Letak Geografis dan Administrasi Kepulauan Seribu
Perubahan luas Taman Nasional Kepulauan Seribu menjadi 108.475,45 hektar ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 220Kpts-
II2000. Namun, selanjutnya luas dari Taman Nasional Kepulauan Seribu tersebut dirubah kembali menjadi 107.489 hektar dengan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor. 6310Kpts-II2002 pada tanggal 13 Juni 2002. Adapun pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam Perairan Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu di serahkan kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Luas Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu TNLKpS
tersebut hanya 15 luas Kabupaten Kepulauan Seribu, akan tetapi sangat berperan dalam pembangunan Kepulauan Seribu. Potensi yang ada di daerah
TNLKpS sangat besar, 66 keseluruhan potensi budidaya kelautan dan 73 dari keseluruhan potensi wisata bahari yang ada di Kepulauan Seribu.
Kawasan TNLKpS ini secara geografis terletak antara 5
o
24’ - 5
o
45’ LS dan 106
o
25’ – 106
o
40’ BT di dalamnya termasuk kawasan darat Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur dengan luas 39,50 hektar. Kawasan TNLKpS
ini terbentang pada dua wilayah, yaitu wilayah Kelurahan Pulau Kelapa dan pulau Panggang. Selanjutnya dilakukan pembagian zona kawasan TNLKpS,
penataan zona-zona kawasan TNLKpS dilakukan untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan tersebut agar terjaga kelestariannya yang dilakukan
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor. SK.05IV-KK2004. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dibagi
ke dalam 4 zona yang terdiri dari :
IV-3
1. Zona Inti, diperuntukan bagi upaya pelestarian sumber genetik dan perlindungan proses ekologis. Zona ini merupakan daerah tertutup bagi
segala bentuk eksploitasi, kegiatan pariwisata dan kegiatan lain, kecuali penelitian. Zona inti ini terbagi menjadi 3 lokasi yang terletak pada :
Zona inti I, terletak pada koordinat 5 27
′ - 5 29
′ LS dan 106 26
′ - 106 28
′ BT mempunyai luas ± 1.386 hektar, meliputi P. Gosong Rengat dan
Perairannya yang diperuntukkan bagi perlindungan penyu sisik Eretmochelys imbricata.
Zona Inti II, terletak pada koordinat 5 26
′36′′ - 5 29
′ LS dan 106 32
′ - 106
35 ′ BT mempunyai luas ± 2.398 hektar, zona ini peruntukan
perlindungan ekosistem mangrove dan tempat peneluran penyu yang meliputi perairan :
− P. Penjaliran Barat − P. Gosong Penjaliran
− P. Peteloran Timur − P. Peteloran Barat
− P. Penjaliran Timur Zona Inti III, terletak pada koordinat 5
36 ′ - 5
36 ′45′′ LS dan 106
33 ′36′′ -
106 35
′42′′ BT mempunyai luas sekitar 613,06 hektar, zona ini meliputi perairan P. Kayu Angin Bira dan P. Belanda yang merupakan
perlindungan ekosistem terumbu karang.
IV-4
2. Zona Perlindungan, terletakpada 5 24
′ - 5 30
′ LS dan 106 25
′ - 106 40
′ BT, dengan luas sekitar 26.284,50 hektar. Zona ini diperuntukan untuk melindungi
zona inti, dan tidak diperkenankan segala bentuk eksploitasi dan kegiatan yang mengganggu keseimbangan ekosistem, kecuali kegiatan observasi,
penelitian, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya dan wisata alam terbatas. Pulau – pulau yang termasuk ke dalam zona ini adalah P. Buton,
P. Jagung, P. Karang Mayang, P. Rengit, P. Nyamplung, P. Sebaru Besar, P. Sebaru Kecil.
3. Zona Pemanfaatan Wisata, terletak pada 5 30
′ - 5 38
′ - 5 45
′ LS dan 106 25
′ - 106
33 ′ - 106
40 ′ BT, dengan luas sekitar 59.634,50 hektar. Pada zona ini
dapt bangun sarana dan prasarana rekreasi dan pariwisata alam yang dikembangkan untuk mengakomodir kegiatan wisata bahari.
4. Zona Pemukiman, terletak pada 5 38
′ - 5 45
′ LS dan 106 33
′ - 106 40
′ BT, dengan luas sekitar 17.121 hektar. Zona ini diperuntukan mengakomodir
kepentingan masyarakat, tetapi harus memperhatikan aspek konservasi dari Taman Nasional Kepulauan Seribu.