Hubungan Kerja Antara BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Utara

c. Melakukan sosialisasi dengan generasi muda, meliputi pelajar, mahasiswa dan organisasi kepemudaan.

D. Hubungan Kerja Antara BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Utara

Dengan Institusi Polri Polda Sumut Dalam Menyidik Tindak Pidana Korupsi Hubungan kerja antara BPKP Perwakilan propinsi sumatera Utara dengan institusi Polri Polda Sumut dalam menyidik tindak pidana korupsi, dimunculkan dari efektivitas penyidikan terhadap indikasi korupsi itu sendiri. Sehingga dengan adanya kerjasama tersebut akan lebih meningkatkan kinerja instansi terkait dalam hubungannya dengan penyidikan korupsi. Suatu hal yang harus dipahami dalam sistem ketatanegaraan Indonesia adalah adanya pembagian tugas dan wewenang bagi suatu lembaga negara sehingga tugas dan wewenang tersebut dapat secara baik dilaksanakan, serta adanya hambatan- hambatan dalam pelaksanaan tugas tersebut seperti kurangnya tingkat kemampuan sumber daya sehingga dibutuhkan pihak lain untuk mengurusnya. Demikian juga halnya di bidang penyidikan korupsi, maka penyidik kepolisian tentunya mengalami hambatan dalam hal mengaudit catatan, angka-angka yang akan disidiknya tentang suatu tindak pidana korupsi, maka berdasarkan keadaan tersebut kepolisian membutuhkan instansi yang memiliki kompeten terhadap pengelolaan dan pengolahan angka-angka tersebut. Salah satu instansi yang kompeten untuk hal tersebut adalah auditor BPKP. Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 Hubungan kerja antara instansi penyidik kepolisian dengan Auditor BPKP dituangkan dalam berbagai kesepakatan yang salah satunya dapat dilihat dari uraian selanjutnya. Sesuai SE-853DVII1995 tanggal 16 Juni 1995 tentang Bantuan PemeriksaanBantuan Tenaga Pemeriksaan BPKP kepada instansi penyidik, ditetapkan bahwa apabila permintaan bantuan dari Instansi Penyidik berupa: 1. Permintaan bantuan menghitung jumlah kerugian keuangan negara. Pelaksanaan dan hasilnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab instansi penyidik, baik dalam hal penertiban surat tugas maupun penyusunan laporannya. Petugas BPKP yang diperbantukan cukup menyerahkan secara tertulis hasil perhitungannya dengan sebuah notasurat pengantar kepada instansi penyidik. Petugas BPKP juga menembuskan notasurat pengantar tersebut kepada atasan di BPKP yang memberi penugasan perbantuan, sebagai tanggung jawab telah berakhirnya penugasan. Sedangkan atasan yang bersangkutan tidak perlu meneruskan tembusan tersebut ke instansi manapun. 2. Permintaan bantuan untuk melakukan pemeriksaan. Pelaksanaan dan hasilnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab BPKP, baik dalam hal penerbitan surat tugas maupun dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaannya. Oleh karena itu, sebelum memenuhi permintaan instansi penyidik, harus diteliti dengan seksama dan harus dipertimbangkan apakah objek yang akan diperiksa tersebut benar-benar masih dalam kewenangan BPKP untuk memeriksanya. Jika berada di luar kewenangan BPKP, kepada instansi penyidik Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 agar dimintakan perlakuan yang sama sebagaimana dijelaskan di atas. 98 Agar pelaksanaan tugas sebagaimana dijelaskan di atas dapat berjalan lebih efisien dan terarah, Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan KhususKepala Perwakilan BPKP terlebih dahulu meminta data kepada instansi penyidik: 1. Resume permasalahan. 2. Kasus posisi dan modus operandi beserta uraiannya. 3. Bukti pendukung untuk menghitung kerugian keuangan negara. Di samping iitu, petugas pemeriksa BPKP harus mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan alatbarang bukti yang perlu diperiksa dan tidak membatasi diri hanya pada alatbarang bukti yang diperoleh dari pihak instansi penyidik. Selain kerjasama sebagaimana disebutkan di atas kerjasama yang terbaru yang dibuat oleh BPKP dengan Kepolisian adalah Keputusan Bersama Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepala Badan Pengawasan dan Keuangan No. Pol. Kep12IV2002, tanggal 12 April 2002 dan Nomor Kep 04.02.00-219K2002 tanggal 29 April 2002 tentang Kerjasama Dalam Penanganan Kasus Yang Berindikasikan Tindak Pidana. 98 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Deputi Bidang Investigasi, Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Khusus Kasus Penyimpangan Yang Berindikasi Merugikan KeuanganKekayaan Negara danAtau Perekonomian Negara, Jakarta, 2001, hlm. 47. Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 Ruang lingkup kerjasama antara Polri dan BPKP meliputi: 1. Penerusan kasus penyimpangan yang berindikasikan tindak pidana hasil audit BPKP untuk ditindaklanjuti oleh Polri. 2. Permintaan bantian audit investigasi dari Polri kepada BPKP guna memperjelas adanya indikasi tindak pidana khususnya yang berkaitan dengan kerugian keuangan. 3. Permintaan keterangan ahli dari Polri kepada BPKP dalam penyidikan tindak pidana. 4. Permintaan bantuan tenaga auditor dari Polri kepada BPKP untuk menghitung kerugian keuangan dalam rangka penyelidikan dan atau penyidikan tindak pidana. 5. Kerjasama lain yang disepakati oleh Polri dan BPKP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 99 Adapun proses kerjasama penyidikan kasus korupsi tersebut adalah. 100 Penyidik Polri yang menerima laporan dan atau mengetahui tentang adanya suatu perbuatan yang diduga korupsi, melakukan serangkaian tindakan penyelidikan dengan mencari dan mengumpulkan fakta-fakta dan bukti-bukti tentang korupsi tersebut. Setelah mendapat dan memperoleh faktabukti tentang dugaan perbuatan 99 Bidang Investigasi-BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, Peranan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi, Disampaikan pada Rapat kerja teknis Kasat reserse Kriminal Sejajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Medan, 04 Desember 2004, hlm. 9. 100 Hasil Wawancara dengan Lindung SM Sirait, SE, AK, MSi, LFE, Auditor Muda BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, tanggal 15 Desember 2008. Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 merugikan keuangan atau perekonomian negara, maka penyidik Polri meminta bantuan kepada auditor BPKP untuk melakukan audit investigasi untuk mengetahui apakah terdapat kerugian keuangan negara atau perekonomian negara. Pihak BPKP setelah menerima surat dari penyidik meminta kepada penyidik untuk melakukan eksposepaparan tentang kasus dan buktifakta yang sudah diperoleh. Setelah menerima penjelasan dan gambaran kasus didukung faktabukti yang diperoleh penyidik, maka team auditor BPKP datang ke tempat instansi penyidik yang meminta melakukan audit atas fakta-faktabukti yang ada, dan melihat ke lokasiTKP apabila dianggap perlu. Setelah melakukan audit, maka auditor mengkaji dan kemudian membuat laporan hasil audit investigasi LHAI dan perhitungan kerugian keuangan negara dan menyerahkan kepada penyidik yang bersangkutan. Penyidik akan mempelajari hasil laporan auditor dan apabila hasil audit menyimpulkan terdapat kerugian keuangan negara, maka perbuatan tersebut masuk kategori pidana korupsi, dan penyidik akan meningkatkan tahap penyelidikan menjadi penyidikan, dan akan ditetapkan siapa orang yang bertanggung jawab atas kerugian negara tersebut atau dengan kata lain ditetapkan tersangkanya. Apabila hasil audit dari auditor menyatakan tidak terdapat kerugian negara, berarti perbuatan tersebut bukan tindak pidana korupsi. Laporan hasil audit tersebut akan berfungsi sebagai alat bukti surat dan berfungsi sebagai salah satu dari 5 lima alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 dan peranannya sangat menentukan dalam pengungkapan tindak pidana korupsi. Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 Apabila hasil audit belum ada maka suatu kasus tidak bisa disimpulkan perbuatan tersebut merupakan tindak pidana korupsi dan juga tidak bisa ditetapkan seseorang sebagai tersangkanya. Setelah penyidik menerima laporan hasil audit dari auditor BPKP, kemudian penyidik meminta keterangan saksi dari auditor yang bersangkutan untuk memperkuat dan menjelaskan temuannya atau hasil auditnya, dan keterangan tersebut dibuat dalam Berita Acara Pemeriksaan ahli dan berfungsi sebagai salah satu dari alat bukti pada Pasal 184 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP yaitu sebagai alat bukti keterangan ahli. Sehingga dari auditor BPKP ini akan diperoleh 2 alat bukti ditambah dengan keterangan saksi yang tentunya pasti ada, sehingga dengan adanya 3 alat bukti sudah dapat menggiring seseorang menjadi tersangka untuk disidangkan di Pengadilan, karena menurut Pasal 183 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 bahwa dengan 2 alat bukti saja ditambah keyakinannya, hakim sudah dapat menjatuhkan pidana kepada seseorang. 101 Berikut ini akan dipaparkan hasil dari rekapitulasi investigasi BPKP atas permintaan penyidik Polda Sumut tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. 101 Wawancara Dengan Penyidik Tindak Pidana Korupsi Polda Sumut, Bapak Kompol. Bazawato Zebua, SH, MH, Kanit 3 Sat IIITipikor Dit. Reskrim PoldasuPenyidik, Selasa 9 Desember 2008. Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 3.1. : Permintaan Audit Investigasi Dari Penyidik Polda Sumut Kepada Auditor BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2008. No. Tahun Jlh.Permintaan Audit Jlh. Audit Yang Dipenuhi BPKP Ket. 1 2004 2 kasus 2 kasus Lidik 2 2005 11 kasus 11 kasus Lidik 3 2006 23 kasus 23 kasus Lidik 4 2007 13 kasus 13 kasus Lidik 5 2008 7 kasus 7 kasus Lidik Jlh. 56 kasus 56 kasus Lidik Sumber : Data Sat IIITipikor Dit Reskrim Polda Sumut Tabel 3.2. : Realisasi Audit Investigasi BPKP Atas Permintaan Penyidik Polda Sumut Tahun 2004 sd 2008 Nilai Temuan Kerugian Negara No. Tahun Jumlah Kasus Yang Diaudit Rupiah UD 1 2004 2 kasus 1.155.650.860,50 2.677,50 2 2005 11 kasus 4.547.218.844,00 836.734,00 3 2006 23 kasus 251.075.190.871,00 5.320.062,49 4 2007 13 kasus 6.129.321.922,00 2.744,74 5 2008 7 kasus 1.119.144.051,00 - Jlh 56 kasus 264.025.516.544,50 6.161.218,75 Sumber : Data BPKP Perwakilan Provinsi Sumut Dari tabel di atas dapat dilihat audit investigasi yang dilakukan oleh BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Utara telah sesuai dengan jumlah permintaan penyidik Polda Sumatera Utara. Sedangkan rata-rata permintaan audit investigasi yang ditujukan kepada BPKP Perwakilan Sumatera Utara mengalami pasang surut. Hal tersebut terlihat dari perubahan jumlah permintaan audit investigasi yang diajukan oleh Penyidik Polda Sumut kepada auditor BPKP perwakilan propinsi Sumatera Utara di mana pada tahun 2005 mengalami kenaikan dari tahun 2004 begitu juga Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 tahun 2006 diperbandingkan tahun 2005. Tetapi permintaan investigasi kembali mengalami penurunan pada tahun 2007 dan diikuti pula dengan tahun 2008. Untuk melihat pelaksanaan audit BPKP atas permintaan penyidik kepolisian maka dapat dilihat dari skema berikut ini: Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Audit BPKP Atas Permintaan Penyidik Polri 102 102 Wawancara Dengan Penyidik Tindak Pidana Korupsi Polda Sumut, Bapak Kompol. Bazawato Zebua, SH, MH, Kanit 3 Sat IIITipikor Dit. Reskrim PoldasuPenyidik, Selasa 9 Desember 2008. Penyidik Polri Minta Audit kepada BPKP Kumpulkan Bukti- Bukti PetunjukInformas Penyidik Lanjutkan Ke Tahap Penyidikan Hentikan Penyelidikan Bukan Korupsi Kasus Indikasi Korupsi Taraf Penyelidikan Ada Kerugian Negara Tidak Ada Kerugian Negara BPKP Serahkan Laporan Hasil Audit Kepada Penyidik Auditor BPKP terbitkan Laporan Hasil BPKP Bentuk Team Auditor Lakukan Audit BPKP Undang Penyidik Untuk Paparkan Kasus Periksa Auditor Sebagai ahli Alat Bukti Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 Skema di atas menjelaskan pada titik awal dimulainya pelaksanaan audit BPKP atas permintaan penyidik Polri yaitu Ditemukan kasus indikasi korupsi tarap Penyelidikan oleh penyidik Polri. Selanjutanya dari skema tersebut berdasarkan adanya indikasi korupsi maka penyidik polri mengumpulkan bukti-bukti, petunjuk maupun informasi. Berdasarkan pengumpulan bukti, petunjuk dan informasi maka penyidik Polri meminta audit kepada BPKP. Berdasarkan adanya permintaan audit tersebut maka BPKP mengundang penyidik untuk memaparkan kasusnya. Setetelah mendapatkan paparan atas kasus tersebut maka BPKP membentuk suatu team auditor yang melakukan pekerjaan audit. Setelah BPKP melakukan pekerjaan audit maka auditor membuat laporan hasil audit, kemudian hasil audit tersebut diserahkan kepada penyidik Polri. Apabila laporan audit BPKP tersebut menjelaskan tidak ada kerugian negara maka oleh penyidik Polri direspon dengan menghentikan penyelidikan karena indikasi yang ditemukan bukan korupsi. Dan apabila laporan hasil audit menyatakan terjadinya kerugian negara, maka penyidik Polri menindak lanjuti hasil audit tersebut ketahap penyidikan kasus korupsi. Selain hasil audit dapat dijadikan alat bukti maka auditor juga dapat dihadirkan sebagai saksi ahli. Berdasarkan wawancara dengan penyidik tindak pidana korupsi pada Dit. Reskrim Polda Sumut dikatakan bahwa dalam rangka pengungkapan tindak pidana korupsi sudah menjadi keharusan bahwa setelah penyidik melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus yang diduga ada indikasi tindak pidana korupsi, Penyidik wajib meminta bantuan kepada Auditor BPKP untuk melakukan audit investigasi yang Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008 ditujukan untuk mengetahui apakah telah terdapat kerugian negara atau kerugian perekonomian negara. Apabila laporan hasil auditor BPKP menyatakan bahwa sudah terdapat kerugian keuangan negara dengan mencantumkan angka-angkanilai nominal kerugian keuangan negara, maka Penyidik Polri melangkah maju untuk meningkatkan dari tahap penyelidikan menjadi penyidikan, sehingga peranan auditor BPKP sangatlah strategis dan sangat menentukan dimana suatu kasus yang sedang diselidiki dapat dikatakan ada indikasi tindak pidana korupsi hanyalah sesudah auditor menyatakan dalam laporan hasil audit bahwa atas kasus yang sedang diselidiki oleh penyidik ada ditemukan kerugian keuangan negara. 103 Kerjasama antara BPKP dengan penyidik Polri yang sudah berjalan sejak tahun 2002 sangat efektif dimana seluruh permintaan penyidik Polri kepada BPKP untuk mengaudit selalu dipenuhi dan hasilnya diserahkan kepada penyidik Polri. 103 Wawancara Dengan Penyidik Tindak Pidana Korupsi Polda Sumut, Bapak Kompol. Bazawato Zebua, SH, MH, Kanit 3 Sat IIITipikor Dit. Reskrim PoldasuPenyidik, Selasa 9 Desember 2008. Budiman ButarButar : Fungsi Dan Peranan Auditor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan BPKP Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Korupsi Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara POLDA Sumut, 2009 USU Repository © 2008

BAB IV KENDALA DALAM PELAKSANAAN FUNGSI DAN PERANAN AUDIT