investasi pemegang saham Brigham dan Houston 2006:109. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
ROE =
ekuitas total
rata rata
bersih laba
−
x 100
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio return on equity. Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian perusahaan atau
efektivitas dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi
akan mendorong kompensasi manajemen. Semakin tinggi return on equity suatu perusahaan maka semakin luas pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan. d.Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan aktiva yang digunakan. Rasio aktivitas
menentukan seberapa cepat aktiva-aktiva tertentu dapat diubah menjadi kas. Jenis-jenis rasio aktivitas antara lain: rasio perputaran
aktiva, rasio perputaran piutang, perputaran persediaan, average collection period, average day’s inventory, dan perputaran modal
kerja.
2. Porsi Saham Publik
Perusahaan yang telah go public, saham-sahamnya bebas dimiliki oleh publik. Menurut Suta 2002:93 umumnya komposisi saham perusahaan
Universitas Sumatera Utara
yang telah go public masih belum seimbang antara founder dengan pemegang saham publik. Sekitar 70 saham masih dikuasai oleh founder
dan 30 sisanya dimiliki oleh publik. Perbedaan komposisi kepemilikan tersebut equity gap menyebabkan pemegang saham publik memiliki
bargaining position yang lemah. Porsi saham publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki masyarakat publik dengan total saham.
Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik Simanjuntak dan Widiastuti, 2004:355. Perusahaan yang
sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan
imbalan deviden yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus going concern.
3. Umur Perusahaan
Umur perusahaan merupakan rentang waktu sejak first issue di BEI sampai dengan tahun penelitian. Perusahaan yang berumur lebih tua
memiliki lebih banyak pengalaman dan kemampuan dalam
mempublikasikan laporan keuangan karena sudah mengerti akan kebutuhan informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pengguna
laporannya. Semakin banyak pengalaman suatu perusahaan maka akan semakin paham akan kebutuhan konstituantenya akan informasi tentang
informasi perusahaan dan dengan demikian akan lebih luas dalam melakukan pengungkapan laporan keuangan. Siklus hidup perusahaan
Universitas Sumatera Utara
secara eksplisit mempunyai tujuan jangka panjang yaitu dapat menghasilkan keuntungan finansial dan menunjukkan kinerja perusahaan.
4. Pengungkapan Laporan keuangan
Pengungkapan atau Disclosure adalah mengkomunikasikan atau menjelaskan tentang posisi dari keuangan. Apabila dikaitkan dengan
laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil
aktivitas suatu unit kondisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak eksternal atau pengguna laporan usaha.
Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang
berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan
keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada
keahlian pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan. Darrough dalam Na’im dan Rakman 2000:73 mengemukakan
ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu :
1. Pengungkapan Wajib mandatory disclosure
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika
perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi
Universitas Sumatera Utara
secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Luas pengungkapan
wajib tidak sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan regulasi yang lebih baik akan
mensyaratkan pengungkap minimum atas lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang.
2. Pengungkapan Sukarela voluntary disclosure
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh
peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu dalam Na’im dan Rakhman 2000:73 mengemukakan meskipun semua
perusahaan publik diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah
tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui
pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.
Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela dapat mengurangi asimetri informasi antara partisipan pasar.
Kredibilitas dan reabilitas merupakan hal utama yang menjadi perhatian dalam pengungkapan informasi secara sukarela, akan tetapi tidak semua
perusahaan bersedia mengungkapkan laporan keuangannya secara penuh karena dikhawatirkan dapat mengaburkan informasi serta menyesatkan
pengguna sehingga dapat berakibat pda kegagalan pasar. Oleh karena itu hanya sebagian perusahaan yang bersedia melakukan pengungkapkan
secara sukarela. Menurut Belkaouli 2000:219 tujuan pengungkapan antara lain:
a. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item
tersebut .
Universitas Sumatera Utara
b. untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor
dalam menentukan risiko, dan returnnya . c. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan
keluar di masa mendatang.
Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal- hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai
khusunya dalam pengambilan keputusan.
5. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan