menjadi tombak pelayanan kesehatan di desa tidak tinggal menetap di desa. Keadaaan ini menjadi hambatan ibu
– ibu untuk memeriksakan kehamilannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, dapat dilihat sarana dan
prasarana  Puskesmas  Besitang  sudah  cukup  baik  untuk  menunjang  kegiatan pelayanan antenatal, terdapat mobil puskesmas keliling sebagai transportasi bidan ke
kelurahan dan desa,  serta ketersediaan tenaga kesehatan yang cukup sebagai sumber daya  puskesmas.  Namun  hal  ini  tidak  sejalan  dengan  kenyataan  yang  seharusnya.
Petugas  yang  seharusnya  lebih  aktif  untuk  mendatangi  masyarakat  tidak  dilakukan. Hal  ini  yang  menyebabkan  ibu  sulit  untuk  memeriksakan  kehamilannya  secara
teratur.
5.4. Hubungan  Komponen  Kebutuhan  dengan  Kunjungan  Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal
5.4.1. Ketersediaan Pelayanan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Ketersediaan  sarana  dan  prasarana  dasar  untuk  pemeriksaan  kehamilan, minimal  harus  menyediakan  5  lima  pelayanan  yang  disebut  dengan  5T  pelayanan
dasar antenatal, meliputi timbang berat badan, pemeriksaan tinggi fundus, pemberian tablet  besi  Fe,  pengukuran  tensi  dan  pelayanan  imunisasi  TT.  Jenis  pelayanan  ini
sangat dibutuhkan guna menjaga kesehatan kehamilan ibu dan janin secara baik. Berdasarkan  hasil  observasi,  ketersediaan  sumber  daya  puskesmas  baik
petugas maupun sarana dan prasarana di Puskesmas Besitang tergolong baik. Namun bila  melihat  kenyataan  di  lapangan,  bukan  hanya  dari  faktor  ibu  saja  yang  menjadi
penyebab  kurangnya  pemanfaatan  pelayanan  antenatal,  tetapi  petugas  sendiri
Universitas Sumatera Utara
memiliki  kinerja  dan  motivasi  yang  kurang.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  kegiatan posyandu  ke  desa
– desa masih kurang  dan petugas kurang memberikan pelayanan antenatal  secara  maksimal.  Pemberdayaan  segala  sumber  daya  yang  dimiliki  masih
dapat dikategorikan kurang. Kegiatan  temu  wicara  kepada  ibu  hamil  dan  pemberian  informasi  serta
edukasi oleh petugas sangat diperlukan untuk menunjang pengetahuan ibu. Kegiatan seperti ini masih kurang dilakukan oleh bidan dan petugas kesehatan, terutama pada
kegiatan  posyandu  yang  seharusnya  memasukkan  kegiatan  penyuluhan  di  dalam pemeriksaan kehamilan. Petugas kurang memberikan motivasi kepada ibu utuk tetap
melakukan  pemeriksaan  secara  rutin,  serta  kurangnya  pemberian  informasi pemeriksaan berikutnya.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ketersediaan pelayanan pelayanan 5T tidak memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal p=0,261  0,05.
Pelayanan  antenatal  minimal  secara  lengkap  sudah  tersedia  dengan  baik.  Walaupun demikian,  hal  ini  bukanlah  menjadi  faktor  pendukung  ibu  memeriksakan
kehamilannya.  Ibu  cenderung  memeriksakan  kehamilannya  karena  faktor  kondisi kehamilan, akses ke petugas kesehatan, serta keaktifan petugas untuk mendatangi ibu
hamil.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1.  Pemanfaatan  pelayanan  antenatal  di  Kecamatan  Besitang  Kabupaten  langkat rata-rata  sudah  sesuai  standar  4kali,  namun  masih  banyak  juga  terdapat  ibu
– ibu  yang  tidak  memanfaatkan  pelayanan  dan  memeriksakan  kehamilannya
4kali, dan faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal adalah  umur,  pendidikan,  dan  pengetahuan  ibu  komponen  predisposisi,  serta
keterjangkauan pelayanan komponen pemungkin. 2.  Faktor yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal adalah
paritas ibu komponen predisposisi, pendapatan suami komponen pemungkin, dan ketersediaan pelayanan komponen kebutuhan.
3.  Komponen  predisposisi  yang  terdiri  dari  umur  ibu,  paritas,  pedidikan,  dan pengetahuan,  mempunyai  nilai  rata-rata,  umur  22-25  tahun  45,2  ,  yang
terbanyak  adalah  paritas  1  46,2  ,  pendidikan  tertinggi  adalah  SMA  sebesar 52,7, pengetahuan ibu hamil yang terbanyak adalah pada tingkat kurang  yaitu
47,3 . 4.  Komponen  pemungkin  terdiri  dari  pendapatan  suami  dan  keterjangkauan,
dimana ada 83,6  ibu yang memiliki suami dengan berpendapatan tidak tetap,
Universitas Sumatera Utara