Proses Ratifikasi Perjanjian Ekstradisi dan Perjanjian Pertahanan oleh Komisi I DPR RI

4.3 Proses Ratifikasi Perjanjian Ekstradisi dan Perjanjian Pertahanan oleh Komisi I DPR RI

Perjanjian Ekstradisi yang telah ditandatangani di Istana Tampak Siring Bali pada tahun 2007 silam tidak semata-mata dapat berlaku secara efektif hanya dengan ditandatangani oleh kedua perwakilan negara, tetapi harus dibawa ke rana domestik masing-masing untuk memasuki proses ratifikasi. Untuk Indonesia, ratifikasi akan dilakukan oleh DPR dalam bentuk undang-undang. Hal tersebut dikarenakan perjanjian ekstradisi antar Indonesia dan Singapura mengandung dan membahas tentang permasalahan politik, hukum, dan keamanan negara. Hal tersebut sesuai dengan isi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional Bab III tentang Pengesahan Perjanjian Internasional pasal

Mekanisme rapat di DPR diatur dalam Tata Tertip DPR Bab XVI tentang Tata Cara Pelaksanaan Persidangan dan Rapat. 151 Dalam hal perjanjian ekstradisi dan

pertahanan yang dibuat dengan Singapura, proses ratifikasi akan dimulai oleh Komisi

I DPR RI yang berwewenang untuk mengurus segala masalah pertahanan, intelijen, luar negri, komunikasi dan informatika melalui rapat kerja. 152 Rapat kerja

sebagaimana yang tertulis di dalam Tata Tertip DPR Bab XVI Pasal 237 merupakan rapat yang dilakukan antara komisi, gabungan komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran, panitia khusus dengan Pemerintah (Presiden/ Mentri/Mentri

150 Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 151 Tata Tertip DPR Bab XVI. Diakses pada 12 2, 2014, dari : http://www.dpr.go.id/id/tentang-

dpr/tata-tertib/bab-16 152 Komisi I. (n.d.). Diakses pada 2 2014, 12, dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia:

http://www.dpr.go.id/id/Komisi/Komisi-I

Koordinator/Pimpinan Lembaga setingkat Mentri). Rapat tersebut dipimpin oleh pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Badan Legislasi, pimpinan

Badan Anggaran, atau pimpinan panitia khusus. 153 Dalam hal perjanjian ekstradisi dengan Singapura, pihak komisi I akan melakukan rapat kerja dengan Kementrian

Pertahanan dan Kementrian Luar Negri.

Perjanjian ekstradisi dan perjanjian pertahanan antara Indonesia dan Singapura merupakan sebuah fenomena yang tidak biasa karena proses ratifikasinya wajib dilakukan di dalam satu paket sehingga membutuhkan dua rapat kerja yang membahas tentang perjanjian tersebut secara terpisah karena berbeda substansi. Berdasarkan Tata Tertib DPR Bab XVI tentang Tata Cara Pelaksanaan Persidangan dan Rapat Pasal 245, rapat dapat dimulai apabila pimpinan rapat dan lebih dari setengah jumlah anggota rapat yang terdiri dari separuh unsur fraksi telah dating. Jika hal tersebut tidak tercapai, maka rapat akan ditunda selama 30 menit. Jika setelah 30

menit kuota forum tidak tercapai, maka rapat akan dimulai. 154

Dalam hal perjanjian ekstradisi dan pertahanan dengan Singapura, yang pertama kali memasuki rapat kerja dengan Komisi I DPR RI adalah perjanjian pertahanan. Rapat tersebut dilaksanakan pada senin 28 Mei 2007 pukul 09:00 WIB yang diketuai oleh ketua Komisi I DPR RI Drs. Theo L. Sambuaga. Rapat tersebut dihadiri oleh 48 orang dari total keseluruhan 48 anggota Komisi I DPR RI (mencapai Kuorum). Seluruh anggota Komisi I DPR RI terdiri dari 10 fraksi partai yaitu:

153 Laporan Singkat Rapat Kerja Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkopolhukam 154 Tata Tertib DPR Bab XVI tentang Tata Cara Pelaksanaan Persidangan dan Rapat Pasal 245

Tabel 5: Fraksi Partai dan Jumlah Kursi Komisi I DPR RI 2004

1 Partai Golkar

Sumber: DPR RI

. Dari pihak pemerintah diwakili oleh Menteri Pertahanan RI, Prof. DR. Juwono Sudarsono, MA dan Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto, S.IP

beserta jajarannya. 155 Agenda rapat kerja tersebut adalah untuk membahas tentang perjanjian Defense Cooperation Agreement yang menjadi satu paket dengan

perjanjian ekstradisi dengan Singapura. Di dalam rapat tersebut dibahas apakah perjanjian pertahanan tersebut dapat menguntungkan Indonesia atau bahkan sebaliknya. Sebelumnya, Menteri Pertahanan RI, Prof. DR. Juwono Sudarsono, MA mengatakan bahwa perjanjian pertahanan tersebut dapat berguna bagi Indonesia karena dapat mengakses peralatan tempur Singapura yang terbilang lebih maju 30

155 Laporan Singkat Rapat Kerja Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkopolhukam 155 Laporan Singkat Rapat Kerja Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkopolhukam

Perdana Mentri Singapura Lee Hsien Loong juga menambahkan bahwa perjanjian tersebut dapat berguna bagi kedua Negara sebagai sara latihan agar siap dan sigap dalam mengatasi berbagai macam bencana alam dan menangkal ancaman yang

berbahaya. 157

Setelah melewati perdebatan yang cukup ketat, keputusan yang dihasilkan oleh Komisi I DPR RI adalah tidak untuk meratifikasi perjanjian Ekstradisi dan Pertahanan dengan Singapura namun melalui voting tercapai kesepakatan agar Negosiator Indonesia melakukan renegosiasi dengan Singapura terkait perjanjian pertahanan dan perjanjian ekstradisi. Dari total sepuluh fraksi Komisi I DPR RI ada lima partai yang tidak setuju dan menolak perjanjian pertahanan. Kelima partai

tersebut adalah Fraksi PPP 161 , Fraksi PKB , Fraksi PBR , Fraksi BDP dan Fraksi PAN 162 . Total suara partai-partai tersebut di dalam Komisi I DPR RI adalah 15

suara dari total keseluruhan 48 suara yang berarti sekitar 31% dari total suara

156 Sitanggang, H. (2007, 3 4). Perjanjian Pertahanan Indonesia -Singapura, Siapa Diuntungkan? Diakses pada 12 2, 2014, dari Berita Sore: http://beritasore.com/2007/05/04/perjanjian-pertahanan-

indonesia-singapura-siapa-diuntungkan/ 157 Ibid

158 Suara Merdeka. (2007, 06 12). Penolakan Ratifikasi Kerjasama Pertahanan RI-Singapura Meluas. Diakses pada 02 17, 2015, dari Suaramerdeka.com:

http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0706/12/nas28.htm 159 Ibid

160 Taufiq, M. (2007, 06 20). Di Balik Penolakan DCA Singapura- RI. Diakses pada 02 07, 2015, dari Suaramerdeka.com: http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/20/opi04.htm

161 Suara Merdeka. (2007, 06 13). Lima Fraksi Tolak Ratifikasi DCA. Diakses pada 02 07, 2015, dari Suaramerdeka.com: http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/13/nas10.htm

162 Suara Merdeka. (2007, 06 12). Penolakan Ratifikasi Kerjasama Pertahanan RI-Singapura Meluas. Diakses pada 02 17, 2015, dari Suaramerdeka.com:

http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0706/12/nas28.htm http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0706/12/nas28.htm

pihak yang berwenang adalah Pemerintah Indonesia. 163 Anggota Komisi dari Fraksi PAN Abdillah Toha sangat menyayangkan sikap pemerintah yang tidak

memperhatikan mandate dari DPR. Beliau mengatakan bahwa Pemerintah RI merasa selalu mendapat dukungan dari DPR dalam hal perjanjian internasional padahal tidak

selalu seperti itu. 164 Terbukti dari penolakan DPR terhadap perjanjian pertahanan sejak tahun 2006. Drs. Djoko Susilo, MA anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN

juga menegaskan bahwa perjanjian DCA merugikan pihak Indonesia. Ia menyarankan agar perjanjian tersebut dibatalkan jika ingin perjanjian ekstradisi diratifikasi karena

DPR hanya ingin meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan Singapura. 165 Pernyataan Drs. Djoko Susilo, MA tersebut menyiratkan bahwa perjanjian ekstradisi

mengandung overlap win-sets Indonesia yang besar sehingga pihak DPR hanya ingin meratifikasi perjanjian tersebut saja.

Selain opsi penolakan total terhadap perjanjian ekstradisi, ada opsi lain yang menyatakan bahwa pemerintah harus melakukan renegosiasi tentang perjanjian

163 Suara Merdeka. (2007, 06 12). Singapura Bisa Bangun Pangkalan Militer FPPP: Batalkan DCA. Diakses Pada 01 15, 2015, dari Suara Merdeka:

http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/12/nas08.htm 164 Suara Merdeka. (2007, 06 26). Deplu Didesak Batalkan DCA. Diakses Pada 01 16, 2015, dari Suara

Merdeka: http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/26/nas02.htm 165 Ibid Merdeka: http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/26/nas02.htm 165 Ibid

Komisi I DPR RI. Keempat fraksi partai tersebut adalah Fraksi PDI-P 166 , Fraksi

Partai Golkar 169 , Fraksi PKS , dan Fraksi PDS . Suara dari keempat fraksi tersebut adalah 28 suara yang mana mewakili sekitar 58% dari total 48 suara di

Komisi I DPR RI.

Opsi terakhir adalah opsi di mana pemerintah seharusnya meneruskan negosiasi beberapa hal di dalam DCA agar perjanjian tersebut tetap ada dan tidak perlu dibatalkan. Opsi ini hanya didukung oleh partai pemerintah yaitu Fraksi Partai

Demokrat 170 dengan total kepemilikan suara 5 kursi di dalam total 48 suara di Komisi

I DPR RI yang berarti hanya mewakili 10% dari total suara. Dalam hal ini DPR telah melakukan status quo terhadap perjanjian ekstradisi dan pertahanan sampai keduanya

benar-benar sesuai dengan pandangan DPR RI. 171

166 Merdeka. (2007, 09 17). DPR Desak Pemerintah Bahas Ulang DCA Dengan Singapura. Diakses pada 01 07, 2015, dari Merdeka.com: http://www.merdeka.com/politik/internasional/dpr-desak-

Pemerintah-bahas-ulang-dca-dengan-Singapura-1stayyq.html 167 Kompas. (2007, 07 18). Ultimatum Balik Singapura. Diakses pada 01 07, 2015, dari Kompas: