Kehamilan kembar Jaundice FAKTOR – FAKTOR RISIKO

Persalinan yang sulit terutama bila terdapat kelainan letak dan disproporsi sefalopelvik, dapat menyebabkan perdarahan subdural. Wiknjosastro, 2002 Perdarahan subarakhnoid dapat terjadi pada bayi prematur dan bayi cukup bulan. Manifestasi neurologik dapat berupa iritabel dan kejang. Soetomenggolo Ismael, 1999

20. Berat Badan Lahir Rendah BBLR

Bukti–bukti menunjukkan bahwa 5 dari bayi yang lahir dengan berat badan lahir BBL 2500 gram akan berkembang menjadi CP. Bayi yang bertahan hidup yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 33 minggu, berisiko 30 kali lebih besar mengalami CP daripada bayi yang dilahirkan cukup bulan. Semakin muda usia gestasi, semakin rendah BBL, maka semakin tinggi risiko untuk menderita CP. Secara ekstrim bayi dengan BBLR 100 kali lebih berisiko mengalami CP daripada bayi dengan BBL normal. Selain itu, adapula faktor ras dan kebudayaan yang mempengaruhi hubungan antara BBLR terhadap CP. Misalnya, bayi prematur di Amerika Serikat berisiko dua kali menderita CP. Sedangkan bayi kulit hitam meskipun cukup bulan berisiko tiga kali menderita CP. Stanley et al ., 2000

21. Kehamilan kembar

Kehamilan kembar sangat berhubungan dengan pertumbuhan intrauterin yang buruk, kelahiran prematur, cacat bawaan dan komplikasi intrapartum, yang semuanya juga berhubungan dengan CP pada kehamilan tunggal. Namun, faktor–faktor tersebut tidak seluruhnya berperan meningkatkan prevalensi CP. Adapun yang berkaitan erat antara CP dengan problem spesifik kehamilan kembar, adalah kematian intrauterine salah satu janin. Suatu studi yang dilakukan di Jepang yang dipublikasikan tahun 1995, meneliti tentang perbandingan CP rate pada anak kembar dua, kembar tiga dan kembar empat. Hasilnya didapatkan CP rate pada kelahiran tunggal 2,5; pada kembar dua 9; pada kembar tiga 31 dan pada kembar empat 111 per 1000 kelahiran. Dalam studi yang lain menunjukkan CP 2,7 kali lebih besar pada kembar dua dengan BBL 2500 gram daripada pada kelahiran tunggal, dengan korelasi yang kuat, dan hal ini menyebabkan bertambahnya sumber multi kausal yang memicu terjadinya CP. Belum ada masalah–masalah tambahan yang secara spesifik mempersulit kehamilan kembar, contohnya apakah kelahiran berikutnya setelah kelahiran kembar menjadi lebih rentan terkena CP atau tidak. Namun perlu digarisbawahi bahwa kehamilan kembar lebih rentan terhadap risiko mengalami pemendekan waktu gestasi lahir prematur dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Selain itu, terdapat beberapa komplikasi selama proses melahirkan yang khusus pada kehamilan kembar, dapat menimbulkan manifestasi fetal distress dan kemungkinan kerusakan otak. Walaupun tampaknya CP jauh lebih banyak terjadi pada kehamilan kembar, namun masih belum ditemukan bukti bahwa keparahan yang ditimbulkan lebih ekstrem daripada pada kehamilan tunggal. Stanley et al ., 2000

22. Jaundice

Pigmen empedu adalah komponen yang secara normal ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam aliran darah, yang diproduksi ketika sel–sel darah dihancurkan. Ketika banyak darah yang dihancurkan dalam waktu yang pendek, seperti pada kondisi yang disebut inkompatibilitas Rh, pigmen yang berwarna kuning dapat berkembang dan menyebabkan jaundice. Jaundice yang parah dan tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan sel–sel otak. Beberapa bentuk CP tampak menurun secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Jaundice berat yang disebabkan oleh erythtoblastosis fetalis , yang merupakan hasil dari inkompatibilitas Rh darah ibu dengan bayinya, menyebabkan terjadinya kerusakan otak dan CP, terutama tipe athetoid. Hal ini terjadi karena sistem imun ibu menyerang sel–sel darah janin dan merusak kemampuannya mengolah bilirubin yang menyebabkan kerusakan hati dan otak. Kulit dan mata berwarna kuning pucat terjadi karena ambient bilirubin yang larut dalam lapisan lemak di bawah kulit, malah diproses oleh hati yang diekskresikan melalui empedu. Transfusi dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi janin, atau dapat pula menyusun transfusi dalam skala besar setelah proses kelahiran. Selanjutnya, suatu serum Rh immune globulin dapat diberikan kepada ibu 72 jam setelah melahirkan yang digunakan untuk menghambat produksi antibodi yang tidak diinginkan yang akan mengganggu janin berikutnya. Stanley et al ., 2000

23. Asfiksia Neonatorum