Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persepsi atau tanggapan siswa tentang kondisi kelas merupakan suatu cara atau proses pengamatan yang siswa itu lakukan terhadap kondisi kelasnya. Kondisi suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan biasanya membuat siswa dapat belajar dengan baik. Maka menjadi tanggung jawab bersama antara guru dan siswa untuk dapat menciptakan kondisisuasana kelas yang baik dan juga menciptakan serta memelihara kondisi belajar yang menyenangkan, dan bila terjadi hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran belajar maka secepatnya berusaha mengembalikannya pada kondisi yang nyaman dan menyenangkan. Setiap siswa umumnya datang ke sekolah tiap hari adalah melakukan kegiatan belajar atau menerima pelajaran dari guru-guru di dalam kelas, dan umumnya mereka tertib dan tenang juga memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mata pelajaran tersebut, hal ini dikarnakan ada guru yang menunggui atau membimbing mereka di kelas, jadi siswa yang sedikit bandelnakal dan juga siswa yang agak malas belajar secara tidak langsung mahu tidak mahu mereka pasti akan menunjukan rasa perhatiannya terhadap pelajaran yang sedang disampaikan. Suasana kelas yang seperti itulah dapat kita sebut sebagai kondisi kelas yang kondusif. Namun terkadang kita juga melihat siswa melakukan proses belajar sendiri di kelas tanpa bimbingan dari guru, hal ini dikarnakan guru pengajarnya berhalangan hadir dikarenakan ada urusan yang tak dapat diwakilkan atau karena sakit, dan guru tersebut hanya memberikan tugas melalui guru piket untuk dikerjakan oleh siswa dikelas. Kondisi kelas seperti ini tentu berbeda dengan kondisi di mana kelas yang ada gurunya. Kelas yang siswanya belajar sendiri tanpa bimbingan guru secara langsung umumnya kita melihat kondisi kelas agak gaduh, berisik dan tidak teratur, hal ini dikarnakan tidak ada guru yang mengawasi atau membimbing, dan hal tersebut juga bisa terjadi karena kurangnya minat siswa dalam belajar, sehingga walaupun sudah diberi tugas oleh guru piket mereka mengerjakannya ada yang sungguh-sungguh dan ada yang asal sajamain-main bahkan ada juga yang hanya menyalin jawaban dari temannya. Dan kondisi kelas yang tidak ada gurunya biasaya para siswanya lebih senang ngobrol, bercanda dengan teman, main atau nyanyi-nyanyi di kelas, ada juga yang bejar membaca atau mengerjakan tugas, dan bahkan sebagian dari mereka ada juga yang ke luar kelas mencari makan atau jajan di kantin. Suasana atau kondisi kelas yang seperti ini bisa dikatakan sebagai suatu kondisi kelas yang tidak kondusif, dan hal ini dapat mempengaruhi semangat atau minat belajar siswa di kelas. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat di mana saja, terutama sekali bejar di dalam kelas, maka dari itu suasana atau kondisi kelas dan minat belajar amat menentukan proses belajar siswa, siswa yang minat belajarnya tinggi tentu tidak akan banyak terpengruh oleh kondisi kelas yang seperti apapun, namun siswa yang minat belajarnya kurang pasti akan terpengaruhi oleh suasana atau kondisi kelasnya, bila kondisi kelasnya tenang dan nyaman tentu ia akan tetap mengikuti pelajaran dengan baik, namun bila kondisi kelasnya tidak kondusip gaduh, tidak nyaman dan berisik maka sudah pasti ia tidak akan belajar dengan baik. Kita sadar bahwa belajar merupakan syarat yang harus dipenuhi setiap orangsiswa untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Oleh karena itu untuk dapat mencapai cita-citanya setiap siswa tidak bisa dengan bermalas-malas melainkan harus dengan rajin, gigih dan tekun dalam belajar. Namun ironinya terkadang kita melihat anak-anak sekolah dan datang kesekolah tidak sepenuhnya untuk belajar bahkan mereka lebih banyak yang hanya sekedar untuk main-main dan berhura-hura dengan sesama teman, walaupun tidak semuanya siswa seperti itu. Hal tersebut dikarnakan tinggi atau rendahnya minat belajar dari dalam diri siswa itu sendiri. Minat itu sendiri merupakan faktor internal yang memegang peranan penting setelah motivasi dalam proses belajar, seorang siswa akan tekun belajar atau sebaliknya malah malas dan tidak mahu belajar itu semua tergantung pada tinggi atau rendahnya minat yang dimilikinya. “Minat berarti juga kecendrungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, seorang siswa yang menaruh perhatian minat yang tinggi pada setiap pelajaran, maka tentu ia akan memusatkan perhatiannya lebih besar terhadap pelajaran tersebut dari pada siswa lainnya”. 1 “Dalam belajar minat berperan sebagai ‘Motivating Force’ yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk mau belajar …” 2 siswa yang memiliki minat yang besar untuk belajar akan merasa senang dan tekun dalam belajar, berbeda dengan siswa yang kurang berminat atau yang tidak berminat dalam belajar mereka hanya menerima pelajaran apa adanya dan tidak ada hasrat atau niatan untuk tekun terus belajar. 1 Muhibih Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosydakarya, 2004 cet. 9 h. 136. 2 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 cet. 2 h. 85. Dan belajar itu sendiri merupakan “sesuatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”. 3 Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa “belajar” menjadi begitu penting bagi setiap orang terutama para siswa di sekolah. Di mana dalam “belajar” diperlukan adanya kematangan jasmani dan rohani, kesipan, kesungguhan dan terutama minat yang kuat atau tinggi. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar terutama para siswa di sekolah, hal ini secara garis besar dibagi dua bagian yaitu: Faktor Internal dan Faktor Eksternal dari siswa. Faktor Internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri antara lain: Kesehatan jasmani dan rohani, intelegensi dan bakat, cara belajar, motivasi dan minat. Dari beberapa faktor internal yang paling mendasar dan berperan penting adalah minat. “Minat ini dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.” 4 Timbulnya minat belajar siswa disebabkan berbagai hal antara lain keinginan untuk naik kelas, lulus sekolah dengan nilai baik atau memperoleh pekerjaan serta ingin hidup senang dan bahagia. Selain faktor internal di atas proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa yaitu: Keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar tempat siswa tinggal. Kelas adalah faktor eksternal yang amat berperan dalam proses belajar siswa disekolah. Oleh karenanya keadaan dan suasana kelas haruslah benar- benar diperhatikan. Kelas adalah tempat berlangsungnya transper ilmu pengetahuan dari guru kepada murid-muridnya. Keadaan sekolah dalam hal ini terutama sekali adalah keadaan kelas sebagai tempat belajar turut mempengaruhi proses belajar, kualitas guru, metode mengajarnya kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan belajar kelas, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib dan sebagainya. Kondisi suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan biasanya membuat siswa dapat belajar dengan baik, dan kondisi kelas yang tidak nyaman bisa membuat siswa tidak belajar dengan baik. Maka sudah menjadi tanggung jawab bersama antara seorang guru dan para siswa di kelas untuk dapat mengelola kelas dengan baik dan menciptakan serta memelihara kondisi belajar yang menyenangkan, dan bila terjadi hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran dan kenyamanan dalam belajar maka secepatnya guru dan juga para siswa berusaha mengembalikannya, hal tersebut tentu memerlukan kedisiplinan kelas. 3 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1997 h. 49. 4 M. Dalyono, Psikologi pendidikan, h. 56. Dalam hal kondisi kelas secara langsung atau tidak langsung tentu melibatkan guru sebagai pengelola kelas di mana guru dituntut harus dapat memunculkan minat belajar siswa dalam kelas, dengan demikian secara tidak langsung guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana atau kondisi kelas yang disukai dan disenangi oleh siswa, namun tidak melupakan hal-hal penting dalam proses belajar mengajar. Mengenai latar belakang ini penulis mengambil sebuah contoh kasus tentang kondisi kelas dan semangat atau minat belajar siswa di MTsN 8 Jakarta pada gedung B yang terletak di Jalan H. Aseni Pintu Air Semanan Kalideres Jakarta Barat. MTsN 8 ini pada gedung B ini hanya memiliki 10 ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar, jadi untuk menyelenggarakan proses belajar secara serempak atau langsung pada pagi hari dari kelas 7-9 itu tidak bisa dikarnakan ruang kelasnya tidak mencukupi, hal itu dikarenakan bangunanan pada gedung A sedang proses perbaikan dan tidak dapat digunakan. Oleh karena itu proses belajar di bagi menjadi 2 kelompok yaitu ada kelompok pagi dan kelompok petang. Kelompok pagi yaitu siswa-siswa kelas 9 yang berjumlah 5 rombongan dan kelas 8 yang berjumlah 5 rombongan, sedangkan kelompok petang yaitu kelas 8 yang berjumlah 4 rombongan dan kelas 7 yang berjumlah 6 rombongan. Adanya pembagian waktu pagi dan petang menjadikan adanya pembagian tenaga pengajar pagi dan tenaga pengajar petang. Dalam setiap proses belajar mengajar, kelas tidaklah selalu tenang dan nyaman tiap harinya akan tetapi bisa saja suasananya tidak terkendali ata gaduh dan berisik, contohnya siswa dibiarkan belajar sendiri atau mengrjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui guru piket, dikarnakan guru yang seharusnya mengajar berhalangan hadir karena ada urusan yang tidak bisa diwakilkan atau karena sakit, maka akan tampak sekali mereka atau siswa yang memiliki minat yang besar untuk belajar dengan yang kurang berminat dalam belajar. Yang memiliki minat yang besar ada tidaknya guru tetap belajar dengan baik, akan tetapi sebaliknya siswa yang kurang berminat dalam belajar mereka hanya bermain-main saja di dalam kelas, selain itu yang terpenting adalah kondisi suasana kelas yang diciptakan oleh siswa itu sendiri pun bisa saja mempengaruhi minat mereka dalam belajar. Dari contoh kasus di atas jelas bahwa kondisi kelas dan minat memiliki peranan penting dalam belajar, namun apakah minat akan selalu ada dan tumbuh dengan subur bila kelas lingkungan belajar kurang mendukung. Dengan latar belakang itulah maka penulis menyusun skripsi ini dengan judul: “PERSEPSI SISWA TENTANG KONDISI KELAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA” studi kasus di MTsN 8 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Persepsi siswa tehadap kepribadian guru hubungannya dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI : ( studi kasus di kelas VIII SMPN 3 Bogor )

0 58 118

Persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam mengelola kelas dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa kelas I MTsN 3 Pondok Pinang

0 4 97

Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa: studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA), Rempoa Ciputat, Tangerang Selatan.

1 50 115

Implikasi dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa MTsN 8 Jakarta

0 5 101

Hubungan persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA-IPS dan minat belajar Siswa di MAN 4 Jakarta

0 6 166

Pengaruh persepsi siswa tentang keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap hasil belajar IPS kelas VIII di MTs Nuurul Bayan Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi

1 15 0

Hubungan persepsi tentang sense of humor guru dengan minat belajar matematika siswa kelas II MTs N 7 Model Jakarta

8 29 118

Hubungan pendidikan orang tua dengan minat belajar siswa di SDN Joglo 01 pagi Jakarta Barat

0 4 82

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PENGAJARAN SEJARAH DAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN KESADARAN SEJARAH SISWA

0 2 16

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS

0 3 13