3.3.6 Analisa SEM Scanning Electron Microscope
Analisa SEM Scanning Electron Microscope merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan serta mempelajari sifat morfologi sampel. Dalam hal ini,
dilihat dari permukaan edible filmhasil campuran tepung tapioca dengan kitosan, ekstrak buah naga merah, dan gliserin berdasarkan sifat mekanik edible film yang
optimal.
3.3.7 Analisa FT-IR Fourier Transform Infra Red
Analisa FT-IR Fourier Transform Infra Red merupakan analisa terhadap interaksi senyawa-senyawa yang terkandung dalam edible film berupa uluran atau
lekukan gugus fungsi yang ditampilkan dalam bentuk spectrum gelombang. Dalam hal ini, dilihat dari spectrum interaksi gugus fungsi dari edible film hasil
campuran tepung tapioca dengan kitosan, ekstrak buah naga merah, dan gliserin berdasarkan sifat mekanik edible film yang optimal.
3.4 Uji Aktivitas Antibakteri 3.4.1 Uji Aktivitas dengan Metode Kirby Bauer
Dituang media MHA Mueller Hinton Agar steril kedalam cawan petri secara aseptis dan biarkan hingga memadat. Dibuat suspensi bakteri uji dengan
cara mengambil biakkan bakteri tersebut untuk selanjutnya dihomogenkan kedalam 10 mL garam fisiologis 0,9 . Konsentrasi bakteri uji selanjutnya
disamakan dengan konsentrasi larutan McFarland 10
8
CFUmL. Suspensi bakteri uji tersebut selanjutnya diinokulasikan dengan cara menggoresnya menggunakan
cotton bud steril hingga merata pada media MHA yang telah memadat. Dimasukkan potongan edible film kedalam media uji untuk selanjutnya diinkubasi
pada suhu 34
o
C. Diamati dan diukur hasil uji antimikroba yang dihasilkan edible film dimulai dari hari pertama, ketiga dan kelima setelah masa inkubasi
.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Uji Aktivitas dengan Metode Total Plate Count
Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 9 mL akuades steril. Selanjutnya ditimbang sebanyak 1 g sampel uji untuk dimasukkan kedalam
tabung reaksi pertama. Dari hasil homogenisasi antara 9 mL akuadest steril dengan 1 g sampel uji diperoleh faktor pengenceran dengan konsetrasi 10
-1
. Dari hasil pengenceran 10
-1
diambil sebanyak 1 mL untuk dimasukkan kedalam tabung ke 2. Hasill homogenisasi pada tabung ke dua akan memperoleh faktor
pengenceran dengan konsentrasi 10
-2
begitu seterusnya hingga diperoleh faktor pengenceran 10
-5
. Diambil masing-masing sebanyak 0,1 mL dari pengenceran 10
-4
dan 10
-5
untuk diinokulasikan kedalam 2 cawan petri yang berbeda. Dituangkan media PCA Plate Count Agar pada kisaran suhu ±36
o
C kedalam cawan petri yang telah berisi 0,1 mL larutan dari hasil faktor pengenceran 10
-4
dan 10
-5
. Diinkubasi hasil TPC dengan metode cawan tuang tersebut pada suhu 34
o
C selama 1 x 24 jam. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh setelah masa inkubasi.
3.5 Bagan Penelitian
3.5.1. Preparasi Sampel
Dikupas Dibersihkan
Diiris tipis-tipis Dihaluskan dengan blender
Disaring Buah Naga Merah
Ekstrak Buah Naga Merah
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Pembuatan Edible Film
Ditimbang sebanyak 6 g Dimasukkan ke dalam gelas beaker
Ditambahkan 81 ml akuades Dipanaskan diatas hotplate ± 65
o
C Ditambahkan larutan kitosan 2
Ditambahkan 10 gr ekstrak buah naga merah
Ditambahkan 1 ml gliserin Diaduk hingga homogen dan
mengental
Dituang di plat akrilik dan diratakan Dikeringkan didalam oven ± 30
o
C selama 2 hari
Dilakukan perlakuan yang sama untuk volume buah naga merah 20
gr, 30 gr, 40 gr, 50 gr. Tepung Tapioka
Edible Film
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Perbandingan berat sampel dalam pembuatan Edible Film Buah Naga Merah Kitosan Tepung Tapioka Gliserin
10 gr 12 gr
6 gr 1 gr
20 gr 12 gr
6 gr 1 gr
30 gr 12 gr
6 gr 1 gr
40 gr 12 gr
6 gr 1 gr
50 gr 12 gr
6 gr 1 gr
3.5.3 Karakterisasi dan Pengujian Edible Film
Edible Film
Pengukuran Ketebalan
Kuat Tarik dan
Kemuluran Uji
SEM Uji
FT-IR
Universitas Sumatera Utara
3.5.4. Pengujian Aktivitas Antibakteri Edible Film
3.5.4.1 Uji Aktivitas Edible Film dengan Metode Kirby Bauer
Biakan bakteri Escherichia coli dan Staphyloccus aureus
disuspensi dalam akuades steril dihomogenkan dengan vortex
dibandingkan dengan kekeruhan Suspensi bakteri
diencerkan dengan akuades Steril sampai kekeruhan
Media MHA 10
6
CFUml di inkubasi di
Suspensi Bakteri
atas media MHA
di inkubasi di atas media MHA Media MHA
Cakram Edible Film
diletakkan cakram edible film diatas media MHA di inkubasi secara terbaik dalam inkubator pada
suhu 32-34ºC selama 24 jam di ukur diameter zona antibakteri
Hasil
Universitas Sumatera Utara
3.5.4.2 Uji Aktivitas Edible Film dengan Metode Standart Plate Count
SPC pada Sosis
Sosis dibungkus dengan edible film
diletakkan pada suhu kamar dipotong seberat 1 g
dihaluskan dan dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah akuades steril sebanyak 9 ml
Kultur awal pengenceran 10
-1
diencerkan hingga 10
-5
dimasukkan 0,1 ml ke dalam media PCA padat didalam cawan petri
diratakan dengan hockey stick Media PCA dan kultur
diinkubasi pada suhu 32-34ºC selama 24 jam dihitung isolate bakteri
Hasil Dilakukan perlakuan yang sama untuk sosis yang dibungkus dengan plastik biasa
dan edible film liquid untuk perbandingan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian edible film dari campuran ekstrak buah naga merah dengan tepung tapioca, kitosan, dan gliserin yang telah dilakukan diperoleh karakterisasi
edible film sebagai berikut:
Table 4.1 Hasil Karakterisasi Edible film dari 6 g Tepung tapioca, 2 Kitosan, 10 g Ekstrak buah naga merah, 1 ml gliserin.
No. Parameter Hasil 1.
Ketebalan 0,232 mm 2.
Kuat Tarik 0,498 KgFmm
2
3. Kemuluran 14,54
Table 4.2 Hasil Karakterisasi Edible film dari 6 g Tepung tapioca, 2 Kitosan, 20 g Ekstrak buah naga merah, 1 ml gliserin.
No. Parameter Hasil 1.
Ketebalan 0,108 mm 2.
Kuat Tarik 0,209 KgFmm
2
3. Kemuluran 10,36
Universitas Sumatera Utara
Table 4.3 Hasil Karakterisasi Edible film dari 6 g Tepung tapioca, 2 Kitosan, 30 g Ekstrak buah naga merah, 1 ml gliserin.
Table 4.4 Hasil Karakterisasi Edible film dari 6 g Tepung tapioca, 2 Kitosan, 40 g Ekstrak buah naga merah, 1 ml gliserin.
Table 4.5 Hasil Karakterisasi Edible film dari 6 g Tepung tapioca, 2 Kitosan, 50 ml Ekstrak buah naga merah, 1 ml gliserin.
No. Parameter Hasil 1.
Ketebalan 0,196 mm 2.
Kuat Tarik 0,141 KgFmm
2
3. Kemuluran 9,72
No. Parameter Hasil 1.
Ketebalan 0,236 mm 2.
Kuat Tarik 0,147 KgFmm
2
3. Kemuluran 7,91
No. Parameter Hasil 1.
Ketebalan 0,158 mm 2.
Kuat Tarik 0,126 KgFmm
2
3. Kemuluran 6,54
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Hasil Analisis Spectroscopy Fourier Transform Infra Red FT-IR Edible Film
Analisis karakterisasi FT-IR edible film dilakukan dengan mengidentifikasi gugus-gugus fungsi dan analisa kuantitatif derajat deasetilasi dari edible film yang
telah dihasilkan dari penelitian ini. Hasil Karakterisasi gugus fungsi berupa spektrogram FTIR yang ditunjukan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Spektrum Senyawa Hasil Penelitian dengan FT-IR
Table 4.6 Interpretasi Gugus Fungsi Senyawa Hasil Analisis FT-IR
GGugus Fungsi Frekuensi cm-1 Hasil Frekuensi cm-1 Teori
CH 2925,59 cm
-1
2841-2967 cm
-1
2924,50 cm
-1
2925,25 cm
-1
2923,08 cm
-1
OH 3264,88 cm
-1
2500-3333 cm
-1
3273,96 cm
-1
3274,55 cm
-1
3269,17 cm
-1
3241,15 cm
-1
NH 2923,80 cm
-1
3571-3636 cm
-1
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Edible Film
Pada edible film dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan Metode Kirby Bauer. Aktivitas antibakteri edible film menunjukkan indeks antimikrobial
pada pertumbuhan bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus dan Eschericia coli dengan perhitungan zona hambat.
Tabel 4.7 Hasil perhitungan diameter zona hambat beberapa kultur bakteri oleh edible film
No Sampel
Indeks Antimikrobial E. Coli
S. Aureus 1.
Sampel 1 0,011
0,013 2.
Sampel 2 0,023
0,013 3.
Sampel 3 0,012
0,011
4.2 Pembahasan Penelitian 4.2.1 Kuat Tarik