HAM “anak itik” Hak dan Kewajiban “Anak Itik”

60 Hukum positif membedakan hak dan kewajiban manusia berdasarkan usia. HAM anak-anak serta HAM orang dewasa berbeda antar satu sama lain. Dalam masyarakat perbedaan itu semakin terlihat jelas dikarenakan berbagai tuntutan yang diberikan masyarakat kepada orang yang semakin beranjak dewasa. Sedangkan untuk anak-anak tidak ada tuntutan kepada mereka untuk bekerja atau memenuhi kebutuhan ekonomi, karena mereka masih ditanggungjawabi oleh orang tua atau masyarakat setempat.

4.7.1. HAM “anak itik”

“Anak itik” banyak diisi oleh anak-anak sebagai pekerjanya dengan tujuan untuk mensosialisasikan laut terhadap generasi penerus. Hak pekerja adalah mendapat upah yang layak serta jaminan social dan keselamatan kerja dari yang memekerjakan mereka UU No. 13 tahun 2003. Sedangkan hak anak-anak menurut UU No. 23 tahun 2002 pasal 11 menyebutkan bahwa: “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. ” Sebagaimana yang dijelaskan oleh UU No. 23 tahun 2002 pasal 11 di atas. Anak-anak harus bergaul dengan anak sebayanya, baik itu bermain, berekreasi dan berkreasi dengan tujuan agar sosialisasi yang diterima oleh anak-anak sesuai dengan usianya. Sedangkan “anak itik” yang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, sangat jarang untuk bergaul dengan anak sebayanya. Meskipun ada waktu untuk beristirahat, teapi “anak itik” lebih memilih untuk bermain Universitas Sumatera Utara 61 permainan online atau playstation yang disewa di Desa Bogak daripada berkumpul dengan teman sebayanya. Anak-anak haruslah memeroleh pendidikan yang layak, yaitu pendidikan formal 12 tahun SD, SMP dan SMA sebagaimana yang akan diberlakukan sesuai dengan revisi UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Tuntutan pekerjaan “anak itik” yang harus selalu siap sedia ketiak nelayan pulang mengakibatkan waktunya habis dan lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolah dengan alasan lebih mudah mendapatkan uang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bayu Saputra 17 tahun ketika ditanya apakah ingin melanjutkan sekolah lagi atau tidak: “Tidak, kan lebih enak kerja saja. Bisa dapat uang dan lebih enak aja.” Wawancara dengan Bayu Saputra 17 tahun. Selanjutnya dalam UU yang sama pasal 2 menyebutkan bahwa pendapat anak haruslah dihargai, maka apapun pendapat yang dikatakan oleh anak haruslah didengarkan dan dihargai. Meskipun demikian, anak-anak sebagaimana anggota masyarakat akan mendapatkan pengaruh dari berbagai pihak yang akan mengubah pola pikir serta keputusannya. Anak-anak belum memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan yang luas untuk memutuskan mana yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu, di sinilah peran masyarakat khususnya orang tua untuk memberikan yang terbaik untuk anak. “Anak itik” sebagai pekerja anak tentu saja bertentangan dengan hak-hak mereka sebagai anak-anak. Masa anak-anak yang harusnya dihabiskan dengan bermain dan berkespresi sebagaimana anak-anak pada umumnya tetapi dihabiskan Universitas Sumatera Utara 62 dengan bekerja sebagaimana orang dewasa. Penghasilan yang mereka dapatkan telah memberikan candu yang menggiurkan dan mengikat mereka untuk tetap bekerja sebagai “anak itik”. Memang perlakuan yang baik serta upah yang diberikan kepada “anak itik” merupakan hak yang harus diberikan oleh “tekong” kepada para pekerjanya tetapi bagi anak-anak hal tersebut bukanlah sekedar hak yang harus mereka terima. Rasa percaya diri mereka akan meningkat dikarenakan mereka merasa sudah mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dibandingkan anak-anak lainnya. Pernyataan serupa juga ditegaskan oleh Rizkianto 2013, bahwa rasa percaya diri anak-anak yang bekerja akan lebih tinggi dibandingkan dengan anak- anak yang tidak bekerja. Anak-anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak seusianya akan mempertahankan status mereka untuk menjaga rasa percaya diri mereka. Pekerjaan “Anak itik” merupakan pekerjaan yang dirasa mampu untuk menjaga rasa percaya diri mereka, karena dengan menjadi “anak itik” anak-anak akan mendapatkan penghasilan lebih dan dapat menjadi mandiri seperti orang dewasa. Pekerjaan “anak itik” yang banyak dikerjakan oleh anak-anak di Desa Bogak merupakan media untuk mensosialisasikan laut untuk anak-anak yang efektif bagi masyarakat di Desa Bogak. Masyarakat Desa Bogak yang sejak turun temurun merupakan masyarakat pesisir mengharuskan generasi berikutnya untuk menjaga tradisi serta adat istiadat yang ada. Bagi nelayan, orang tua dan “tekong”, pekerjaan “anak itik” yang dikerjakan oleh anak-anak merupakan hak yang harus Universitas Sumatera Utara 63 diberikan kepada mereka . Keharusan tersebut dikarenakan “anak itik” adalah proses pendewasaan anak-anak menuju kedewasaan bagi masyarakat Desa Bogak.

4.7.2. Kewajiban “anak itik” sebagai pekerja anak