Aspek Teknis Operasional Aspek Peran Serta Masyarakat

54 jawab seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan peran serta masyarakat, diperlukan upaya yang dapat membangkit kan motivasi, kemampuan, kesempatan, dan menggali serta mengembangkan sumber yang ada pada masyarakat. Dengan demikian, diharapkan masyarakat bersedia berpartisipasi dalam penanggulangan sampah secara berkesinambungan. Menurut Sri Bebassari 2005, bentuk peran serta masyarakat berdasarkan karakteristik, kemampuan, kesempatan dan kondisi yang ada di masyarakat dapat dikelompokkan: 1. Peran serta pasif a. Sadar akan kebersihan terhadap lingkungan Peran serta ini dalam bentuk tidak membuang sampah sembarangan dan menempatkan sampah pada tempat yang tertutup dan lain-lain. b. Sadar akan kewajiban membayar retribusi Masyarakat menyadari bahwa pengelolaan persampahan memerlukan biaya yang besar dan diantaranya dibebankan pada masyarakat 2. Peran serta aktif a. Pengumpulan sampah pada pola komunal merupakan tindakan nyata dalam membentuk pekerjaan institusi pengelola kebersihan b. Kontrol sosial, dengan saling mengingatkan antara anggota masyarakat scperti menegur rekan yang membuang puntung rokok di sembarang tempat c. Gotong-royong dalam hal kebersihan dan turut serta menyediakan sarana kebersihan DPU Cipta Karya, 1983. 55 Permasalahan umum yang sering terjadi dalam pelaksanaan peran serta masyarakat yaitu apakah masyarakat memang ingin terlibat dan kemudian masyarakat mengetahui apa yang menjadi keinginan mereka. Hambatan lain muncul dari kondisi dan karakteristik masyarakat itu sendiri, misalnya tingkat perekonomian, tingkat pendidikan, dan unsur kepercayaan . Hambatan dari luar terutama terjadi karena belum adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Kondisi ini dapat terjadi karena pemerintah cenderung untuk memaksakan kebijakan kepada masyarakat, sedangkan di pihak masvarakat sering dicurigai sebagai penghambat pengelolaan sampah khususnya atau pembangunan umumnya Wibisana, 1989. Sedangkan menurut Jorge dalam Syafrudin 2004. hambatan untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan membayar masyarakat Masyarakat dengan tingkat pendapatan relatif kecil akan lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan fisik dasar terlebih dahulu. sebelum mereka memutuskan untuk ikut berpartisipasi sehingga akan mengakibatkan penurunan kemampuan membayar retribusi. Oleh karena itu perlu diterapkan konsep subsidi silang misalnya dengan menerapkan barang siapa yang membuang sampah banyak akan membayar retribusi sebanding dengan jumlah sampahnya. 2. Pola kehidupan masyarakat Dalam suatu komunitas masyarakat, ada kelompok maupun 56 individu masyarakat yang tidak mau berpartisipasi. Persoalannya adalah sifat heterogenitas suatu masyarakat, yang berwujud pada perbedaan ras, etnik, agama maupun politis. Berbagai tipe masyarakat ini menimbulkan persaingan dan prasangka yang pada akhirnya akan mempengaruhi semangat untuk bekerja sama. Pola masyarakat perlu ditumbuhkan untuk mengerti akan pentingnya lingkungan, misalnya budaya bersih untuk hidup sehat dan layak. Bila perlu dihidupkan budaya untuk berusaha mengurangi volume timbulan sampahnya. 3. Birokrasi pengaduan pelayanan Faktor birokrasi ditengarai sebagai salah satu penghambat partisipasi. Kebijakan dari Pemerintah Kota sering berbeda arah apabila telah sampai di masyarakat yang disebabkan oleh terlalu panjang dan rumitnya mata rantai birokrasi pada tingkatan Pemerintah Kota. Birokrasi sering melampaui standar, terpaku pada prosedur formal dan kompleks. Misalnya bagaimana masyarakat bisa dengan mudah mengajukan permohonan terhadap pengurangan besarnya tarif retribusi jika memang masyarakat tersebut membuang sampah tidak cukup besar, apakah melalui kelurahan atau lainnya dengan mekanisme yang jelas dan cepat. Termasuk aduan terhadap layanan yang tidak benar baik di tingkat kelurahan maupun tingkat Pemerintah Kota karena bagaimanapun pengelolaan sampah merupakan pelayanan publik. 57

C. Aspek lnstitusi

Organisasi dan manajemen pengelolaan sampah merupakan faktor untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dari sistem pengelolaan sampah. Organisasi dan manajemen juga mempunyai peranan penting dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi, pola organisasi, personalia, serta manajemen perencanaan, pelaksanaan, pengendalian. Menurut Tjahjo 2001, institusi dalam sistem pengelolaan persampahan memegang peranan penting, meliputi status, struktur organisasi, fungsi tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi baik vertikal maupun horisontal dari badan pengelola.

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah perangkat organisasi yang diperlukan untuk sistem pengelolaan sampah, dimana semakin luas dan kompleksnya sistem maka semakin membutuhkan perangkat tersebut. Apabila sistem masih berwujud sederhana maka organisasi kadang tidak perlu diperlukan. Dalam proses penyusunan Struktur organisasi ada dua aspek yang perlu diperhatikan yakni departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Sedangkan pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan 58 sekumpulan kegiatan yang terbatas. Dalam Struktur organisasi pengelola harus dapat digambarkan aktivitas utama dalam sistem pengelolaan yang dikehendaki, pola kerja yang jelas dan mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atau pengawasan terutama untuk dinas dan perusahaan daerah tersendiri. Struktur organisasi badan pengelola disusun dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut : a. Badan kerja dan pengelompokkan kerja yang dilaksanakan b. Menciptakan pengendalian internal c. Menciptakan beban kerja yang seimbang d Rentang kendali yang sesuai dengan batas kemampuan, dan e. Pemahaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Tenaga Kerja atau Personalia

Jumlah personil unit pengelola persampahan harus cukup memadai baik kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan tugasnya. Dalam Pengelolaan persampahan masalah kemampuan manajemen dan teknik sangat diperlukan. Jumlah kebutuhan tenaga staf harus memperhatikan struktur organisasi dan beban tugas. Sedangkan jumlah kebutuhan tenaga operasional memperhatikan: a. Pengendalian b. Jumlah Peralatan c. rancangan operasional d. Keperluan tenaga penunjang, dan e. Beban penugasan.