Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank Berdasarkan Indikator BOPO Pada Bank Umum Di Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RENTABILITAS BANK
BERDASARKAN INDIKATOR BOPO PADA BANK
UMUM DI SUMATERA UTARA
SKRIPSIDiajukan Oleh :
LUVANI AMELIA NAINGGOLAN
040501061
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan 2008
(2)
ABSTRACT
This research titled is “Analyze factors Influence Banking Earning Based On ‘BOPO’ (Operational Payment and Operational Income) In Public Bank In North Sumatera”. This research uses per three-month data during the third three-month of 2000 until the first three-month of 2007 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know what factors that influence banking earning and how big the factors influence. The variable used are rate of interest credit (X1), Non Perfoming
Loan (X2), and the last trhee-month ‘BOPO’ (Y(t-1)).
The result from estimation of trhee variables shows that variables significant to banking earning. Determinan cooficient value equal to 0.91 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 91% and 9% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.
(3)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank Berdasarkan Indikator BOPO Pada Bank Umum di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data triwulan dari tahun 2000 triwulan III sampai dengan tahun 2007 triwulan I yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistic yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas bank dan seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah Suku
Bunga Kredit (X1), NPL (Non Perfoming Loan) (X2) dan BOPO triwulan sebelumnya
(Y(t-1)).
Hasil estimasi dari ketiga varibel menyatakan bahwa variabel X1,X2 dan X3
signifikan atau berpengaruh nyata terhadap rentabilitas bank yang didasarkan pada indikator BOPO. Nilai koofisien determinasi (R-Square) sebesar 0,91. hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 91% sedangkan sisanya 9% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance
error.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank Berdasarkan Indikator BOPO Pada Bank Umum Di Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritongan, M.Ec, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Samad Zaino, M.S selaku Dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat penulis selesaikan.
4. Bapak Drs. Arifin Siregar, M.Si, selaku Dosen pembanding I
5. Bapak Paidi Hidayat, SE M.Si, selaku Dosen pembanding II.
6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, Msi, selaku dosen wali dan pembimbing
akademis selama penulis menjadi mahasiswa Ekonomi Pembangunan serta
(5)
Ekonomi Pembangungan atas pengajaran, bimbingan dan bantuannya pada
penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh Staff dan Pegawai Kantor Bank Indonesia Kota Medan atas
bantuannya dalam memberikan data sehingga skripsi ini dapat diseles3aikan.
8. Kepada orang tua penulis, Ayahanda T.C. Nainggolan dan Ibunda Anny
Sibuea, Amd serta abang dan adik penulis, Abang Andre dan Cici dan seluruh
Keluarga besar Sibuea atas doa, perhatian serta dorongan moril maupun
materil yang terus diberikan dalam penyusunan skripsi.
9. Buat kelompok “AGAVE” yang kukasihi dan sayangi, yaitu Kak Welfa,
Yanti, Tanti, Rina, Nces, Tina, dan Rita, buat doa, semangat, dan motivasi
untuk selalu bersama-sama dalam suka dan duka dan tetap berjuang dalam
kebersamaan dan kebahagiaan yang tidak dapat dilupakan.
10.Buat Leony, Ida, Jemmy, Emma dan Eka, buat motivasi, dukungan dan
pengalaman-pengalaman indah yang banyak kita lalui bersama. dan buat
teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Pembangunan stambuk
2004 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak
mendukung melalui bimbingan moril dan juga doa bagi penulis selama
mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
11.Buat Supryanto Stevenson, terimakasih buat kasih sayang, motivasi, perhatian
(6)
Penulisan skripsi merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
kesarjanaan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna dan dapat bermanfaat dimasa
yang akan datang. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan damai sejahtera bagi kita semua dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Maret 2008
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Hipotesis ... 6
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II URAIAN TEORITIS ... 8
2.1 Bank ... 8
2.1.1 Pengertian Bank ... 8
2.1.2 Fungsi Bank ... 10
2.1.3 Jenis-jenis Bank ... 11
(8)
2.2.1 Pengertian Bank Umum ... 17
2.2.2 Fungsi dan Peranan Bank Umum Dalam Perekonomian ... 19
2.2.3 Ruang Lingkup Kegiatan Bank Umum ... 20
2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Operasional Bank Umum ... 23
2.2.5 Risiko-risiko Usaha Bank Umum ... 24
2.2.6 Neraca Bank Umum ... 29
2.2.7 Evaluasi Kesehatan Bank Umum ... 31
2.3 Rentabilitas Bank Umum ... 32
2.3.1 Pengertian Rentabilitas Bank ... 32
2.3.2 Analisis Rasio Rentabilitas ... 35
2.3.3 Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional ... 36
2.4 Tingkat Suku Bunga ... 37
2.4.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 37
2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga ... 38
2.4.3 Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit .. 41
2.5 Kredit ... 42
2.5.1 Pengertian Kredit ... 42
2.5.2 Tujuan dan Fungsi Kredit ... 43
2.5.3 Aspek-Aspek Yang Dipertimbangkan Dalam Pemberian Kredit ... 43
(9)
2.5.5 Tujuan Pengelolaan Kredit ... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
3.1 Ruang Lingkup Penelitian . ... 47
3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 47
3.3 Pengolahan Data ... 47
3.4 Model Analisis Data ... 48
3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 49
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 52
3.7 Defenisi Operasional ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 54
4.1.1 Kondisi Geografis ... 54
4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 55
4.1.3 Kondisi Demografis ... 55
4.1.4 Potensi Wilayah ... 56
4.2 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara ... 58
4.2.1 Perkembangan PDRB Sumatera Utara ... 59
4.2.2 Perkembangan Laju Inflasi ... 62
4.3 Perkembangan Perbankan Di Sumatera Utara ... 58
(10)
4.3.2 Perkembangan Suku Bunga Kredit ... 68
4.3.3 Perkembangan NPL ... 70
4.4 Hasil Penelitian ... 72
4.4.1 Interpretasi Model ... 73
4.4.2 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness of Fit) ... 74
4.4.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Faktor-Faktor Yang Dinilai Dalam CAMEL dan Bobotnya 28
2.2 Neraca Bank Umum 30
4.1 Laju Inflasi Tahunan dan triwulanan Sumatera Utara 64
4.2 Perkembangan Rasio BOPO 67
4.3 Perkembangan Suku Bunga Kredit 69
(12)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
3.1 Kurva Uji t-Statistik 51
3.2 Kurva Uji F-Statistik 52
4.1 Uji-t variabel Suku Bunga Kredit 75
4.2 Uji-t variabel NPL 76
4.3 Uji-t variabel Rasio BOPO Triwulan Sebelumnya 77
(13)
DAFTAR SINGKATAN
BOPO : Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional NPL : Non Perfoming Loan
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
No. LAMPIRAN
1 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004
2 : PDRB SUMUT Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku (Juta Rp) Tahun 2002-2006
3 : PDRB SUMUT Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan (Juta Rp) Tahun 2002-2006
4 : Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan
(unit) Tahun 2002-2007
5 : Data Variabel
6
7
8
9
: Hasil Regresi Variabel Suku Bunga Kredit (X1) terhadap NPL
(X2 ) dan Rasio BOPO Triwulan Sebelumnya (X3)
: Hasil Regresi Variabel NPL (X2) terhadap Suku Bunga Kredit
(X1 ) dan BOPO Triwulan Sebelumnya (X3)
: Hasil Regresi Variabel NPL (X2) terhadap Suku Bunga Kredit
(X1 ) dan BOPO Triwulan Sebelumnya (X3)
: Hasil Regresi Variabel BOPO Triwulan Sebelumnya (X3)
(15)
ABSTRACT
This research titled is “Analyze factors Influence Banking Earning Based On ‘BOPO’ (Operational Payment and Operational Income) In Public Bank In North Sumatera”. This research uses per three-month data during the third three-month of 2000 until the first three-month of 2007 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know what factors that influence banking earning and how big the factors influence. The variable used are rate of interest credit (X1), Non Perfoming
Loan (X2), and the last trhee-month ‘BOPO’ (Y(t-1)).
The result from estimation of trhee variables shows that variables significant to banking earning. Determinan cooficient value equal to 0.91 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 91% and 9% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.
(16)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank Berdasarkan Indikator BOPO Pada Bank Umum di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data triwulan dari tahun 2000 triwulan III sampai dengan tahun 2007 triwulan I yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistic yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas bank dan seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah Suku
Bunga Kredit (X1), NPL (Non Perfoming Loan) (X2) dan BOPO triwulan sebelumnya
(Y(t-1)).
Hasil estimasi dari ketiga varibel menyatakan bahwa variabel X1,X2 dan X3
signifikan atau berpengaruh nyata terhadap rentabilitas bank yang didasarkan pada indikator BOPO. Nilai koofisien determinasi (R-Square) sebesar 0,91. hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 91% sedangkan sisanya 9% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance
error.
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar BelakangPerbankan merupakan bagian dari lembaga perantara keuangan yang tidak
dapat dipisahkan serta memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian
suatu negara. Sehingga kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari sejauh
mana peranan perbankan dalam kegiatan perekonomian tersebut. Kebutuhan dunia
perdagangan memicu lahirnya bank dan dalam perkembangan selanjutnya
perdagangan dan perbankan akan saling mempengaruhi satu sama lain. Bank adalah
perusahaan jasa keuangan yang menyangkut kepentingan banyak pihak, khususnya
pelaku ekonomi, debitur, dan para pemilik dana yang disimpan dibank.
Sesuai dengan UU RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pengertian bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Ekonomi perbankan mencakup dua sisi dari sebuah mata uang. Disatu sisi,
Ekonomi perbankan menyangkut bank sebagai pencipta uang sehingga
pembahasannya bersentuhan dengan ekonomi moneter. Disisi lain, ekonomi
perbankan membahas kedudukan bank sebagai sebuah rumah tangga perusahaan,
yang secara esensial berurusan dengan sumber keuangan dan bagaimana
(18)
Krisis ekonomi 1998 bermula dari krisis moneter yang mulai terjadi pada
pertengahan tahun 1997. Lembaga keuangan yang paling awal terkena dampaknya
adalah bank. Hal ini bukan saja disebabkan oleh karena bank merupakan lembaga
keuangan terbesar dan terluas di Indonesia melainkan juga disebabkan oleh
pengelolaan perbankan di Indonesia yang selama sebelum terjadinya krisis, kurang
mengindahkan kaidah manajemen dan peraturan-peraturan perbankan.
Tetapi sejak tahun 1999 dengan dibuatnya undang-undang baru tentang Bank
Sentral yaitu Bank Indonesia yang telah memberi keleluasaan dan independensi BI
untuk mengawasi dan membina bank-bank, maka pengelolaan perbankan sudah
menjadi lebih baik meskipun masalah-masalah perbankan yang sudah ada tidak dapat
diselesaikan dalam jangka pendek. Setelah krisis ekonomi melanda Indonesia banyak
bank yang dilikuidasi oleh Bank Sentral karena dianggap tidak sanggup lagi
melaksanakan salah satu fungsi pokoknya yaitu fungsi intermediasi .
Tahun 2000-2002 dinggap sebagai suatu periode dimana perbankan memasuki
era baru dimana jumlah bank dan kantor serta kinerja keuangan bank umum
mengalami perkembangan. Meskipun pada tahun 1997 perekonomian Indonesia
menghadapi persoalan berat disektor keuangan, khususnya perbankan, namun
perkembangan lembaga - lembaga keuangan di Indonesia sangat mengesankan.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan perkembangan jumlah dana yang berhasil
dikelola (dikumpulkan dan disalurkan) oleh bank umum di Indonesia. Pada tahun
1998 jumlah bank mencapai 208 dengan jumlah kantor 7.532. Pada tahun 1999
(19)
terdiri atas 38 bank umum swasta nasional, 4 bank campuran, 1 bank pembangunan
daerah, dan adanya merger bank persero.
Pada tahun 2000 jumlah bank secara keseluruhan mengalami penurunan dari
151 menjadi 141 pada tahun 2002. Penurunan ini bersumber dari berkurangnya bank
swasta nasional dan bank campuran. Penurunan ini jauh lebih sedikit dibanding tahun
1998-1999. Semakin menurunnya tingkat pengurangan bank umum memberikan
indikasi makin stabilnya industri perbankan. Kesimpulan itu juga diperkuat dengan
semakin meningkatnya jumlah kantor bank dari 6.509 pada tahun 2000 menjadi 7.001
pada tahun 2002.
Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Suku Bunga Kredit
adalah bunga atau harga yang diberikan oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas
dana atau pinjaman yang diberikan kepadanya. Dalam setiap bank pasti terdapat
pinjaman atau kredit bermasalah yang biasa disebut dengan Non Performing Loan
(NPL). Hal ini terjadi karena debitur tidak mampu memenuhi dan melaksanakan
syarat-syarat yang telah ditetapkan antara bank dan debitur dalam proses
pengembalian pinjamannya ke bank. Dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat
bank harus melakukan analisa terlebih dahulu kepada calon nasabah debitur sehingga
hal ini memperkecil kemungkinan adanya NPL. NPL yang besar akan menyebabkan
nilai rasio BOPO tinggi, artinya efisiensi pada bank tersebut rendah. Hal ini
(20)
Kondisi kesehatan bank bisa sangat terpengaruh oleh tingkat kepercayaan
masyarakat dan tingkat kepercayaan ini bisa berubah - ubah karena situasi ketertiban
dan keamanan, isu kalah kliring, penundaan pencairan dana, apalagi sampai terjadi
rush serta manajemen bank yang tidak bagus. Dalam manajemen bank, agar kondisi
bank tetap sehat, perlu dicermati faktor likuiditas, modal, kualitas aset, rentabilitas
atau efisiensi dan manajemen.
Hal ini terkait juga dengan tingkat kesehatan bank yang harus menjadi
kepedulian semua pihak baik pemegang saham, dewan komisaris, direksi maupun BI
sebagai pembina dan pengawas. Pengalaman selama ini mengajarkan bahwa
manajemen bank secara serampangan dan pengawasan yang sangat lemah
menyebabkan kondisi perbankan indonesia sangat terpuruk, bahkan banyak yang
bangkrut ( dilikuiditas atau dibekukan ) atau hampir bangkrut (diambil alih dan
restrukturisasi).
Salah satu faktor yang perlu dicermati adalah rentabilitas atau efisiensi bank
yang merupakan kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan
dalam persentase. Rentabilitas pada dasarnya adalah laba (Rp) yang dinyatakan dalam
% profit.
Indikator untuk pencapaian rentabilitas atau efisiensi dalam menghasilkan
laba yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral terhadap bank umum
adalah Return on Asset ( ROA ) atau tingkat pengembalian aset dan Rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional ( BOPO ). Angka Return On Assets
(21)
dengan total aset atau hasil perkalian antara tingkat profitabilitas bank dengan tingkat
efisiensi penggunaan aktiva. Bank Indonesia menetapkan angka ROA 2% agar
sebuah bank umum dapat dikatakan dalam kondisi sehat. Untuk Angka Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dengan membandingkan
biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam
periode yang sama. Bank Indonesia menetapkan angka BOPO 70% - 80% agar
sebuah bank dapat dikatakan dalam kondisi sehat.
Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitasnya yang terus
meningkat. Hasil yang diperoleh akan menggambarkan kondisi bank umum dan
kemampuan pengelolaannya.
Berdasarkan uraian - uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna penyelesaian skripsi dengan judul “Analisis Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Rentabilitas Bank Berdasarkan Indikator Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Umum di Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini. Selain itu,
rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari
(22)
1. Berapa besar pengaruh tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Rentabilitas bank
berdasarkan indikator BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional) pada Bank umum di Sumatera Utara.
2. Berapa besar pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Rentabilitas
bank berdasarkan indikator BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional) pada Bank umum di Sumatera Utara.
3. Berapa besar pengaruh Rasio BOPO Triwulan sebelumnya terhadap
Rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO (Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional) pada Bank Umum di Sumatera Utara.
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada,
dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut :
1. Tingkat Suku Bunga kredit berpengaruh positif terhadap Rentabilitas bank
berdasarkan indikator BOPO pada Bank Umum di Sumatera Utara.
2. Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh positif terhadap Rentabilitas bank
berdasarkan indikator BOPO pada Bank Umum di Sumatera Utara.
3. Rasio BOPO pada tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
Rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO pada Bank Umum di Sumatera
(23)
1.4Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga kredit
terhadap Rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO (Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional) pada Bank Umum di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Non Perfoming Loan (NPL)
terhadap Rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO (Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional) pada Bank Umum di Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh BOPO pada tahun sebelumnya
terhadap Rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO (Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional) pada Bank Umum di Sumatera Utara.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai bahan studi atau tambahan literature bagi
mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi
Pembangunan.
2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Untuk menambah dan memperkaya wawasan ilmiah penulis dalam disiplin
ilmu yang penulis tekuni khususnya mengenai factor - factor yang
mempengaruhi rentabilitas perbankan berdasarkan indikator BOPO (Biaya
(24)
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 BANK2.1.1 Pengertian Bank
Pada umumnya masyarakat mendefenisikan bank adalah tempat untuk
menyimpan atau menabung dan meminjam dana.
Menurut Tohar (2000), bank pada hakekatnya merupakan lembaga
pengumpul dana, industri jasa keuangan dan industri fasilitatif. Sedangkan
menurut Usman (2001), bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta
memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.
Pengertian Bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Pengertian dalam Undang-Undang tersebut mengandung kandungan
filosofis yang tinggi. Pengertian secara teknis dapat ditemukan pada Peraturan
(25)
RI Nomor 792 tahun 1990. Pengertian Bank menurut PSAK Nomor 31
adalah:
Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun
1990 pengertian bank adalah:
Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya dibidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan
menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha
perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
1) Menghimpun dana ( funding ) 2) Menyalurkan dana ( lending )
3) Memberikan jasa – jasa bank lainnya ( services )
Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan
pokok perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya
(26)
2.1.2 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, dan secara lebih
spesifik fungsi bank sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services.
a. Agent Of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam
hal menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, dan juga percaya bahwa pada saat yang
telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanannya di bank. Pihak
bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya kepada
debitur atau masyarakat apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya,
debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai
kemauan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya
bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta
kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b. Agent Of Development
Sektor dalam perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil
(27)
mempengaruhi satu dengan yang lain. Sector riil tidak akan dapat berkinerja
dengan baik apabila sector moneter juga tidak bekerja dengan baik. Tugas
bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan perekonomian sector riil. Kegiatan bank tersebut
memungkinkan masyarakat menanamkan investasi, distribusi, konsumsi, yang
selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi, ini tidak lain adalah
kegiatan pembangunan ekonomi masyarakat.
c. Agent Of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa
pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan
bank dan jasa menyelesaikan tagihan.
Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian,
sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara
keuangan atau financial intermediary institution. 2.1.3 Jenis-Jenis Bank
(28)
a. Dilihat Dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan No 14 tahun 1967, jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari :
a) Bank Umum
b) Bank Pembangunan
c) Bank Tabungan
d) Bank Pasar
e) Bank Desa
f) Lumbung Desa
g) Bank Pegawai
h) dan Bank lainnya
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998, maka jenis
perbankan dari segi fungsinya terdiri dari :
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan dalam
seluruh wilayah kerjanya. Bank umum sering disebut dengan bank komersil
(commercial bank). Pada UU RI Nomor 10 ini ditetapkan bahwa Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya menjadi Bank Umum.
(29)
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan UU RI tersebut di atas juga ditetapkan bahwa Bank Desa, Bank
Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai diubah fungsinya menjadi Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
b. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya
Maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut.
Berdasarkan kepemilikannya jenis bank terdiri dari :
1. Bank Milik Pemerintah
Bank ini didirikan dan diberi modal oleh pemerintah, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank jenis ini
adalah : Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
MANDIRI dan Bank Tabungan Negara (BTN). Bank milik pemerintah
daerah (Pemda) atau BPD terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II
masing-masing provinsi.
2. Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
(30)
Contoh bank jenis ini adalah : Bank Muamalat, Bank Central Asia (BCA),
Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, dan bank- bank swasta nasional
lainnya.
3. Bank Milik Koperasi
Pada bank jenis ini, kepemilikan saham-saham bank dimiliki oleh perusahaan
yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contohnya adalah Bank Umum
Koperasi Indonesia (BUKOPIN).
4. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik
swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya dimiliki oleh pihak
luar negeri. Contoh bank asing antara lain : ABN AMRO Bank, American,
European Asian Bank Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, dan
bank swasta asing lainnya.
5. Bank Milik Campuran
Pada bank campuran, kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
warga negara Indonesia. Contoh bank campuran adalah : Bank Finconesia,
Bank UJF Indonesia, Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, Bank ANZ Panin,
Rabobank International Indonesia, Bank Multicor, Bank Mizuho Indonesia,
dan bank campuran lainnya.
c. Dilihat Dari Segi Status
Dilihat dari kemampuan melayani masyarakat bank umum dibagi
(31)
1. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque,
pembukaan dan pembayaran letter of credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
2. Bank Non devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank non devisa
merupakan kebalikan dari bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan
masih dalam batas-batas negara.
d. Dilihat Dari Segi Pembagian Hasil atau Pembayaran Bunga
Berdasarkan cara menentukan harga baik harga jual maupun harga beli
jenis bank adalah sebagai berikut :
1. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
bangsa Indonesia dimana asal mulanya bank di Indonesia dibawa oleh
(32)
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya,
bank yang berdasarkan kepada prinsip konvensional menggunakan dua
metode yaitu :
b. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga
tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
c. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia.
Namun di luar negeri terutama di Negara-negara Timur Tengah, jenis bank ini
sudah cukup lama berkembang pesat. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang
berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ( mudharabah )
(33)
3. Prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan ( murabahah )
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah )
5. Atau pembiayaan dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank atau pihak lain (ijahwaraiqtina ) Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar
hukumnya adalah Alquran dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip
syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.
2.2 BANK UMUM
2.2.1 Pengertian Bank Umum
Bank umum adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya
adalah mencari keuntungan, yaitu selisih antara pendapatan dengan biaya.
Pendapatan bank besumber dari hasil kegiatan yang berupa pemberian
pinjaman dan jasa keuangan lainnya. Sedangkan biaya bersumber dari biaya
bunga dana, biaya operasioanal, biaya pencadangan atas resiko kredit dan
lain-lain.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka (3) UU no. 10 tahun 1998, bank
umum adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran”.
Terdapat perbedaan antara bank umum dengan lembaga keuangan non
(34)
1) Bank umum mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi uang beredar
melalui proses penciptaan atau kontraksi kredit.
2) Bank umum merupakan suatu ”supermarket” bukan toko special barang
tertentu, artinya bank umum tidak hanya melayani deposito atau tabungan
saja, tetapi juga melayani jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan lembaga
keuangan non bank lebih merupakan toko spesial saja, artinya hanya
menjalankan satu kegiatan saja (Nopirin:2000).
Penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas
dasar:
a. Prioritas penggunaan dana
Menurut Dahlan Siamat (1993:125), alokasi dana bank berdasarkan prioritas penggunaan terdiri atas:
a. Cadangan primer (primary reserve), merupakan prioritas pertama dan yang
paling utama dalam alokasi dana bank.
b. Cadangan sekunder (secondary reserve) merupakan prioritas kedua dan
sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer.
c. Penyaluran kredit merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank
setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangn sekunder.
d. Investasi portofolio, merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank
diman dana yang dialokasiakan dalam kategori ini adalah dana sisa setelah
penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target
(35)
b. Sifat aktiva
Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank
kedalam bentuk-bentuk aktiva yaitu:
a. Penanaman dana dalam aktiva produktif
Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang
dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai
dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit yang
diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan
penyertaan modal.
b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif
Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank ke dalam aktiva yang
tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva
tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap
dan inventaris.
Defenisi bank umum seperti di atas pada dasarnya merupakan
penekanan pada fungsi tambahan bank umum dalam hal pemberian pelayanan
atau jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Inilah yang membedakan
prinsipal antara Bank Umum dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
2.2.2 Fungsi dan Peranan Bank Umum Dalam Perekonomian
Fungsi-fungsi bank umum seperti diuraikan di bawah ini menunjukkan
betapa pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern.
(36)
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran
lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring).
b. Mendukung Kelancaran Sistem Pembayaran
Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan
setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan uang tunai, kredit,
fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik
dan system pembayaran elektronik.
c. Penghimpun Dana Simpanan
Dana yang paling banyak dihimpun bank umum adalah dana simpanan. Di
Indonesia, dana simpanan terdiri dari giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan
itu. Dana dan simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, terutama melalui penyaluran kredit.
d. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Kesulitan-kesulitan transaksi internasional baik interaksi barang/ jasa ataupun
transaksi modal antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena
perbedaan geografis, jarak, budaya, dan system moneter masing-masing
negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional
(37)
e. Penyimpanan Barang-Barang dan Surat – Surat Berharga
Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimiliknya
seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan
oleh bank untuk disewa (safety box / deposit box ).
f. Pemberian Jasa- Jasa Lainnya
Pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum semakin banyak antara lain:
pembayaran listrik, telepon, membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang
melalui ATM, dan membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa bank.
Jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pihak yang menggunakannya.
2.2.3 Ruang Lingkup Kegiatan Bank Umum
Ruang lingkup kegiatan bank umum dapat dikelompokkan menjadi 3
kegiatan utama, yaitu meliputi:
a. Menghimpun Dana dari Masyarakat (Funding)
Karakteristik bank umum sebagai lembaga keuangan yaitu menghimpun dana
dari unit surplus dan menyalurkannya kepada unit defisit. Sumber-sumber
dana dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
1. Simpanan Giro (Giro Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Pada setiap rekening
(38)
nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang
bersangkutan.
2. Simpanan Tabungan ( Saving Deposit )
Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan
dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi, atau kartu
anjungan tunai mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan
akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya.
3. Simpanan Deposito ( Time Deposit )
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh
tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun
saat ini sudah ada banyak bank yang memberikan fasilitas deposito yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Dalam praktiknya, jenis Time
Deposit terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on
call.
b. Menyalurkan Dana ( Landing )
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun
dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan landing.
Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian
pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit
yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis tergantung dari
(39)
tingkat suku bunga yang ditawarkan sebelum kredit dikucurkan, bank terlebih
dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini
meliputi berbagai aspek penilaian. Penerimaan kredit akan dikenakan bunga
kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menjalankannya, besar
kecilnya bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang
menbyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi
keuntungan bank mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga
kredit dengan bunga simpanan.
c. Memberi Jasa-Jasa Bank Lainnya ( Service )
Jasa-jasa lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang,
kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah,
bahkan dimasa ini kegiatan ini merupakan kontribusi keuntungan yang tidak
sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin
mengecil bahkan cenderung negative spread (bunga simpanan lebih besar dari
bunga kredit).
Dalam praktiknya, jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi:
1. Kiriman Uang (Transfer)
2. Kliring
3. Inkaso
4. Safe Deposit Box
(40)
6. Letter of Credit (L/C)
2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Operasional Bank Umum a. Biaya Total
Untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan, bank umum harus memberikan
balas jasa atau kompensasi. Untuk dana deposito, bank umum memberikan
balas jasa bunga deposito, sedangkan untuk pinjaman, bank umum harus
memberikan balas jasa seperti pendapatan bunga bagi para pemberi pinjaman.
Untuk menjalankan kegiatan operasional, bank umum memerlukan dana
untuk biaya-biya operasioanal. Biaya operasional yang paling utama adalah
tenaga kerja, dan administrasi. Dengan demikian biaya total yang harus
dikeluarkan bank umum adalah biaya dana ditambah biaya operasional.
b. Pendapatan Total
Bank umum memperoleh pendapatan atas dana-dana yang disalurkan berupa
bunga yang dibayar debitur, dan penerimaan/pendapatan yang diterima atas
jasa-jasa yang diberikan bank. Pendapatan bank mutlak harus ada dalam
menjamin kontinuitas bank bersangkutan. Pendapatan bank adalah jika
penghasilan yang diterima lebih besar dari jumlah pengeluarannya.
Penghasilan bank berasal dari hasil operasional bunga pemberian kredit, agio
saham, dan lain-lain. Pendapatan bank sama dengan price credit dikurangi
dengan cost of money(cost of fund ditambah overhead cost) atau Total revenue dikurangi dengan total cost yang dinyatakan dengan kesatuan uang kartal
(41)
c. Laba
Bank akan memperoleh laba bila pendapatan total (total revenue / TR ) lebih
besar dari biaya total ( total cost / TC ). Laba bank akan bertambah besar
apabila peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan penambahan biaya
total yang lebih kecil. Sekalipun pendapatan menurun, bank dapat saja
meningkatkan laba bila penurunan pendapatan tersebut diimbangi dengan
penurunan biaya yang lebih besar. 2.2.5 Risiko-Risiko Usaha Bank Umum
Risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat ketidakpastian
mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Risiko usaha yang
dapat dihadapi oleh bank antara lain sebagai berikut :
a) Risiko Kredit
Risiko kredit sering juga disebut risiko gagal tagih (default Risk), yaitu
risiko yang dihadapi karena ketidakmampuan nasabah membayar bunga
kredit dan cicilan pokok pinjaman. Risiko ini akan semakin besar bila bank
umum tidak mampu meningkatkan atau memperbaiki kualitas kredit yang
disalurkan. Umumnya risiko akan semakin besar bagi bank-bank yang
sangat ekspansif menyalurkan kredit, sehingga mengabaikan kualitas kredit.
b) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas (liquidity risk) terjadi bila bank tidak mampu menyediakan
(42)
memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi dalam tempo <1 tahun.
Risiko likuiditas berkaitan dengan struktur aktiva dan passiva bank umum.
c) Risiko Tingkat Bunga (Interest rate risk)
Risiko tingkat bunga adalah risiko yang dihadapi bank umum karena
perubahan tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi
biaya dana (cost fund) maupun pendapatan bunga (interest income). Sebuah
bank umum akan menghadapi risiko tingkat bunga bila pendapatan atau
biaya bunganya semakin sensitive terhadap perubahan tingkat bunga.
d) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang berkaitan dengan pengelolaan umum.
Jika kemampuan manajemen sebuah bank umum sangat rendah, maka risiko
operasional akan semakin banyak dihadapi.
e) Risiko Modal (Capital Risk atau Solvency Risk)
Risiko yang terjadi akibat ruginya beberapa asset yang pada gilirannya
menurunkan posisinya modal bank. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai
ekuitas bersih.
CAMEL
Ukuran kinerja bank umum yang lebih komprehensif adalah CAMEL, yang
mencakup seluruh aspek yang penting dalam eveluasi kesehatan/kinerja bank
umum.
Di Indonesia penggunaan metode CAMEL untuk eveluasi kinerja bank umum
(43)
sebagai bank sentral Republik Indonesia melakukan evaluasi kesehatan bank
umum dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi
Bank sebagai sarana yang berperan strategis ini harus mampu sebagai wahana
yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara bertanggung
jawab. Pengelolaan dana masyarakat secara efektif dan efisien dapat diukur dari
kinerja keuangannya. Kinerja keuangan suatu usaha bank sangat tergantung pada
keberhasilan ataupun kegagalan dari kegiatan operasionalnya. Cara untuk
mencapai sasaran yang ingin dicapai oleh setiap bank berbeda-beda, tetapi hanya
ada satu sasaran yang harus dicapai bank umum, yaitu mendapat keuntungan yang
layak.
Kesehatan bank pada dasarnya merupakan kepentingan semua pihak, baik
pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia
(Bank Indonesia) sebagai pengawas dan pembina bank. Masing-masing pihak
perlu meningkatkan dirinya dan secara bersama-sama berupaya untuk
mewujudkan bank yang sehat. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh
pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian (Prudential Banking System), kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku dan manajemen risiko.
Menurut Juli Irmayanto ( 2002 : 92 ) secara teoritis ada 2 macam pendekatan
untuk menilai kesehatan suatu bank yakni metode CAMEL ( Capital, Asset,
(44)
Quality, Growth, Liquidity, Equity, dan Strategic Management ). Menurut SK Direksi Bank Indonesia No. 30 / 2 / UPBB 30April 1997 tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bahwa tingkat kesehatan bank dinilai
dengan pendekatan CAMEL dengan mengukur kualitas faktor permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.
Pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan tersebut dilakukan dengan
mengkuantifikasi komponen dari masing – masing faktor. Selanjutnya, faktor dan
komponen diberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan
bank. Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit (reward
system) yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai 100.
Berdasarkan hasil penilaian atas dasar bobot, kemudian ditetapkan 4 ( empat )
predikat tingkat kesehatan bank, yaitu :
a) Sehat, jika nilai kredit 81 sampai 100
b) Cukup sehat, jika nilai kredit 66 sampai dengan kurang 81
c) Kurang sehat, jika nilai kredit 51 sampai dengan kurang 66
d) Tidak sehat, jika nilai kredit 0 sampai dengan kurang 51
Untuk memberikan penjelasan mengenai indikator yang dinilai dalam analisis
CAMEL untuk mengukur tingkat kesehatan bank, dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut :
(45)
Tabel 2.1
FAKTOR – FAKTOR YANG DINILAI DAN BOBOTNYA
Faktor yang dinilai Komponen Bobot
1. Capital (Permodalan) Rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko
25 %
2. Assets (Kualitas Aktiva Produktif)
a. Rasio aktiva produktif yang
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.
25 %
5 %
3. Management
(Manajemen)
a. Manajemen Umum
b. Manajemen Resiko
10 % 15 %
4. Earning
(Rentabilitas)
a. Rasio laba terhadap rata – rata
volume usaha
b. Rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional
5 %
5 %
5. Liquidity (Likuiditas) a. Rasio kewajiban bersih call money
terhadap aktiva lancar dalam rupiah
b. Rasio kredit terhadap dan yang
diterima oleh bank dalam rupiah dan valuta asing
5 %
5 %
(46)
2.2.6 Neraca Bank Umum
Untuk mempermudah pemahaman bagaimana bank beroperasi, perlu
dipahami bentuk neraca bank yaitu daftar yang memuat mengenai kekayaan (
asset ) dan kewajiban dan modal bank. Sebagaimana halnya dengan neraca perusahaan, neraca bank juga merupakan persamaan dari :
Total Asset = Kewajiban + Modal
Neraca bank menggambarkan sumber –sumber dana bank dan
penggunaan dana bank. Bank mendapat dana dengan cara menerima
simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka, kemudian
mengalokasikannya dengan memberi pinjaman atau membeli surat –surat
berharga. Agar bank mendapat marjin, maka tingkat bunga kredit harus lebih
tinggi dari biaya yang dibayarkan kepada pemilik dana. Penyaluran dana
dalam bentuk kredit mendominasi asset bank. Sementara dana masyarakat
merupakan sumber utama dana bank terutama dalam bentuk giro, tabungan,
dan deposito berjangka.
Untuk memberikan ilustrasi mengenai neraca bank, di bawah ini
merupakan komponen neraca bank umum berdasarkan persentase Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR ) masing-masing pos utama neraca dari
(47)
Tabel 2.2 Neraca Bank Umum
(% dari total)
POS AKTIVA (%) POS KEWAJIBAN DAN
EKUITAS (%)
Kas 0,5 Giro 7,8
Giro pada BI 4,0 Kewajiban segera lainnya 15,2
Giro pada bank lain 0,5 Tabungan 8,4
Penempatan pada bank lain 13,9 Deposito berjangka 44,6
Surat-surat berharga 3,8 Sertifikat deposito 10,3
Kredit yang diberikan 70,0 Surat berharga yg diterbitkan -
Penyertaan 3,7 Pinjaman yang diterima 6,4
Biaya dibayar di muka 0,8 Pinjaman subordinasi -
Aktiva tetap 1,4 Kewajiban lain 0,8
Aktiva sewa guna usaha 0,2 Ekuitas 6,5
Aktiva lain-lain 1,2
JUMLAH 100 JUMLAH 100
Sumber : Manajemen Perbankan (2000) Ir. Drs. Lukman Dendawijaya, M.M.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kredit penyaluran mempunyai
mempunyai persentase paling besar dari total aktiva bank umum yaitu sebesar 70%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dana yang dimiliki dialokasikan dalam
(48)
2.2.7 Evaluasi Kesehatan Bank Umum
Evaluasi kesehatan atau kinerja bank umum bertujuan mengetahui
kesehatan dan masa depan bank atau perbankan secara keseluruhan. Evaluasi
dibutuhkan karena mempertimbangkan pihak-pihak yang terkait.
Ada beberapa kebijaksanaan yang dilaksanakan dalam proses
penyehatan perbankan, antara lain :
1. Menelaah kinerja bank-bank rekap dalam melaksanakan kebijakan, termasuk
kinerja bank yang berhubungan dengan fungsi intermediasi keuangan.
2. Mengevaluasi berbagai kebijakan, regulasi, dan peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penyehatan perbankan.
3. Mengevaluasi kebijakan makro ekonomi yang terkait dengan pertumbuhan
sektor riil.
Sehingga dari pelaksanaan ketiga kebijaksanaan diatas dapat disimpulkan :
1. Kebijakan rekapitalisasi telah membantu bank sehingga dapat beroperasi
secara normal.
2. Fungsi intermediasi perbankan telah meningkat.
3. Rendahnya penyerapan kredit diduga menjadi penyebab perbankan masih
memfokuskan diri pada manajemen portofolio non kredit.
4. peningkatan kredit yang saat ini berlangsung, perlu dilakukan secara
(49)
5. Terdapat perkembangan disisi sektor riil berupa laju pertumbuhan investasi
secara makro jauh lebih rendah dibandingkan pra krisis dan utilisasi kapasitas
yang terpasang juga rendah.
2.3 RENTABILITAS BANK UMUM 2.3.1 Pengertian Rentabilitas Bank
Secara umum rasio rentabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
bank untuk menghasilkan laba. Dari segi ekonomis, rentabilitas adalah
perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva.
Dalam suatu perusahaan perbankan atau bank, umumnya masalah
rentabilitas adalah lebih penting daripada laba, karena laba yang besar
bukanlah merupakan ukuran bahawa suatu bank telah bekerja secara efisien.
Efisiensi suatu bank dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau
dengan langsung menghitung rentabilitasnya.
Penilaian rentabilitas pada suatu perusahaan umumnya
bermacam-macam caranya. Hal ini tergantung pada laba dan aktiva mana yang akan
dibandingkan, apakah yang dibandingkan itu laba yang berasal dari
perusahaan atau laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan seluruh
aktiva yang digunakan ataukah membandingkan laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri.
Rentabilitas merupakan kriteria penilaian secara menyeluruh dan luas
(50)
pekerjaan operasi suatu perusahaan, karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Rentabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternative
investasi / penanaman modal yang sesuai dengan tingkat resiko
masing-masing secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar resiko suatu
investasi dituntut rentabilitas yang tinggi.
2. Rentabilitas mampu menggambarkan tingkat laba yang menghasilkan
menurut jumlah yang ditanamkan karena rentabilitas yang dinyatakan
dalam angka relative.
Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan, dengan tingkat rentabilitas yang tinggi
dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi pula.
Dari semua pengertian rentabilitas diatas, dapat disimpulkan bahwa
rasio rentabiltas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu.
Rentabilitas bank (banking profitability) adalah kesanggupan sebuah
bank untuk memperoleh laba berdasarkan investasi yang dilakukannya.
Rentabilitas bank juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas bank yang
tinggi akan menguntungkan bank, karena:
1. Dapat menarik calon investor untuk menanamkan modal atau cadangannya
(51)
memperbesar dayanya untuk melayani nasabah. Sebaliknya, rentabilitas yang
rendah akan menyulitkan penjualan saham, atau mendorong para persero yang
ada bahkan menjual kembali sahamnya sehingga karenanya kurs sahan akan
tertekan di bursa.
2. Dapat menambah cadangan bank sehingga kredibilitas nasabah terhadap bank
itu pun akan bertambah besar. Sebaliknya, rentabilitas yang rendah akan
menurunkan kredibilitas nasabah terhadap manajemen bank. Oleh karena itu,
soliditas (mutu kepastian) manejemennya akan menurun.
Rentabilitas bank yang baik bukan saja menguntungkan bank itu sendiri,
namun juga menguntungkan masyarakat, karena :
1. Bagi para peminjam. Jika bank berhasil menyimpan cadangan (dari laba yang
ditahan), maka para debitur mempunyai peluang yang lebih besar untuk
memperoleh pinjaman sehingga likuiditas masyarakat akan ‘menghangatkan’
pasar.
2. Bagi para penyimpan cadangan bank yang semakin besar (artinya, posisi
permodalan semakin kokoh) menyebabkan semakin terjaminnya titipan para
penyimpan.
3. Bagi masyarakat keseluruhan. Arus uang akan semakin bertambah, karena
keluar masuknya uang dari dan kepada masyarakat semakin lancar. Arus uang
yang lancar (V) dapat mendorong kelancaran arus barang (T), bilamana
produksi dalam masyarakat itu cukup elastis terhadap kenaikan harga dan laba
(52)
4. Bagi personalia bank. Rentabilitas bank yang baik merupakan kesempatan
bagi komisaris, direktur, manajer, dan para pegawai untuk menerima laba
lebih dari laba yang diperoleh bank.
Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat efisisensi
usaha dan profibilitas yang dicapai oleh bank. Dalam analisis ini dicari
hubungan timbal balik dengan pos-pos yang ada pada neraca bank guna
mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan
profitabilitas.
2.3.2 Analisis Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Analisis rentabilitas juga
dimaksudkan untuk mengukur produktivitas aset yaitu kemampuan bank
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya, dan
juga mengukur efisiensi penggunaan modal.
Bank Indonesia menilai kondisi rentabilitas perbankan di Indonesia
didasarkan pada 2 indikator:
a. Return On Assets (ROA) atau Tingkat Pengembalian Aset
a TotalAktiv
ak SetelahPaj LabaBersih
(53)
b. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya operasional Pendapatan Operasional
Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari
hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun
hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank
dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang
bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang
bersangkutan.
2.3.3 Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai adalah
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO).
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional termasuk beban
bunga dan pendapatan operasional termasuk pendapatan bunga. Semakin
besar rasio BOPO, maka semakin tidak efisien suatu bank. Efisiensi bank
dapat dikatakan membaik ditunjukkan oleh penurunan nilai BOPO.
Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya X 100%
(54)
operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan
total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan
dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
Berdasarka Surat Edaran BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001, maka rasio
ini dirumuskan sebagai berikut :
Biaya operasional Pendapatan Operasional
Rasio BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional)
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Nilai BOPO (Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional) yang ideal agar suatu bank dinyatakan efisien adalah
70%-80%. Bank Indonesia menetapkan BOPO 80% agar sebuah bank
umum dapat dikatakan dalam kondisi sehat.
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan dan menyalurkan dana yang di
himpun dari masyarakat , maka biaya dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.
Secara teoritis, biaya bunga ditentukan berdasarkan perhitungan cost of loanable funds (COLF) secara weighted average cost, sedangkan penghasilan bunga sebagian terbesar diperoleh dari interest income (pendapatan bunga)
dari jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi X 100%
(55)
kredit, appraisal fee, supervision fee, commitment fee, syndication fee, dan
lain-lain.
2.4 Tingkat Suku Bunga
2.4.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga merupakan harga dari penggunaan uang yang dinyatakan
dalam % per satuan waktu (perbulan atau pertahun) (Boediono, 1987:2).
Dalam kamus ilmu ekonomi bunga diartikan imbalan yang dibayarkan oleh
peminjam atas dana yang diterima bunga dinyatakan dalam persen. Bunga
bank sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank kepada nasabah atas dana
yang disimpan di bank yang dihitung sebesar persentase tertentu dari pokok
simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun tingkat bunga yang dikenakan
terhadap pinjaman yang diberikan bank kepada debiturnya.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar
kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila Bank kekurangan dana, sementara
permohonan pinjaman meningkat, maka akan dilakukan oleh Bank agar dana
tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
Namun peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga
(56)
sementara permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun karena
hal ini merupakan beban.
2. Target laba yang diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba
merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga
pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan
demikian pula sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing target laba dapat
diturunkan seminimal mungkin.
3. Kualitas jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid
jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit
yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh, jaminan sertifikat deposito
berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah
dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah.
4. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman Bank
tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Artinya ada
batasan maksimal dan batas minimal untuk suku bunga yang diizinkan.
Tujuannya adalah agar Bank dapat bersaing secara sehat.
5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya,
(57)
Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif
lebih rendah. Untuk bunga simpanan berlaku sebaliknya semakin panjang jangka
waktu maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.
6. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan
tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan
yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil
dan demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid faktor risiko kredit
macet cukup besar.
7. Produk yang kompetitif
Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya bunga pinjaman.
Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk
yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya
diharapkan lancar.
8. Hubungan baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang
atau lembaga. Dalam praktiknya Bank menggolongkan nasabahnya antara
nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak Bank, sehingga dalam penentuan
(58)
suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa. Nasabah yang memiliki
hubungan baik dengan Bank tentu bunganya lebih rendah.
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan Bank kekurangan dana, sementara tingkat
persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka Bank harus
bersaing keras dengan Bank lainnya. Dalam arti jika untuk bunga simpanan
rata-rata pesaing 15% maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga
simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya
untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang
menumpuk dapat tersalurkan.
2.4.3 Komponen-komponen dalam Menentukan Bunga Kredit
Sesungguhnya keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah
bagaimana mengelola dan menentukan bunga pinjaman secara fleksibel
sehingga menghasilkan laba yang maksimal. Artinya tingkat suku bunga
pinjaman haruslah lebih tinggi dari suku bunga simpanan sehingga Bank
dapat memperoleh keuntungan. Namun dalam kondisi tertentu misalnya
kesulitan dana maka dapat terjadi sebaliknya yaitu suku bunga simpanan lebih
tinggi dari bunga pinjaman. Kondisi ini yang terjadi tahun 1998 sampai tahun
2000. Dan kondisi ini dikenal dengan istilah negative spread.
Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan
diberikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen yang perlu
(59)
Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain:
1. Total biaya dana (Cost of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh Bank untuk memperoleh dana
simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Total
biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk
memperoleh dana yang diinginkan.
2. Biaya operasi
Dalam melakukan setiap kegiatan setiap Bank membutuhkan berbagai sarana dan
prasarana baik berupa manusia maupun alat. Biaya ini terdiri dari biaya gaji
pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya-biaya lainnya.
2.5 KREDIT
2.5.1 Pengetian kredit
Defenisi kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran
dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang
maupun jasa. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan
pada masa yang akan datang.
Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan usaha,
dimana dalam menjalankan usahanya pihak manajemen berusaha untuk
memperoleh tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya
melalui kredit.
Defenisi kredit menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1
(60)
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan”.
Kredit adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan
sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa keuntungan atau
bunga yang diperoleh dari pemberi kredit untuk memelihara kelangsungan
usaha dan memperluas usahanya (Tohar:2000).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dilihat bahwa unsur kredit yang
utama adalah kepercayaan dan waktu. Kepercayaan dalam hal ini adalah
bahwa pemberi kredit berkeyakinan bahwa prestasi (uang, jasa, atau barang)
yang diberikan kepada debitur akan benar-benar diterimanya dimasa yang
akan datang. Unsur waktu adalah bahwa antara pemberian kredit dan
pengembaliannya dibatasi oleh waktu tertentu.
2.5.2 Tujuan dan Fungsi Kredit
Dalam praktiknya tujuan pemberian kredit sebagai berikut:
1) Mencari keuntungan
2) Membantu usaha Nasabah
3) Membantu Pemerintah
Secara garis besar juga fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian,
perdagangan, dan keuangan adalah sebagai berikut :
(61)
2) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
4) Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.
5) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
6) Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
7) Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
2.5.3 Aspek-Aspek Yang Dipertimbangkan Dalam Pemberian Kredit
Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian kredit,
yaitu:
1) Aspek Pemasaran
Yaitu aspek yang mempertimbangkan permintaan efektif dari produk
barang/jasa yang direncanakan oleh calon debitur dengan tujuan untuk melihat
apakah produk yang direncanakan dapat diserap pasar, sehingga hasil
penjualan dapat mengembalikan pinjamannya.
2) Aspek Teknis Produksi
Penilaian terhadap aspek ini meliputi kelancaran produksi, kapasitas produksi,
mesin-mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontiunitas bahan baku serta
kualitas tenaga kerja yang dimiliki.
3) Aspek Manajemen
Perlu diperhatikan struktur organisasi dan anggota-anggota manajemen
termasuk kemampuan dan pengalamannya serta pola-pola kepemimpinan
(62)
4) Aspek Finansial
Meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang akan dibiayai. Untuk itu
perlu diperoleh data-data laporan keuangan, arus dana, realisasi, produksi,
pembelian dan penjualan.
5) Aspek Yuridis
Meliputi status hukum badan usaha misalnya akte pendirian yang telah
disahkan oleh yang berwenang, legalitas usaha meliputi kelengkapan izin
usaha dan legalitas barang-barang jaminan
6) Aspek Sosial Ekonomi
Penilaian ini untuk mengetahui apakah usaha yang akan dibiayai dengan
kredit bank tersebut diterima atau memberi dampak positif atau negatif
terhadap lingkungan masyarakat setempat.
2.5.4 Konsep Kredit Bank Umum
Konsokuensi bank sebagai lembaga intermediasi yang bermotifasi laba adalah
menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman (kredit). Bagi bank, kredit adalah asset
yang akan menghasilkan pendapatan bunga (sistem sangat dominan. Dalam kondisi
normal, berdasarkan pengalaman empiris, kredit bank mencapai ±70% total aset
sebuah bank.
Selain pendapatan bunga dan atau bagi hasil, penyaluran kredit oleh sebuah
bank umum memberikan manfaat lain, seperti jaringan, dan informasi yang semakin
luas, karena debitur umumnya juga akan memanfaatkan fasilitas bank pemberi kredit.
(63)
mitra kerja atau calon debitur lainnya. Untuk kredit-kredit yang sangat besar, bank
biasanya membentuk sindikasi, dengan demikian sebuah bank membutuhkan bank
lain dan dibutuhkan bank lain. Biasanya bank-bank yang terlibat sindikasi dinilai
mitranya sebagai bank yang dapat diandalkan karena memiliki keahlian (khusus) dan
berpengalaman dalam hal penyaluran dan pengelolaan kredit.
Penting dan strategisnya kredit dalam industri perbankan menyebabkan
pengelolaan kredit menjadi sangat penting. Tujuan utama pengelolaan kredit adalah
agar bank dapat meningkatkan kesehatan dan kinerjanya dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas kredit. Kuantitas kredit dinilai dari jumlah dan tingkat
pertumbuhan kredit yang disalurkan.
2.5.5 Tujuan Pengelolaan Kredit
Tujuan utama pengelolaan kredit adalah agar bank dapat meningkatkan
kesehatan dan kinerjanya dengan peningkatan kuantitas dan kualitas kredit. Kuantitas
kredit dinilai dari jumlah dan tingkat pertumbuhan kredit yang disalurkan sedangkan
kualitas kredit secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari jumlah dan porsi kredit
macet atau bermasalah (Non Performing Loans). Tujuan dari penyaluran kredit
adalah meningkatkan nilai kekayaan pemilik bank. Kredit yang disalurkan ada yang
untuk peminjam dalam skala besar ( wholesale loan ) dan ada juga yang bersifat retail (retail loan).
Untuk siapapun kredit disalurkan, kredit tersebut harus dinilai berdasarkan
kriteria yang objektif. Bagi perusahaan besar alat ukurnya misalnya menggunakan
(64)
sejarah kredit mereka, stabilitas pekerjaan dan atau asset yang dimiliki. Jika kredit
telah diterima, maka besarnya pembayaran dan tingkat bunga (loan pricing)
ditetapkan berdasarkan pertimbangan risiko kredit (credit risk) dan tingkat
(65)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RUANG LINGKUP PENELITIANPenelitian ini memfokuskan kajian pada tiga variabel utama yaitu tingkat suku
bunga kredit, Non Performing Loan (NPL) dan Rasio BOPO pada Triwulan
sebelumnya yang dianggap cukup dominan dalam mempengaruhi rentabilitas bank
berdasarkan indikator BOPO pada bank umum di Sumatera Utara.
3.2 JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam rangka
penulisan skripsi ini ialah data sekunder. Data sekunder diperoleh dalam bentuk Time Series dalam kurun waktu triwulan III tahun 2000 - triwulan I tahun 2007 (triwulanan, 27 observasi).
Sumber data adalah data dari Kantor Bank Indonesia (KBI) Kota Medan. Di
samping itu, data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber
bacaan seperti, buletin penelitian, jurnal, majalah, dan buku bacaan dan Badan Pusat
Statistik (BPS) Medan.
3.3 PENGOLAHAN DATA
Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data
(66)
3.4 MODEL ANALISIS DATA
Model analisis yang digunakan dalam menganalisa data adalah fungsi linier
berganda, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk
meregresikan variabel - variabel yang ada. Fungsi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Y = f (X1,X2, Y(t-1))
Kemudian dari fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan
regresi linear dengan spesifikasi model, yakni:
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3Y(t-1)+ µ Dimana:
Y : Rentabilitas Bank Berdasarkan Indikator BOPO (%)
X1 : Tingkat Suku Bunga Kredit (%)
X2 : Non Performing Loan (%)
Y(t-1) : Rasio BOPO Triwulan Sebelumnya (%)
β1β2 β3 : Koefisien Regresi
α : Intercept
(67)
Bentuk Hipotesisnya secara matematis adalah sebagai berikut : , 1
artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Tingkat Suku Bunga Kredit),
maka Y (Rentabilitas Bank berdasarkan indikator BOPO)
mengalami kenaikan, ceteris paribus.
,
3
artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Non Performing Loan) maka Y
(Rentabilitas Bank berdasarkan indikator BOPO) mengalami
kenaikan, ceteris paribus.
, 3
artinya jika terjadi kenaikan pada Y(t-1) (Rasio BOPO Triwulan
Sebelumnya), maka Y (Rentabilitas Bank berdasarkan indikator
BOPO) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
3.5. TEST OF GOODNESS OF FIT (UJI KESESUAIAN)
3.5.1. Koefisien Determinan (R2)
Koefisien Determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai variabel-variabel
dependen. Nilai R2 antara 0 sampai 1 (0<R2<1). 3.5.2. Uji t-Statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
(68)
Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini
digunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : bi = b
Ha : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen pertama nilai parameter
hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap
Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu ho ditolak. Hal
ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata
(signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t-hitung =
Dimana:
bi : koefisien variabel independen ke-i
b : Nilai hipotesis nol
Sbi : Simpangan baku dari variabel independen ke-i
Kriteria Pengambilan Keputusan :
H0 : = 0 H0 diterima (t*<ttabel) artinya variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : ≠ 0 Ha diterima (t*>ttabel) artinya variabel independen secara parsial
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
(bi-b) Sbi
(1)
Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan (unit) Tahun 2002- 2007
Bank Umum 2002 2003 2004 2005 2006 2007
a. Bank Pemerintah 1) Kantor Pusat 2) Kantor Cabang 3) Kantor
Cab.Pembantu 4) Kantor Kas b. Bank Pemerintah
Daerah 1) Kantor Pusat 2) Kantor Cabang 3) Kantor Cab.Pembantu 4) Kantor Kas
c. Bank Swasta Nasional 1) Kantor Pusat 2) Kantor Cabang 3) Kantor Cab.Pembantu 4) Kantor Kas
d. Bank Asing dan Campuran 1) Kantor Pusat
2) Kantor Cabang 3) Kantor Cab.Pembantu 4) Kantor Kas
Jumlah Kantor Bank Umum
104 0 48 38 18 26 1 15 2 8 179 1 63 70 45 6 0 1 5 0 215 104 0 48 38 18 29 1 18 2 8 179 1 63 70 45 5 0 1 4 0 317 120 0 41 53 26 44 1 19 0 24 225 1 61 95 68 5 0 1 4 0 394 -- - - - -- - - - -- - - - -- - - - - 122 0 43 53 26 47 1 22 0 24 231 1 67 95 68 7 0 7 0 0 407 259 0 46 137 76 70 1 23 18 28 323 1 64 209 49 20 0 9 8 3 672
(2)
Rasio BOPO (Y), Suku Bunga Kredit (X1), Non Performing Loan (X2),
Rasio BOPO Triwulan Sebelumnya (X3) Bank-Bank Umum di Sumatera Utara
Tahun BOPO
(Y)
Suku Bunga Kredit (X1)
NPL (X2)
BOPO Triwulan Sebelumnya (X3)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I 156.78 166.9 180.49 212.13 201.21 191.50 147.67 148.84 144.16 152.81 148.31 128.11 126.40 119.87 131.76 98.68 101.41 99.14 85.11 95.30 98.71 98.06 98.81 97.68 101.12 104.38 90.87 18,35 18,64 18,99 19,22 19,41 19,85 20,04 20,11 20,18 20,21 16,78 16,31 15,15 14,39 13,87 13,61 13,14 12,74 12,56 12,47 13,73 14,57 14,94 14,98 14,53 14,45 13,42 15,46 17,89 19,00 15,30 10,00 7,00 5,31 5,77 4,93 5,17 6,04 6,56 6,52 5,09 5,77 5,30 5,51 3,07 4,00 9,25 11,78 6,11 6,57 6,61 5,73 4,75 3,11 - 166.99 180.49 212.13 201.21 191.50 147.67 148.84 144.16 152.81 148.31 128.11 126.40 119.87 131.76 98.68 101.41 99.14 85.11 95.30 98.71 98.06 98.81 97.68 101.12 104.38 90.87
Sumber : LPPD, Bank Indonesia, 2007
(3)
HASIL REGRESI Dependent Variable: Y
Method: Least Squares Date: 02/05/08 Time: 21:07 Sample(adjusted): 2000:4 2007:1 Included observations: 26
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -17.84404 14.37636 -1.241207 0.2276
X1 2.766549 1.562138 1.771002 0.0904 X2 2.265536 0.596442 3.798418 0.0010 Y(-1) 0.652304 0.120773 5.401058 0.0000 R-squared 0.915457 Mean dependent var 129.5969 Adjusted R-squared 0.903928 S.D. dependent var 37.07576 S.E. of regression 11.49180 Akaike info criterion 7.861782 Sum squared resid 2905.350 Schwarz criterion 8.055335 Log likelihood -98.20317 F-statistic 79.40740 Durbin-Watson stat 2.424576 Prob(F-statistic) 0.000000
(4)
Hasil Regresi Variabel Suku Bunga Kredit (X1) terhadap NPL (X2 ) dan Rasio
BOPO Triwulan Sebelumnya (X3)
Dependent Variable: X1
Method: Least Squares Date: 02/05/08 Time: 22:11 Sample(adjusted): 2000:4 2007:1
Included observations: 26 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.341744 1.157096 6.344976 0.0000
X2 0.038873 0.079199 0.490826 0.6282
Y(-1) 0.064020 0.009038 7.083440 0.0000
R-squared 0.727901 Mean dependent var 16.08808 Adjusted R-squared 0.704240 S.D. dependent var 2.820557 S.E. of regression 1.533927 Akaike info criterion 3.801706 Sum squared resid 54.11740 Schwarz criterion 3.946871 Log likelihood -46.42217 F-statistic 30.76402 Durbin-Watson stat 0.687222 Prob(F-statistic) 0.000000
(5)
Hasil Regresi Variabel NPL (X2) terhadap Suku Bunga Kredit (X1 ) dan BOPO
Triwulan Sebelumnya (X3)
Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 02/05/08 Time: 22:13 Sample(adjusted): 2000:4 2007:1
Included observations: 26 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.198414 5.025762 -0.039479 0.9688
X1 0.266657 0.543281 0.490826 0.6282
Y(-1) 0.024963 0.041900 0.595779 0.5571
R-squared 0.147466 Mean dependent var 7.390000 Adjusted R-squared 0.073333 S.D. dependent var 4.173437 S.E. of regression 4.017498 Akaike info criterion 5.727363 Sum squared resid 371.2267 Schwarz criterion 5.872528 Log likelihood -71.45572 F-statistic 1.989204 Durbin-Watson stat 0.426603 Prob(F-statistic) 0.159655
(6)
Hasil Regresi Variabel BOPO Triwulan Sebelumnya (X3) terhadap Suku Bunga
Kredit (X1 ) dan NPL (X2)
Dependent Variable: Y(-1) Method: Least Squares Date: 02/05/08 Time: 22:14 Sample(adjusted): 2000:4 2007:1
Included observations: 26 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -44.67899 23.00596 -1.942061 0.0645
X1 10.71052 1.512051 7.083440 0.0000
X2 0.608825 1.021898 0.595779 0.5571
R-squared 0.729230 Mean dependent var 132.1319 Adjusted R-squared 0.705684 S.D. dependent var 36.57177 S.E. of regression 19.84050 Akaike info criterion 8.921495 Sum squared resid 9053.848 Schwarz criterion 9.066660 Log likelihood -112.9794 F-statistic 30.97141 Durbin-Watson stat 0.822138 Prob(F-statistic) 0.000000