Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Pelayanan Dan Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Pada Outlet Teh Es Poci (Kuliner) Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau

(1)

SKRIPSI

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, PELAYANAN DAN PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PADA OUTLET TEH ES POCI (KULINER) DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PROVINSI RIAU

OLEH

ARY APRIANSYAH NASUTION 100521133

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, PELAYANAN, DAN PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PADA OUTLET TEH ES POCI (KULINER) DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PROVINSI RIAU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis terhadap keputusan pembelian pada outlet Teh Es Poci di kabupaten Indragiri Hulu provinsi Riau. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen minuman di Outlet Teh Es Poci di kabupaten Indragiri Hulu provinsi Riau. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.

Data primer dikumpulkan dengan kuesioner yang diukur menggunakan skala Likert. Data sekunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

Uji statistik F menunjukkan bahwa variabel harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil koefisien determinasi Adjusted R Square

sebesar 0,218 berarti 21,8% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis, sedangkan sisanya 78,2% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci : Harga, Kualitas Produk, Pelayanan, Psikologis, dan Keputusan Pembelian.


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PRICE, PRODUCT QUALITY, SERVICE, AND PSYCHOLOGY TO PURCHASE DECISION AT TEH POCI’S

OUTLET ON INDRAGIRI HULU RIAU

The purpose of this research is to know the influence of price, product quality, service, and psychology to purchase decision at Teh Es Poci’s outlet on Indragiri Hulu Riau. This research is associative, that is an observation which looks for the relation between one variable with another variable. The population in this study were all consumer at Teh Es Poci’s outlet on Indragiri Hulu Riau. The sample in this observation was 98 respondent. The sampling technique used was purposive sampling method.

The collecting of primary data is done by using questionnaire which is measured by Likert Scale. Secondary data was obtained from books related to the observation. The analysis method was descriptive analysis and multiple linear regression analysis.

F-test results showed that price, product quality, service, and psychology simultaneously give a positive and significant influence to purchase decision. Results determinant coefficient Adjusted R Square was 0,218 which means that the value of 21,8% increase in purchase decision can be explained by the variable of price, product quality, service, and psychology, while the remaining 78,2% can be explained by other variables which are not examined in this study.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala berkat dan hidayahNya yang Penulis rasakan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam penyusunannya, Penulis tidak pernah lepas dari bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang sekaligus sebagai Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak membantu dan memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Mulikata Sebayang, M.Si selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan arahan dalam menyusun skripsi ini.


(5)

5. Seluruh Dosen pengajar dan staf pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Orang tua saya yang telah memberikan segala upaya demi pendidikan saya dan juga kepada saudara-saudara yang sangat saya sayangi.

7. Seluruh teman-teman mahasiswa manajemen Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa manajemen ekstensi stambuk 2010 dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan penulis dalam pengulasan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2014

Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Harga ... 8

2.1.1. Pengertian Harga ... 8

2.1.2. Tujuan Penetapan harga ... 10

2.2.Produk ... 12

2.2.1. Pengertian Produk ... 12

2.2.2. Klasifikasi Produk ... 13

2.2.3. Kualitas Produk ... 14

2.3.Pengertian Pelayanan ... 19

2.3.1. Ciri Pelayanan yang Baik ... 19

2.4.Pengertian Faktor Psikologis ... 21

2.5.Keputusan Pembelian ... 24

2.5.1. Pengertian Keputusan Pembelian ... 24

2.5.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 26

2.6.Penelitian Terdahulu ... 28

2.7.Kerangka Konseptual ... 30

2.8.Hipotesis ... 33

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 34

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3.Batasan Operasional Variabel ... 34

3.4.Definisi Operasional Variabel ... 35

3.5.Skala Pengukuran Variabel ... 36

3.6.Populasi dan Sampel ... 37

3.7.Jenis Data ... 38

3.8.Teknik Pengumpulan Data ... 39


(7)

3.9.1 Uji Validitas ... 39

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 41

3.10.Teknik Analisis Data ... 42

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif ... 42

3.10.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

3.11.Pengujian Hipotesis ... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Perusahaan ... 46

4.1.1 Sejarah Bisnis Waralaba ... 46

4.1.2 Sejarah Waralaba Teh Es Poci ... 48

4.2.Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden ... 50

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 52

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 58

4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 63

4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 65

4.3.Pembahasan ... 69

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 75

5.2.Saran ... 76


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Penjualan Teh Es Poci Tahun 2013 ... 5

1.2 Perbandingan Penjualan Teh Es Poci Tahun 2012 dengan Tahun 2013 ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 35

3.2 Instrumen Skala Likert ... 37

3.3 Hasil Uji Validitas ... 40

3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 41

3.5 Reliability Statistics ... 42

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 50

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Periode Konsumsi ... 51

4.4 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Harga ... 52

4.5 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Kualitas ... 54

4.6 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Pelayanan ... 55

4.7 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Psikologis ... 56

4.8 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian ... 57

4.9 Uji Normalitas ... 60

4.10 Uji Glejser ... 61

4.11 Uji Multikolinearitas ... 62

4.12 Regresi Linier Berganda ... 63

4.13 Pengujian Determinasi ... 65

4.14 Uji Statistik F ... 66


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Proses Pembelian Lima Tahap ... 28

2.2 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Histogram Normalitas ... 59

4.2 Pendekatan Grafik Normalitas ... 59


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 81 2 Hasil Pengolahan Data ... 83


(11)

ABSTRAK

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, PELAYANAN, DAN PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PADA OUTLET TEH ES POCI (KULINER) DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PROVINSI RIAU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis terhadap keputusan pembelian pada outlet Teh Es Poci di kabupaten Indragiri Hulu provinsi Riau. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen minuman di Outlet Teh Es Poci di kabupaten Indragiri Hulu provinsi Riau. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.

Data primer dikumpulkan dengan kuesioner yang diukur menggunakan skala Likert. Data sekunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

Uji statistik F menunjukkan bahwa variabel harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil koefisien determinasi Adjusted R Square

sebesar 0,218 berarti 21,8% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis, sedangkan sisanya 78,2% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci : Harga, Kualitas Produk, Pelayanan, Psikologis, dan Keputusan Pembelian.


(12)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PRICE, PRODUCT QUALITY, SERVICE, AND PSYCHOLOGY TO PURCHASE DECISION AT TEH POCI’S

OUTLET ON INDRAGIRI HULU RIAU

The purpose of this research is to know the influence of price, product quality, service, and psychology to purchase decision at Teh Es Poci’s outlet on Indragiri Hulu Riau. This research is associative, that is an observation which looks for the relation between one variable with another variable. The population in this study were all consumer at Teh Es Poci’s outlet on Indragiri Hulu Riau. The sample in this observation was 98 respondent. The sampling technique used was purposive sampling method.

The collecting of primary data is done by using questionnaire which is measured by Likert Scale. Secondary data was obtained from books related to the observation. The analysis method was descriptive analysis and multiple linear regression analysis.

F-test results showed that price, product quality, service, and psychology simultaneously give a positive and significant influence to purchase decision. Results determinant coefficient Adjusted R Square was 0,218 which means that the value of 21,8% increase in purchase decision can be explained by the variable of price, product quality, service, and psychology, while the remaining 78,2% can be explained by other variables which are not examined in this study.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan bisnis dewasa ini sangat pesat. Semakin hari kekuatan bisnis semakin tidak terbendung. Hal ini tentunya semakin berpengaruh terhadap persaingan bisnis. Dengan semakin banyaknya kompetitor yang masuk dalam persaingan, maka pengusaha semakin gencar dalam mempertahankan kedudukannya di pasar. Hal ini tentunya dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan juga mempertahankan konsumennya. Semakin banyak kompetitor maka resiko kehilangan konsumen tentunya akan semakin besar. Oleh karena itu, pengusaha semakin giat dalam memperbaiki strategi pemasarannya guna mempertahankan keputusan pembelian konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

Keputusan atau niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Menurut Setiadi (2003:17) keputusan pembelian merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:179) keputusan pembelian merupakan hasil dari suatu proses yang terdiri dari lima tahap : pengenalan kebutuhan , pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya yaitu harga. Kotler dan Armstrong (2008: 63) menyatakan bahwa harga


(14)

merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur yang lainnya hanya unsur biaya saja. Harga juga salah satu elemen yang paling fleksibel dari bauran pemasaran dan merupakan salah satu penyebab laku tidaknya sebuah produk atau jasa yang ditawarkan. Artinya, harga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Menurut Stanton (2003:246) tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi keputusan pembelian karena faktor harga akan menarik bagi calon pembeli produk yang di tawarkan.

Selain harga, faktor lain yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian yaitu kualitas produk. Kualitas produk merupakan kemampuan produk untuk menunjukkan berbagai fungsi termasuk di dalamnya ketahanan, handal, ketepatan, dan kemudahan dalam penggunaan (Kotler dan Armstrong, 2007:346). Semakin baik kualitas produk maka akan meningkatkan minat konsumen untuk melakukan pembelian.

Selain harga dan kualitas produk, faktor lain yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah pelayanan. Pelayanan yang berkualitas akan meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli lagi, membeli lebih, membeli pelayanan yang lainnya, membuat pelanggan tidak sensitif terhadap harga, dan menceritakan kepada orang-orang lainnya mengenai pengalaman yang mereka sukai tentang suatu pelayanan (Venetis et al., 2000: 215).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah psikologis. Pilihan terhadap berbagai pembelian kebutuhan dipengaruhi oleh keempat faktor psikologis yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran serta keyakinan


(15)

dan sikap (Sunarto, 2006:92). Menurut Kotler (2001:212) faktor psikologis adalah faktor yang berpengaruh kepada kebutuhan untuk diakui, dihargai, ataupun rasa memiliki.

Setiap perusahaan pasti menginginkan tingginya pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan tersebut. Hal ini tentunya akan diimbangi dengan intensifitas yang tinggi dari perusahaan dalam mengembangkan faktor yang mampu mempengaruhi konsumen dalam membeli produk perusahaan tersebut. Ditengah derasnya arus persaingan dewasa ini tentunya akan menuntut perusahaan untuk terus mengembangkan produknya dan berusaha memberikan harga dan pelayanan yang bersaing dengan para pesaingnya.

Kabupaten Indragiri Hulu merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Riau. Perkembangan yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hulu mendorong pertumbuhan perekonomian sehingga terjadinya perubahan terhadap pusat perdagangan dan bisnis. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah timbulnya persaingan bisnis yang semakin tajam. Hal ini ditandai dengan berdirinya usaha-usaha baru yang bergerak di bidang penyediaan minuman. Selain timbulnya persaingan bisnis yang tinggi, pola pikir dan perilaku masyarakat juga mengalami banyak kemajuan. Perkembangan pola pikir tersebut, misalnya masyarakat lebih tertarik untuk menginvestasikan uang mereka dengan mendirikan usaha seperti outlet minuman agar dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka.

Jika ditelusuri dengan spesifik salah satu bisnis yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pasar dalam industri makanan dan minuman adalah bisnis


(16)

yang bergerak dalam usaha minuman teh siap saji. Pasar minuman teh saat ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi teh. Memicu para pebisnis di Kabupaten Indragiri Hulu membuka outlet Teh Es poci. Teh Es Poci sebagai objek penelitian karena telah berkembang cukup pesat yang terus melebarkan sayapnya dengan terus membuka outlet teh es poci hampir diseluruh kabupaten Indragiri Hulu yang pada awalnya hanya ada di kecamatan Rengat kota. Pertumbuhan teh siap minum dalam kemasan yang cepat tidak lepas dari konsumen yang menyukai kepraktisan dalam meminum teh. Teh yang siap minum, rasa yang enak, mudah didapat, praktis dibawa kemana-mana dan harganya yang terjangkau membuat konsumen seperti mahasiswa dan pelajar memilih produk ini. Terutama pelajar yang tidak mau dibuat susah untuk membuat teh terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi dan juga bagi pelajar yang jauh dari orang tua (kost) teh siap minum menjadi pilihan utama dalam kehidupan sehari-hari. Teh Es Poci memiliki aneka varians rasa yang menjadi pilihan bagi yang dapat dinikmati sesuai dengan kebutuhan.

Teh Es Poci cukup dikenal oleh masyarakat dikabupaten Indragiri Hulu, bahkan Teh Es Poci semakin menunjukkan kemampuannya untuk terus berkembang dengan pesat. Hal ini membuktikan bahwa Teh Es Poci mampu memenuhi harapan dan kebutuhan para konsumennya, dan ditopang oleh strategi yang dijalankan yaitu dengan memberikan pelayanan yang maksimal, menetapkan harga yang sesuai dengan kualitas produk, memberikan kenyamanan kepada konsumen, serta meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.


(17)

Ditengah derasnya persaingan usaha minuman saat ini, perubahan yang signifikan dirasakan usaha Teh Es Poci yang terletak di SMA 1 Rengat, SMK 1 Rengat, SMP 1 Rengat, SMA 1 Air Molek, SMK 1 Air Molek, SMP 1 Air Molek, dan SMA 1 Belilas adalah penurunan tingkat penjualan. Pada tahun 2013 penjualan Teh Es Poci mengalami fluktuasi yang cenderung mencerminkan penurunan penjualan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Penjualan Teh Es Poci Tahun 2013 Bulan Penjualan (Cup)

Kuartal I 31.992

Kuartal II 31.801

Kuartal III 28.986

Kuartal IV 30.734

Sumber: Supervisor Outlet (2014)

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa penjualan Teh Es Poci tahun 2013 cenderung mengalami penurunan setiap bulan. Perbandingan dengan penjualan tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.2:

Tabel 1.2

Perbandingan Penjualan Teh Es Poci Tahun 2012 dengan Tahun 2013 Bulan Penjualan (Cup)

Tahun 2012

Penjualan (Cup) Tahun 2013

Peningkatan dan Penurunan

(+/-)

Kuartal I 32.108 31.992 -116

Kuartal II 31.933 31.801 -132

Kuartal III 30.125 28.986 -1139

Kuartal IV 31.630 30.734 -896


(18)

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat diketahui perbandingan penjualan Teh Es Poci tahun 2012 dengan tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat penjualan yang cukup signifikan pada tahun 2013. Teh Es Poci mengalami kehilangan penjualan mencapai angka ribuan cup pada tahun 2013 yang terjadi pada kuartal III.

Berdasarkan hasil prasurvei kepada pelanggan Teh Es Poci, diketahui bahwa pelanggan merasa peningkatan harga dari Rp. 3.000,-/cup menjadi Rp. 3.500,-/cup menyebabkan munculnya keinginan pelanggan untuk beralih ke minuman jenis lainnya. Pelanggan mengeluh dengan kenaikan harga yang terjadi akan tetapi kualitas minuman tidak mengalami perubahan. Selain itu, pelanggan juga merasa bahwa tidak ada perubahan atas pelayanan yang diberikan oleh teh poci yang mampu mengimbangi peningkatan harga. Hal ini menyebabkan popularitas teh poci semakin menurun.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Pelayanan Dan Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Pada Outlet Teh Es Poci (Kuliner) Di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau .”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah harga, kualitas produk , pelayanan dan psikologis berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada outlet Teh Es Poci?


(19)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah harga, kualitas produk , pelayanan dan psikologis berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada outlet Teh Es Poci.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan.

Sebagai informasi dan bahan masukan ataupun acuan bagi Teh Es Poci di kabupaten Indragiri Hulu, provinsi Riau untuk lebih memperhatikan kualitas produk, pelayanan, harga serta dapat dijadikan landasan dalam menetukan kebijakan selanjutnya.

2. Bagi Peneliti.

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh dari bangku kuliah, serta memperluas wawasan penulis dalam bidang pemasaran, khususnya tentang pengaruh harga, kualitas, pelayanan dan psikologis terhadap keputusan pembelian, pada sektor usaha outlet Teh Es Poci (kuliner).

3. Bagi peneliti lain.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian terhadap objek atau masalah yang sama dimasa yang akan datang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga

2.1.1 Pengertian Harga

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:439) harga adalah jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk/jasa. Sedangkan menurut Stanton (2000), harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Harga yang ditawarkan harus sesuai dengan kualitas dan pelayanan yang diberikan sehingga konsumen tidak merasa rugi.

Salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi dan selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah harga. Segala keputusan yang bersangkutan dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha, baik yang berkaitan dengan kegiatan penjualan, ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu usaha. Ini berarti, harga menggambarkan nilai uang sebuah barang dan jasa.

Sementara Lupiyoadi (2001:134) menyatakan bahwa harga merupakan uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh jasa yang diinginkan dengan membandingkan antara biaya dan manfaat yang diperoleh (The Consumer’s costs and benefits). Biaya /costs antara lain: waktu dan tenaga, dan pinjaman, pendapatan atau tabungan pribadi dan keluarga, dan lain-lain sedangkan manfaat (benefits) meliputi: prestise, pengalaman, pemenuhan kebutuhan, kualitas dan lain-lain.


(21)

Menurut Tjiptono (2005:182) harga berperan penting secara makro (bagi perekonomian secara umum) dan secara mikro (bagi konsumen dan perusahaan) 1. Bagi perekonomian

Harga produk mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga dan laba. Harga merupakan regulator dasar dalam system perekonomian karena harga berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor industri, seperti tenaga kerja, tanah, modal, waktu dan kewirausahaan

2. Bagi konsumen

Dalam penjualan ritel, ada segmen pembeli yang sangat sensitif terhadap faktor harga (menjadikan harga sebagai satu-satunya pertimbangan membeli produk), dan ada pula yang tidak. Mayoritas konsumen agak sensitif terhadap harga, namun juga mempertimbangkan faktor lain (seperti citra merek, lokasi toko, layanan, nilai atau value dan kualitas)

3. Bagi perusahaan

Dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya yang membutuhkan pengeluaran dana dalam jumlah besar, harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan. Harga produk adalah determinan utama bagi permintaan pasar atas produk bersangkutan. Harga mempengaruhi posisi bersaing dan pangsa pasar perusahaan. Singkat kata, perusahaan mendapatkan uang melalui harga yang ditetapkan.

Bagi perusahaan, penetapan harga suatu barang dan jasa memberikan pengaruh yang tidak sedikit karena:


(22)

a. Harga merupakan penentu bagi permintaan pasar

b. Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan suatu usaha

c. Harga akan memberikan hal yang maksimal dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih

2.1.2 Tujuan Penetapan Harga

Tjiptono (2002:152-153) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga yaitu:

1. Tujuan berorientasi pada laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahan selalu memilih harga yang menghasilkan laba paling tinggi (maksimalisasi laba) 2. Tujuan berorientasi pada volume

Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan atau pangsa pasar

3. Tujuan berorientasi pada citra

Perusahaaan dapat menetapkan harga yang tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara harga yang rendah digunakan untuk membentuk citra tertentu

4. Tujuan stabilitas harga

Tujuan stabilitas harga dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil.Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang produk.


(23)

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:440), ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga yakni:

1. Faktor-faktor intern yang meliputi: pertimbangan organisasi, sasaran pemasaran, biaya dan strategi pemasaran

2. Faktor-faktor ekstern yang meliputi situasi pasar dan permintaan, persaingan, harapan, perantara dan faktor-faktor lingkungan seperti kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Menurut Simamora (2001:200), langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penetapan harga adalah:

1. Analisis keadaan pasar, yakni memahami hubungan permintaan dan harga, karena perubahan harga dapat memberikan pengaruh besar terhadapa permintaan.

2. Identifikasi faktor-faktor pembatas adalah faktor yang membatasi perusahaan dalam menetapkan harga.

3. Menetapkan sasaran yang menjadi sasaran umum adalah memperoleh keuntungan untuk harga harus lebih tinggi dari biaya rata-rata operasional. 4. Analisis potensi keuntungan. Suatu usaha perlu mengetahui beberapa

keuntungan yang ingin mereka peroleh.

5. Penentuan harga awal harus disepakati bahwa harga awal bagi produk baru yang pertama kali diluncurkan berdasarkan kesepakatan bersama.

6. Penetapan harga disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah, oleh karena itu, harga harus disesuaikan.


(24)

2.2 Produk

2.2.1 Pengertian Produk

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:346), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan/ kebutuhan. Produk itu meliputi objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi Ketika konsumen membeli sebuah produk, maka ia memiliki harapan bagaimana produk tersebut berfungsi (product moment).

Produk berfungsi sebagai berikut ( Kotler dan Amstrong , 2001:347): a. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut dengan

diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Jika hal ini terjadi, maka konsumen akan merasa puas.

b. Produk berfungsi sebagaimana apa yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai konfirmasi sederhana. Jika hal ini terjadi, maka konsumen akanmerasa puas dan produk tersebut tidak mengecewakan konsumen, dan konsumen akan memiliki perasaan netral.

c. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Produk yang berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak puas.

Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini produk bisa berupa apa saja yang dapat ditawarkan


(25)

kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Tjiptono, 2002: 31).

Produk adalah apa saja yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan dalam hal penggunaan, konsumsi (Boyd et al., 2000:264). Jadi, produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar yang bersangkutan.

2.2.2 Klasifikasi Produk

Klasifikasi produk bisa dilakukan dengan berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama (Tjiptono, 2002:98) yaitu:

1. Barang

Barang merupakan produk yang berwujud fisik sehingga bisa dilihat, diraba/ disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya.

Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang yakni: a. Barang tidak tahan lama (Nondurable Goods)

Adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu hari atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.

b. Barang tahan lama (Durable Goods)

Merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih). Contohnya: TV, lemari es, mobil, komputer, dan lain-lain.


(26)

2. Jasa (Services)

Merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya: bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel, lembaga pendidikan dan lain-lain.

2.2.3 Kualitas Produk

Menurut Kotler dan Amstrong (2007:343) kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsinya; kemampuan itu meliputi kinerja, daya tahan, dan kehandalan yang dihasilkan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan sebelum melakukan keputusan pembelian, seorang konsumen terlebih dahulu akan mempertimbangkan kualitas sebuah produk. Konsumen yang membeli sebuah produk yang bisa memenuhi atau bahkan melampaui harapan konsumen dalam hal memberikan kepuasan, maka persepsi konsumen tersebut ialah bahwa ia telah memperoleh produk yang mempunyai kualitas. Secara umum, kualitas produk dapat diartikan sebagai suatu keunggulan atau keistimewaan dari produk yang bersangkutan.

Garspersz (2001:148) mengungkapkan adanya delapan dimensi kualitas produk yang bisa dimainkan oleh pemasar. Performance, feature, reliability, conformance, durability, serviceability, aesthetics, dan perceived quality.

Penjelasan dari dimensi tersebut yaitu:

1. Dimensi performence atau kinerja produk

Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini merupakan manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita membeli produk.


(27)

2. Dimensi reliability atau keterandalan produk

Dimensi kedua adalah keterandalan, yaitu peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat menjalankan fungsinya.

3. Dimensi feature atau fitur produk

Dimensi feature merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur seringkali ditambahkan. Idenya, fitur bisa meningkatkan kualitas produk kalau pesaing tidak memiliki.

4. Dimensi durebility atau daya tahan

Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipresepsikan lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepet habis atau cepat diganti.

5. Dimensi conformance atau kesesuaian

Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

6. Dimensi serviceability atau kemampuan diperbaiki

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki : cepat dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki


(28)

tentu kualitasnya lebih tinggi dibanding produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

7. Dimensi aesthetic atau keindahan tampilan produk

Aesthetic atau keindahan menyangkut tampilan produk yang membuat konsumen suka. Ini seringkali dilakukan dalam bentuk desai produk atau kemasannya. Beberapa merek memperbaharui wajahnya supaya lebih cantik dimata konsumen.

8. Dimensi perceived quality atau kualitas yang dirasakan

Dimensi terakhir adalah kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipresepsikan lebih berkualitas dibanding merek-merek yang tidak terdengar. Itulah sebabnya produk selalu berupaya membangun mereknya sehingga memiliki brand equity yang tinggi. Tentu saja ini tidak dapat dibangun semalam karena menyangkut banyak aspek termasuk dimensi kualitas dari kinerja, fitur, daya tahan, dan sebagainya.

Kualitas sebagai mutu dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dari dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Kualitas biasanya berhubungan dengan manfaat atau kegunaan serta fungsi dari suatu produk. Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu diproduksi.

Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsinya, termasuk di dalamnya daya tahan, ketergantungan pada produk atau komponen lain,


(29)

sebagainya). Kualitas mempunyai peranan penting baik dipandang dari sudut konsumen yang bebas memililh tingkat mutu atau dari sudut produsen yang mulai memperhatikan pengendalian mutu guna mempertahankan dan memperluas jangkauan pemasaran. Kualitas diukur menurut pandangan pembeli tentang mutu dan kualitas produk tersebut.

Peningkatan kualitas produk dirasakan sangat perlu dengan demikian produk perusahaan semakin lama semakin tinggi kualitasnya. Jika hal itu dapat dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dapat tetap memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen. Dalam perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Apabila dalam situasi pemasaran yang semakin ketat persaingannya, peranan kualitas produk akan semakin besar dalam perkembangan perusahaan.

Mowen dan Minor (2007:238) memberikan beberapa dimensi dari kualitas produk. Adapun dimensi kualitas produk adalah:

1. Kinerja

Yang dimaksud kinerja di sini adalah kinerja utama dari karakteristik pengoperasian.

2. Reliabilitas atau Keandalan

Reliabilitas adalah konsistensi kinerja produk. Bebas dari kerusakan atau tidak berfungsi.

3. Daya Tahan


(30)

4. Keamanan (Safety)

Produk yang tidak aman merupakan produk yang mempunyai kualitas yang kurang / rendah.

Untuk mendefinisikan kualitas (quality), digunakan beberapa macam pendekatan (Garspersz, 2001:152), yaitu:

1. Trancendent (quality as excellence)

Pendekatan ini lebih bersifat subyektif dalam membedakan antara kualitas baik dan buruk. Unsur kesempurnaan (excellency) suatu benda dijadikan parameter kualitas benda tersebut.

2. Product-based

Kualitas benda diindikasikan oleh kehadiran tampilan-tampilan spesifik (specific feature) atau sifat (attribute) pada benda tersebut.

3. User-based (fitness for use)

Kualitas diukur dari apakah benda yang digunakan dapat memuaskan pemakainya.

4. Manufacturing-based (quality as conformance to specification)

Produk yang dibuat sesuai dengan spesifikasi desain merupakan produk yang berkualitas tinggi.

5. Value-based (quality as value for the price)

Kualitas suatu barang diindikasikan oleh kerelaan pengguna untuk membeli barang tersebut (willingness to pay).


(31)

2.3 Pengertian Pelayanan

Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui cara langsung melayani pelanggan. Jadi, Layanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi layanan bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak (simamora, 2001:172).

Pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang telah ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang dimiliki (Kasmir, 2005:31).

2.3.1 Ciri Pelayanan yang Baik

Berikut ini beberapa ciri pelayanan yang baik harus diikuti oleh karyawan yang bertugas melayani pelanggan:

a. Kenyamanan pelanggan sangat tergantung dari karyawan yang melayaninya. Karyawan harus mampu berkomunikasi dengan baik serta memikat dan mengambil hati pelanggan agar semakin tertarik.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik

Peralatan dan fasilitas yang dimiliki seperti tempat parkir, dan berbagai fasilitas lain di dalam ruangan sehingga membuat pelanggan nyaman atau betah dalam ruangan tersebut sambil menikmati hidangannya.


(32)

Karyawan harus mampu melayani dari awal sampai selesai hingga terpenuhi semua keinginan konsumen..

d. Mampu melayani secara tepat dan cepat

Mampu melayani secara tepat dan cepat artinya dalam melayani pelanggan, karyawan diharapkan harus melakukannya sesuai prosedur layanan yang diberikan sesuai jadwal untuk pekerjaan tertentu dalam arti pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar perusahaan dan keinginan pelanggan.

e. Mampu berkomunikasi

Mampu berkomunikasi artinya karyawan harus mampu berbicara kepada setiap pelanggan.karyawan juga harus mampu dengan cepat memahami keinginan pelanggan. Selain itu, karyawan juga harus dapat berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti (jangan menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti).

f. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik

Karyawan yang khusus melayani pelanggan harus memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu, karena tugas karyawan harus selalu berhubungan dengan manusia, karyawan perlu dididik khusus mengenai kemampuannya dan pengetahuannya.

Pelayanan yang baik mampu memberikan kepuasan konsumen dan meningkatkan minat beli konsumen, serta akan mampu mempertahankan konsumen yang sudah ada (konsumen lama) untuk terus membeli produk yang ditawarkan bahkan dapat pula menarik minat calon konsumen baru. Kebersihan


(33)

pada outlet ini pun terjamin, baik dalam hal produk yang disajikan, yang melewati proses yang higienis.

2.4 Pengertian Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang berpengaruh kepada kebutuhan untuk diakui, dihargai, ataupun rasa memiliki ( Kotler, 2001:212). Banyaknya kebutuhan tidak akan cukup kuat untuk memotivasi orang tersebut untuk bertindak pada suatu waktu tertentu. Pilihan terhadap berbagai pembelian kebutuhan dipengaruhi oleh keempat faktor psikologis yaitu:

1. Motivasi

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:69) “motivation can be described as the driving force within individuals that impels them to action”. Artinya motivasi adalah kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang memaksanya untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Sigit (2002:17) motivasi pembelian adalah pertimbangan-pertimbangan dan pengaruh yang mendorong orang untuk melakukan pembelian.

Motivasi pembelian muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena adanya rangsangan yang memacu pengenalan kebutuhan, baik itu yang berasal dalam diri konsumen maupun dari luar konsumen (Mowen/Minor, 2002:206).

2. Persepsi

Persepsi adalah proses yang dilalui konsumen dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai produk. Persepsi konsumen dapat berupa


(34)

persepsi merek, persepsi pelayanan, persepsi harga, persepsi kualitas produk, ataupun persepsi terhadap produsen.

Konsumen dapat membentuk persepsi berbeda dari rangsangan yang sama karena 3 macam proses penerimaan indera, yaitu:

a. Perhatian/ atensi selektif

Kecenderungan bagi konsumen untuk menyaring sebagian besar informasi yang mereka dapatkan, berarti membuat pemasar harus bekerja cukup keras untuk menarik perhatian konsumen.

b. Distorsi selektif

Menguraikan kecenderungan orang untuk menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung yang telah mereka yakini selama mendapatkan informasi.

c. Ingatan/retensi selektif

Konsumen mengingat hal-hal yang baik mengenai merek yang disukai dan melupakan hal-hal yang baik mengenai merek pesaing.

3. Pembelajaran

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman. Menurut Lefton (dalam Prasetijo, 2005:87) pembelajaran adalah perubahan yang relatif tetap, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran konsumen adalah suatu proses. Jadi, pembelajaran ini secara terus menerus berlangsung dan berubah sebagai akibat dari pengetahuan yang diperoleh


(35)

(dengan membaca, diskusi, observasi, atau berpikir) atau dari pengalaman sebenarnya.

4. Keyakinan dan Sikap

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:176) sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Melalui tindakan dan pembelajaran, konsumen mendapatkan keyakinan dan sikap. Sikap menguraikan evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu obyek atau ide yang relatif konsisten. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu.

Menurut Suryani (2008:174) faktor-faktor yang berperan penting dalam pembentukan sikap antara lain:

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.


(36)

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakanya, karena kebudayaanlah yang member corak pengalaman individu.

d. Pengaruh media massa

Media massa mampu memberikan pemahaman tentang sesuatu dan membentuk sikap individu atas berita yang disampaikan media tersebut. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidak mengeherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Pemasaran langsung

Mulai banyak perusahaan yang menggunakan pemasaran langsung atas produk yang ditawarkan secara tidak langsung berpengaruh dalam pembentukan sikap konsumen.

2.5 Keputusan Pembelian

2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Setiadi (2003:17) keputusan pembelian merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:179) keputusan pembelian merupakan hasil dari suatu proses yang terdiri dari lima tahap : pengenalan


(37)

kebutuhan , pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan informasi-informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Hasil dari pemikiran itu dipengaruhi kekuatan kehendak konsumen untuk membeli sebagai alternatif dari istilah keputusan pembelian yang dikemukakan oleh Setiadi, (2003:12).

Menurut Engel et al., (2006:32) keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen dalam upaya memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan. Indikator-indikator dalam keputusan pembelian meliputi: kesadaran akan kebutuhan, ingin mencoba produknya dan terbiasa menggunakan. Sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian, konsumen sering dihadapkan pada pilihan/alternatif yang beragam. Hal ini wajar mengingat banyaknya jumlah produk maupun jasa yang berbeda di pasaran dengan fungsi dan manfaatnya masing-masing.

Sedangkan menurut Kotler (2000:160) keputusan pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan konsumen yang dimulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan terakhir perilaku pasca pembelian yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhannya.


(38)

2.5.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Secara umum konsumen mengikuti suatu proses atau tahapan dalam pengambilan keputusan. Menurut Kotler (2000:160-161) dan Lamb et al., (2001:188), ada lima tahapan yaitu (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan pembelian, dan (5) perilaku pascapembelian.

1. Pengenalan Masalah

Pengenalan kebutuhan terpicu ketika konsumen diekspos pada stimulasi internal (rasa haus) atau stimulasi eksternal (produk, harga, saluran distribusi/tempat, dan promosi). Manajer pemasaran dapat menciptakan keinginan konsumen, keinginan ada ketika seseorang mempunyai kebutuhan yang tidak terpenuhi dan memutuskan bahwa hanya produk/jasa yang mempunyai keistimewaan tertentu yang akan memuaskannya. Hal ini dipertegas oleh Lamb et al.,(2001:190) “Keinginan dapat diciptakan melalui iklan dan promosi lainnya”.

2. Pencarian Informasi

Pencarian informasi dapat terjadi secara internal dan eksternal maupun keduanya. Pencarian informasi internal adalah proses mengingat kembali informasi yang tersimpan di dalam ingatan. Informasi yang tersimpan ini sebagian besar berasal dari pengalaman sebelumnya atas suatu produk. Misalnya konsumen sedang berbelanja menemukan salah satu merek sabun pencuci piring yang pernah dibelinya yang mungkin menurutnya kualitas produk dan aromanya lebih baik, sehingga konsumen memutuskan untuk


(39)

membelinya kembali. Sebaliknya pencarian informasi eksternal adalah mencari informasi dilingkungan luar. Ada dua tipe sumber informasi eksternal yaitu pertama; nonmarketing controlled (dikendalikan oleh non pemasaran) berkaitan dengan pengalaman pribadi, sumber-sumber pribadi (teman, keluarga, kenalan, rekan kerja), dan sumber publik. Kedua; marketing controlled (dikendalikan oleh pemasaran) seperti variabel bauran pemasaran

(marketing mix= 4P yaitu: product, price, place, dan promotion).

3. Evaluasi Alternatif

Konsumen akan menggunakan informasi yang tersimpan dalam ingatan, ditambah dengan informasi yang diperoleh dari luar untuk membangun suatu kriteria tertentu. Tujuan manajer pemasaran adalah memperkirakan atribut-atribut yang mempengaruhi pilihan konsumen. Banyak faktor yang mungkin bersamaan mempengaruhi evaluasi konsumen atas produk, seperti harga, kemudahan dan lain sebagainya. Seperti konsumen rumah tangga yang lebih memilih merek produk Sunlight, karena merek tersebut dapat ditemukan di berbagai tempat penjualan.

4. Keputusan Pembelian

Sejalan dengan evaluasi atas sejumlah alternatif tersebut, maka konsumen dapat memutuskan apakah produk akan dibeli atau diputuskan untuk tidak membeli. Jika konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian, maka langkah berikutnya dalam proses adalah melakukan evaluasi terhadap produk tersebut setelah pembelian.


(40)

Ketika membeli suatu produk, konsumen mengharapkan dampak tertentu dari pembelian tersebut, mungkin konsumen puas (satisfaction) atau tidak puas

(dissatisfaction). Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan konsumen atas produk dengan daya guna yang dirasakan akibat mengkonsumsi produk tersebut. Jika daya guna produk tersebut berada di bawah harapan konsumen, maka konsumen merasa dikecewakan, sedangkan jika harapan melebihi kenyataan maka konsumen merasa puas. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya.

Sumber: Kotler (2000:179)

Gambar 2.1 Proses Pembelian Model Lima Tahap

Gambar 2.1 menunjukkan, konsumen akan melewati lima tahapan dalam proses pembelian produk. Namun, urutan tersebut tidak berlaku terutama atas pembelian dengan keterlibatan rendah, konsumen dapat melewatkan beberapa tahapan. Misalnya seorang ibu rumah tangga membeli salah satu merek sabun pencuci piring yang biasanya digunakan, maka dari tahap kebutuhan akan produk sabun pencuci piring (pengenalan masalah) menuju ke tahap keputusan pembelian.

2.6 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi landasan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1:

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Pasca Pembelian


(41)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Teknik

Analisis

Hasil

1 Ginting

(2014 )

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Smartphone Merek Samsung (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

Regresi linier berganda

Secara simultan brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, dan harga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

2 Sabrina (2012)

Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Sabun Sunlight Cair Pada Konsumen Rumah Tangga Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan

Regresi linier berganda

Kualitas produk, harga dan word of mouth secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sabun Sunlight cair pada konsumen rumah tangga di Kelurahan Helvetia Tengah Medan

3 Lumban

Raja (2011)

Pengaruh Faktor Harga, Lokasi, Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Merica Food Center Plaza Millenium Medan

Regresi linier berganda

Variabel bebas (harga, lokasi dan kualitas pelayanan) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). 4 Yuningsih

(2013)

Pengaruh Faktor Sosial Dan Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Rumah Pada Perumahan Royal Sumatra Medan Regresi linier berganda

Variabel faktor sosial dan faktor psikologis mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian rumah pada

Perumahan Royal Sumatra.


(42)

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Teknik

Analisis

Hasil

5 Urfana

(2013) Pengaruh Faktor Kebudayaan, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Cepat Saji Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken (Kfc) Walikota Medan Regresi linier berganda Faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji pada konsumen Kentucky Fried Chicken (Kfc) Walikota Medan 6 Fredereca

dan Chairy (2010) Pengaruh Psikologi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Kembali Smartphone Blackberry Regresi linier berganda Psikologi konsumen mempengaruhi keputusan pembelian kembali produk BlackBerry. Sikap merupakan elemen dalam psikologi konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian kembali secara signifikan. Sumber: Penelitian terdahulu (diolah)

2.7 Kerangka Konseptual

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:179) keputusan pembelian merupakan hasil dari suatu proses yang terdiri dari lima tahap : pengenalan kebutuhan , pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Faktor-faktor yang berpeluang penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen diantaranya adalah faktor harga. Kotler dan Armstrong


(43)

(2008: 63) menyatakan bahwa harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix

yang menghasilkan penerimaan penjualan. Harga juga salah satu elemen yang paling fleksibel dari bauran pemasaran dan merupakan salah satu penyebab laku tidaknya sebuah produk atau jasa yang ditawarkan.

Alfred (2013:179) menyatakan “In formal uses, customer will generally perceived price as an indicator of product or service quality and will normally evaluate the cost in terms of perceived benefit derived from the consumption of the offering. In most cases, customers have the opportunity to choose from a variety of offering and thus price will be one of the comparative indicators upon which their buying decision will be based”. Artinya, pada umumnya pelanggan merasa bahwa harga adalah indikator untuk membandingkan manfaat atas kualitas produk atau jasa yang ditawarkan. Pada banyak kasus, pelanggan memiliki kesempatan untuk memilih penawaran dan dengan demikian harga menjadi salah satu indikator pembanding terhadap keputusan pembelian mereka.

Selain harga, kualitas produk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Kualitas produk merupakan kemampuan produk untuk menunjukkan berbagai fungsi termasuk di dalamnya ketahanan, handal, ketepatan, dan kemudahan dalam penggunaan (Kotler dan Armstrong, 2007:346). Semakin baik kualitas produk maka akan meningkatkan minat konsumen untuk melakukan pembelian.

Ackaradejruangsri (2013:15) menyatakan bahwa “Product quality attributes refer to the cues that could be used by consumers to infer some expected and/or experienced (product) quality; ‘experienced quality’ refers to the result of


(44)

physical evaluations of the product when experiencing, utilizing, or consuming the product, whilst ‘expected quality’ refers to the point of purchase, before experiencing or consuming the product”. Artinya, atribut kualitas produk mengacu kepada isyarat yang digunakan oleh konsumen untuk menyimpulkan harapan atau pengalaman atas suatu produk. Pengalaman atas kualitas produk mengacu pada hasil evaluasi ketika mengalami, memanfaatkan, atau mengkonsumsi produk. Sementara kualitas yang diharapkan mengacu kepada tujuan pembelian atau kualitas yang diharapkan sebelum melakukan pembelian.

Selain harga dan kualitas produk, faktor lain yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah pelayanan. Pelayanan yang berkualitas akan meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli lagi, membeli lebih, membeli pelayanan yang lainnya, membuat pelanggan tidak sensitif terhadap harga, dan menceritakan kepada orang-orang lainnya mengenai pengalaman yang mereka sukai tentang suatu pelayanan (Venetis et al., 2000: 215).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah psikologis. Pilihan terhadap berbagai pembelian kebutuhan dipengaruhi oleh keempat faktor psikologis yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran serta keyakinan dan sikap (Sunarto, 2006:92). Menurut Kotler (2001:212) faktor psikologis adalah faktor yang berpengaruh kepada kebutuhan untuk diakui, dihargai, ataupun rasa memiliki.

Vlasceanu (2013:24) menyatakan bahwa “Consumer’s decision is influenced to a great extent by his/her motivation to buy or not to buy a certain product. Potential buyer’s behavior is influenced by a series of psychological, cultural,


(45)

social and economical factors which concur to the final decision in becoming a buyer, consumer and user of some products and services”. Artinya, keputusan konsumen sebagian besar dipengaruhi oleh motivasinya untuk membeli atau tidak membeli suatu produk. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh serangkaian psikologis, budaya, sosial, dan faktor ekonomi yang membuatnya setuju untuk menjadi pembeli dan pengguna suatu produk atau jasa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual seperti yang tertera pada Gambar 2.1:

Sumber: Alfred (2013:179), Ackaradejruangsri (2013:15), Kotler dan Armstrong (2008: 63), Kotler dan Armstrong (2007:346), Venetis et al., (2000: 215), dan Vlasceanu (2013:24)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian 2.8 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada outlet teh es poci di kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.

Harga (X1)

Kualitas

Produk(X2) Keputusan Pembelian

(Y) Pelayanan (X3)


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam penulisannya menggunakan aspek pengukuran. Penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta-fakta sistematik, faktual dan teliti (Situmorang, 2008:55). Sedangkan dikatakan sebagai penelitian asosiatif karena penelitian ini menghubungkan dua variabel atau lebih (Sugiyono 2004: 11).

Dengan demikian penelitian ini akan menjelaskan pengaruh harga, kualitas produk, pelayanan, dan psikologis terhadap keputusan pembelian pada outlet teh es poci di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Outlet Teh Es Poci (Kuliner) Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Tepatnya di SMA 1 Rengat, SMK 1 Rengat, SMP 1 Rengat, SMA 1 Air Molek, SMK 1 Air Molek, SMP 1 Air Molek, dan SMA 1 Belilas. Waktu penelitian dilakukan mulai dari Oktober 2013 sampai dengan selesai.

3.3Batasan Operasional Variabel

Batasan operasional variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel independen (X) terdiri dari harga (X1) kualitas produk (X2), pelayanan (X3), dan psikologis (X4).


(47)

2. Variabel dependen (Y) adalah keputusan pembelian pada outlet teh es poci di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.

3.4Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Harga (X1)

Uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh teh poci dengan

membandingkan antara biaya dan manfaat yang diperoleh

a. Harga terjangkau b. Kesesuaian harga dengan kualitas c. Daya saing harga

Likert

Kualitas (X2)

Kemampuan teh poci untuk melakukan fungsinya; kemampuan itu meliputi kinerja, daya tahan, dan kehandalan yang dihasilkan

a. Cita rasa yang enak b. Bahan baku yang

berkualitas c. Kemasan

Likert

Pelayanan (X3)

Kegiatan atau manfaat yang ditawarkan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan

a. Kehandalan karyawan

b. Kecepatan melayani c. Sikap karyawan d. Penampilan

karyawan

Likert

Psikologis (X4)

Faktor yang berpengaruh kepada kebutuhan untuk diakui, dihargai, ataupun rasa memiliki

a. Kebutuhan akan teh siap saji

b. Popularitas teh poci c. Membeli teh poci

karena higienis

Likert

Keputusan Pembelian

(Y)

Hasil dari suatu proses yang terdiri dari lima tahap : pengenalan kebutuhan , pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian

a. Teh poci sesuai dengan kebutuhan b. Membandingkan teh

poci dengan merek lain

c. Memilih teh poci sebagai pertimbangan untuk dikonsumsi

Likert

Sumber: Kotler dan Armstrong (2008: 63), Kotler dan Armstrong (2007:346), dan Venetis et al., (2000: 215)


(48)

3.5Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Situmorang, 2012:6). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2004:46).

Pada metode ini, responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan jawaban dibagi dalam empat macam kategori, yaitu : “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS), dengan meniadakan alternatif jawaban “Ragu-ragu” (R). Menurut Hadi (2004:20) tidak adanya pilihan jawaban Ragu-ragu dengan alasan :

1. Kategori tersebut mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum memberikan jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda ini tidak diharapkan dalam instrument.

2. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah, terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan jawabnya.

3. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari responden.

Dengan demikian penelitian ini menggunakan penskalaan model likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban tengah atau ragu-ragu.


(49)

Kemudian masing-masing jawaban dari setiap pertanyaan diberi nilai seperti yang tertera pada Tabel 3.2:

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Hadi (2004:20)

3.6Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen minuman di Outlet Teh Es Poci (kuliner) Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau tepatnya di SMA 1 Rengat, SMK 1 Rengat, SMP 1 Rengat, SMA 1 Air Molek, SMK 1 Air Molek, SMP 1 Air Molek, dan SMA 1 Belilas. Dalam satu bulan rata-rata jumlah konsumen berjumlah 3500 orang. Data tersebut diperoleh berdasarkan wawancara dengan pihak supervisor outlet.

Sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2005:78) sebagai berikut:

N n =

1+N(e)2 dimana:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(50)

e = taraf kesalahan

Populasi (N) berjumlah 3500 orang dengan taraf kesalahan (e) sebesar 10% maka besarnya pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

3500 n =

1+3500 (0.1)2 n = 97,2

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 98 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu (Sugiyono, 2005: 78). Adapun kriteria dari sampel yang diambil adalah pelanggan yang minimal telah minum lebih dari satu kali dalam sebulan di Outlet Teh Es Poci (kuliner) Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau, dan berumur lebih dari 13 tahun. Tujuan dari penetapan kriteria ini adalah dengan mempertimbangkan usia yang dianggap sudah mampu untuk menjawab kuesioner.

3.7 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan cara melakukan pengamatan (observation), memberikan daftar pertanyaan (questionnaire), dan melakukan wawancara (interview).


(51)

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku, jurnal, majalah, dan situs internet untuk mendukung penelitian tentang minat beli.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan dan penelitian dilakukan dengan cara berikut: 1. Daftar Pertanyaan (questionnaire)

Questionnaire merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab, kemudian dari jawaban itu ditentukan skornya dengan menggunakan skala Likert.

2. Studi Dokumentasi

Data-data dan informasi yang diperoleh dari buku-buku literature, jurnal, majalah dan situs internet yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Validitas dilakukan untuk menguji suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian atau dengan kata lain menguji ketepatan alat ukur melakukan tugas mencapai sasarannya. Uji validitas dilakukan kepada 30 orang responden di luar sampel yakni pelanggan Teh Es Poci (kuliner) Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau tepatnya di SMA 1 Rengat, SMK 1 Rengat, SMP 1 Rengat, SMA 1


(52)

Air Molek, SMK 1 Air Molek, SMP 1 Air Molek, dan SMA 1 Belilas. Kriteria dalam validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:

Jika r hitung> r tabel maka pertanyaan tersebut valid

Jika r hitung< r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid

Uji Validitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan program

SPSS 20.00 for Windows.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

No Butir Instrumen Nilai r Tabel Corrected Item-Total Correlation

Keterangan

1 a1 0,361 0.454 Valid

2 a2 0,361 0.429 Valid

3 a3 0,361 0.746 Valid

4 b1 0,361 0.719 Valid

5 b2 0,361 0.746 Valid

6 b3 0,361 0.502 Valid

7 c1 0,361 0.719 Valid

8 c2 0,361 0.502 Valid

9 c3 0,361 0.454 Valid

10 c4 0,361 0.502 Valid

11 d1 0,361 0.746 Valid

12 d2 0,361 0.784 Valid

13 d3 0,361 0.429 Valid

14 e1 0,361 0.746 Valid

15 e2 0,361 0.719 Valid

16 e3 0,361 0.502 Valid

Sumber: Hasil Penelitian, (2014) (data diolah)

Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa semua butir pernyataan valid karena nilai Corrected Item-Total Correlation setiap butir pernyataan lebih besar dari 0,361. Artinya, butir-butir pernyataan yang ada pada kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian.


(53)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpha > 0,80. Sebagaimana uji validitas, uji reliabilitas juga dilakukan kepada 30 orang responden di luar jumlah sampel yakni pelanggan Teh Es Poci (kuliner) Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau tepatnya di SMA 1 Rengat, SMK 1 Rengat, SMP 1 Rengat, SMA 1 Air Molek, SMK 1 Air Molek, SMP 1 Air Molek, dan SMA 1 Belilas.

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas No Butir Instrumen Nilai

Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha if Item

Deleted

Keterangan

1 a1 0,8 0.907 Reliabel

2 a2 0,8 0.906 Reliabel

3 a3 0,8 0.896 Reliabel

4 b1 0,8 0.896 Reliabel

5 b2 0,8 0.896 Reliabel

6 b3 0,8 0.905 Reliabel

7 c1 0,8 0.896 Reliabel

8 c2 0,8 0.905 Reliabel

9 c3 0,8 0.907 Reliabel

10 c4 0,8 0.905 Reliabel

11 d1 0,8 0.896 Reliabel

12 d2 0,8 0.893 Reliabel

13 d3 0,8 0.906 Reliabel

14 e1 0,8 0.896 Reliabel

15 e2 0,8 0.896 Reliabel

16 e3 0,8 0.905 Reliabel

Sumber: Hasil Penelitian, (2014) (data diolah)

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha if item deleted setiap butir instrumen lebih besar dari 0,80 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap


(54)

butir instrumen dinyatakan reliabel. Reliabilitas instrumen juga dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.907 16

Sumber: Hasil Penelitian, (2014) (data diolah)

3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretasikan secara objektif untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

3.10.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel harga, kualitas produk, pelayanan dan psikologis terhadap keputusan pembelian. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:

Y = Keputusan pembelian a = konstanta

b1-b4 = Koefisien Regresi

X1 = Harga


(55)

X2 = Kualitas Produk

X3 = Pelayanan

X4 = Psikologis

e = Standard Error

Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi linier berganda sebelum data dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dalam bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

2. Uji Heteroskedastisitas

Dilakukan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, maka dikatakan homokedastisitas. Apabila varians berbeda, maka dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Alat untuk mengujinya terbagi 2 yaitu, dengan alat analisis grafik atau dengan uji glejser.

3. Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Nilai umum yang bisa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas.


(56)

3.11 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikan Simultan/ Uji Serentak (Uji-F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variablel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (serentak) variabel indepanden (Xi) terhadap variabel dependen (Y).

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya secara bersama-sama tidak

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independent (Xi) terhadap variabel dependen (Y).

H0 : b1 ≠ b2 ≠b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya secara bersama-sama

(serentak) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel-variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Yi).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung< t tabel pada α =5%

H0 ditolak jika Fhitung > t tabel pada α =5%

2. Uji Signifikan Individual/ Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Adapun Uji-t menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

H0 : b1 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

H0 : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan


(57)

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika t hitung< t tabel pada α =5%

H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α =5%

3. Koefisien Determinan (R2)

Pengujian Koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 <R2< 1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Bisnis Waralaba

Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Unionserta persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan penjual.

Di dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya . Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun


(59)

kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di pada tanggal (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:

1. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.

259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

2. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba

3. Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten. 4. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

5. Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat.

Hal ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya


(60)

melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunaka sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain

International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra), Franchise License Expo Indonesia ( Panorama convex), Info Franchise Expo (Neo dan Majalah Franchise Indonesia).

4.1.2 Sejarah Waralaba Teh Es Poci

PT Gunung Slamat didirikan oleh keluarga Sosrodjojo pada tahun 1940. Selama periode itu, teh wangi dikemas dan dikenal sebagai Teh Cap Botol. Selain teh wangi, PT Gunung Slamat juga memulai pabrikasi teh hijau dan teh hitam dalam kemasan kantung dan kemasan biasa menjadi berbagai kemasan dibawah merek Teh Cap Botol, Teh Celup Sosro, Teh Cap Poci, dll.

Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi, PT Gunung Slamat menyuling bahan baku yang terbaik dari empat perkebunan. Selain itu, perkebunan teh di Pantura menghasilkan produk teh aroma melati dan gambir (Jasminum Officinale).


(61)

Proses produksi PT Gunung Slamat adalah kombinasi dari pekerja terampil dan teknologi terkemuka. Saat ini perusahaan mempekerjakan sekitar 2.000 staf. Pengemasan menggunakan mesin dari Jerman dan Italia. Salah satunya teknologi Knotting System yang dapat menghasilkan 350 kantung teh per detik.

Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi yang konsisten, PT Gunung Slamat bertahan pada pengendalian mutu yang teliti. Dalam kaitan dengan ini, PT Gunung Slamat memiliki sejumlah sertifikat seperti:

1. HALAL sertifikat dari MUI

2. HACCP sertifikat dari McDonald’s

3. WSI (Worldwide Supplier Identification) dan WRIN (Worldwide Raw Item Number) dari McDonald’s.

Perusahaan besar di Indonesia membina partnership dengan PT Gunung Slamat dalam kaitan dengan dedikasinya dalam memproduksi produk bermutu. Produk seperti Teh Cap Botol, The Celup Sosro, dan Teh Cap Poci didistribusikan secara nasional sedangkan sisanya tergantung pada permintaan pasar. Distribusi produk dilaksanakan oleh perwakilan local di seluruh Indonesia.

Untuk Teh Poci sendiri memiliki bermacam varian seperti Jasmine Tea, Black Tea, Vanilla, Lemon, Rose, Strawberry, dan Apple. Konsep bisnis Es Teh Poci ini adalah:

1. Menciptakan entrepreneurs melalui Unit Usaha Mandiri (UKM) 2. Menciptakan lapangan kerja baru


(1)

Hasil Pengolahan Data

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.907 16

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

a1 3.9667 .18257 30

a2 3.9333 .36515 30

a3 3.8667 .57135 30

b1 3.8333 .59209 30

b2 3.8667 .57135 30

b3 3.7667 .77385 30

c1 3.8333 .59209 30

c2 3.7667 .77385 30

c3 3.9667 .18257 30

c4 3.7667 .77385 30

d1 3.8667 .57135 30

d2 3.7333 .78492 30

d3 3.9333 .36515 30

e1 3.8667 .57135 30

e2 3.8333 .59209 30

e3 3.7667 .77385 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

a1 57.6000 36.938 .454 .907

a2 57.6333 35.964 .429 .906

a3 57.7000 32.769 .746 .896

b1 57.7333 32.754 .719 .896

b2 57.7000 32.769 .746 .896

b3 57.8000 32.924 .502 .905

c1 57.7333 32.754 .719 .896

c2 57.8000 32.924 .502 .905

c3 57.6000 36.938 .454 .907

c4 57.8000 32.924 .502 .905

d1 57.7000 32.769 .746 .896

d2 57.8333 30.557 .784 .893

d3 57.6333 35.964 .429 .906

e1 57.7000 32.769 .746 .896

e2 57.7333 32.754 .719 .896

e3 57.8000 32.924 .502 .905

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

61.5667 37.978 6.16264 16


(2)

Hasil Uji Asumsi Klasik Menggunakan SPSS 20

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 98

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation .97819023 Most Extreme Differences

Absolute .077

Positive .040

Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .764

Asymp. Sig. (2-tailed) .604

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 2.838 1.014 2.798 .006

Harga -.039 .030 -.128 -1.269 .208

Kualitas -.070 .066 -.110 -1.065 .290

Pelayanan -.070 .043 -.169 -1.644 .104

Psikologis -.004 .059 -.006 -.062 .951

a. Dependent Variable: absut

Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 1.858 1.792 1.037 .303

Harga .195 .054 .327 3.629 .000 .990 1.010

Kualitas .242 .116 .192 2.076 .041 .944 1.059

Pelayanan .161 .076 .196 2.120 .037 .942 1.062

Psikologis .212 .104 .184 2.041 .044 .995 1.005


(4)

Analisis Deskriptif Variabel Menggunakan SPSS 20

Harga (X

1

)

a1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Setuju 16 16.3 16.3 16.3

Setuju 46 46.9 46.9 63.3

Sangat Setuju 36 36.7 36.7 100.0

Total 98 100.0 100.0

a2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Setuju 19 19.4 19.4 19.4

Setuju 37 37.8 37.8 57.1

Sangat Setuju 42 42.9 42.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

a3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Setuju 23 23.5 23.5 23.5

Setuju 48 49.0 49.0 72.4

Sangat Setuju 27 27.6 27.6 100.0

Total 98 100.0 100.0

Kualitas (X

2

)

b1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 56 57.1 57.1 57.1

Sangat Setuju 42 42.9 42.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

b2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 65 66.3 66.3 66.3

Sangat Setuju 33 33.7 33.7 100.0

Total 98 100.0 100.0

b3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 51 52.0 52.0 52.0

Sangat Setuju 47 48.0 48.0 100.0


(5)

Pelayanan (X

3

)

c1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 58 59.2 59.2 59.2

Sangat Setuju 40 40.8 40.8 100.0

Total 98 100.0 100.0

c2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Setuju 19 19.4 19.4 19.4

Setuju 45 45.9 45.9 65.3

Sangat Setuju 34 34.7 34.7 100.0

Total 98 100.0 100.0

c3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Setuju 16 16.3 16.3 16.3

Setuju 50 51.0 51.0 67.3

Sangat Setuju 32 32.7 32.7 100.0

Total 98 100.0 100.0

c4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 53 54.1 54.1 54.1

Sangat Setuju 45 45.9 45.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

Psikologis (X

4

)

d1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Setuju 19 19.4 19.4 19.4

Setuju 56 57.1 57.1 76.5

Sangat Setuju 23 23.5 23.5 100.0

Total 98 100.0 100.0

d2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 42 42.9 42.9 42.9

Sangat Setuju 56 57.1 57.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

d3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 61 62.2 62.2 62.2

Sangat Setuju 37 37.8 37.8 100.0


(6)

Keputusan Pembelian (Y)

e1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Setuju 16 16.3 16.3 16.3

Setuju 35 35.7 35.7 52.0

Sangat Setuju 47 48.0 48.0 100.0

Total 98 100.0 100.0

e2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 43 43.9 43.9 43.9

Sangat Setuju 55 56.1 56.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

e3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 45 45.9 45.9 45.9

Sangat Setuju 53 54.1 54.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

Hasil Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables Removed

Method

1

Psikologis, Kualitas, Harga, Pelayananb

. Enter a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .501a .251 .218 .99901

a. Predictors: (Constant), Psikologis, Kualitas, Harga, Pelayanan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 31.032 4 7.758 7.773 .000b

Residual 92.815 93 .998

Total 123.847 97

a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

b. Predictors: (Constant), Psikologis, Kualitas, Harga, Pelayanan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.858 1.792 1.037 .303

Harga .195 .054 .327 3.629 .000

Kualitas .242 .116 .192 2.076 .041

Pelayanan .161 .076 .196 2.120 .037

Psikologis .212 .104 .184 2.041 .044


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung Di Medan

17 132 126

ANALISIS PENGARUH HARGA, PELAYANAN, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN Analisis Pengaruh Harga, Pelayanan, Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Alat Elektronik Pada Toko Ardha Elektronik.

0 1 27

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kalimilk TKP 3.

0 1 15

PENGARUH KUALITAS, HARGA, LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK Pengaruh Kualitas, Harga, Lokasi Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Produk Distro (Distributor Outlet)Rown Division Di Solo.

0 2 13

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Rown Division Kota Surakarta.

0 3 16

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Rown Division Kota Surakarta.

0 2 15

II. Petunjuk Pengisian - Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Pelayanan Dan Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Pada Outlet Teh Es Poci (Kuliner) Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga 2.1.1 Pengertian Harga - Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Pelayanan Dan Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Pada Outlet Teh Es Poci (Kuliner) Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Pelayanan Dan Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Pada Outlet Teh Es Poci (Kuliner) Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau

0 1 7

SKRIPSI PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, PELAYANAN DAN PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA OUTLET TEH ES POCI (KULINER) DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

0 1 10