KINERJA LALU LINTAS HASIL DAN ANALISIS DATA

4.3 KINERJA LALU LINTAS

4.3.1 Kinerja Lalu Lintas Eksisting Pengukuran kinerja lalu lintas eksisting dilakukan dalam kondisi jam puncak untuk kedua arah lalu lintas. Terdapat tiga indikator sebagaimana ditunjukkan dalam table di bawah ini.  Derajat Kejenuhan DS Tabel 4.53 Perbandingan Angka Derajat Kejenuhan DS pada Saat Jam Puncak Segmen Jalan Waktu WIB Volume smpjam Kapasitas smpjam Derajat Kejenuhan DS MKJI Greenberg MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00 1115,7 2369 2218,238 0,471 0,503 Arah Entrance 15.00 –19.00 1169,53 2369 1907,0203 0,494 0,613  Kecepatan S Tabel 4.54 Perbandingan Kecepatan S pada Saat Jam Puncak Segmen Jalan Waktu WIB Sm kmjam Pengamatan MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00 80,805 NA 16,949 Arah Entrance 15.00 –19.00 80,647 NA 17,452 Universitas Sumatera Utara  Kepadatan D Tabel 4.55 Perbandingan Angka Kepadatan D pada Saat Jam Puncak Segmen Jalan Waktu WIB Dm smpjam Pengamatan MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00 13,807 NA 130,876 Arah Entrance 15.00 –19.00 14,502 NA 109,272 Berdasarkan tabel perbandingan diatas dapat dilihat bahwa untuk angka derajat kejenuhan baik berdasarkan MKJI 1997 ataupun Model Greenberg angka yang dihasilkan belum tinggi. Angka kecepatan dan kepadatan saat jam puncak pun masih jauh dibawah angka yang diperoleh dengan Model Greenberg. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi eksisting pada ruas Jalan Tol Belmera masih baik dan stabil. 4.3.2 Kinerja Lalu Lintas 5 lima dan 10 sepuluh tahun Kedepan Dalam penelitian ini digunakan Data Rincian Lalu Lintas Cabang Belmera Th.2005 sd 2014 pada Gt. Tanjung Morawa untuk memperkirakan volume lalu lintas yang akan terjadi pada 5lima dan 10 sepuluh tahun kedepan sehingga parameter lalu lintas lainnya dapat diperoleh. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.56 Rincian Lalu Lintas Cabang Belmera Th.2005 sd 2014 pada Gt. Tanjung Morawa Dari data diatas diperoleh bahwa rata-rata pertambahan volume kendaraan adalah sebesar 6,045 . Sehingga volume kendaraan pada saat jam puncak untuk 5 lima dan 10 sepuluh tahun kedepan diestimasi sebagai berikut : Tahun Volume Kenderaan Persentase pertumbuhan 2005 3.734.906 2006 3.571.638 -4,371 2007 3.783.393 5,929 2008 4.137.055 9,348 2009 4.013.061 -2,997 2010 3.621.870 -9,748 2011 3.974.531 9,738 2012 4.378.610 10,167 2013 5.430.546 24,024 2014 6.099.385 12,316 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.57 Estimasi Volume Kendaraan Jam Puncak Tahun 2016 sd 2025 pada Arah Entrance Gt. Tanjung Morawa Tabel 4.58 Estimasi Volume Kendaraan Jam Puncak Tahun 2016 sd 2025 pada Arah Exit Gt. Tanjung Morawa Tahun Volume Kenderaan smpjam 2015 1169,53 2016 1240,227 2017 1315,198 2018 1394,701 2019 1479,01 2020 1568,415 2021 1663,225 2022 1763,765 2023 1870,384 2024 1983,447 2025 2103,345 Tahun Volume Kenderaan smpjam 2015 1115,7 2016 1183,143 2017 1254,664 2018 1330,507 Universitas Sumatera Utara Volume kendaraan pada tahun 2015 merupakan data hasil studi lalu lintas yang digunakan sebagai data dasar untuk mengestimasi volume kenderaan pada tahun 2016 sd 2015. Dengan menggunakan data diatas maka nilai kepadatan dan kecepatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dari model yang sudah dipilih sebelumnya yaitu Model Greenberg.  5 lima Tahun Kedepan  Arah Exit Gt. Tanjung Morawa Dengan V = 1496,225 smpjam, maka : - Nilai Kepadatan D V = 98,100 D-16,700 D ln D 1496,225 = 98,100 D-16,700 D ln D 16,700 D ln D-98,100 D+1496,225=0 Dengan menggunakan cara trial and error dihasilkan dua buah nilai D yang memenuhi persamaan diatas, yaitu : Tahun Volume Kenderaan smpjam 2019 1410,935 2020 1496,225 2021 1586,671 2022 1682,584 2023 1784,296 2024 1892,155 2025 2006,534 Universitas Sumatera Utara = 41,8751 smpkm; = 247,8274 smpkm - Nilai Kecepatan S V = 355,758 1496,225 = 355,758 Dengan menggunakan cara trial and error dihasilkan dua buah nilai S yang memenuhi persamaan diatas, yaitu : = 36,73234 kmjam; = 5,987855 kmjam Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa V=1496,225 smpjam dapat terjadi pada 2 dua kondisi yaitu : Kondisi 1 Satu : Kepadatan D= 41,8751 smpkm yang bergerak dengan kecepatan S= 36,73234 kmjam. Kondisi 2 Dua : Kepadatan D= 247,8274 smpkm yang bergerak dengan kecepatan S= 5,987855 kmjam.  Arah Entrance Gt. Tanjung Morawa Dengan V = 1568,415 smpjam, maka : - Nilai Kepadatan D V = 99,312 D-17,442 D ln D 1568,415 = 99,312 D-17,442 D ln D 17,442 D ln D-99,312 D+1568,415=0 Universitas Sumatera Utara Dengan menggunakan cara trial and error dihasilkan dua buah nilai D yang memenuhi persamaan diatas, yaitu : = 51,07735 smpkm; = 180,4749 smpkm - Nilai Kecepatan S V = 297,033 1568,415 = 297,003 Dengan menggunakan cara trial and error dihasilkan dua buah nilai S yang memenuhi persamaan diatas, yaitu : = 31,12134 kmjam; = 8,64094 kmjam Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa V=1568,415 smpjam dapat terjadi pada 2 dua kondisi yaitu : Kondisi 1 Satu : Kepadatan D= 51,07735 smpkm yang bergerak dengan kecepatan S= 31,12134 kmjam. Kondisi 2 Dua : Kepadatan D= 180,4749 smpkm yang bergerak dengan kecepatan S= 8,64094 kmjam.  10 Sepuluh Tahun Kedepan  Arah Exit Gt. Tanjung Morawa Dengan V = 2006,534 smpjam, maka : - Nilai Kepadatan D V = 98,100 D-16,700 D ln D 2006,534 = 98,100 D-16,700 D ln D Universitas Sumatera Utara 16,700 D ln D-98,100 D+2006,534=0 Dengan menggunakan cara trial and error dihasilkan dua buah nilai D yang memenuhi persamaan diatas, yaitu : = 81,60445 smpkm; = 187,3243 smpkm - Nilai Kecepatan S V = 355,758 2006,534 = 355,758 Dengan menggunakan cara trial and error dihasilkan nilai S yang memenuhi persamaan diatas, yaitu : = 25,7138 kmjam; = 10,44622 kmjam Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa V=2006,534 smpjam dapat terjadi pada 2 dua kondisi yaitu : Kondisi 1 Satu : Kepadatan D= 81,60445 smpkm yang bergerak dengan kecepatan S= 25,7138 kmjam. Kondisi 2 Dua : Kepadatan D= 187,3243 smpkm yang bergerak dengan kecepatan S= 10,44622 kmjam.  Arah Entrance Gt. Tanjung Morawa Untuk arah Entrance Gt. Tanjung Morawa dengan V = 2103,345 smpjam perhitungan nilai kecepatan dan kepadatan dengan Model Greeberg tidak dapat dilakukan. Hal tersebut dikarnakan dari persamaan eksponensial yang dihasilkan pada Model Greenberg menunjukkan bahwa volume maksimum Universitas Sumatera Utara pada Arah Exit Gt. Tanjung Morawa adalah sebesar 1907,0203 smpjam. Sehingga hal tersebut menyebabkan sebelum tercapainya jumlah V = 2006,534 smpjam telah terjadi penurunan jumlah volume kendaraan karena telah mencapai Vmaks lihat gambar 4.37 dan 4.38. Hal tersebut menunjukkan bahwa 10 sepuluh tahun kedepan volume yang terjadi pada arah Entrance Gt. Tanjung Morawa telah mengalami kelebihan kapasitas menurut perhitungan dengan Model Greenberg. Sama halnya pada pengukuran kinerja lalu lintas eksisting, pengukuran kinerja lalu lintas untuk 5 lima dan 10 sepuluh tahun kedepan juga menggunakan tiga indikator lalu lintas pada saat jam puncak yaitu derajat kejenuhan DS, kecepatan S, dan kepadatan D.  5 lima Tahun Kedepan tahun 2020  Derajat Kejenuhan DS Tabel 4.59 Perbandingan Angka Derajat Kejenuhan DS pada Tahun 2020 Segmen Jalan Waktu WIB Vol. Estimasi smpjam Kapasitas smpjam Derajat Kejenuhan DS MKJI Greenberg MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00 1496,225 2369 2218,238 0,632 0,675 Arah Entrance 15.00 –19.00 1568,415 2369 1907,0203 0,662 0,822 Universitas Sumatera Utara  Kecepatan S Tabel 4.60 Perbandingan Angka Kecepatan S pada Tahun 2020 Segmen Jalan Waktu WIB Sm kmjam Estimasi MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00  36,73234  5,987855 NA 16,949 Arah Entrance 15.00 –19.00  31,1213  8,64094 NA 17,452  Kepadatan D Tabel 4.61 Perbandingan Angka Kepadatan D pada Tahun 2020 Segmen Jalan Waktu WIB Dm smpjam Estimasi MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00  41,8751  247,8274 NA 130,876 Arah Entrance 15.00 –19.00  51,07735  180,4749 NA 109,272 Pada ketiga tabel diatas dapat dilihat bahwa angka derajat kejenuhan pada tahun 2020 sudah mulai tinggi. Volume lalu lintas pada kedua arah masing- masing menghasilkan dua kondisi kecepatan dan kepadatan. Kondisi pertama menunjukkan bahwa volume lalu lintas yang terjadi belum mencapai volume maksimum, yang artinya arus lalu lintas lancar dan stabil. Sedangkan kondisi kedua terjadi setelah volume maksimum tercapai, hal tersebut menunjukkan arus lalu lintas sudah padat dan tidak stabil. Universitas Sumatera Utara  10 sepuluh Tahun Kedepan tahun 2025  Derajat Kejenuhan DS Tabel 4.62 Perbandingan Angka Derajat Kejenuhan DS pada Tahun 2025 Segmen Jalan Waktu WIB Vol. Estimasi smpjam Kapasitas smpjam Derajat Kejenuhan DS MKJI Greenberg MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00 2006,534 2369 2218,238 0,847 0,905 Arah Entrance 15.00 –19.00 2103,345 2369 1907,0203 0,888 1,103  Kecepatan S Tabel 4.63 Perbandingan Angka Kecepatan S pada Tahun 2025 Segmen Jalan Waktu WIB Sm kmjam Estimasi MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00  25,7138  10,44622 NA 16,949 Arah Entrance 15.00 –19.00 NA NA 17,452  Kepadatan D Tabel 4.64 Perbandingan Angka Kepadatan D pada Tahun 2025 Segmen Jalan Waktu WIB Dm smpjam Estimasi MKJI Greenberg Arah Exit 07.00 –11.00  81,60445  187,3243 NA 130,876 Arah Entrance 15.00 –19.00 NA NA 109,272 Universitas Sumatera Utara Dari tabulasi diatas dapat dilihat bahwa angka derajat kejenuhan untuk kedua arah lalu lintas pada tahun 2025 sudah tinggi, bahkan untuk arah entrance Gt. Tanjung Morawa dengan Model Greenberg angka derajat kejenuhnnya telah melebihi angka satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa volume yang terjadi telah melebihi volume maksimum yang diperoleh dengan perhitungan Model Greenberg. Untuk nilai kecepatan dan kepadatan berdasarkan volume yang telah ditentukan diperoleh dua kondisi untuk arah exit Gt. Tanjung Morawa, sedangkan untuk arah entrance Gt. Tanjung Morawa nilai kepadatan dan kecepatannya tidak diperoleh karena persamaan yang digunakan merupakan persamaan eksponensial. Dimana setelah mencapai nilai volume maksimum, maka volume akan terus mengalami penurunan. Dari tabel dapat dilihat bahwa volume V yang terjadi lebih besar dari Vm, yaitu nilai V = 2103,345 smpjam dan Vm=1907,0203 smpjam.

4.4 TINGKAT PELAYANAN