18
apa yang akan terjadi kelak seperti perluasan, pengurangan pengoprasian, dan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi organisasi tersebut.
Perencana planner adalah orang, baik individu maupun kelompok, yang memprosesperencanaan planning yang hasilnya menjadi
rencana plan.
14
Semua dasar dan tujuan manajemen haruslah konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsisten kearah pencapaian
tujuan manajemen, maka setiap usaha itu harus di dahului oleh proses perencanaan yang baik. Allah SWT berfirman :
ۯݍګݔأٓݔ نݔ܍ڪّ
اݏنماء اݏقڪ۸
هڪّّ سفن ظن۹ّݎ
ّغّ ۷مڪّق ۯڪم
ݎ
اݏقڪ۸ ۚهڪّّ
ڪّۨ هڪّّ
ّݏّمع۸ ۯمب ݕ۳خ ١
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan rencanakanlah masa depan kamu, dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah maha tabu atas apa-apa yang kalian perbuat. Q.S Al-Hasyr59 : 18
2. Aspek-aspek Perencanaan Sumber Daya Manusia Melalui perencanaan sumber daya manusia yang efektif dilakukan
analisis kebutuhan sumber daya manusia dalam kondisi berubah, serta mengembangkan aktivitas yang memuaskan terhadap kebutuhan ini.
14
M.T.E Hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Grasindo, 2002, hlm. 76
19
Perencanaan sumber daya manusia yang efektif menurut Henry Simamora mencakup:
15
a. Perencanaan Kepegawaian Perencanaan kepegawaian komponen kunci dari perencanaan
sumber daya manusia adalah penentuan tipe sumber daya manusia yang akan dibutuhkan organisasi dalam jangka pendek, menengah, dan
jangka panjang. Perencanaan kepegawaian employment planning merupakan identifikasi atau penentuan jumlah sumber daya manusia
yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi dimasa depan. b. Perencanaan Program
Perencanaan program
program planning
mengikuti penyusunan rencana kepagawaian. Perencanaan program menyangkut
pemilihan alat sumber daya manusia yang paling efektif yang terpusat pada kelebihan maupun kebutuhan maupun kekurangan sumber daya
manusia. Perencanaan program meliputi pengkoordinasian beragam untuk memenuhi rencana kepegawaian dalam bidang personalia yang
berbeda. Rencana program akan membantu manajer dalam mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan perubahan relatif terhadap
perolehan, penyebaran dan pendayagunaan orang-orang. Perencanaan program mencakup system, berbagai macam
karyawan dan aktivitas hubungan karyawan, tindakan, dan rencana yang harus cocok satu sama lainnya. Manajemen haruslah memberikan
15
Sondang P. Sigian, Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hlm. 50
20
intensif produktivitas terhadap individu yang mendapat penilaian kinerja yang positif. Kerangka acuan perencanaan yang komperehensif
memastikan kesesuaian keputusan sumber daya manusia dalam penyusunan karyawan, pengembangan, pengelolaan karir, kompensasi,
perundingan kolektif, dan peningkatan organisasional. Sedangkan menurut Ambar Teguh Sulistiyani Rosidah
perencanaan sumber daya manusia yang efektif mancakup:
16
1 Perencanaan kepegawaian yaitu identifikasi atau penentuan jumlah sumber daya manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi pada masa yang akan datang. 2 Perencanaan program mengikuti pengembangan dari rencana
kepegawaian. Ini menyangkut pemilihan alat sumber daya manusia yang paling efektif yang terpusat pada kelebihan maupun
kekurangan sumber daya manusia. 3 Perencanaan program mencakup pengkoordinasian program-
program guna memenuhi rencana kepegawaian. 4 Analisis sumber daya manusia menyertai penyusunan strategi
organisasional. 5 Menghasilkan program alternatif berdasarkan model sumber daya
manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
16
Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, hlm. 126
21
6 Memutuskan untuk melaksanakan seperangkat program yang terintegrasi berdasarkan pencapaian tujuan sumber daya manusia
seefektif mungkin. Menurut Rober L. Mathis perencanaan sumber daya manusia
yang efektif meliputi:
17
1 Tujuan dan strategi organisasi. Strategi bisnis yang spesifik didasarkan pada kekuatan dimiliki oleh organisasi tersebut yaitu
kompetensi inti. Kompetensi inilah yang memberikan keunggulan sebuah organisasi menghadapi persaingan. Kompetensi inti adalah
kemampuan yang unik sebuah organisasi yang menciptakan nilai tinggi dan membedakan organisasi tersebut dari persaingan.
2 Penganalisisan lingkungan eksternal untuk menghadapi perubahan yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Analisis lingkungan
merupakan proses penelitian terhadap lingkungan organisasi untuk menentukan kesempatan dan ancaman.
3 Analisis persediaan internal kemampuan sumber daya manusia. Untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam
suatu perusahaan adalah mengaudit pekerjaan yang sedang dilakukan organisasi pada saat ini. penilaian internal ini menolong
kedudukan suatu organisasi dalam mengembangkan atau memantapkan keunggulan kompetitif.
17
Robert L. Mathis, Jhon H. Jakson Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira, Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Salemba Empat, 2001, Jilid 1. hlm. 54.
22
4 Peramalan. Informasi yang dikumpulkan melalui penganalisisan penilaian terhadap lingkungan luar mengenai kekuatan dan
kelemahan yangterdapat pada perusahaan telah digunakan untuk meramalkan permintaan dan kebutuhan sumber daya manusia
sehubungan dengan tujuan dan strategi organisasi. Peramalan menggunakan informasi masa lalu dan saat ini untuk
mengidentifikasi kondisi masa depan yang diharapkan. 5 Organisasi membutuhkan orang. Bahwa sumber daya manusia
memberikan kontribusi yang berkesinambungan pada keunggulan kompetitif suatu organisasi sudah ttumbuh.
6 Penyelidikan terhadap orang yang tersedia. Analisis yang komperehensif dari semua pekerjaan saat ini memberikan dasar
untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada masa yang akan datang.
7 Strategi dan rencana sumber daya manusia. Strategi sumber daya manusia dipengaruhi oleh budaya organisasi dan tahap siklus hidup
dari pada industri dan oraganisasi. Rencana sumber daya manusia melibatkan analisis dan identifikasi kebutuhan masa depan dan
tersediannya sumber daya manusia bagi organisasi.
3. Fungsi Perencanaan Sumber Daya Manusia a. Analisis pekerjaan
23
Merupakan proses pengumpulan, pengkajian dan penyususnan kembali semua jenis pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi.
Ada empat jenis informasi yang harus dikumpulkan untuk menganalisis suatu pekerjaan.
18
1 Jenis Pekerjaan 2 Syarat-syarat sumber daya manusia yang dibutuhkan
3 Tanggung jawab yang dipikul 4 Kondisi pekerjaan lingkungan kerja, waktu kerja, kemaslahatan
kerja.
19
b. Uraian Pekerjaan Adalah Kewajiban dan tanggung jawab dalam pekerjaan-
pekerjaan tertentu yang disusun secara jelas dan teratus.
20
c. Persyaratan Pekerjaan Adalah perumusan kualifikasi seorang yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Persyaratan pekerjaan memberikan uraian informasi mengenai
1 Tingkat pendidikan pekerja 2 Jenis kelamin pekerja
3 Keadaan fisik pekerja 4 Pengetahuan dan kecakapan pekerja
18
Gauzali Syadam, Manajemen Sumber Daya Manusia Human Resources Manajement Suatu Pendekatan Mikro Dalam Tanya Jawab, Jakarta : Djambatan, 2000, h.31
19
Gauzali Syadam, Manajemen Sumber Daya Manusia Human Resources Manajement Suatu Pendekatan Mikro Dalam Tanya Jawab, Jakarta : Djambatan, 2000, h.43
20
Gauzali Syadam, Manajemen Sumber Daya Manusia Human Resources Manajement Suatu Pendekatan Mikro Dalam Tanya Jawab, Jakarta : Djambatan, 2000, h.54
24
5 Batas umur pekerja 6 Minat pekerja
7 Emosi dan temramen pekerja 8 Pengalaman kerja
21
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perencanaan Sumber Daya Manusia Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan sumber
daya manusia, adalah sebagai berikut:
22
a. Faktor Internal Yang dimaksud dengan factor internal adalah berbagai
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi, dan juga segala kendala permasalahan yang ada dalam organisasi. Adapun faktor
internal menurut SP. Siagian meliputi:
23
rencana strategik, anggaran, estimasi produksi dan penjualan, usaha atau kegiatan baru, dan
rancangan organisasi serta tugas pegawai. Rencana strategic telah mencerminkan prioritas-prioritas yang ingin dilakukan organisasi.
Berdasarkan prioritas-prioritas tersebut maka organisasi dapat menentukan kebutuhan sumber daya manusia di masa depan.
b. Faktor Eksternal
21
Hasbun, Manajemen Sumber Daya Manusia Dasar dan Kunci Keberhasilan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007 h.38
22
Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, hlm. 124-126
23
Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, hlm. 126
25
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada diluar organisasi, yang bisa berpengaruh langsung
maupun tidak langsung dalam pencapaian tujuan organisasi. Faktor eksternal ini berkaitan dengan perkembangan dan perubahan di luar
organisasi yang dapat mempengaruhi keberadaan organisasi. Yang dimaksud dengan factor eksternal adalah berbagai hal atau sesuatu
yang berkaitan dengan situasi perkembangan, perubahan, maupun pertumbuhan diluar organisasi.
Adapun faktor eksternal menurut Kinggundu adalah: teknologi, sosial dan budaya, politik dan ekonomi. Sedangkan pendapat lain yang
dikemukakan oleh SP. Siagian adalah: situasi ekonomi, sosial budaya, olitik, peraturan perundang-undangan, teknologi dan pesaing
24
. Dari dua pendapat tersebut tampak ada kemiripan seperti ekonomi, politik,
sosial, budaya dan teknologi. Jika dibandingkan diantara keduanya maka pendapat Siagian lebih rinci terhadap gejala yaitu tentang
pesaing. Pesaing inilah yang sangat mempengaruhi kelangsungan sebuah organisasi. Jika pesaing kuat maka peluang yang dapat dicapai
rendah dalam berkompetensi, akan tetapi jika pesaing rendah maka peluang akan terbuka lebar.
5. Peran penting Perencanaan Sumber Daya Manusia
24
Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, hlm. 126-127
26
Perencanaan merupakan aspek paling utama yang harus dilakukan dalam organisasi. Dengan adanya perencanaan ini akan menentukan
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Dengan adanya perencanaan yang terperinci dan matang maka dapat diperidiksi adanya
peluang-peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh organisasi dalam mencapai kesuksesan.
Hal-hal penting perencanaan sumber daya manusia:
25
a. Isu SDM adalah hal penting dan mendasar dalam perusahaan secara keseluruhan.
b. Perencanaan SDM sebagai proses mengenai pembuatan kebijakan baru, sistem, dan program yang menjamin pengelolaan SDM dibawah
kondisi yang tidak pasti. c. Peran staf professional mengalami perubahan dalam merencanakan
SDM, proses tersebut tetap dalam alur aktivitas manajemen yang berhubungan dengan perencanaan bisnis yang sedang berjalan.
d. Peramalan kebutuhan SDM merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mengantisipasi perubahan staf dan keperluan
perusahaan. Tujuan dari adanya perencanaan, adalah sebagai berikut:
26
a. Untuk menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang mengisi semua jabatan perusahaan.
25
Veithzhal Rivai, Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rajagrafindo, 2010, hlm. 32.
26
Malayu S. P. Hasibuan, Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, hlm. 250.
27
b. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan.
c. Untuk menghindari mis manajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
d. Untuk mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, sehingga produktifitas kerja mengikat.
e. Untuk menghindari kekurangan atau kelebihan karyawan. f. Untuk menjadi pedoman dalam menentukan program penarikan,
seleksi, pengembangan, kompensasi pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
g. Menjadi dasar dalam melakukan penilaian kerja
C. Amil Zakat
1. Pengertian Amil Zakat Amil Zakat dalam Kitab-Kitab Fiqh dan Perundang-undangan Amil
adalah berasal dari kata bahasa Arab ‘amila-ya’malu yang berarti bekerja.
Berarti amil adalah orang yang bekerja. Dalam konteks zakat, Menurut Qardhawi yang dimaksudkan amil zakat dipahami sebagai pihak yang
bekerja dan terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam hal pengelolaan zakat.
Selain itu juga Amil Zakat adalah orang yang mendapatkan tugas dari negara, organisasi, lembaga atau yayasan untuk mengurusi zakat. Atas
kerjanya tersebut seorang amil zakat berhak mendapatkan jatah dari uang
28
zakat. Berkata Abu Bakar al-Hushaini di dalam Kifayat al-Akhyar 279 :
“Amil Zakat adalah orang yang ditugaskan pemimpin negara untuk mengambil zakat kemudian disalurkan kepada yang berhak, sebagaimana
yang diperintahkan Allah.“ Jika yang mengelola adalah lembaga, maka semua pihak yang
terkait dengannya adalah amil, baik itu direkturnya, para pegawai di bidang manajemen, keuangan, pendistribusian, pengumpulan, keamanan
dan lain-lain. Mereka ini mendapatkan gaji dari bagian Amil Zakat tersebut. Sedangkan menurut Hasan Saleh, amil zakat adalah orang atau
orang-orang yang mendapat tugas mengurus zakat, mulai dari pengumpulan,
penerimaan, pendistribusian,
bahkan sampai
pemberdayaannya.
27
Pengertian Amil menurut pendapat empat Mazhab memiliki beberapa perbedaan namun tidak signifikan.
Imam Syafi’i mendefinisikan Amil sebagai orang yang bekerja mengurusi Zakat, sedang dia tidak mendapat upah selain dari zakat
tersebut. Mażhab ini merumuskan „Amil sebagai berikut: “Amil zakat yaitu orang-orang yang dipekerjakan oleh Imam pemerintah untuk
mengurus zakat. Mereka adalah para karyawan yang bertugas mengumpulkan zakat, menulis mendatanya dan memberikan kepada
yang berhak menerimanya”. Dimasukkannya Amil sebagai Asnaf menunjukkan bahwa Zakat dalam Islam bukanlah suatu tugas yang hanya
27
Ali, M. D, Sitem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, Jakarta: Universitas Indonesia 1988 hlm.
29
diberikan kepada seseorang individual, tapi merupakan tugas jamaah bahkan menjadi tugas negara. Zakat punya anggaran khusus yang
dikeluarkan daripadanya untuk gaji para pelaksananya. Hanafi memberikan pengertian yang lebih umum yaitu orang yang
diangkat untuk mengambil dan mengurus zakat. Pendapat Imam Hambali yaitu pengurus zakat, yang diberi zakat
sekadar upah pekerjaannya sesuai dengan upah pekerjaanya. Sedangkan pengertian Amil menurut Imam Maliki lebih spesifik
yaitu pengurus zakat, penulis, pembagi, penasihat, dsb. Syarat amil harus adil dan mengetahui segala hukum yang bersangkutan dengan zakat.
28
Dalam hal ini, Imam at-Thabari w. 310 H, yang juga mujtahid mutlak, menyatakan:
كّذ ّݏطعݔ ۯݍݕقح۹سم ݓف ۯݍعضݎݎ ۯݍّهأ نم ۯݍض۳ق ݓف ۴ۯعسّا مهݎ ۯݍݕّع نݕّمۯعّاݎ ءاقف ݎأ اݏنۯك ءۯݕنغأ ۵ݔۯعسّۯب
Amil adalah para wali yang diangkat untuk mengambil zakat dari orang berkewajiban membayarnya, dan memberikannya kepada yang
berhak menerimanya. Mereka ‘amil diberi bagian zakat itu karena tugasnya, baik kaya ataupun miskin.
Imam al-Mawardi w. 450 H, dari mazhab as- Syafi’i, menyatakan:
ݏجأ ّق ۯݍنم مݍݕّۨ عفّݕف ۯݍقݔف۸ݎ ۯݍ۹ݔۯ۳ج ّݏّݏ۹مّا مهݎ ۯݍݕّع نݕّمۯعّاݎ مݍّۯَمأ
28
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani, 2002 hlm.
30
Amil adalah orang yang diangkat untuk mengumpulkan zakat dan mendistribusikan-nya. Mereka dibayar dari zakat itu sesuai dengan kadar
upah orang-orang yang sepadan dengan mereka. Imam al-Qurthubi w. 671 H, dari mazhab Maliki, menyatakan:
ݏ۹ّۯب ۴ۯكزّا لݕصح۹ّ مۯمإا مݍَع۳ݔ نݔ܍ّا ۴ۯ۳جّاݎ ۴ۯعسّا ݓنعݔ ۯݍݕّع نݕّمۯعّاݎ لݕك
كّذ ݑّع
Amil zakat adalah para wali dan pemungut zakat yang diutus oleh ImamKhalifah kepala negara untuk mengumpulkan zakat dengan status
wakalah. Imam as-Syaukani w. 1250 H, dari mazhab Zaidiyah,
menyatakan:
سّا ݒأ ۯݍݕّع نݕّمۯعّاݎ مݍن۩ف ۴ۯكزّا لݕصح۹ّ مۯمإا مݍَع۳ݔ نݔ܍ّا ۴ۯ۳جّاݎ ۴ۯع
ۯطسق ۯݍنم ّݏقح۹سݔ
Amil adalah orang yang diangkat menjadi wali dan memunggut zakat, yang diutus oleh ImamKhalifah kepala negara untuk
mengumpulkan zakat. Mereka berhak mendapatkan bagian dari zakat itu. Imam as-Sarkhasi, dari mazhab Hanafi, menyatakan:
ۯمم مݍݕطعݔݎ ۶ۯقّصّا عمج ݑّع مۯمإا مݍّمع۹سݔ نݔ܍ّا مهݎ ۯݍݕّع نݕّمۯعّاݎ فكݎ مݍ۹ݔۯفك ّݏعمجݔ
نمَّۯب كّذ ّقݔ اݎ مݍناݏعأ ۵ݔۯ
Amil adalah orang yang diangkat oleh ImamKhalifah menjadi pekerja untuk mengumpulkan sedekah zakat. Mereka diberi dari apa
31
yang mereka kumpulkan sekadar untuk kecukupan mereka dan kecukupan para pembantu mereka. Besarnya tidak diukur dengan harga upah.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para fuqaha’ dari
berbagai mazhab di atas, dapat disimpulkan, bahwa Amil Zakat adalah orangwali yang diangkat oleh ImamKhalifah kepala negara untuk
memungut zakat dari para muzakki, dan mendistribusikannya kepada para mustahiq-nya. Tugas yang diberikan kepada Amil tersebut
merupakanwakalah mewakili dari tugas yang semestinya dipikul oleh ImamKhalifah kepala negara. Sebab, hukum asal tugas mengambil dan
mendistribusikan zakat tersebut merupakan tugas ImamKhalifah.
29
Sayid Sabiq rahimahullah mengatakan, “Amil zakat adalah orang-
orang yang diangkat oleh penguasa atau wakil penguasa untuk bekerja mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya. Termasuk amil zakat adalah
orang yang bertugas menjaga harta zakat, penggembala hewan ternak zakat dan juru t
ulis yang bekerja di kantor amil zakat.”
30
Adil bin Yusuf Al „Azazi berkata, “Yang dimaksud dengan amil zakat adalah para petugas yang dikirim oleh penguasa untuk
mengumpulkan zakat dari orang-orang yang berkewajiban membayar zakat. Demikian pula termasuk amil adalah orang-orang yang menjaga
harta zakat serta orang-orang yang membagi dan mendistribusikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Mereka itulah yang berhak
diberi zakat meski sebenarnya mereka adalah orang- orang yang kaya.”
29
Saleh, Hasan, Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer, Jakarta: Rajawali Press, 2008 hlm.
30
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Kuwait : Daar El Bayan, 1968, hlm 358.
32
Syaikh Muha mmad bin Sholeh Al „Utsaimin mengatakan, “Amil
zakat adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa untuk mengambil zakat dari orang-orang yang berkewajiban untuk menunaikannya lalu
menjaga dan mendistribusikannya. Mereka diberi zakat sesuai dengan kadar kerja mereka meski mereka sebenarnya adalah orang-orang kaya.
Sedangkan orang biasa yang menjadi wakil orang yang berzakat untuk mendistribusikan zakatnya bukanlah termasuk amil zakat. Sehingga
mereka tidak berhak mendapatkan harta zakat sedikitpun disebabkan status mereka sebagai wakil. Akan tetapi jika mereka dengan penuh kerelaan hati
mendistribusikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan penuh amanah dan kesungguhan maka mereka turut mendapatkan
pahala. Namun jika mereka meminta upah karena telah mendistribusikan zakat maka orang yang berzakat berkewajiban memberinya upah dari
hartanya yang lain bukan dari zakat.” Syaikh Ibnu „Utsaimin menerangkan pula, “Orang yang diberi
zakat dan diminta untuk membagikan kepada yang berhak menerimanya, ia tidak disebut „amil. Bahkan statusnya hanyalah sebagai wakil atau orang
yang diberi upah. Perbedaan antara amil dan wakil begitu jelas. Jika harta zakat itu rusak di tangan amil, maka si muzakki orang yang menunaikan
zakat gugur kewajibannya. Sedangkan jika harta zakat rusak di tangan wakil yang bertugas membagi zakat tanpa kecerobohannya, maka si
muz akki belum gugur kewajibannya.”
33
Berdasarkan paparan di atas jelaslah bahwa syarat agar bisa disebut sebagai amil zakat adalah diangkat dan diberi otoritas oleh penguasa
muslim untuk mengambil zakat dan mendistribusikannya sehingga panitia- panitia zakat yang ada di berbagai masjid serta orang-orang yang
mengangkat dirinya sebagai amil bukanlah amil secara syar’i. Hal ini sesuai dengan istilah amil karena yang disebut amil adalah pekerja yang
dipekerjakan oleh pihak tertentu. Memiliki otoritas untuk mengambil dan mengumpulkan zakat
adalah sebuah keniscayaan bagi amil karena amil memiliki kewajiban untuk mengambil zakat secara paksa dari orang-orang yang menolak untuk
membayar zakat.
31
Jadi amil zakat adalah orang yang ditunjuk oleh para ulil amri di negeri-negeri Islam atau mendapatkan izin atau mereka dipilih oleh
lembaga yang diakui dari pemerintah atau organisasi-organisasi Islam untuk mengurusi zakat, mengumpulkannya, membagikannya dan hal-hal
yang berkaitan dengannya. 2. Visi dan Misi Amil Zakat
Visi Amil Zakat adalah menjadi Amil Zakat yang amanah, professional dan bertanggungjawab yang mampu mengembangkan dan
mengoptimalkan pengelolaan potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi umat dan masyarakat.
31
Muslim.or.id, diakses dari https:muslim.or.id9564-panduan-zakat-15-salah-paham- dengan-amil-zakat.html
pada tanggal, 18 Agustus 2016 Pukul 13:30.
34
Misi Amil Zakat adalah : a. Mengelola potensi zakat tidak hanya dalam bentuk konsumtif, tapi
juga dalam bentuk produktif untuk kesejahteraan umat dan masyarakat b. Mendorong pertumbuhan ekonomi umat dan masyarakat, sehingga
terwujud kemakmuran. c. Memberikan kontrubusi terhadap kesejahteraan umat dan masyarakat,
sehingga tercipta pemerataan dan keadilan.
32
3. Hak dan Kewajiban Amil Zakat a. Hak Amil Zakat
Orang-orang atau golongna yang berhak menerima zakat telah diatur dalam ajaran islam, yakni ada delapan golongan. Ketentuan ini
diatur dalam Al- Qur’an Surah At-Taubah ayat 60. Sebagaimana Allah
SWT Berfirman :
ۯمڪنۨ۞ ۷قّڪصّ
ݎ ءٓاقفّّ نݕكسمّ
ݎ نݕّمعّ
ݎ ۯݍݕّع ۵فڪّۧمّ
ݓفݎ مݍبݏّق ۰ۯقڬّ
ݎ نݕمغّ
لݕ۳س ݓفݎ هڪّّ
ݎ نب
لݕ۳ڪسّ ۵ضݔف
نڬم
هڪّّ ݎ
هڪّّ مݕكح مݕّع
٠
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
32
Modul Penyuluhan Zakat, KEMENAG RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2012. h. 71.
35
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
Delapan golongan tersebut adalah Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Riqab, Gharim, Sabilillah, dan Ibnu Sabil. Jadi Amil berhak
mendapat seperdelapan dari dana zakat yang terkumpul. Dana seperdelapan tersebut tidak hanya untuk gaji Amil, tapi juga untuk
biaya operasional Amil termasuk biaya sosialisasi dan penyuluhan serta biaya sarana dan prasarana kerja.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat bahwa Amil Zakat yang terdiri dari Badan Amil
Zakat dan Lembaga Amil Zakat dalam melaksanakan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat berhak
mendapat pembinanaan, perlindungan advokasi dan dukungan fasilitas. Pembinaan amil zakat meliputi pengembangan SDM amil
zakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan manajemen pengelolaan zakat yang
bertujuan untuk agar pengadministrasian pengelolaan zakat lebih rapih dan transparan.
33
b. Kewajiban Amil Zakat
33
Modul Penyuluhan Zakat, KEMENAG RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2012. h. 71.
36
Agar dapat melaksanakan kewajiban sebagai Amil Zakat, maka Amil Zakat harus memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yaitu islam,
jujur, memengetahui hukum zakat, dan persyaratan lainnya. Seorang amil zakat harus mempunyai etika keislaman secara umum, seperti
penyantun dan ramah kepada para wajib zakat dan selalu mendoakan mereka begitu juga terhadap para mustahiq, dapat menjelaskan
permasalahan zakat dan urgensinnya dalam masyarakat islam. Menyalurkan zakat sesegera mungkin. Kemudian seorang amil zakat
harus jujur dan bertanggung jawab terhadap dana zakat yang dikelolanya dan bertanggungjawab dan mengganti kehilangan dana
zakat yang terjadi akibat kecerobohan dan kelalaiannya.
34
4. Tugas dan Fungsi Tugas dan Fungsi Amil Zakat adalah mengelola dana zakat dan
sebagai lembaga pelayanan bagi masyarakat yang akan berzakat dan bagi orang yang membutuhkan bantuan. Pelayanan terhadap masyarakat yang
akan berzakat dapat berupa konsultasi, penghitungan zakat yang akan dikeluarkan, dan penerimaan zakat. Adapun amanah atau tanggung jawab
yang dibebankan kepada amil zakat adalah memperbaiki keadaan dan taraf perekonomian masyarakat. Oleh karena itu sudah saatnya para amil zakat
34
Modul Penyuluhan Zakat, KEMENAG RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2012. h. 73.
37
berupaya memaksimalkan tugas dan fungsi dalam pengelolaan zakat yaitu memberdayakan kaum du’afa.
35
5. Persyaratan menjadi Amil Zakat Persyaratan seseorang untuk menjadi Amil Zakat menjadi
perhatian serius dalam ajaran Islam. Dalam kaitan ini, DR. Yusuf al- Qaradhawi menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil
zakat, harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut :
36
a. Beragama Islam. Zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin yang termasuk rukun Islam. Oleh sebab itu, pengelolaan zakat harus
diurus oleh orang yang beragama Islam. b. Mukallaf, Yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap
menerima tanggung jawab dalam pengelolaan zakat. c. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting, karena
berkaitan dengan kepercayaan umat artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui melalui Amil Zakat, jika lembaga
ini memang patut dan layak dipercaya. Kemanahan ini diwujudkan dalam
bentuk transparansi
dalam menyampaikan
laporan pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketetapan penyalurannya
sejalan dengan ketentuan agama. d. Mengerti dan memahami hukum zakat sehingga mampu menjelaskan
kepada masyarakat berbagai hal yang berkaitan dengan masalah zakat
35
Modul Penyuluhan Zakat, KEMENAG RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2012. h. 74.
36
Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Zakat. Bairut : Muasasah al Risalah, 2000. hal 551-555.
38
dan juga dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat. Dengan pengetahuan tentang zakat, para amil zakat diharapkan dapat terhindar
dari kesalahan dan kekeliruan yang diakibatkan dari ketidaktahuan tentang masalah zakat.
e. Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan tugas dengna sebaik-baiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat yang
sangat penting, akan tetapi harus juga ditunjang oleh kempuan inilah yang akan menghasilkan kinerja yang optimal dalam pengelolaan
zakat. f. Syarat yang tidak kalah pentingnya, adalah kesungguhan amil zakat
dalam melaksanakan tugasnya. Amil Zakat yang baik adalah Amil Zakat yang bekerja secara penuh dan total, penuh waktu, pikiran,
tenaga dan segalannya dalam melaksanakan tugas pengelolaan zakat. Bekerja tidak asal-asalan dan tidak pula sebagai sambilan. Banyaknya
Amil Zakat yang bekerja sebagai sambilan menyebabkan amil zakat tersebut pasif dan hanya menunggu kedatangan muzzaki untuk
membayar zakatnya pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan saja. Kondisi semacam ini, tidak mendukung program
optimalisasi pengelolaan zakat. Untuk mendapatkan para Amil Zakat yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dijelaskan di atas, maka dalam perundang-undangan pengelolaan zakat diatur tentang tata cara proses seleksi menjadi pengurus
badan Amil Zakat. Proses seleksi tersebut sebagai berikut :
39
a. Calon pengurus badan amil zakat di semua tingkatan terdiri atas unsur masyarakat yang memenuhi syarat dan kriteria terentu, antara lain
memiliki sifat amanah, mempunyai visi dan misi, adil, berdedikasi, professional dan memeliliki integritas.
b. Calon pengurus badan amil zakat diseleksi melalui tahapan sebagai berikut :
1 Membentuk tim seleksi yang terdiri atas unsur ulama, cendekia, tenaga professional, praktisi pengelolaan zakat dan lembaga
swadaya masyarakat dan unsur pemerintah. 2 Menyusun kriteria calon pengurus badan amil zakat.
3 Mempublikasikan rencana pembentukan badan amil zakat dan calon pengurusnya secara luas kepada masyarakat.
4 Menyeleksi calon pengurus badan amil zakat sesuai dengan keahliannya.
37
37
Modul Penyuluhan Zakat, KEMENAG RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2012. h. 76.
40
BAB III GAMBARAN UMUM BAZIS DKI JAKARTA
A. Profil Bazis DKI Jakarta
BAZIS PROV. DKI JAKARTA merupakan sebuah badan pengelola
zakat resmi yang dibentuk Pemerintah Prov. DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara resmi pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin No. Cb. 1481868 tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat,
berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta. Menjelang berdirinya BAZIS Prov. DKI Jakarta, wacana tentang
perlunya pengelolaan zakat secara kelembagaan dan professional terus bergelora di kalangan masyarakat muslim. Pada tanggal 24 September 1968,
sebelas ulama berkumpul di Jakarta yang terdiri dari: Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman,
KH. Moh. Soleh Su’aidi, M. Ali Al Hamidy, Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Pertemuan ini menghasilkan
rekomendasi, yaitu: 1. Perlunya pengelola zakat dengan system administrasi dan tata usaha yang
baik sehingga
bisa dipertanggungjawabkan
pengumpulan dan
pendayagunaannya kepada masyarakat. 2. Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang belum
dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efektivitas
pengumpulan zakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan.
Melihat peran zakat yang sangat strategis ini, maka pada acara Isra’
Mi’raj di Istana Negara, Presiden Soeharto ketika itu menyerukan secara langsung pelaksanaan zakat untuk menunjang pembangunan. Pada saat yang
sama, ia juga menyatakan kesediannya untuk menjadi amil tingkat nasional. Sebagai tindak lanjut dari seruan itu, Presiden Soeharto mengeluarkan
Surat Perintah No. 07POIN101968 tanggal 31 Oktober 1968 kepada Mayjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar Hamid, dan Kol. Inf. Ali
Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata usaha penerimaan zakat secara nasional.
Untuk lebih memperkuat hal tersebut, Presiden mengeluarakan Surat Edaran No. B. 133PRES111968 yang menyerukan kepada pejabatinstansi
untuk membantu dan berusaha ke arah terlaksananya seruan presiden dalam wilayah atau lingkup kerja masing-masing. Seruan Presiden ini kemudian
ditindaklanjuti oleh Gubernur Prov. DKI Jakarta, Ali Sadikin dengan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No. Cb. 1481868 tertanggal 5
Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta. Akhirnya, BAZ Prov. DKI Jakarta secara
resmi berdiri. Sejak berdirinya BAZIS tahun 1968, perkembangan zakat masih
dirasakan belum optimal. Hal ini dilihat dari hasil pengumpulan yang secara kuantitas maupun kualitas masih sangat kecil dibandingkan dari potensi zakat
yang sangat besar, khusunya di DKI Jakarta. Untuk memperluas sasaran operasional dank arena semakin kompleknya permasalahan zakat di Jakarta,
maka pada tahun 1973 Gubernur Prov. DKI Jakarta melalui Surat Keputusan No. D.IIIB14673 tertanggal 22 Desember 1973 menyempurnakan BAZ ini
menjadi Badan Amil Zakat dan InfaqShadaqah yang kini popular dengan sebutan BAZIS.
27
B. Sejarah Berdirinya Bazis DKI Jakarta
Badan Amil Zakat, sebagai cikal bakal BAZIS sekarang, sudah digagas sejak awal berdirinya pemerintahan Orde Baru. Tepatnya, ketika
sebelas ulama tingkat nasional mengadakan pertemuan pada tanggal 24 September 1968 di Jakarta. Ulama-ulama itu adalah Prof. Dr. Hamka, KH.
Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Mereka
menyarankan diadakannya sebuah badan untuk pelaksanaan zakat di Indonesia. Hal ini dipertegas oleh Presiden Soeharto ketika menyampaikan
pidatonya pada peringatan Isra Mi’raj, tanggal 26 Oktober 1968. Pada saat itu beliau mengajak ummat Islam untuk mengamalkan ibadah zakat secara
konkret dengan mengintensifkan pengumpulan zakat sehingga hasilnya menjadi lebih terarah.
Selanjutnya, Soeharto, Presiden RI saat itu, mengeluarkan surat perintah no. 07PRN101968 tanggal 31 Oktober 1968 yang isinya adalah
27
https:bazisdki.go.idpageindexprofil-bazis, diakses pada Hari Selasa, 29 Maret 2016
perintah kepada Alamsyah Ratuperwiranegara, M. Azwar Hamid, dan Ali Afandy untuk membantu Presiden dalam pengadministrasian penerimaan
zakat. Sebelum adanya seruan Presiden, BAZ sendiri sebenarnya sudah
berdiri berdasarkan peraturan Mentri Agama tahun 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat yang bertugas melaksanakan pemungutan dan