BAB. III PARMALIM DAN KEHIDUPANNYA DI DESA PARDOMUAN NAULI
HUTATINGGI
A. Sejarah Ugamo Malim di Tanah batak
Parmalim yang berarti pengikut ajaran Ugamo Malim sampai saat ini masih tetap mempertahankan kepercayaannya, saat ini tanah suci bagi parmalim
terletak di desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, kecamatan Laguboti, kabupaten Toba Samosir, tanah suci ini disebut oleh masyarakat sekitar sebagai Huta
Parmalim, dimana di Huta ini terdapat sekitar 13 rumah tangga yang merupakan keturunan dari Raja Mulia Naipospos yang diberi amanat oleh Raja
Sisingamangaraja untuk meneruskan ajaran Ugamo Malim, seluruh keturunan Raja Naipospos yang tinggal di Huta ini masih tetap memegang teguh ajaran
Ugamonya. Awalnya Ugamo Malim masih dianggap sebagai aliran kepercayaan yang
menyembah berhala atau sipelebegu karena kepercayaan ini tidak sesuai dengan ajaran agama yang dibawa oleh Dr. IL. Nomensen ke tanah batak, kemudian
kepercayaan ini mulai disebut sebagai Ugamo Malim karena pengikutnya dituntut untuk hidup suci dan jadi teladan bagi masyarakat, tetapi pengikutnya belum
disebut sebagai Parmalim. Sama halnya dengan kepercayaan masyarakat tradisional atau kepercayaan
asli pada sebuah kelompok masyarakat dimana subyek kepercayaan asli adalah umat local atau masyarakat kecil yang homogen dengan primordian loyalty
kesetiaan kepada yang awalnya dan orang-orang yang saling mengenal face to
Universitas Sumatera Utara
face relations . Masyarakat kecil ini bagaikan kosmos alam semesta untuk anggota-anggotanya. Didalamnya kepercayaan merupakan gejala Fenomen
yang mempengaruhi seluruh pola kebudayaan dean yang mengatasi unsur-unsur hidup kemasyarakatan yang lain. Di dalam semua kegiatannya manusia
menyerahkan diri kepada kekuatan yang tidak kelihatan yang merupakan tujuan segala sesuatu yang berubah. Kekuatan itu diakui sebagai pemberi makna yang
terakhir terhadap kegiatan dan penderitaan manusia. Daya atau kekuatan tidak terbatas itu tidak selalu di indentifikasikan dengan Tuhan Laurent Widyasusanto
1996 ; 32-33 Suku batak dahulunya identik dengan kepercayaan yang dianggap
sipelebegu dan kemudian di sebut sebagai Ugamo Malim dimana kepercayaan ini berinti kepada Debata Mulajadi Na Bolon dan di pimpin oleh Raja
Sisingamangaraja, dimana Sisingamangaraja dianggap sebagai Malim tertinggi pilihan Debata Mulajadi Na Bolon Malim Ni Debata sehingga setiap doa dan
pujian ditujukan rakyat kepada Sisingamangaraja Sitor Situmorang 2004 ; 409 . Masyarakat batak meyakini bahwa adanya kekuatan lain diluar mereka
sehingga mereka harus melakukan upacara-upacara yang ditujukan kepada Debata Mulajadi nabolon dan para pengikutnya dituntut untuk dapat mengasihi sesama
manusia serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang diajarkan oleh nenek moyang suku batak E. H. Tambunan 1982 ; 65
Setiap manusia hidup dengan aturan, dimana aturan tersebut bisa datang dari adat istiadat kelompok masyarakatnya dan adapula yang berasal dari agama
atau kepercayaan yang diakui sebuah kelompok masyarakat, sehingga manusia dapat dan mau melakukan apa saja untuk menunjukkan adat istiadat maupun
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan mereka. Masyarakat Batak mau melakukan upacara-upacara serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral karena ajaran dari kepercayaan mereka,
dimana asla mula religi dan intinya didasarkan pada: 1.
manusia sadar akan adanya konsep ruh 2.
manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tak dapat dijelaskan dengan akal
3. keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang senantiasa
dialami manusia dalam daur hidupnya 4.
kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam sekelilingnya 5.
adanya getaran emosi berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai warga dari masyarakatnya
6. manusia menerima suatu firman dari Tuhan
Koentjaraningrat 1997 ; 194-195 Upacara-upacara kepercayaan ini dilakukan pada hari-hari tertentu oleh
pengikut Ugamo Malim. Setelah Belanda datang ke tanah Batak dan mulai menjajah suku batak, Belanda melihat bahwa kepercayaan Suku Batak sebagai
ajaran sesat, bahkan Belanda menganggap kepercayaan Batak ini sebagai Gerakan perlawanan Politik Sitor Situmorang 2004 ; 411 .
Dalam tujuan penjajahannya, maka yang pertama kali yang dijajah Belanda adalah kepercayaan suku Batak yang tidak sesuai dengan kepercayaan
bangsa Eropa, para misi Zending yang datang pun mengatakan bahwa Ugamo Malim adalah kuasa jahilliah, kafir Sitor Situmorang 2004 ; 411 dan animisme
dimana bentuk religi ini didasarkan pada kepercayaan bahwa alam sekeliling tempat tinggal manusia dihuni oleh berbagai macam roh dan terdiri dari berbagai
Universitas Sumatera Utara
bentuk kegiatan keagamaan guna memuja roh-roh tersebut Koentjaraningrat 1997 ; 212 .
Banyaknya aliran kepercayaan saat itu di tanah Batak membuat Ugamo Malim yang di pimpin oleh Sisingamangaraja ini semakin terdesak dan terpuruk,
sehingga raja Sisingamangaraja pun akhirnya di uber-uber oleh Belanda karena dianggap telah menyebarkan ajaran sesat, tetapi karena Sisingamangaraja telah di
pilih oleh Debata Mulajadi Na Bolon sebagai Malim ni Debata untuk maningahon adat, harajaon uhum dan patik ni Debata di tanah batak dan menyampaikan
pesan tersebut kepada seluruh masyarakat batak maka Sisingamangaraja pun berjuang demi mempertahankan kepercayaan Ugamo Malim.
Pandangan Belanda tentang ajaran Ugamo Malim yang tidak meyakini Allah dan adanya perbedaan cara penyembahan antara Ugamo Malim dengan
keprecayaan Belanda yang saat itu telah menganut agama Kristen membuat belanda harus mengeluarkan keputusan untuk tidak mengembangkan kepercayaan
ini dan mulai mendatangkan beberapa orang Eropa ke tanah Batak untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Kristen kepada masyarakat Batak.
Belanda juga melarang pelaksanaan upacara-upacara kurban atau dahulunya disebut upacara bius dan lama kelamaan upacara inipun mulai lenyap
dan bahkan tidak ditemukan lagi sampai sekarang, jika pun ada hanya dilakukan oleh keluarga saja tetapi tidak lagi utuh seperti bentuk upacara aslinya dahulu,
saat ini upacara Bius ini dilakukan dengan terpenggal-penggal dan sudah disebut sebagai Horja Bius atau Asean Taon Sitor Situmorang 2004 ; 413
Misionaris pertama yang datang ke tanah Batak untuk menyebarkan ajaran Kristen yaitu Pdt. Lyman dan Pdt. Munson Missionaris dari Amerika Pdt. R. T.
Universitas Sumatera Utara
Munthe, MTh. 2007 ; 2 , kedua missionaries ini tidak berhasil untuk menyebarkan ajaran Kristen di tanah Batak karena kedua missionaries ini tidak
dapat memahami budaya serta bahasa suku Batak, pada tahun 1834 kedua missionaries ini pun terbunuh di Sisangkak Lobupining oleh Raja Panggalamei
Pdt. R. T. Munthe, MTh. 2007 ; 2 Pada tahun 1824 Burton dan Ward dari Barat datang ke tanah Batak
khususnya di Lembah Silindung dan mulai mempelajari tentang Batak dan kepercayaan Batak kemudian membuat tulisan mengenai Batak saat itu, pada
tahun 1853 Van der Tuuk datang ke Bakkara dimana dahulunya Bakkara masih menjadi Bona Pasogit Ugamo Malim, dalam hal ini ketiga bangsa barat tersebut
memahami masyarakat Batak adalah bukan masyarakat yang tidak punya struktur politik dan pemerintahan, dan sangat berbeda jauh dari prasangka masyarakat
barat yang melihat masyarakat Batak secara negatif. Pada masa ini masyarakat Batak sudah mengalami krisis dalam tifa Front
yaitu terancamnya lembaga Singamangaraja kepercayaan Ugamo Malim , masuknya Gereja, dan kekuasaan Belanda. Pengikut Ugamo Malim yang sangat
tertib dan tenteram dibawah kepemimpinan Sisingamangaraja tiba-tiba mulai terancam sirna, masuknya Gereja membuat upacara-upacara keagaamaan pun
dilarang untuk dilaksanakan sehingga masyarakat Batak merasakan kekosongan batinyang dahsyat, identitas masyarakat Batak yang berabad-abad dipelihara kini
terancam hancur Sitor Situmorang 2004 ; 411- 412 Pada Tahun 1861 Dr. IL. Nomensen datang ke tanah batak dan memulai
pekerjaannya untuk menyebarkan ajaran Kristen, Barus merupakan tempat pertama yang di datangi oleh Nomensen untuk memulai pekerjaannya sementara
Universitas Sumatera Utara
di Barus pengikut Ugamo Malim pun ada. Pdt. R. T. Munthe, MTh. 2007 ; 5 . Kemudian Nomensen mulai menyebarkan injil ke seluruh tanah Batak dan mulai
mendirikan beberapa Gereja, dengan ketekunan dan kesabarannya akhirnya Nomensen berhasil mengkristenkan masyarakat Batak dan meninggalkan
kepercayaan mereka, tetapi sebagian masyarakat masih ada yang tetap mau mempertahankan kepercayaan mereka dan memilih untuk tetap mengikut Ugamo
Malim. Melihat pengikut Ugamo Malim yang semakin berkurang maka seluruh
raja Bius dari Ugamo Malim pun mulai berusaha untuk mempertahankan kepercayaannya dan mulai mempertahankan pengikutnya dengan memberi poda,
uhum, adat, dan patik ni Debata di Tanah Batak, tanah suci Ugamo malim yang dahulunya terletak di Bakkara dan sekaligus merupakan tempat tinggal dari Raja
Sisingamangaraja beserta keluarganya kemudian di bumi hanguskan oleh Belanda, akhirnya Sisingamangaraja menghilang dan dikabarkan bersembunyi di
Dairi tepatnya di Hutan Lintong. Saat itu Belanda tetap mencari Sisingamangaraja, siapapun yang
membicarakan Sisingamangaraja dan ajarannya langsung ditangkap oleh Belanda. Para Panglima Sisingamangaraja pun saat itu telah pecah dan mulai membuat
kepercayaan masing-masing di tanah Batak, mendengar hal itu akhirnya Raja Sisingamangaraja membuat suatu perintah untuk disampaikan kepada Raja Mulia
Naipospos salah satu Panglima Sisingamangaraja untuk meneruskan ajaran Ugamo Malim, isi perintah tersebut yaitu bahwa Raja Mulia Naipospos diminta
untuk mendirikan Bale Pasogit di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi yang merupakan tempat tinggal dari Raja Mulia beserta keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
Banyak rintangan yang dialami oleh Raja Mulia dalam mendirikan Bale tersebut seperti perkataan yang kejam dari masyarakat luar dan penghalangan
materi, tetapi dengan tuntunan Raja Sisingamangaraja maka Raja Mulia pun berhasil mendirikan Bale Pasogit di Desa Pardomuan Nauli.
Raja Somalaing yang merupakan mantan Panglima Sisingamangaraja pun turut mendirikan ajaran kepercayaannya sendiri yaitu Ugamo Somalaing dan
berpusat di Janjimaria – Balige, tetapi Ugamo Somalaing tidak bertahan lama, saat Raja Somalaing dan Raja Mulia Naipospos ditangkap oleh kompeni Belanda
dan di buang ke Sulawesi, maka pengikut Ugamo Somalaing pun meredup, akhirnya Raja Somalaing pun meninggal di tempat pembuangan sementara Raja
Mulia Naipospos selamat dan kembali ke tanah Batak dan kembali memimpin Ugamo Malim
http:sibabiat.multiply.comjournalitem36AgamaKepercayaan_suku_Batak . Tahun 1921 Belanda mengeluarkan surat ijin untuk Ugamo Malim untuk
melaksanakan kembali upacara adat dan kemudian meresmikan Bale pasogit, kemudian pengikut Ugamo ini pun disebut masyarakat sebagai parmalim yang
berarti orang yang mengikuti ajaran Ugamo Malim, kemudian Bale Pasogit Parmalim pun di pusatkan di Hutatinggi atau Desa Pardomuan Nauli kecamatan
Laguboti kabupaten Toba samosir, dan kegiatan keagamaan pun seperti Upacara sipaha sada yang dilaksanakan pada bulan pertama kalender batak dan Upacara
Sipaha Lima yang jatuh pada bulan kelima kalender Batak pun akhirnya mulai dilaksanakan dibawah pimpinan Raja Mulia Naipospos.
Universitas Sumatera Utara
B. KEHIDUPAN SOSIAL PENGIKUT PARMALIM