Deskripsi Teoritis KAJIAN TEORI

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis

1. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi a. Pengertian Metode pemberian Tugas dan Resitasi “Metode dari segi bahasa berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos adalah jalan atau cara. Dengan demikian metode berarti cara atau jalan yang harus di lalui untuk mencapai suatu tujuan ”. 16 Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode, mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan. 17 Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara untuk mencapai tujuan yang akan dikehendaki sesuai dengan yang diharapkan. 16 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wancana Ilmu, 1997 , Cet. 1, hlm. 91. 17 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006, hlm. 46. 10 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “resitasi adalah pembacaan hafalan di muka umum”. 18 Jadi, resitasi merupakan tugas yang harus dipertanggungjawabkan di muka umum baik di kelas maupun di tempat lain. “Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya ”. 19 Sedangkan menurut Slameto, “Metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru ”. 20 Jadi, Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara atau jalan untuk mengkaji bahan pelajaran dengan guru memberikan tugas kepada siswa, tugas itu tidak harus dikerjakan didalam kelas, akan tetapi, boleh dikerjakan diluar kelas seperti: di rumah, perpustakaan, laboratorium, atau ditempat lain. Tugas itu dapat dikerjakan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dan hasil tugas itu dipertanggungjawabkan kepada guru, dan fase mempertanggungjawabkan tugaslah yang disebut resitasi. b. Tujuan dan manfaat pemberian tugas dan resitasi Tujuan dan manfaat pemberian tugas dan resitasi sebagai berikut: Pertama, mempunyai rasa tanggungjawab yang dibebankan kepada siswa, karena pada akhirnya tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan diresitasi dengan cara: laporan tertulis atau lisan, membuat ringkasan, menyerahkan hasil kerja, dan sebagainya. 18 Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 952 19 Moh. User, Usman, dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993, hlm. 128. 20 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester SKS, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, hlm. 115. 11 Kedua, siswa dapat menemukan sendiri informasi yang diperlukan atau memantapkan informasi yang telah diperolehnya. Ketiga, menjalin kerja sama dan sikap menghargai hasil kerja orang lain. 21 Tujuan pemberian tugas dan resitasi yang diberikan guru kepada siswa adalah agar siswa dapat bertanggungjawab baik bagi diri sendiri maupun kelompok, dengan adanya tugas yang diberikan guru, maka siswa dapat menjalin kerja sama yang erat dan kompak, menumbuhkan motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik, menghargai pendapat orang lain, adanya sikap bermusyawarah dalam mengerjakan tugas, adanya tutorial sebaya atau siswa yang lebih memahami konsep dengan memberi penjelasan kepada siswa lain dalam kelompoknya. Oleh karena itu, guru mengharapkan dengan adanya resitasi siswa dapat terbiasa dan terlatih dalam kehidupan sehari-hari untuk bertanggungjawab, baik bagi diri sendiri, kelompok, keluarga, maupun masyarakat. Selain itu, siswa belajar tidak hanya melalui guru saja, dapat belajar dengan teman, membaca buku, internet dan lain-lain. c. Langkah-langkah metode pemberian tugas dan resitasi. Metode pemberian tugas dan resitasi mempunyai tiga fase: Pertama guru memberikan tugas secara jelas kepada siswa, kedua siswa belajar atau melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan dan petunjuk-petunjuk yang telah diberikan oleh guru, dan fase ketiga merupakan resitasi atau siswa mempertanggungjawabkan hasil belajarnya kepada guru. Langkah-langkah penggunaan metode pemberian tugas dan resitasi sebagai berikut: Pertama, fase pemberian tugas. Pada fase ini guru perlu mempertimbangkan: tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan 21 Moh. User Usman, dan Lilis setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar …,hlm. 128 12 tersebut, sesuai dengan kemampuan siswa, dan disediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. Kedua, fase pelaksanaan tugas. Pada fase ini siswa diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru, diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja, diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik. Ketiga, fase mempertanggungjawabkan tugas resitasi. Pada fase ini siswa melaporkan baik lisan atau tulisan dari apa yang telah dikerjakannya, ada tanya jawab atau diskusi kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya. 22 d. Kelebihan dan kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi Kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi, sebagai berikut: Pertama, lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok, sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa. Kedua, dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. Dengan pemberian tugas siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baik dari internet maupun diskusi kelompok. Ketiga, dapat membina tanggungjawab dan disiplin siswa. Dengan tugas yang diberikan guru kepada siswa, maka siswa harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Keempat, dapat mengembangkan kreativitas siswa. Dengan pemberian tugas maka siswa mampu mengembangkan pola pikir dalam mengungkapkan pendapat dan ide untuk menyelesaikan suatu permasalahan. 23 Sedangkan kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi, sebagai berikut: 22 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar …,hlm. 86 23 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar …,hlm. 87 13 Pertama, siswa sulit dikontrol, apakah benar siswa yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. Karena tugas yang diberikan merupakan pekerjaan rumah, maka memungkinkan siswa untuk bertanya dan meminta bantuan kepada orang lain dalam menyelelesaikan tugas tersebut. Kedua, khusus untuk tugas kelompok, tidak semua anggota aktif berpartisipasi dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas, hanya anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. Ketiga, tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Dalam pemberian tugas guru harus dapat mempertimbangkan tingkat intelegensi siswa. Keempat, sering memberikan tugas yang monoton tidak bervariasi dapat menimbulkan kebosanan siswa. Guru harus memiliki metode-metode pemberian tugas yang kreatif dan inovatif. 24 Jadi, kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi adalah siswa dilatih untuk bertanggungjawab baik individu maupun kelompok, memupuk keberanian mengambil keputusan atau tindakan, dan belajar mandiri melalui teman sebaya, membaca buku-buku yang relevan, dapat mengamati langsung atau observasi. Untuk itu, guru membebaskan siswa untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki siswa. Dan kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi adalah siswa sulit dikontrol tugas yang diberikan guru dikerjakan sendiri atau bukan, apabila tugas terlalu sering dan sukar membuat siswa merasa jenuh, dan guru sukar memberikan tugas karena setiap individu mempunyai perbedaan tersendiri antara individu satu dengan yang lainnya. 2. Hasil Belajar IPS a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu: hasil dan belajar. “Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau pikiran ”. 25 Kemudian, “Belajar adalah berusaha memperoleh 24 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar …,hlm. 87 25 Depdikbud, “Kamus Besar bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 391 14 kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman ”. 26 Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini nyata terlihat dari apa yang dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Dalam hal ini terjadi perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat dibuktikan dengan perbuatan. S. Nasution mengungkapkan bahwa: “Hasil belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar ”. 27 Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, menguraikan, mengorganisasikan dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi dan karakterisasi. Domain Psikomotor yaitu mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, dan intelektual. 28 Jika seseorang mengalami perubahan baik dari segi kepandaian, kecakapan atau kemampuannya kepada arah yang lebih baik dari sebelumnya, maka orang tersebut telah mendapatkan hasil belajarnya. “Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja ”. 29 Jadi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau prilaku. b. Prinsip-prinsip belajar 26 Depdikbud, “Kamus Besar bahasa Indonesia…,hlm. 17 27 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm. 35 28 Agus Suprijoto, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 6-7. 29 Agus Supriyanto, Teori dan Aplikasi PAIKEM …,hlm7 15 Slameto, menguraikan prinsip-prinsip belajar secara mendetail sebagai berikut: Pertama, “Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar”. 30 Dalam prinsip belajar ini, siswa harus mempunyai motivasi yang kuat agar tujuan belajar dapat tercapai sesuai dengan harapan, berpartisipasi dalam belajar meningkatkan minat siswa yang kuat membuat siswa mempunyai perasaan kurang puas dengan analisanya sendiri, dalam belajar siswa harus bersosialisasi dengan lingkungannya untuk memperoleh pembelajaran, karena belajar bukan hanya disekolah saja, akan tetapi bisa diluar sekolah seperti internet, pengalaman langsung, dan lain-lain. Kedua, “Sesuai hakikat belajar bahwa belajar itu proses kontinyu”. 31 Proses pembelajaran harus bertahap menurut perkembangannya di mulai dari jenjang lebih rendah seperti TK, SD, SMP, dan SMA sampai ke jenjang yang lebih tinggi, karena belajar merupakan proses organisasi, beradaptasi, dan bereksplorasi, agar dapat berpikir dan menganalisis suatu hal yang berbeda sehingga memperoleh hasil pengertian yang diharapkan. Ketiga, “Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari”. 32 yaitu belajar harus berdasarkan materi yang akan dicapai karena belajar bersifat menyeluruh, mencakup stuktur belajar, metode atau penyajian yang sederhana membuat siswa dapat memahami maksud dan tujuan yang dikehendaki. Keempat, “Syarat keberhasilan belajar yaitu belajar memerlukan sarana yang cukup ”. 33 Keberhasilan dalam belajar didukung oleh sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang, dan dapat menggunakan media pembelajaran dengan 30 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 27 31 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya …,hlm. 28 32 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya …,hlm. 28 33 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya …,hlm. 28 16 efektif dan efisien, dan proses belajar tidak hanya satu kali saja, akan tetapi harus adanya pengulangan materi baik dengan pemberian tugas maupun dengan test agar tujuan pembelajaran tercapai. c. Teori-teori belajar 1 Teori Gestalt Teori Gestalt mengenai belajar sebagai berikut: “aliran ini berpendirian bahwa keseluruhan lebih dan lain daripada bagian- bagiannya, bahwa manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu bertindak atas berbagai pengaruh di dalam dan di luar individu ”. 34 Jadi, menurut Gestalt bahwa belajar merupakan proses mencapai tujuan yang akan dicapai dan proses perkembangan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dengan adanya proses belajar, proses belajar berlangsung secara terus-menerus dari sejak lahir sampai meninggal dunia, dan belajar akan berhasil apabila adanya pengaruh di dalam dan di luar individu. 2 Teori Belajar Menurut J. Bruner Kata J. Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. 35 Jadi, belajar menurut J. Bruner bahwa melalui belajar tidak mengubah tingkah laku saja, akan tetapi berpartisipasi dalam belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan karena setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, oleh karena 34 S. Nasution, M.A, Didaktik Asas-asas Mengajar …,hlm. 42 35 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya …,hlm. 11 17 itu dengan menyatukan perbedaan tersebut dapat menghasilkan pengertian yang baik. 3 Teori Belajar dari Pieget Slameto, mengutip teori Piaget mengenai proses belajar pada anak-anak sebagai berikut: a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak. c. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak. d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: kemasakan, pengalaman, interaksi sosial, dan Equilibration proses dari ketiga faktor di atas bersama- sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental. e. Ada 3 tahap perkembangan, yaitu: berpikir secara intuitif ± 4 tahun, beroperasi secara konkret ± 7 tahun, dan beroperasi secara formal ± 11 tahun. 36 Selain itu, perkembangan intelektual terjadi proses sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda, dan sebagainya, dan adaptasi yaitu suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada tiap individu sebagai hasil interaksi dengan dunia sekitarnya. Jadi, menurut Pieget belajar lebih ke psikologis atau kejiwaan seseorang, karena Pieget berpandangan bahwa belajar melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, seperti anak-anak dengan orang dewasa pola berpikirnya lebih mendalam orang dewasa karena orang dewasa telah masak dalam berpikir, mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, oleh karena itu, belajar sesuai dengan tahapan-tahapan sesuai dengan usia. 36 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya …,hlm. 12 18 4 Teori dari R. Gagne Slameto dalam bukunya, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, mengutip teori dari R. Gagne tentang teori belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu: “Pertama, Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Kedua, Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi ”. 37 Jadi, dapat disimpulkan teori-teori belajar berdasarkan para ahli bahwa belajar merupakan suatu proses perkembangan atau perubahan tingkah laku melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan, usia, psikologis atau kejiwaan, intelegensi, minat dan motivasi. Selain itu, untuk mencapai tujuan yang akan dicapai dengan berpartisipasi aktif dalam belajar, dengan individu menyampaikan ide-ide maka akan terkumpul inti dari ide-ide tersebut dan akan menghasilkan ide yang sempurna. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada tiga, yaitu faktor internal faktor dari dalam siswa, eksternal faktor dari luar siswa, dan pendekatan belajar ”. 38 1 Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. a Aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah Yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh merupakan faktor yang mempengaruhi belajar. Kesehatan tubuh merupakan aspek yang harus di pelihara dan kesehatan tubuh harus memiliki nutrisi yang cukup, karena apabila kekurangan kadar makanan 37 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya …,hlm. 13. 38 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, cet. 10, hlm 145. 19 akan mengakibatkan kelesuan, lekas lelah dan sebagainya. Dan kecacatan tubuh merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar, Menurut Sumandi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa “ beberapa penyakit kronis juga sangat mengganggu hasil belajar siswa, demikian pula kondisi fungsi panca indera terutama mata dan telinga ”. 39 b Aspek psikologis yang bersifat rohaniah a. Intelegensi atau kecerdasan siswa Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak meru pakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. b. Sikap siswa Sikap attitude adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik positif maupun negatif. c. Bakat siswa Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar 2010: 151, mengutip teori sikap dari Chaplin 1972: Reber, 1988 Bakat aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. d. Minat siswa Minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. e. Motivasi siswa Keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. 40 2 Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yaitu: faktor lingkungan sosial, dan faktor lingkungan nonsosial. a Lingkungan sosial siswa, dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan tetangga, dan yang 39 Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2007, hlm. 235-236 40 Muhibin Syah, Psikologi Belajar…,hlm. 148-153 20 lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar yaitu orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. b Lingkungan nonsosial sarana dan prasarana, seperti: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa, dan termasuk didalamnya media pembelajaran. 41 “Adapun yang termasuk ke dalam faktor eksternal yaitu lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial. Dan juga instrumental yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana, administrasi dan manajemen ”. 42 3 Faktor pendekatan belajar, yakni “jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran ”. 43 Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa menghadapi masalah-masalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut, maka dia tidak dapat belajar dengan baik. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dimaksud adalah faktor lingkungan nonsosial yang meliputi sarana dan prasarana serta faktor pendekatan belajar. e. Ilmu Pengetahuan Sosial 1 Pengertian IPS “Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu terpaduan ”. 44 41 Muhibin Syah, Psikologi Belajar…,hlm 154-156 42 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, cet. 1hlm.85 43 Muhibin Syah, Psikologi Belajar…,hlm 157. 44 Sardjiyo, Materi Pokok Pendidikan IPS SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2011, cet. 9. hlm 1.26 21 Sedangkan pengertian IPS secara umum menurut beberapa ahli dalam tulisan Nursidi Sumaatmadja, adalah: a Menurut Norman Mackenzi, IPS adalah semua disiplin ilmu yang merupakan perjanjian manusia dalam konteks sosial. b Menurut Nu’man Sumantri, IPS adalah yang menekankan pada timbulnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama. IPS juga menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial. c Menurut Achmad Sanusi, IPS terdiri dari disiplin- disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah. d Menurut Calhoum mendefinisikan Ilmu pengetahuan sosial sebagai Study tentang tingkah laku kelompok umat manusia Van Daelen, IPS adalah ilmu sosial yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Dan tingkah laku manusia di masyarakat itu meliputi berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sikap mental, aspek budaya, dan hubungan sosial. 45 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu tentang tentang tingkah laku manusia, masalah-masalah dan gejala-gejala yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Manusia di dalam kehidupan sehari-hari memiliki berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sikap mental, aspek budaya, dan hubungan sosial, di dalam kehidupan bermasyarakat akan mengalami proses interaksi karena interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia saling membutuhkan antarsesama, karena manusia hidup saling ketergantungan, dan tidak bisa hidup sendiri saling membutuhkan. 2 Ruang lingkup IPS IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. 45 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: PT Ciputat Press. 2005, hlm.19-24 22 Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi beberapa aspek- aspek sebagai berikut: a Geografi meliputi manusia, tempat, dan lingkungan. b Sejarah meliputi waktu, dan perubahan. c Sosiologi meliputi sistem sosial dan budaya. d Ekonomi meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 46 Jadi, ruang lingkup IPS memiliki berbagai aspek diantaranya ilmu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. 3 Karakteristik IPS Karakteristik mata pelajaran IPS SMPMTs antara lain sebagai berikut: a IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. b Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tema tertentu. c Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. e Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. 47 Jadi, karakteristik IPS merupakan suatu ilmu yang luas cakupannya tentang bumi beserta isinya, baik dari peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat, sehingga di bagi menjadi 46 Sardjiyo. Materi Pokok Pendidikan IPS SD …, hlm. 2.5 47 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2001, hlm. 126. 23 beberapa bagian seperti ilmu geografi, sosiologi, ekonomi, kewarganegaraan, antropologi, dan sejarah. 4 Tujuan IPS Pada dasarnya, “Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ”. 48 Tujuan utama IPS di tingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan knowledge, keterampilan skills, sikap dan nilai attitudes and values, yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. 49 Peserta didik merupakan harta milik negara untuk memajukan kualitas bangsa, maka pemerintah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan bakat atau keahlian dalam bidang yang diminati, dengan memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan terarah sesuai dengan tujuan yang akan diminati, untuk itu peserta didik harus menguasai ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan yang dimiliki, sikap dan nilai, agar dalam memecahkan masalah dapat teratasi dengan baik sesuai dengan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan. Pengembangan aspek kognitif dapat diupayakan melalui penguasaan materi substansi mata pelajaran IPS yang berasal dari ilmu-ilmu sosial, seperti: sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan tata negara. Oleh karena itu, “pemilihan materi IPS yang 48 Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara: 2008, Ed. 1, Cet. 3, hlm. 15 49 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet.1, hlm. 12 24 bersumber pada ilmu-ilmu sosial bukan didasarkan atas pemikiran bahwa materi itu penting dilihat dari disiplin ilmunya, tapi karena penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan ”. 50 Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan terciptanya manusia-manusia yang berkualitas, bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara serta ikut bertanggungjawab terhadap perdamaian dunia. f. Hasil Belajar IPS Hasil belajar IPS adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran IPS berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: sejarah, keadaan iklim, tindakan ekonomi dalam sehari-hari, sosialisasi, kelompok sosial, stuktur sosial, lembaga sosial perubahan sosial, dan konflik, sampai pada terciptanya integrasi sosial, serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar di dapat baik dari hasil tes formatif, subsumatif, sumatif, untuk kerja ferformance, penugasan proyek, hasil kerja produk, portofolio, sikap serta penilaian diri. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode pembelajaran interaktif yang dilakukan dengan guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil IPS meningkat diperlukan situasi, cara dan metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses 50 Syafrudin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi …,hlm. 26 25 belajar mengajar. Adapun metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah metode pembelajaran dengan pemberian tugas dan resitasi.

B. Kerangka Berpikir