TINJAUAN PUSTAKA

B. Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari penerjemahan Bahasa Inggris empowerment yang juga dapat bermakna ”pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar ”daya” tetapi juga ”kekuasaan” sehingga kata ”daya” tidak saja bermakna ”mampu” tetapi juga ”mempunyai kuasa”. (Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto, 2007 : 1).

Pemberdayaan adalah sebuah ”proses menjadi, bukan sebuah ”proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu :

a. Tahap penyadaran. Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang kognisi, belief, dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu a. Tahap penyadaran. Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang kognisi, belief, dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu

b. Tahap pengkapasitasan. Tahap inilah yang sering disebut ”capacity building” atau dalam bahasa yang lebih sederhana memampukan atau enabling. Untuk diberikan daya atau kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Proses capacity building terdiri atas tiga jenis, yaitu manusia, organisasi dan sistem nilai.

c. Tahap pemberian daya Tahap pemberian daya merupakan pemberian daya itu sendiri atau empowerment dalam makna sempit. Pada tahap ini kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas atau peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang dimiliki. (Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto, 2007 : 2-6). Menurut Ron Johnson dan David Redmod (The Art of Empowerment,

1992) dalam Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto (2007) bahwa at last empowerment is about art. It is about value we believe . Tatkala pemberdayaan menjadi sebuah praktik dan seni, yang mengemuka adalah bagaimana memanajemeni proses pemberdayaan. Artinya memberdayakan tidak boleh bermakna “merobotkan” atau “menyeragamakan”. Pemberdayaan memberi ruang pada pengembangan keberagaman kemampuan manusia yang beragam, dengan asumsi satu sama lain akan saling melengkapi.

empowerment mengandung dua pengertian, yaitu (1) to give power or authority atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, (2) to give ability atau to enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan yang terlibat dalam perjuangan tersebut. Dengan demikian proses pemberdayaan merupakan tindakan usaha perbaikan atau peningkatan ekonomi, sosial budaya, politik dan psikologi baik secara individual maupun kolektif yang berbeda menurut kelompok etnik dan kelas sosial.

Sumodiningrat (2001) menyebutkan beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat erat dengan pengembangan ekonomi rakyat yang difasilitasi oleh sejumlah program penbangunan dan menyebut program-program tersebut sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sebagai penerjemahan dari pelaksanaan demokrasi ekonomi Pasal 33. Kunci program-program tersebut adalah perlibatan peran serta aktif masyarakat lokal dalam menciptakan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan bagi diri mereka sendiri. Sumodiningrat menyebutkan bahwa secara umum ada lima ciri khas dalam penerapan pemberdayaan masyarakat yaitu adanya stimulus modal, pendampingan, bantuan prasarana dan sarana, pengembangan kelembagaan serta pemantauan dan pelaporan. (Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto, 2007 : 193).

Dubois dan Miley (1997) dalam Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto (2007 : 115-117) mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan antara lain meliputi : Dubois dan Miley (1997) dalam Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwijowijoto (2007 : 115-117) mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan antara lain meliputi :

2. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.

3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi.

4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman khusus yang kuat daripada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan.

5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.

6. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, terus berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.

7. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses

menyeluruh : suatu proses aktif antara motivator, fasilitator dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pemberdayaan hendaknya meliputi enabling (menciptakan suasana kondusif), empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting menyeluruh : suatu proses aktif antara motivator, fasilitator dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pemberdayaan hendaknya meliputi enabling (menciptakan suasana kondusif), empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting

C. Usaha Kecil dan Menengah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dijelaskan bahwa Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur Undang-Undang.

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sedangkan kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling tidak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Pengertian UKM dilihat dari kriteria jumlah pekerja yang dimiliki, di

Indonesia BPS mempunyai kriteria usaha kecil jika karyawannya 5-19 orang, jika kurang dari 5 orang digolongkan usaha rumah tangga dan usaha menengah terdiri dari 20-99 karyawan.

Kriteria usaha kecil sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Sedangkan di negara-negara lain, kriteria yang pada akhirnya turut menentukan ciri sektor usaha kecil yang antara lain ditentukan oleh karyawan yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Misalnya di Perancis, menggunakan jumlah karyawan dalam sektor usaha kecil yaitu jika karyawan kurang dari 10 orang Kriteria usaha kecil sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Sedangkan di negara-negara lain, kriteria yang pada akhirnya turut menentukan ciri sektor usaha kecil yang antara lain ditentukan oleh karyawan yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Misalnya di Perancis, menggunakan jumlah karyawan dalam sektor usaha kecil yaitu jika karyawan kurang dari 10 orang

Menurut Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko, (2002 : 225-226) secara umum sektor UKM memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date , seingga sulit umtuk menilai kinerja usahanya,

2) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.

3) Modal terbatas.

4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapakan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

6) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah mengingat dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan

D. Tenun Lurik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), lurik adalah kain tenun yang memiliki corak jalur-jalur. Lurik merupakan nama kain, kata lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa, lorek yang berarti garis-garis, yang merupakan lambang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), lurik adalah kain tenun yang memiliki corak jalur-jalur. Lurik merupakan nama kain, kata lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa, lorek yang berarti garis-garis, yang merupakan lambang

Lurik menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) adalah suatu kain hasil tenunan benang yang berasal dari daerah Jawa Tengah dengan motif dasar garis-garis atau kotak-kotak dengan warna-warna suram yang pada umumnya diselingi aneka warna benang. Kata lurik berasal dari akar kata rik yang artinya garis atau parit yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya. Namun pakaian atau kain dengan motif lorek tidak dapat secara langsung disebut lurik, karena lurik harus memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bahan tertentu dan diolah melalui proses tertentu pula, mulai dari pewarnaan, pencelupan, pengkelosarf, pemaletan, peghanian, pencucukan, penyetelan, sampai pada penenunan, hingga nantinya menjadi kain yang slap dipakai. Motif kain lurik ternyata tidak hanya berupa garis-garis membujur saja, tetapi dalam perkembangannya kemudian, motif kotak-kotak sebagai hasil kombinasi antara garis melintang dengan garis membujur dapat dikategorikan sebagai lurik. Tidak hanya berupa garis, motif kain lurik ada juga yang berupa kotak-kotak yang merupakan perpaduan dua garis vertikal dan horisontal yang pada kain tenun yang bercorak garis atau kotak saja, akan tetapi termasuk pula kain polos dengan berbagai warna, seperti merah dan hijau atau dikenal dengan nama lurik polosan. (Djoemena, Nian S : 2000).

diperkirakan berasal dari daerah pedesaan di Jawa, tetapi kemudian berkembang, tidak hanya menjadi milik rakyat, tetapi juga dipakai di lingkungan keraton. Pada mulanya, lurik dibuat dalam bentuk sehelai selendang yang berfungsi sebagai kemben (penutup dada bagi wanita) dan sebagai alat untuk menggendong sesuatu dengan cara mengikatkannya pada tubuh, sehingga kemudian lahirlah sebutan lurik gendong. Keberadaan tenun lurik ini tampak pula dalam salah satu relief Candi Borobudur yang menggambarkan orang yang sedang menenun dengan alat tenun gendong. Selain itu adanya temuan lain, yaitu prasasti Raja Erlangga dari Jawa Timur pada tahun 1033 menyebut kain Tuluh Watu sebagai salah satu nama kain lurik (Djoemena, Nian S : 2000).

Meskipun motif lurik ini hanya berupa garis-garis, namun variasinya sangat banyak. Terdapat banyak ragam motif kain lurik tradisional, seperti dalam Nian S.Djoemena (2000) mengenai nama-nama corak, yaitu antara lain: corak klenting kuning, sodo sakler, lasem, tuluh watu, melati secontong, ketan ireng, ketan salak, dom ndlesep, loro-pat, kembang bayam, dan sebagainya. Dalam Ensiklopedi Indonesia (1997) disebutkan pula beberapa motif seperti ketan ireng, gadung mlati, tumenggungan, dan bribil. Dalam perkembangannya muncul motif- motif lurik baru yaitu: yuyu sekandang, sulur ringin, lintang kumelap, polos abang, polos putih, dan masih banyak lagi. Motif yang paling mutahir adalah motif hujan gerimis, tenun ikat, dam mimi, dan galer.

Adapun alat tenun yang paling awal dikenal dalam membuat lurik adalah alat tenun gendong yang tidak banyak berubah bentuknya dari dulu sampai Adapun alat tenun yang paling awal dikenal dalam membuat lurik adalah alat tenun gendong yang tidak banyak berubah bentuknya dari dulu sampai

Dari berbagai definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa lurik merupakan kain yang diperoleh melalui proses penenunan melalui alat tenun dari seutas benang (lawe) yang diolah sedemikian rupa menjadi selembar kain katun. Proses yang dimaksud yaitu diawali dari pembuatan benang tukel, tahap pencelupan yaitu pencucian dan pewarnaan, pengelosan dan pemaletan, penghanian, pencucuk-an, penyetelan, dan penenunan. Motif atau corak yang dihasilkan berupa garis-garis vertikal maupun horisontal yang dijalin sedemikian rupa sesuai warna yang dikehendaki dengan berbagai variasinya.

E. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

UKM memiliki daya tahan yang lebih terhadap berbagai kondisi perekonomian yang terjadi. Hal ini dibuktikan saat Indonesia mengalami krisis moneter 1998, sektor UKM memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia yaitu menjadi penyelamat ekonomi nasional terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja.

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Kecil

tangguh dan mandiri. Pemerintah telah memberikan peluang yang baik untuk mengembangkan ekonomi rakyat. Secara politis lembaga lembaga legislatif telah mengeluarkan produk-produk hukum yang dijadikan acuan bagi pihak eksekutif dalam mengembangkan dan memberdayakan UKM. Produk-produk hukum itu antaralain Ketetapan MPR No.XVI/1998 tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi. Politik Ekonomi dalam Ketetapan ini mencakup kebijaksanaan, strategi dan pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional sebagai perwujudan dari prinsip-prinsip dasar Demokrasi Ekonomi yang mengutamakan kepentingan rakyat banyak untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan landasan hukum bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Dalam UU No. 20 Tahun 2008 disebutkan bahwa pemberdayaan usaha kecil dan menengah bertujuan untuk :

1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan

2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

3) Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan 3) Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan

1) Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan dilakukan dengan cara:

a. Meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

b. Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

c. Mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan

d. Meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi Usaha Menengah.

2) Pengembangan dalam bidang pemasaran, dilakukan dengan cara:

a. Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran

b. Menyebarluaskan informasi pasar

c. Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran

d. Menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan Kecil

e. Memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi e. Memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi

3) Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia dilakukan dengan cara:

a. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan

b. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial

c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.

4) Pengembangan dalam bidang desain dan teknologi dilakukan dengan:

a. Meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi serta pengendalian mutu

b. Meningkatkan kerjasama dan alih teknologi

c. Meningkatkan kemampuan Usaha Kecil dan Menengah di bidang penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru

d. Memberikan insentif kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup

e. Mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk memperoleh sertifikat hak atas kekayaan intelektual.

Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka untuk memberdayakan UKM dituntut kinerja yang menyeluruh, Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka untuk memberdayakan UKM dituntut kinerja yang menyeluruh,

F. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Klaten yang dikenal sebagai kawasan usaha kecil dan menengah dimana ada beberapa titik kawasan industri yang cukup dikenal oleh masyarakat nasional menarik perhatian pihak luar untuk mengembangkannya. Eksistensi UKM khususnya UKM Tenun Lurik di Kabupaten Klaten berpotensi untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini didasarkan pada fakta dilapangan yang menunjukan perkembangan dan permintaan akan kain tenun lurik yang meningkat. Pada masa krisis saat ini usaha sektor UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi masional karena berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Namun dalam perkembangannya UKM juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan sehingga diperlukan intervensi dari pemerintah.

Pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten, mempunyai tanggung jawab teknis bagi pemberdayaan UKM di Kabupaten Klaten mealui berbagai macam program- program kerja atau kegiatan-kegiatan operasional dalam pemberdayaan UKM.

Dalam usaha pemberdayaan UKM Tenun Lurik, diperlukan kinerja baik dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten untuk mewujudkan UKM Tenun Lurik yang maju dan berkembang. Dalam menjalankan tugasnya, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten telah memiliki berbagai program dan rencana yang akan dilaksanakan, walaupun dalam perjalanannya tidak terlepas dari adanya faktor Dalam usaha pemberdayaan UKM Tenun Lurik, diperlukan kinerja baik dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten untuk mewujudkan UKM Tenun Lurik yang maju dan berkembang. Dalam menjalankan tugasnya, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten telah memiliki berbagai program dan rencana yang akan dilaksanakan, walaupun dalam perjalanannya tidak terlepas dari adanya faktor

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

UKM Tenun Lurik dengan segala potensi dan maslah yang ada antara lain masalah permodalan, SDM yang terbatas, terbatasnya bahan baku serta lemahnya manajemen pemasaran

Faktor pendukung: · Terjalinnya kerjasama

yang baik antara Dinas, pengusaha UKM Tenun Lurik dan pihak lain

· Bantuan dan kepedulian dari pihak luar yang mendukung kegiatan

pemberdayaan UKM Tenun Lurik

Kinerja Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dalam pemberdayaan UKM Tenun Lurik :

Ø Produktivitas Ø Responsivitas Ø Akuntabilitas

Faktor penghambat: · terbatasnya

kualitas dan kuantitas aparat penggerak UKM

· keterbatasan anggaran

· keterbatasan sarana dan

prasarana

Pemberdayaan UKM Tenun Lurik melalui pelatihan, bantuan pengadaan peralatan,bantuan akses permodalan dan bantuan

akses pemasaran

1. Kondisi UKM Tenun Lurik di Kabupaten Klaten memiliki potensi untuk berkembang namun juga memiliki masalah-masalah diantaranya terbatasnya permodalan yang diperlukan untuk mengembangkan usahanya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas, terbatasnya sarana prasarana untuk menenun, terbatasnya bahan baku serta lemahnya jaringan usaha dan manajemen pemasaran.

2. Dari segala potensi dan permasalahan yang dimiliki oleh UKM Tenun Lurik tersebut, maka pemerintah dalam hal Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten mempunyai tanggung jawab teknis bagi pemberdayaan UKM Tenun Lurik di Kabupaten Klaten. Dalam menjalankan tugasnya tersebut Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten melakukan kegiatan pemberdayaan UKM Tenun Lurik. Kegiatan pemberdayaan tersebut antara lain pelatihan, bantuan pengadaan peralatan, bantuan akses permodalan dan bantuan akses pemasaran.

3. Dalam pemberdayaan UKM Tenun Lurik tersebut diperlukan kinerja yang baik dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM. Dalam menjalankan kinerja tersebut akan dinilai dari indikator penilaian kinerja, diantaranya :

a. Produktivitas Produktivitas pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten diukur dari seberapa besar pelayanan a. Produktivitas Produktivitas pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten diukur dari seberapa besar pelayanan

b. Responsivitas Responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat kebutuhan masyarakat dalam rangka pemberdayaan UKM Tenun Lurik. Dalam operasionalnya responsivitas dapat dilihat dari ada tidaknya keluhan dari masyarakat, sikap Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM dalam merespon keluhan, dan tindakan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM untuk memberikan kepuasan masyarakat dalam pemberdayaan UKM Tenun Lurik.

c. Akuntabilitas Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dalam pemberdayaan UKM Tenun Lurik itu konsisten dengan kehendak masyarakat. Dalam

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dalam melakukan pemberdayaan UKM Tenun Lurik.

Namun dalam menjalankan kinerjanya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten tersebut juga menjumpai berbagai factor penghambat seperti terbatasnya kualitas dan kuantitas aparat Dinas penggerak UKM, keterbatasan anggaran dan keterbatasan sarana dan prasarana Dinas. Selain itu ada pula factor pendukung yaitu terjalinnya kerjasama yang baik antara Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten, pengusaha UKM Tenun Lurik dan pihak lain serta bantuan dan kepedulian dari pihak-pihak luar yang mendukung kegiatan pemberdayaan UKM Tenun Lurik ini sehingga dapat berjalan dengan baik.

4. Program pemberdayaan terhadap UKM Tenun Lurik di Kabupaten tersebut diharapkan UKM Tenun Lurik dapat berkembang, mandiri dan dikenal luas.