Pengenceran Suspensi Bakteri MIC Minimum Inhibitory Concentration

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Suspensi bakteri yang diperoleh dilakukan pengenceran agar mudah dalam perhitungan jumlah koloni dengan cara 50 µL suspensi bakteri dimasukan ke dalam 4950 µL aquadest steril sehingga didapat pengenceran 10 -2 , pengenceran dilakukan hingga diperoleh pengenceran 10 -10 . Pada pengenceran 10 -6 , 10 -8 , dan 10 -10 diambil 100 µL dan masing – masing ditanam pada medium MHA. Selanjutnya diinkubasi selama 20 jam pada suhu 37 C. Setelah dinkubasi dilakukan perhitungan koloni bakteri dengan rumus: Jumlah koloni =

3.3.8.5 Pengenceran Suspensi Bakteri

Jumlah koloni yang diperoleh dilakukan pengenceran hingga menjadi konsentrasi 10 5 CFUmL. Contoh pengenceran : jumlah koloni E.coli = 1,05 x 10 9 CFUmL, dipipet 50 µL ke dalam 4950 µL medium MHB koloni 1,05 x 10 7 CFUmL , selanjutnya dipipet 20 µL ke dalam 1980 µL medium MHB sehingga jumlah koloni menjadi 1,05 x 10 5 CFUmL.

3.3.8.6 MIC Minimum Inhibitory Concentration

Penentuan nilai MIC menggunakan microtiter plate dengan 12 x 8 kolom. Pada kolom pertama diisi dengan medium MHB 2 sebanyak 100 µL, kolom 2 sampai 8 diisi dengan 100 µL MHB 1, pada kolom 1 ditambahkan 100 µL sampel uji yang sudah dipersiapkan dengan konsentrasi 512 µgmL dan dihomogenkan, kemudian dilakukan pengenceran berseri dengan cara dari kolom 1 dipipet sebanyak 100 µL dan dihomogenkan, begitu seterusnya sampai kolom 8, dari kolom 8 dipipet 100 µL dan dibuang. Dari kolom 1 sampai 8 ditambahkan 100 µL bakteri uji yang sudah disiapkan. Uji dilakukan 3 kali pengulangan. Disediakan kolom lain untuk kontrol pertumbuhan GC , kontrol negatif, dan blangko. Kontrol pertumbuhan berisi media 100 µL MHB 1 dan 100 µL bakteri uji, kontrol negatif menggunakan DMSO dan etanol, yang berisi 100 µL MHB, 100 µL DMSO yang dihomogenkan dan dibuang 100 µL kemudian ditambahkan 100 µL UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bakteri, pada etanol dilakukan hal yang sama. Kemudian microtiter plate diinkubasi pada suhu 37 C selama 20 jam. Pada setiap kolom ditambahkan 10 µL INT dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam. Dengan pengamatan visual, ditentukan konsentrasi terendah kolom yang masih mempertahankan kebeningan sebagai nilai MIC. Kemudian dibandingkan dengan pengukuran nilai MIC kloramfenikol dan eritromisin Agusta, et al., 2010. 25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kultivasi dan Ektraksi

Skrining Aktinomisetes yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dilakukan terhadap isolat Aktinomisetes koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Puslit Biologi LIPI yang telah diidentifikasi oleh Arif Nurkanto., M.Si di Laboratorium Mikrobiologi LIPI. Secara keseluruhan isolat Aktinomisetes tersebut merupakan genus Streptomyces sp yang diisolasi dari tanah yang berasal dari Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur dan Raja Ampat Papua. Streptomyces merupakan genus dari Aktinomisetes yang paling banyak memproduksi antibiotic dan molekul bioaktif lainnya dibandingkan dengan genus lain dari Aktinomisetes Solanki, et al., 2008. Lima belas isolat aktinomisetes lampiran 4 dikultivasi pada 2 medium yang berbeda, yaitu YSB Yeast Starch Broth dan Actino 1. Medium YSB terdiri dari yeast extract yang dapat menghasilkan nitrogen, asam amino, vitamin dan starch yang dapat sebagai sumber karbon, sedangkan Actino 1 yang terdiri dari pepton dan yeast extract mengandung nitrogen, vitamin, karbon dan asam amino. Dari kedua medium tersebut mempunyai komposisi yang berbeda tetapi kandungan yang sama untuk membantu proses pertumbuhan Aktinomisetes. Penggunaan 2 medium yang berbeda bertujuan untuk mengetahui medium yang cocok sebagai pertumbuhan Aktinomisetes yang dapat menghasilkan metabolit bioaktif secara maksimal. Pada proses kultivasi diletakan diatas shaker incubator dengan kekuatan 130 rpm yang menyebabkan medium bergolak sehingga terjadi aerasi yang dapat mempertahankan pertumbuhan dengan adanya oksigen. Kebanyakan Aktinomisetes memiliki kebutuhan yang lebih tinggi terhadap oksigen untuk tumbuh dan menghasilkan metabolit secara optimal. Namun, media mengandung banyak zat organik dan anorganik yang menyebabkan rendahnya tingkat oksigen terlarut, oleh karena itu adanya shaker mampu menyediakan oksigen dalam medium He, 2010; Song, 2012. Pada hari keempat kultur Aktinomisetes dalam media YSB Yeast Starch Broth dan Acino 1 sudah