Kajian Teoritik .1 Peringkat Analisa

2.3.1 Teori Two Level Game

Di dalam analisa sebuah kasus yang menggunakan teori two level game, sangat penting bagi penulis untuk melakukan pengukuran Win-Setss. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat sebesar apa overlapping yang terjadi selama negosiasi berlangsung di level 1. Dengan mengetahui hal tersebut, penulis dapat menganalisa alasan penolakan Indonesia untuk meratifikasi perjanjian ekstradisi yang dirumuskan bersama Singapura. Dalam penelitian ini, penulis akan mengukur ukuran Win-Sets Indonesia dan Win-Sets Singapura. Win-Sets sebuah negara diukur oleh tiga variabel Di dalam analisa sebuah kasus yang menggunakan teori two level game, sangat penting bagi penulis untuk melakukan pengukuran Win-Setss. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat sebesar apa overlapping yang terjadi selama negosiasi berlangsung di level 1. Dengan mengetahui hal tersebut, penulis dapat menganalisa alasan penolakan Indonesia untuk meratifikasi perjanjian ekstradisi yang dirumuskan bersama Singapura. Dalam penelitian ini, penulis akan mengukur ukuran Win-Sets Indonesia dan Win-Sets Singapura. Win-Sets sebuah negara diukur oleh tiga variabel

2.3.2 Ukuran Win-Sets Singapura

a. Level II Preference and Coalition

Di sini, penulis akan membagi ukuran Win-Sets Singapura melalui dua indikator yaitu preferensi perpolitikan Singapura saat terjadi proses pembuatan perjanjian ekstradisi dengan Indonesia dan resiko kerugian yang akan dialami oleh Singapura jika tidak menyepakati perjanjian ekstradisi tersebut.

Pihak-pihak dalam negeri Singapura yang dapat dijadikan koalisi oleh politikus dalam negerinya adalah The Corrupt Practice Investigation Bureau (CPIB) 82

dan Kepolisian Singapura. 83 Singapura juga merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang besar. Hal tersebut dicapai Singapura dengan melakukan

banyak perdagangan internasional. Hal tersebut juga didukung oleh letak strategis Singapura yang menjadikannya salah satu pelabuhan perdagangan yang aktif. Dilihat

82 Corrupt Practices Investigation Bureau. (n.d.). Introduction . Diakses pada 12 12, 2014, dari www.cpib.gov.sg: https://www.cpib.gov.sg/about-us/introduction

83 Kristanto, T. A. (2009, 06 18). Kunci Keberhasilan KPK Hanya Kemauan Politik dari Pemerintah. Diakses pada 12 12, 2014, dari Infokorupsi.com:

http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=3403&l=kunci-keberhasilan-kpk-hanya-kemauan-politik- dari-pemerintah http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=3403&l=kunci-keberhasilan-kpk-hanya-kemauan-politik- dari-pemerintah

Cost of no agreement Singapura terhadap perjanjian ekstradisi adalah kecil. Hal tersebut dikarenakan koruptor Indonesia yang melarikan diri ke Singapura malah membawa keuntungan bagi negara singa tersebut. Mereka menetap dan bahkan berganti kewarganegaraan di Singapura. Singapura juga tidak memiliki urgensi terhadap perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Selain itu, kehadiran buronan tersebut juga membantu memutar perekonomian di Singapura dengan aset-aset yang mereka bawa. Satu-satunya keuntungan yang diraih oleh Singapura dengan menjalin perjanjian ekstradisi dengan Indonesia adalah untuk mendukung upaya image

building 85 Singapura sebagai negara yang rendah tingkat korupsinya. Hal tersebut digunakan pemerintah Singapura untuk menarik investor. Namun, hal tersebut tidak

begitu berpengaruh karena tanpa perjanjian ekstradisi dengan Indonesai pun, Singapura sudah menjadi negara percontohan untuk gerakan anti korupsi dan

destinasi favorit bagi para investor asing. 86 Negara dengan Cost of no agreement yang kecil cenderung memiliki win-sets yang kecil pula karena tidak memiliki urgensi

yang berarti terhadap perjanjian tersebut.

84 Nationals Encyclopedia. (n.d.). Singapore - International trade. Diakses Pada 1 12, 2015, dari Encyclopedia of the Nations: http://www.nationsencyclopedia.com/economies/Asia-and-the-

Pacific/Singapore-INTERNATIONAL-TRADE.html

85 Heru. (2007, 08 21). RI-Singapura Masih Berpeluang Bahas Ulang DCA. Diakses pada 12 13, 2014, dari Antaranews: http://www.antaranews.com/berita/78109/ri-singapura-masih-berpeluang-bahas-

ulang-dca 86 CFO Innovation Asia. (2014, 03 05). ASEAN FINALLY SURPASSES CHINA IN FOREIGN DIRECT

INVESTMENT. Diakses pada 12 12, 2014, dari http://www.cfoinnovation.com/: http://www.cfoinnovation.com/story/7951/asean-finally-surpasses-china-foreign-direct-investment

Di sisi lain, Singapura memiliki kepentingan yang mendesak berupa efisiensi latihan militer. Saat ini, Singapura tidak memiliki lahan untuk melakukan latihan militernya karena ketiadaan lahan. Oleh karena itu, Singapura melaksanakan latihan militernya di tempat yang terbilang cukup jauh dan jelas memakan biaya transportasi dan perawatan yang besar. Tempat latihan militer Singapura antara lain seperti di Pangkalan Cazaux di Perancis, Pangkalan Pearce dan Pangkalan Oakey di Australia, dan Pangkalan Luke, Pangkalan Grand Prairie, Pangkalan Silverbell di Amerika

Serikat. 87 Sebelumnya Singapura pernah memiliki perjanjian pertahanan yang menggunakan kawasan Indonesia sebagai tempat latihan militer bersama namun kerja

sama tersebut diputus oleh Indonesia karena Singapura dianggap mengancam kedaulatan Indonesia dengan mengundang pihak ketiga dalam latihan militer. Perjanjian pertahanan ini merupakan keinginan pemerintah singapura (Kementrian

Pertahanan) untuk menjalin kerja sama dalam bidang pertahanan 88 dan menginginkannya untuk diratifikasi secara tandem. 89 Dalam hal ini cost-of no

agreement Singapura terhadap perjanjian pertahanan adalah besar yang kemudian memperbesar Win-sets Singapura jika hal tersebut dapat disepakati oleh negosiator Indonesia.

b. Level II Political Institution

87 Winangun, A. (2011, 06 09). Perjanjian Ekstradisi. Diakses Pada 01 15, 2015, dari Harian Aceh: http://www.harianaceh.co/read/2011/06/09/10146/perjanjian-ekstradisi

88 Ibid

89 Hidayat, S. (2011). Dinamika Politik Di Dpr Dalam Proses Ratifikasi Perjanjian Batas Wilayah Laut Ri- Singapura Di Bagian Barat Tahun 2009. 96-108.

Di bagian ini, penulis akan mengukur Win-Sets Singapura dengan melihat institusi politik dalam negrinya. Penulis akan melihat dari metode voting yang dilakukan oleh badan legislatif Singapura dalam meratifikasi perjanjian internasional dan pembagian kekuasaan di Singapura.

Dalam melakukan pemungutan suara, Singapura menganut sistem yang sama dengan yang dianut oleh Indonesia. Singapura menggunakan sistem mayoritas

sederhana atau yang biasa disebut dengan 50%+1. 90 Hal tersebut lebih memudahkan untuk tercapainya ratifikasi perjanjian Internasional di mana Win-Sets Singapura

dalam hal ini adalah besar. Di sisi lain, Singapura merupakan negara demokrasi yang tidak memiliki sentralisasi kekuatan. Hal ini justru mempersulit kemungkinan

tercapainya ratifikasi. 91 Dalam hal ini, Win-Sets Singapura adalah kecil. Tuntutan konstituen domestik Singapura dapat dikatakan heterogen karena selain mengurusi

permasalah ekstradisi dengan Indonesia, konstituen domestik Singapura juga meminta perjanjian pertahanan untuk dijadikan satu paket dengan perjanjian ekstradisi.

c. Neg otiator’s Strategy Di dalam proses negosiasi dengan Indonesia, Singapura diwakili langsung

oleh Jeffrey Chan Wah Teck sebagai Chief Negotiator. 92 Beliau merupakan wakil

90 1995 Constitution. Legislature: Pt. VI, Arts. 56-57 91 Singapore Elections Department. (n.d.). Parliamentary Elections. Diakses pada 02 05, 2015, dari

Singapore Elections Department: http://www.eld.gov.sg/elections_parliamentary.html

92 Khalik, A. (2007, 4 24). Singapore, RI agree to Sign Treaties. Diakses Pada 8 8, 2014, dari The Jakarta Post: http://www.thejakartapost.com/news/2007/04/24/singapore-ri-agree-sign-treaties.html 92 Khalik, A. (2007, 4 24). Singapore, RI agree to Sign Treaties. Diakses Pada 8 8, 2014, dari The Jakarta Post: http://www.thejakartapost.com/news/2007/04/24/singapore-ri-agree-sign-treaties.html

berarti Win-Setsnya cenderung kecil. Oleh karena itu posisi tawar menawar negosiator Singapura adalah besar. Negosiator Singapura kemudian bermanuver dengan mengatakan bahwa konstituen domestiknya tidak akan melakukan ratifikasi jika tidak disertai dengan perjanjian pertahanan yang lebih dibutuhkan oleh Singapura. Negosiator Singapura tahu bahwa cost of no agreement Indonesia akan perjanjian ekstradisi adalah besar sehingga kemungkinan besar mereka akan menyetujui syarat tersebut. Dalam hal ini, Win-Sets Singapura adalah besar.

Tabel 3 : Operasionalisasi Win-Sets Singapura

Operasionalisasi Win-Sets

Variabel

Indikator

Distribusi kekuasaan, - Politik Singapura cenderung Internasionalis Singapura

preferensi dan koalisi

(Win-Sets Besar)

(Level 1) - Image Building sebagai negara anti-korupsi

(Win-Sets Besar) - Efisiensi latihan militer (Win-sets Besar) - Singapore Extradition Act (Win-sets Besar) - Low Cost of No Agreement (Win-Sets Kecil)

Institusi (Level II) - Mekanisme Voting Parlemen Singapura adalah 50% + 1 (Win-Sets Besar) - Desentralisasi (Win-Sets Kecil) - Tidak banyak Tuntutan Konstituen Domestik

terhadap Perjanjian Ekstradisi namun Ada Tuntutan tentang Masalah Pertahanan (Win- sets Kecil)

Strategi Negosiator (Level I) - Posisi Tawar Menawar Singapura Besar (Win-

sets Kecil) - Perjanjian pertahanan sebagai syarat terbentuknya perjanjian ekstradisi

93 LEGAL SERVICE COMMISSION, S. (2011). The Attorney- General’s Chambers. Diakses Pada 8 8, 2014,

dari http://app.lsc.gov.sg/data/AR/2011/html/6-attorney-general-chambers.html

2.3.3 Ukuran Win-Sets Indonesia

a. Level II Preference and Coalition

Di sini, penulis akan membagi ukuran Win-Sets Indonesia melalui dua indikator yaitu preferensi perpolitikan Indonesia saat terjadi proses pembuatan perjanjian ekstradisi dengan Singapura dan resiko kerugian yang akan dialami oleh Indonesia jika tidak menyepakati perjanjian ekstradisi tersebut.

Seperti yang sudah dipaparkan di latar belakang, tujuan utama Indonesia membentuk perjanjian ekstradisi dengan Singapura adalah untuk menangkap buronan khususnya koruptor yang kabur ke negri singa tersebut supaya dapat diadili dan dijatuhkan hukuman di dalam negeri dan membawa kembali aset-aset serta bukti yang dibutuhkan Indonesia. Selain itu, perjanjian ekstradisi tersebut dapat mencegah para buronan lainnya yang ingin melarikan diri ke Singapura di masa yang akan datang. Hal ini merupakan langkah strategis yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam memerangi kejahatan transnasional mengingat Indonesia dan Singapura merupakan dua negara yang saling berdekatan berdasarkan letak geografis. Mayoritas dari buronan yang diincar aparat keamanan Indonesia di Singapura adalah para

94 95 tersangka kasus korupsi dan pencucian uang. POLRI 96 , KPK , ICW , dan Kejaksaan

94 Subagja, I. (2004, 04 27). Polri Minta Singapura Kooperatif Setelah Ekstradisi Diteken. Diakses Pada 01 15, 2015, dari Detik News: http://news.detik.com/read/2007/04/27/145729/773543/10/polri-

minta-singapura-kooperatif-setelah-ekstradisi-diteken?nd771104bcj

Agung 97 merupakan pihak-pihak domestik Indonesia yang sangat berharap terciptanya perjanjian ekstradisi dengan Singapura. Indonesia merupakan negara yang

cenderung bersikap internasionalis karena politik luar negrinya adalah Politik Luar Negri Bebas-Aktif. Negara dengan preferensi internasionalis cenderung memiliki

win-sets 98 yang besar. Preferensi erat kaitannya dengan cost of no agreement. Urgensi Indonesia terhadap perjanjian ekstradisi sangat besar karena berkaitan dengan

kerugian negara yang disebabkan oleh ketiadaan perjanjian ekstradisi dan buronan yang kabur ke Singapura. Oleh karena itu cost of no agreement terhadap perjanjian ekstradisi dengan Singapura adalah besar. Negara dengan cost of no agreement yang besar cenderung memiliki win-sets yang besar sehingga win-sets Indonesia dalam hal ini adalah besar.

b. Level II Political Institution

Di bagian ini, penulis akan mengukur Win-Sets Indonesia dengan melihat institusi politik dalam negrinya. Penulis akan melihat dari metode voting yang dilakukan oleh badan legislatif Indonesia dalam meratifikasi perjanjian internasional dan pembagian kekuasaan di Indonesia.

95 Humas KPK. (2012, 09 10). Kerja Sama Internasional Cegah Koruptor Lari dan Hilangnya Aset. Diakses Pada 1 15, 2015, dari Komisi Pemberantasan Korupsi: http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-

kpk-kegiatan/249-kerja-sama-internasional-cegah-koruptor-lari-dan-hilangnya-aset

96 Maryadi. (2007, 04 24). ICW: Ekstradisi RI-Singapura Harus Sebut Kasus Korupsi. Diakses Pada 01

15, 2015, dari Detik News: http://news.detik.com/read/2007/04/24/155812/772009/10/icw- ekstradisi-ri-singapura-harus-sebut-kasus-korupsi?nd771104bcj

97 Hertanto, L. (2007, 04 24). Kejagung Incar Koruptor Orba. Diakses Pada 01 15, 2015, dari Detik News: http://news.detik.com/read/2007/04/24/144412/771949/10/kejagung-incar-koruptor-

orba?nd771104bcj 98 Farhan, M. (n.d.). Politik Luar Negeri Indonesia Bebas dan Aktif. Diakses pada: 1 4, 2015, dari

Tuliskan.com: http://www.tuliskan.com/2013/01/politik-luar-negri-indonesia-bebas-dan.html

Di dalam melakukan pemungutan suara atau voting, Indonesia menggunakan sistem mayoritas sederhana yaitu 50% + 1 suara dari keseluruhan voting akan dijadikan keputusan mutlak. Hal ini jelas akan mempermudah kemungkinan tercapainya ratifikasi dibandingkan dengan sistem pemungutan suara yang

mengharuskan 2/3 dari total suara yang ada. 99 Dalam hal ini Win-Sets Indonesia adalah besar karena lebih mudah untuk mencapai ratifikasi.

Indonesia juga merupakan negara yang menganut sistem desentralisasi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sistem multi partai, trias politica 100 dan otonomi

daerah 101 di Indonesia. Desentralisasi pada dasarnya memperkecil win-sets sebuah negara karena proses pengambilan keputusan harus dilakukan melalui mekanisme

forum yang melibatkan banyak pihak yang memiliki suara yang dapat menentukan arah keputusan. Selain itu, tuntutan dari konstituen domestik Indonesia terhadap Singapura dapat dikatakan homogen karena hanya berpusat pada perjanjian ekstradisi khususnya untuk pemulangan koruptor dan asetnya.

c. Negotiator’s Strategy Kapabilitas seorang negosiator di dalam meja perundingan juga sangat

mempengaruhi ukuran Win-Sets negaranya. Seorang negosiator harus mampu untuk

99 Hukum Online. (2009, 7 10). Dari Partai Pemenang Pemilu Pilih Sistem Proporsional untuk Tentukan Pimpinan DPR: http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol22552/partai-pemenang-pemilu-pilih-

sistem-proporsional-untuk-tentukan-pimpinan-dpr. Diakses pada 6 14, 2014 100 Ananda, R. (2014, 06 12). Anomali Trias Politika Indonesia. Diakses pada 12 12, 2014, dari Batam

Today: http://www.batamtoday.com/berita44028-Anomali-Trias-Politika-Indonesia.html 101 Direktorat Jendral Otonomi Daerahi. (n.d.). Kebijakan Desentralisasi Dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Diakses pada 12 12, 2014, dari Kementrian Dalam Negeri: http://otda.kemendagri.go.id/index.php/component/content/article/479-kebijakan-desentralisasi- dalam-penyelenggaraan-pemerintahan-daerah-di-indonesia Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Diakses pada 12 12, 2014, dari Kementrian Dalam Negeri: http://otda.kemendagri.go.id/index.php/component/content/article/479-kebijakan-desentralisasi- dalam-penyelenggaraan-pemerintahan-daerah-di-indonesia

menjadi kepala negosiator di banyak pertemuan Internasioal Indonesia. 102

Di dalam proses negosiasi perjanjian ekstradisi, Singapura mengajukan syarat berupa pembentukan perjanjian pertahanan dengan Indonesia. Dalam hal ini, Win- Sets Singapura adalah kecil karena konstituen domestiknya tidak akan menyetujui perjanjian ekstradisi jika tidak dibarengi dengan perjanjian pertahanan. Oleh karena itu, Indonesia yang sejak awal sangat membutuhkan perjanjian ekstradisi dengan Singapura melakukan strategi asas niat baik dengan menyetujui perjanjian pertahanan dengan Singapura. Dalam hal ini, Win-Sets Indonesia adalah kecil karena menyetujui sebuah perjanjian yang tidak dibutuhkan dan belum ada urgensinya.

102 Diplomasi, T. (2008, 12). Profil Arief Havas Oegroseno Terdorong Menjadi Diplomat Karena Diplomasi RI Lemah. Diakses Pada 8 8, 2014, dari Tabloid Diplomasi:

http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/43-desember-2008/265-profil-arief-havas- oegroseno-terdorong-menjadi-diplomat-karena-diplomasi-ri-lemah.html

Tabel 4: Operasionalisasi Win-sets Indonesia (domestik)

Operasionaliasi Win-Sets

Variabel

Indikator

Preferensi dan Koalisi - Politik Indonesia cenderung Internasionalis Indonesia

(Level 1)

(Win-Sets Besar) - Kasus-kasus koruptor yang melarikan diri ke Singapura (Win-Sets Besar) - High Cost of No Agreement ( Win-Sets Besar) - Menjaga stabilitas regional dengan

membentuk kembali perjanjian pertahanan dengan Singapura (Win-sets kecil)

Institusi - Mekanisme Voting DPR RI adalah 50% + 1 (Level 2)

(Win-Sets Besar) - Desentralisasi ( Win-Sets Kecil) - Konstituen Domestik Hanya Menuntut

Pemulangan Koruptor dari Singapura Beserta Asetnya (Win-sets Besar)

Strategi Negosiator - Posisi Tawar Menawar Indonesia Kecil (Win- (Level 1)

sets Besar) - Negosiator Indonesia sepakat dengan syarat dari Negosiator Singapura untuk mengikutsertakan perjanjian pertahanan dengan perjanjian ekstradisi dalam satu paket supaya Singapura setuju dengan perjanjian ekstradisi (Side Payment).

- Di dalam perjanjian pertahanan Negosiator Indonesia mengajukan syarat kepada Singapura jika ingin mengundang pihak ketiga di dalam latihan militer harus berdasarakan ijin dari pihak Indonesia (Side Payment)

2.4 Alur Pemikiran Hipotesa

Level 1 Kepala

Win-Sets Singapura

Pemerintahan/Neg

osiator

Perjanjian

Strategi Negosiator