36
Nelayan yang menggunakan kapal dengan ukuran sedang dan besar, tidak bisa melaut sendirian tanpa bantuan dari anak kapal atau anak buah kapal ABK.
Nelayan memekerjakan ABK untuk memudahkan pekerjaannya dalam berbagai hal ketika berada di laut atau di pelabuhan. Dengan demikian, hasil laut yang
didapatkan oleh nelayan yang menggunakan jasa ABK akan dibagikan sesuai dengan kesepakatan bersama.
4.2.3. ABK Anak Buah Kapal
ABK atau biasa juga disebut dengan anak sampan merupakan pekerja yang membantu nelayan, baik ketika melaut ataupun tidak. Pada umumnya ABK
dipekerjakan oleh nelayan yang menggunakan kapal berukuran besar dan sedang. Karena berbagai pekerjaan yang harus tidak dapat diselesaikan oleh nelayan jika
dikerjakan sendirian. Pekerjaan yang dikerjakan oleh ABK juga dikerjakan oleh nelayan, seperti; menjaring ikan, mengemudikan kapal, membuat jaring,
memperbaiki kapal dan lain sebagainya. Berdasarkan data lapangan, sebagian besar masyarakat Desa Bogak
menggantungkan hidup mereka dari hasil laut dengan berbagai jenis pekerjaan, ada yang menjadi juragan, nelayan, pedagang, ABK dan lain-lain. Pekerjaan Anak
Buah Kapal ABK merupakan pekerja terbanyak yang menggantungkan hidup mereka dari melaut. Jika setiap kapal besar menggunakan jasa 10 sampai 15 orang
ABK dan kapal sedang 4 sampai 6 orang ABK, sedangkan di Desa Bogak terdapat begitu banyak kapal-kapal nelayan untuk melaut, maka dapat dilogikakan bahwa
ABK adalah pekerja terbanyak yang mencari nafkah di laut.
Universitas Sumatera Utara
37
Penghasilan yang didapat ABK dari pekerjaannya dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi laut sebagaimana yang dialami oleh nelayan dan juga
“tekong”. Meskipun demikian, pendapatan ABK adalah 1 “bagi” dari hasil laut. Ada juga yang telah dikontrak dengan bayaran tertentu untuk sekali melaut,
banyak atau tidaknya hasil laut, ABK tetap mendapatkan upah sesuai dengan kesepakatan.
Pekerjaan yang dikerjakan ABK di kapal tentunya berbeda-beda. Nelayan yang bertugas sebagai pemimpin di kapal ketika melaut, sedangkan ABK dibagi-
bagi sesuai dengan posisi mereka masing-masing. Ada yang bertugas di penebar jaring, ada yang bertugas sebagai wakil nelayan yang bekerja di depan kapal
dengan tanggung jawab mengarahkan kapal dimana ikan berada, dan lain sebagainya.
4.2.4. “Anak itik”
“Anak itik” merupakan bagian dari lingkungan pekerja yang ada di pelabuhan dan tangkahan. “Anak itik” bekerja sesuai dengan perintah dari juragan
atau nelayan yang memekerjakan mereka. Pekerjaan mereka dimulai ketika kapal atau sampan sedang berlabuh atau sedang ditambatkan di pelabuhan atau di
tangkahan. Sehingga, sebagian besar waktu mereka dihabiskan di pelabuhan dan di tangkahan.
Sebagian besar “anak itik” adalah pekerja anak yang berusia 18-15 tahun, dengan tujuan “anak itik”-lah yang akan melanjutkan kearifan lokal masyarakat
pesisir di Desa Bogak sebagai nelayan atau pelaut. Meskipun ada juga “anak itik”
Universitas Sumatera Utara
38
yang berusia lebih dari 18 tahun, bahkan sudah berumah tangga. Nelayan ataupun “tekong” yang ada di Desa Bogak akan lebih memilih untuk memekerjakan anak-
anak agar bisa mereka didik nantinya. Seiring dengan perubahan waktu dan bertambahnya kebutuhan, upah
“anak itik” juga berubah-ubah. Menurut data lapangan, pada tahun 1970-an “anak itik” diberi upah Rp. 100,- untuk sekali bekerja. Sedangkan sekarang “anak itik”
diupah sama dengan ABK, yaitu 1 “bagi”. Persamaan upah antara “anak itik”
dengan ABK juga dipengaruhi oleh asumsi bahwa pekerjaan “anak itik” juga semakin berat, dan hanya dikerjakan oleh satu “anak itik” saja untuk satu kapal.
Meskipun kebanyakan “anak itik” adalah pekerja anak, tetapi “anak itik” merasa senang bisa bekerja sebagai “anak itik”. Hal tersebut dikarenakan mereka
merasa bisa menjadi orang yang mandiri dan dapat membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perasaan senang tersebut juga didukung oleh
keadaan kerja yang dibangun oleh juragan atau nelayan yang selalu bersikap baik terhadap “anak itik” yang mereka pekerjakan.
4.3. Profil Informan