic Interaction of Effect and Cognition, Behavior and Environment Events by Witch Human Being Conduct the Exchange Aspect of Live “. Dari definisi tersebut, terdapat ide penting mengenai perilaku konsumen, yaitu ; 1. Consumer Behavior is Dynamic Ini berarti konsumen individu, kelompok konsumen dan masyarakat berubah secara konstan sejalan dengan perkembangan waktu. Hal ini mempunyai implikasi penting untuk mempelajari perilaku konsumen untuk mengembangkan strategi pemasaran. Dalam mempelajari perilaku konsumen implikasinya adalah generalisasi terhadap perilaku konsumen yaitu biasanya dibatasi untuk periode waktu, produk dan individu kelompok tertentu. Sedangkan pengembangan strategi pemasaran yang sama untuk semua produk, pasar dan industri. 2. Consumer Behavior Involment Interaction Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh Effect dan kesadaran Cognition, perilaku dan kejadian lingkungan. Ini berarti bahwa memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran, kita harus memahami apa yang mereka pikirkan Cognition dan rasakan Affect, apa yang mereka lakukan Behavior dan beda tempat environment events Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber yang dipengaruhi dan mempengaruhi oleh pikiran, perasaan dan tindakan konsumen. 3. Consumer Behavior Exchange Mengandung pengertian bahwa perilaku konsumen melibatkan pertukaran diantara manusia. Definisi perilaku konsumen ini sesui dengan definisi pemasaran yang juga menekankan pada pertukaran. Dari ketiga definisi diatas dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan kegiatan – kegiatan lain yang dilakukan oleh individu yang menyangkut proses pengambilan keputusan dalam memilih, menilai, mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa untuk memuaskan konsumen pada saat melakukan pembelian. Akan tetapi sebenarnya meliputi segala kegiatan memilih, menilai, mendapatkan dan menggunakan produk tersebut. Perilaku konsumen tidak hanya menyangkut kegiatan yang masih terselubung yang menyertai dalam setiap pembelian dan dilakukan konsumen.

2.2.5 Keputusan Pembelian

Salah satu kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Hal itu sangat penting bagi manajer pemasaran atau mereka yang berkecimbung dalam bidang pemasaran untuk memahami tentang perilaku konsumen. Dengan memahami perilaku konsumen, maka perusahaan dapat mengembangkan produk, menentukan harga, menentukan tempat lokasi, kegiatan pelayanan dan mempromosikan produknya secara baik. Disamping itu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber pula perusahaan akan dapat memahami tentang adanya peluang yang baru untuk pemenuhan kebutuhan dari konsumen yang merasa belum terpenuhi, yang selanjutnya mermudahkan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi mengenai cara untuk mengadakan segmentasi. Pengertian perilaku konsumen dapat consumer behavior dapat dikemukakan sebagai kegiatan individu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung terlibat dalam mendapatkan serta menggunakan barang atau jasa. Beberapa pendapat tentang perilaku konsumen dapat dikemukakan berikut ini : Engel, Blackwell dan Minard 1994 menyatakan bahwa : “ Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabisi produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahuluhi dan menyusuli tindakan ini. “ Secara sistematis model dasar dari proses keputusan konsumen untuk mengungkapkan kekompleksitas aspek – aspek yang mempengaruhi dan membentuk perilaku proses keputusan. Ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen tersebut yaitu : 1. Proses pengambilan keputusan. 2. Kegiatan fisik, semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang – barang atau jasa- jasa ekonomis. Selanjutnya Zaltman dan Walendorf 1979 mengemukakan : “ Consumer behavior are acts, process and social relantionships exibitied by individuals, group and organization in the obstainment, use of, and consequent experience with product, service and other resources. “ Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan, proses dan hubungan social yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan dan menggunkan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber daya – sumber daya lainnya. Dan lebih lanjut Kotler 1997 mengemukakan model perilaku konsumen sebagai berikut : Gambar 2.3 : Model perilaku pembelian Perangsang penjualan Perangsang lainnya § Produk § Harga § Tempat § Promosi § Perkonomian § Teknologi § Politik § Budaya Keputusan Pembelian § Pilihan Produk § Pilihan Merek § Pilihan penyalur § Waktu Pembelian § Jumlah Pembelian Sumber : Kotler 1997 Karakteristik Pembeli Proses Keputusan Pembeli § Budaya § Sosial § Perseorangan § Kejiwaan § Pengenalan masalah § Pencarian informasi § Evaluasi § Keputusan § Perilaku pasca pembelian kepuasan ketidakpuasan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Perilaku konsumen sebagai mana diungkapkan oleh Assael 1984 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.4 : Model sederhana perilaku konsumen Umpan Balik Kepada Konsumen Evaluasi Pasca Pembelian Umpan Balik Kepada Pemasar Pengembangan Strategi Pemasaran Sumber : Assael 1984 Dari model diatas dapat dilihat bahwa dalam mempelajari keputusan konsumen haruslah dalihat dari beberapa aspek yang mempengaruhi baik tentang sesuatu yang digagas, karakteristik, linngkungan maupun rangsangan marketing yang ditawarkan. Pengaruh Lingkungan § Budaya, Sub budaya § Klas Sosial § Kelompok Referensi § Situasional Individual Konsumen § Variabel gagasan kebutuhan, sikap dan persepsi § Karakteristik demografi, gaya hidup, dan personalia Aplikasi Perilaku Konsumen untuk Strategi Marketing § Strategi Marketing aplikasi perilaku konsumen § Produk, Hrga, Promosi, dan Distribusi Keputusan Konsumen Respon Konsumen Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.6 Ekuitas Merek

“Brand equity is a set of assets and liabilities linked to a brand’s name and symbol that adds to or substract from the value provided by a product or service to a firm and or that firm’s customers. The major asset categories are: brand awareness; perceived quality; brand association, and brand loyalty” Aaker, 1991 :15. Ekuitas merek berhubungan dengan nama merek yang dikenal, kesan kualitas, asosiasi merek yang kuat, dan aset-aset lainnya seperti paten dan merek dagang. Jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena karakteristik produk, harga, kenyamanan dan dengan sedikit memperdulikan merek, kemungkinan ekuitas merek rendah. Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek tersebut memiliki nilai ekuitas yang tinggi.

2.2.7 Indikator-Indikator yang Membentuk Ekuitas Merek Aaker, 1991

1. Kesadaran Merek Brand Awareness

Menurut Aaker 1991:10, brand awareness adalah kekuatan keberadaan sebuah merek dalam pikiran pelanggan. Kekuatan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan pelanggan mengenal dan mengingat sebuah merek. Kesadaran merek dapat membantu mengaitkan merek dengan assosiasi yang diharapkan oleh perusahaan, menciptakan familiarity pelanggan pada merek, dan menunjukkan komitmen kepada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu pelanggan dapat mengenal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber suatu merek sampai pada tingkat dimana merek menjadi dominant brand recalled, merek sebagai satu-satunya yang diingat dan menjadi identitas kategori produk. Saat pengambilan keputusan pembelian konsumen dilakukan, kesadaran merek memegang peranan penting. Merek menjadi bagian dari concederation set sehingga memungkinkan preferensi pelanggan untuk memilih merek tersebut. Pelanggan cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa aman dengan sesuatu yang dikenal dan beranggapan merek yang sudah dikenal kemungkinan bisa dihandalkan, dan kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Indikator-indikator yang membentuk Kesadaran Merek: a. Iklan b. Logo

2. Kesan Kualitas Perceived Quality

Kesan kualitas adalah: “customer’s perception of the overall quality or superiority of a product or service with respect to its intended purpose, relatives to alternatives” Aaker, 1991:85. Kesan kualitas merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting baginya. Persepsi pelanggan merupakan penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan satu dengan lainnya. Kesan kualitas yang positif dapat dibangun melalui upaya mengidentifikasi dimensi kualitas yang dianggap penting oleh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber pelanggan segmen pasar yang dituju, dan membangun persepsi kualitas pada dimensi penting pada merek tersebut Aaker, 1996:20. Dimensi kualitas merek dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: kinerja merek, fitur, kesesuaian dengan spesifikasi, kehandalan, ketahanan, dan servicebility. Pada kelas produk tertentu, dimensi penting dapat dilihat langsung oleh pelanggan melalui penilaian kualitas secara keseluruhan, misalnya banyaknya busa yang dihasilkan deterjen menandakan kemampuan membersihkan yang lebih efektif. Kesan kualitas yang positif dipikiran pelanggan dapat memberikan berbagai keuntungan bagi pengembangan merek, misalnya menciptakan positioning yang jelas dan membuka peluang bagi perluasan merek. Indikator-indikator yang membentuk kesan kualitas : a. Rasa b. Desaign

3. Assosiasi Merek Brand Associotions

Asosiasi Merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian melalui penciptaan kredibilitas merek yang baik dibenak pelanggan. Merek dengan kredibilitas yang baik menciptakan kepercayaan yang besar atas merek tersebut. Aaker 1991:112. Assosiasi merek juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian melalui penciptaan benefit association yang positif di benak pelanggan. Positife benefit association mampu memberikan reason to buy Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian. Assael, 1992:47. Indikator-indikator yang membentuk asosiasi merek : a. Manfaat b. Harga

4. Loyalitas Merek

Pengertian loyalitas sebagai bentuk perilaku pelanggan yang loyal terhadap merek dan tidak berganti merek Loyalitas merek yaitu komitmen pelanggan yang kuat atas merek dapat menciptakan rasa percaya diri yang besar pada pelanggan saat mengambil keputusan pembelian. Aaker menyatakan bahwa loyalitas merek tidak terjadi tanpa melalui tindakan pembelian dan pengalaman menggunakan suatu merek. Indikator-indikator yang membentuk asosiasi merek : a. Terus Mengkonsumsi b. Merekomendasikan

5. Aset-aset merek lainnya other proprietary brand assets

Aset-aset merek lainnya other proprietary brand assets, seperti hak paten, akses terhadap pasar, akses terhadap teknologi, akses terhadap sumber daya, dan lain-lain. Indikatornya meliputi : 1. Akses terhadap pasar X5.2 2. Akses terhadap teknologi X5.3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.8 Rasa percaya Diri Pelanggan Atas Keputusan Pembelian Customer’s

Confidence In Purchase Decision “Confidence represents a person’s belief that her or his attitude toward the brand is correct and an attitude held with confidence are heavily drive her or his behavior toward the brand” Assael, 1995:368. Confidence in purchase decision menunjukan rasa percaya diri akan tindakan yang diambil, dalam hal ini adalah keputusan pembeliannya. Merek yang diyakini memiliki nilai positif positive brand beliefs dapat mempengaruhi evaluasi terhadap merek secara positif pula, dan meningkatkan favorabality of attitude toward the brand Assael, 1995:167. Sikap yang positif atas merek tersebut selanjutnya dapat menciptakan rasa percaya diri pelanggan atas kepustusan pembeliannya, dan mengurangi keraguan pelanggan atas keputusannya. Indikator-indikator yang membentuk rasa percaya diri atas keputusan pembelian Aaker,1991:16 : a. Kedekatan pelanggan dengan merek b. Kredibilitas merek dimata pelanggan c. Pengalaman pelanggan atas merek tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.9 Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya-diri Pelanggan atas

Keputusan Pembelian. “Brand Equity can effect customer’s confidence in the purchase decision” Aaker 1996:16. Dan idikator dari ekuitas merek adalah: Kesadaran Merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan atas suatu merek yang diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat perceived risk suatu merek, semakin besar suatu keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya, dengan demikian pelanggan memiliki keyakinan yang besar atas outcome of the decision. Aaker, 1991:16.Kesan Kualitas menunjukkan keunikan tertentu suatu merek dibanding merek produk pesaing. Dengan keunikan inilah pelanggan memiliki alasan pembelian reason to buy dan membuatnya yakin dan percaya diri atas keputusan pembeliannya. Aaker, 1991:65 ; Keller, 1998:92, Ries, 1998:-. Assosiasi Merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian melalui penciptaan kredibilitas merek yang baik dibenak pelanggan. Merek dengan kredibilitas yang baik menciptakan kepercayaan yang besar atas merek tersebut. Aaker 1991:112. Assosiasi merek juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian melalui penciptaan benefit association yang positif di benak pelanggan. Positife benefit association mampu memberikan reason to buy yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian. Assael, 1992:47 Loyalitas Merek yaitu komitmen pelanggan yang kuat atas merek dapat menciptakan rasa percaya diri yang besar pada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber pelanggan saat mengambil keputusan pembelian. Aaker 1991:40. Aset-aset merek lainnya other proprietary brand assets , seperti hak paten, akses terhadap pasar, akses terhadap teknologi, akses terhadap sumber daya, dan lain-lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.3 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka peneliti dapat uraikan hipotesis bahwa Diduga ada pengaruh positif ekuitas merek terhadap rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian produk kecap ABC. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasionalan dan pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel- variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya. Variabel beserta definisi yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Ekuitas Merek X

Aaker 1997 menyatakan ekuitas merek adalah “Seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek dan nama yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Menurut Aaker 1997 menyatakan bahwa terdapat lima indikator dari suatu ekuitas merek Brand Awareness, yaitu : X1 Kesadaran Merek Brand Awareness brand awareness adalah kekuatan keberadaan sebuah merek dalam pikiran pelanggan. Kekuatan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan pelanggan mengenal dan mengingat sebuah merek. Indikatornya meliputi : • Iklan X1.1 • Logo X1.2 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber