mengenai suatu hal atau suatu keadaan. Misalnya, untuk membuktikan adanya perkawinan disebut surat nikah, untuk membuktikan adanya kematian disebut akta
kematian. Hasil audit tidak dapat digolongkan dalam Pasal 187 huruf b ini karena ia tidak masuk bidang tata laksana administrasi yang menjadi tugas pejabat umum.
Sedangkan surat lain yang dimaksud huruf d sebenarnya bukan surat yang dibuat oleh pejabat umum atau dihadapannya, tetapi berupa surat biasa, yang bukan
merupakan akta yang dimaksud huruf a, b dan c. surat ini dibuat bukan untuk membuktikan tentang keadaan atau kejadian tertentu, tetapi pada suatu saat
diperlukan untuk membuktikan keadaan atau kejadian tertentu. Dan hasil audit tidak dapat digolongkan dalam surat ini karena hasil audit bukan dibuat untuk
membuktikan keadaan atau kejadian tertentu apabila diperlukan, tetapi dibuat dengan sengaja untuk membuktikan adanya tindakan korupsi.
Surat yang dimaksud huruf d ini juga hanya mengandung nilai pembuktian apabila isi surat itu ada hubungannya dengan isi dari alat bukti yang lain. Artinya
surat ini baru mempunyai nilai pembuktian jika isinya bersesuaian dengan isi dari alat bukti lain. Jika dihubungkan dengan syarat minimal pembuktian untuk menjatuhkan
pidana, maka sesungguhnya ketentuan harus mempunyai hubungan ini, hanya untuk menegaskan saja. Toh surat-surat lain juga tidak bernilai jika berdiri sendiri. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 183 jo Pasal 185 ayat 2 KUHAP.
C. Kedudukan Hasil Audit Sebagai Alat Bukti Surat dengan Keterangan Ahli
Sebagaimana diuraikan pada awal pembahasan sub bab ini bahwa hasil audit adalah hasil kerja seorang auditor yang memiliki keahlian dalam bidang
Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA
Sumut, 2009 USU Repository © 2008
pekerjaannya. Auditor yang melakukan perhitunganaudit akan diminta keterangan ahli yang
diterangkan dalam berita acara pemeriksaan ahli, maka pada saat persidangan auditor akan tampil di persidangan dan keterangan tersebut juga berfungsi sebagai alat bukti
yaitu keterangan ahli sesuai dengan Pasal 184 KUHAP.
78
Sehingga laporan auditor dan keterangan auditor pada sistem pembuktian Pasal 184 KUHAP sudah merupakan 2 alat bukti, sehingga penyidik cukup mencari
keterangan saksi yang mendukung maka hakim sudah dapat menjatuhkan hukuman kepada seseorang walaupun terdakwanya tidak mengakui perbuatannya.
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan.
79
Apa isi yang harus diterangkan oleh ahli, serta syarat apa yang harus dipenuhi agar keterangan ahli mempunyai nilai tidaklah
diatur dalam KUHAP, tetapi dapat dipikirkan bahwa Berdasarkan Pasal 1 angka 28 KUHAP, secara khususnya ada 2 syarat dari keterangan seorang ahli ialah:
78
Wawancara Dengan Penyidik Tindak Pidana Korupsi Polda Sumut, Bapak Kompol. Bazawato Zebua, SH, MH, Kanit 3 Sat IIITipikor Dit. Reskrim PoldasuPenyidik, Selasa 9 Desember
2008.
79
Pasal 1 angka 28 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA
Sumut, 2009 USU Repository © 2008
1. Bahwa apa yang diterangkan haruslah mengenai segala sesuatu yang masuk
dalam ruang lingkup keahliannya. 2.
Bahwa yang diterangkan mengenai keahliannya itu adalah berhubungan erat dengan perkara pidana yang sedang diperiksa.
Kekuatan alat bukti keterangan ahli secara khusus adalah terletak pada 2 syarat tersebut, tetapi secara umum juga terletak pada syarat-syarat umum
pembuktian dari alat-alat bukti lain, terutama keterangan saksi.
80
Syarat umum dari kekuatan alat bukti termasuk keterangan ahli auditor BPKP adalah:
1. Harus didukung atau bersesuaian dengan fakta-fakta yang didapat dari bukti lain.
Suatu alat bukti hasil audit harus memiliki kesamaan dengan alat bukti keterangan ahli dari seorang auditor BPKP. Sesuai dengan ketentuan Pasal 183 jo Pasal 185
ayat 2 KUHAP, maka satu-satunya alat bukti, keterangan ahli tidaklah dapat dipergunakan sebagai dasar untuk membentuk keyakinan hakim. Kekuatan bukti
keterangan ahli bukanlah sebagai tambahan bukti seperti saksi tidak disumpah sebagaimana saksi keluarga menurut Pasal 185 ayat 7 KUHAP atau saksi anak
dan saksi yang sakit ingatan Pasal 171. Mengapa demikian, karena keterangan ahli adalah merupakan alat bukti tersendiri seperti juga alat-
80
Adami Chazawi, Op.Cit., hlm. 63. Karena merupakan syarat, maka apabila ada keterangan seorang ahli yang tidak memenuhi salah satu syarat atau kedua syarat, maka keterangan ahli itu
tidaklah berharga dan harus diabaikan.
Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA
Sumut, 2009 USU Repository © 2008
alat bukti yang lain yang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP. Nilai kekuatan keterangan ahli mengandung kekuatan bukti bebas, bebas dalam menilainya,
bukan mengandung nilai sempurna seperti akta otentik bagi para pihak dalam perkara perdata Pasal 1868 BW.
2. Keterangan ahli seorang auditor BPKP harus di atas sumpah sama dengan alat
bukti keterangan saksi Pasal 160 ayat 4 jo 179 ayat 2. Keterangan ahli yang diberikan di muka sidang tetap wajib disumpah, walaupun seorang ahli telah
disumpah ketika ahli akan memberikan keterangan di tingkat penyidikan berdasarkan Pasal 120 ayat 2 KUHAP. Hal ini wajar karena menurut Pasal 185
keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Oleh karena itu, sumpah di tingkat penyidikan adalah ditujukan hanya untuk
meletakkan kebenaran keterangan ahli yang diberikan di tingkat penyidikan saja.
Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA
Sumut, 2009 USU Repository © 2008
BAB III HUBUNGAN KERJA ANTARA BPKP PERWAKILAN PROPINSI