D. Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya Van den Berg, 1991. Contohnya, konsep tentang massa dan
berat yang campur aduk, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan hal yang salah tetapi dianggap benar, dan dengan konsep ini
mereka merasa lebih mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam proses mengungkap pemahaman siswa mengenai sebuah konsep
tertentu, terkadang ditemukan kesalahan dari konsep yang sebenarnya. Beberapa kesalahan itu seringkali diabaikan oleh siswa dan menjadi
berkelanjutan sehingga mengakibatkan adanya miskonsepsi pada konsep lainnya.
E. Teori Konstruktivisme
Teori belajar kontruktivis menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari
suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan strukur pengetahuan yang
diperlukan untuk pengetahuan Bettencourt dalam Suparno, 1997. Proses pembentukan ini berjalan terus-menerus dengan setiap kali mengadakan
reorganisasi karena adanya suatu pemahaman baru Piaget dalam Suparno, 1997.
Prinsip-prinsip konstruktivisme Suparno,
1997 antara lain:
1 pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
sosial, 2 pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid itu sendiri untuk menalar, 3 murid aktif
mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep
ilmiah, 4 guru sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
F. Teori Perubahan Konsep
Menurut Piaget dalam Suparno 1997, teori pengetahuan itu adalah teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas. Proses seseorang untuk mencapai
pengertian tersebut, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibration. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang menginterpretasikan
persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah keadaan dimana pengalaman
yang baru tidak cocok dengan skema yang telah ada sehingga seseorang membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru.
Sistem pemikiran Piaget menuntut seorang anak untuk aktif terhadap lingkungannya agar ia dapat berasimilasi dan berakomodasi, sehingga proses
belajar mengakibatkan terjadinya proses perubahan konsep yang terus menerus Suparno,1997.
Dalam perkembangan intelek, diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi yang disebut dengan equilibrium, yakni peraturan diri secara
mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Disequilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Equilibration adalah proses dari disequilibrium dan equilibrium.
Equilibration membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan strukur dalam Suparno, 1997.
Piaget kemudian mengklaim bahwa seseorang mencoba untuk memahami pengalaman baru dengan mengasimilasi ke dalam skema atau struktur
kognitif yang sudah dimiliki. Jika asimilasi tidak bekerja sepenuhnya, ada ketidakseimbangan antara pengalaman baru dan skema lama yang disebut
dengan keadaan
ketidakseimbangan kognitif.
Untuk mengatasi
ketidakseimbangan tersebut, mereka mengakomodasi atau menyesuaikan skema lama sehingga lebih cocok untuk pengalaman baru Beilin dalam Cook
Juan L Cook Greg, 1994: 263.
G. Hukum Archimedes 1. Konsep Tekanan dalam Fluida
Fluida berbeda dengan zat padat, yaitu tidak menopang tegangan geser. Jadi, fluida berubah bentuk untuk mengisi tabung dengan bentuk
bagaimana pun. Bila sebuah benda tercelup dalam fluida seperti air, fluida mengadakan sebuah gaya yang tegak lurus permukaan benda di
setiap titik pada permukaan. Jika benda cukup kecil sehingga kita dapat mengabaikan tiap perbedaan kedalaman fluida, gaya per satuan luas yang
diadakan oleh fluida sama di setiap titik pada permukaan benda. Gaya persatuan luas ini dinamakan tekanan fluida P Tipler, 1889: