commit to user
sehingga setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak Azwar,
2001. Untuk memudahkan perhitungan, maka digunakan program komputer
Statistical Product and Service Solution SPSS versi 16.0.
F. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam suatu penelitian, analisis manakah yang akan digunakan apakah analisis statistik atau
analisisi non-statistik Suryabrata, 2006. Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik, yaitu analisis sesuai dengan data kuantitatif
atau data yang dikuantifikasi dalam bentuk bilanganSuryabrata, 2006. Untuk menentukan metode yang akan digunakan dalam suatu penelitian
sebagai syarat penggunaan metode statistik parametrik maka harus dilakukan uji asumsi oleh karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan, maka
digunakan t-test dan harus memenuhi dua uji asumsi, yaitu : a.
Uji normalitas, adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal. Data yang normal
memiliki kekhususan yaitu mean, median, dan modusnya bernilai sama. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur uji normalitas dengan menggunakan
metode Liliefors karena memiliki N kecil dan N besar. b. Uji homogenitas, adalah uji yang dilakukan untuk menentukan
apakah sampel berasal dari varians yang homogen. Penggunaan t-test bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
generativitas antara gay yang bekerja sebagai pria pekerja seks dengan gay yang bukan pria pekerja seks. Data penelitian yang diperoleh dalam bentuk angka
dianalisis dengan memanfaatkan fasilitas komputer SPSS versi 16.0 for windows.
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya memahami kancah atau tempat penelitian dan mempersiapkan segala
sesuatu yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Penelitian mengenai perbedaan generativitas pada gay pria pekerja seks dengan gay bukan pria pekerja
seks dilakukan di komunitas Gessang yang beralamatkan di Jalan Cokrobaskoro No. 201 B, Tipes, Solo. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan
survei awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek. Gessang didirikan pada tahun 1992 setelah muncul suatu pemikiran baru
untuk membentuk suatu organisasi yang lebih solid, yang dapat dijadikan wadah bagi kaum homoseksual untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan menambah
teman. Gessang adalah singkatan dari Gerakan Sosial, Advokasi dan Hak Asasi Manusia untuk Homoseksual Surakarta. Gessang diambil dari Bahasa Jawa yang
berarti hidup. Gessang memiliki visi dan misi sebagai berikut:
a. Menjunjung tinggi hak asasi manusia.
b. Mengubah stigma atau penilaian negatif masyarakat terhadap kaum
homoseksual gay, waria, dan lesbian.
54
commit to user
c. Memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban homoseksual gay, waria,
dan lesbian dalam hidup bermasyarakat. d.
Memberikan pendidikan, penyuluhan, dan pembinaan dalam rangka pemberdayaan komunitas homoseksual gay, waria, dan lesbian di
Surakarta. e.
Memberikan advokasi atau pembelaan terhadap komunitas homoseksual gay, waria, dan lesbian yang mempunyai masalah berkaitan dengan
hukum. f.
Membina jaringan dan melakukan kerjasama dengan organisasi massa ormas, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang ada dalam
menyuarakan hak-hak kaum gay, waria, dan lesbian. Adapun pemilihan komunitas tersebut sebagai lokasi penelitian dengan
pertimbangan sebagai berikut : a. Penelitian mengenai perbedaan generativitas pada gay pria pekerja
seks dengan gay bukan pria pekerja seks belum pernah dilakukan di komunitas tersebut. Jumlah gay di Gessang Surakarta sebanyak 1509 orang.
b. Antara anggota tersebut, jumlah sampel yang berusia 40-60 tahun berjumlah 348 orang.
c. Adanya ijin yang telah diperoleh untuk mengadakan penelitian di komunitas tersebut.
2. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan terarah. Hal-hal yang dipersiapkan terkait dengan berbagai perijinan guna
commit to user
memudahkan pelaksanaan penelitian dan penyusunan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Persiapan administrasi Persiapan administrasi meliputi segala sesuatu yang berkenaan dengan
masalah perijinan yang diajukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. Permohonan ijin tersebut melalui beberapa tahapan
sebagai berikut: 1 Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada Komunitas Gessang Surakarta dengan nomor
768H27.1.17.3TU2010. 2 Pengajuan surat ijin pada ketua Komunitas Gessang Surakarta.
3 Setelah mendapatkan ijin dari pihak Komunitas Gessang Surakarta, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan menyebarkan
angket pada gay pria pekerja seks dan gay bukan pria pekerja seks. b. Persiapan alat ukur
Penelitian ini menggunkan dua alat ukur yang dikembangkan oleh Mc Adams yang berkaitan dengan teori generativitas, yaitu Loyola Generative Scale
dan Generative Behaviour Checklist. Peneliti menggunakan skala terpakai try-out terpakai sehingga hanya satu kali saja menyebarkan skala. Peneliti tidak
melakukan uji coba alat ukur try-out tapi peneliti meminta professional judgement untuk memastikan bahwa aitem sudah sesuai dengan blue-print dan
aspek perilaku yang hendak diungkap. Alasan peneliti menggunakan metode try-
commit to user
out terpakai karena sedikitnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur yang digunakan terdiri atas dua buah skala yang disebar kepada 31
subjek. Setelah skala disebar peneliti melakukan analisis aitem Loyola Generativity Scale LGS dengan Generative Behaviour Checklist GBC. Azwar
2001 menyatakan bahwa indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara
keseluruhan. Untuk mengukur daya beda aitem dari skala generativitas yaitu LGS dan GBC, peneliti menggunakan rumus product moment dari Pearson. Semakin
tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan
yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Analisis secara kuantitatif menggunakan program komputer Statistical
Package for Social Science SPSS for Windows 16.0 untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas skala.
1 Loyola Generativitas Scale LGS Loyola Generativity Scale LGS dimaksudkan untuk mengukur perbedaan
individual mengenai komitmen awal yang dipengaruhi oleh tuntutan budaya, keinginan dalam diri, perhatian dan kepercayaan yang berkaitan dengan
generativitas. Pernyataan pada Loyola Generativity Scale LGS sebanyak 20 aitem. Penskoran untuk LGS dengan menunjukkan seberapa sering pernyataan
tersebut berlaku bagi seseorang, dengan menandai salah satu 0, 1, 2, atau 3. Angka 0 jika pernyataan tidak pernah berlaku. Angka 1 jika pernyataan
commit to user
jarang berlaku. Angka 2 jika pernyataan cukup sering berlaku. Angka 3 jika
pernyataan hampir selalu berlaku. Hasil analisis aitem yang dilakukan pada Loyola Generativity Scale LGS
menunjukkan bahwa dari 20 aitem yang diujicobakan diperoleh 14 aitem yang sahih. Adapun aitem yang gugur adalah aitem nomor 1, 2, 10, 13, 14, dan 15.
Koefisien validitasnya bergerak antara 0,373 sampai dengan 0,677 dan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,788.
Berikut ini distribusi penyebaran aitem Loyola Generativity Scale LGS setelah melalui uji coba :
Tabel. 6 Sebaran aitem Loyola Generative Scale LGS setelah Uji Coba
Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
perilaku aitem Komitmen Tuntutan budaya 64, 1610 14 2
Keinginan dari dalam 42, 75, 11 2 2 Perhatian 1,31,129, 53,15, 6
1913 1812,2014 Kepercayaan 86, 108, 13, 97 4
1711
Total 10 4 14 Catatan: angka dalam kurung adalah nomor urut butir baru seteleh di uji coba
2 Generative Behaviour Checklist GBC Generative Behaviour Checklist GBC merupakan sejumlah tindakan yang
dilakukan setiap hari yang berkaitan dengan generativitas. Pernyataan pada Genertivity Behaviour Checklist GBC sebanyak 50 pernyataan perilaku, apakah
dua bulan terakhir pernah melakukan perilaku tersebut dan berapa kali melakukan perilaku tersebut. Penskoran untuk GBC dengan menandai 0, 1 atau 2. Angka 0
jika belum melakukan perilaku selama dua bulan terakhir. Angka 1 jika telah
commit to user
melakukan perilaku satu waktu selama dua bulan terakhir. Angka 2 jika telah melakukan perilaku yang lebih dari sekali selama dua bulan terakhir.
Hasil analisis aitem yang dilakukan pada Generative Behaviour Checklist GBC menunjukkan bahwa dari 50 aitem yang diujicobakan diperoleh 35 aitem
yang sahih. Adapun aitem yang gugur adalah aitem nomor 3, 6, 8, 10, 12, 17, 23, 26, 27, 28, 33, 37, 38, 44, 49 dan 50. Koefisien validitasnya bergerak antara 0,305
sampai dengan 0,672 dan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,888. Berikut ini distribusi penyebaran aitem Generative Behaviour Checklist
GBC setelah melalui uji coba :
Tabel. 7 Sebaran aitem Generativity Behaviour Checklist GBC setelah Uji
Coba No. Aspek
Favourable Unfavourable Jumlah Item
1. Tuntutan Budaya 22, 27, 3121, 3926 5 4330, 4632
2. Keinginan dari dalam 28, 3524, 3625, 3, 43, 8, 6 44, 4834 2919 ,4733
3. Perhatian 75, 149, 3222, 117, 2115, 7 37, 384531, 50 2216
4. Kepercayaan 12, 1611, 2417, 33 4 3020, 3423, 49
5. Komitmen 1510, 17, 2014, 1812 3
23
6. Perilaku 11, 54, 6, 96, 138, 1913, 9 10, 2518,26, 4027 4128,4229
Total 22 12 34 Catatan: angka dalam kurung adalah nomor urut butir baru seteleh di uji coba
commit to user
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah gay pria pekerja seks maupun gay bukan pria pekerja seks yang berusia 40 tahun ke atas. Jumlah sampel yang
menjadi subjek penelitian ini berjumlah 31 orang dengan rincian gay pria pekerja seks berjumlah 16 orang dan gay bukan pria pekerja seks berjumlah 15 orang, dari
populasi sebanyak 348 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik incidental sampling.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rentang waktu satu bulan dari tanggal 26 September – 26 Oktober 2010 dengan menggunakan alat ukur berupa skala
Loyola Generativity Scale LGS yang terdiri atas 20 aitem dan skala Generative Behaviour Checklist GBC yang terdiri atas 50 aitem.
Pembagian skala dilakukan dengan cara menitipkan beberapa kuesioner kepada pengawas lapangan dari Gessang Surakarta untuk dibagikan kepada
sampel penelitian. Setelah skala diisi oleh sampel dan terkumpul, pengawas lapangan akan menghubungi peneliti dan memberikan skala tersebut.
3. Pelaksanaan Skoring
Setelah skala terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan pemberian skor pada hasil pengisian skala untuk keperluan analisis data. Skala yang terkumpul
digolongkan menjadi dua bagian berdasarkan status pekerjaan gay yang ada yaitu gay pria pekerja seks dan gay bukan pria pekerja seks.
commit to user
Pemberian skor untuk skala Loyola Generative Scale LGS dilakukan dengan memberikan angka yang bergerak dari nol sampai tiga dengan sifat aitem
favourable mendukung dan unfavourable tidak mendukung, untuk nomor 2, 5, 9, 13, 14 dan 15 penskorannya dibalik misal, 0 menjadi 3, 1 menjadi 2, 2 menjadi
1, 3 menjadi 0. Untuk skala Generative Behaviour Checklist GBC dilakukan dengan memberikan angka yang bergerak dari nol sampai dua dengan sifat aitem
favourable mendukung dan unfavourable tidak mendukung. Skor yang diperoleh dari tiap sampel penelitian dijumlahkan kemudian di analisis.
C. Hasil Analisis Data
1. Hasil uji asumsi
a. Uji normalitas
Berdasarkan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk menggunakan program SPSS 16.0 for Windows, hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut: 1 Loyola Generative Scale LGS
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Jenis Pekerjaan
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig. SkorTotal PPS
.190 16
.127 .922
16 .184
NonPPS .147
15 .200
.920 15
.192 a. Lilliefors Significance Correction
. This is a lower bound of the true significance.
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil taraf signifikansi sebesar 0,127 untuk kelompok gay pria pekerja seks PPS dan 0,200
commit to user
untuk kelompok gay bukan pria pekerja seks Non PPS. Kedua kelompok tersebut mempunyai taraf signifikansi di atas 0,05. Uji Shapiro-Wilk juga
menunjukkan hasil taraf signifikansi kedua kelompok lebih besar dari 0,05 yaitu 0,184 untuk kelompok gay pria pekerja seks PPS dan 0,192 untuk kelompok gay
bukan pria pekerja seks Non PPS. Melalui kedua uji tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
2 Generative Behaviour Checklist GBC Tabel 9. Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Jenis Pekerjaan
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig. SkorTotal PPS
.198 16
.095 .916
16 .143
NonPPS .105
15 .200
.954 15
.597 a. Lilliefors Significance Correction
. This is a lower bound of the true significance.
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil taraf signifikansi sebesar 0,095 untuk kelompok gay pria pekerja seks PPS dan 0,200
untuk kelompok gay bukan pria pekerja seks Non PPS. Kedua kelompok tersebut mempunyai taraf signifikansi di atas 0,05. Uji Shapiro-Wilk juga
menunjukkan hasil taraf signifikansi kedua kelompok lebih besar dari 0,05 yaitu 0,143 untuk kelompok gay pria pekerja seks PPS dan 0,597 untuk kelompok gay
bukan pria pekerja seks Non PPS. Melalui kedua uji tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varians populasi sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis
commit to user
independent sample t-test. Asumsi yang mendasari dalam analisis varians atau anova adalah bahwa varians dari populasi adalah sama. Hasil uji homogenitas
dapat dilihat pada tabel berikut: 1 Loyola Generative Scale LGS
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1
df2 Sig.
SkorTotal Based on Mean 7.345
1 29
.011 Based on Median
7.044 1
29 .013
Based on Median and with adjusted df
7.044 1
26.997 .013
Based on trimmed mean
7.349 1
29 .011
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa taraf signifikansi data adalah 0.013 dengan Levene Statistic sebesar 7,044. Hasil signifikansi lebih kecil dari
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data mempunyai varians yang berbeda.
2 Generative Behaviour Checklist GBC Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1
df2 Sig.
SkorTotal Based on Mean 12.585
1 29
.001 Based on Median
10.009 1
29 .004
Based on Median and with adjusted df
10.009 1
19.809 .005
Based on trimmed mean
12.787 1
29 .001
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa taraf signifikansi data adalah 0.05 dengan Levene Statistic sebesar 10,009. Hasil signifikansi lebih kecil dari
commit to user
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data mempunyai
varians yang berbeda. 2.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil yang diperoleh dari uji asumsi menunjukkan bahwa syarat pertama telah terpenuhi yaitu data yang didapat adalah normal berdasarkan uji
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan ditunjukannya hasil taraf signifikansi sebesar 0,127 untuk kelompok gay pria pekerja seks PPS dan 0,200
untuk kelompok gay bukan pria pekerja seks Non PPS. Kedua kelompok tersebut mempunyai taraf signifikansi di atas 0,05. Sedangkan syarat kedua yaitu
uji homogenitas tidak terpenuhi, hal ini ditunjukkan dengan taraf signifikansi data adalah 0.05 dengan Levene Statistic sebesar 10,009. Hasil signifikansi lebih kecil
dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data mempunyai varians yang berbeda tidak homogen. Disebabkan salah satu syarat uji asumsi
tidak terpenuhi, yang konsep awalnya menggunakan statistik parametrik independent-sample t-test maka peneliti akhirnya menggunakan statistik non
parametrik uji Mann-Whitney U yang sebanding dengan independent- sample t-
test.
Uji hipotesis yang dilakukan terhadap hasil pengumpulan data menggunakan analisis statistik non parametrik dengan menggunakan uji Mann-
Whitney U. Uji ini merupakan uji alternatif dari uji-t. Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan ada tidaknya perbedaan antara kelompok gay
pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS terhadap komitmen dan perilaku generativitas. Hipotesis yang digunakan adalah:
commit to user
o
H = tidak ada perbedaan komitmen maupun perilaku generativitas pada kelompok gay pria pekerja seks PPS dan gay bukan pria pekerja
seks Non PPS.
a
H = ada perbedaan komitmen maupun perilaku generativitas pada kelompok gay pria pekerja seks PPS dan gay bukan pria pekerja
seks Non PPS. Jika p 0,05 maka
o
H diterima, jika p 0,05 maka
o
H ditolak. Pengujian tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut :
a. Uji Mann-Whitney U pada Loyola Generative Scale LGS
Tabel 12. Hasil Uji Mann-Whitney pada Loyola Generative Scale LGS
Test Statistics
b
SkorTotal Mann-Whitney U
16.500 Wilcoxon W
152.500 Z
-4.102 Asymp. Sig. 2-tailed
.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
.000
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Jenis Pekerjaan
Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa nilai statistik uji Z yang
kecil yaitu -4,102 dan nilai Asymp sig.2-tailed adalah 0,00 0,05. Karena itu hasil
uji signifikan secara statistik, dengan demikian menolak hipotesis nol karena ada perbedaan antara gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks
Non PPS terhadap komitmen generativitas.
commit to user
b. Uji Mann-Whitney U pada Generative Behaviour Checklist GBC
Tabel 13. Hasil Uji Mann-Whitney pada Generative Behaviour Checklist GBC
Test Statistics
b
SkorTotal Mann-Whitney U
98.000 Wilcoxon W
218.000 Z
-.871 Asymp. Sig. 2-tailed
.384 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
.401
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: JenisPekerjaan
Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa nilai statistik uji Z yang
kecil yaitu -0,871 dan nilai Asymp sig.2-tailed adalah 0,384 0,05. Karena itu
hasil uji tidak signifikan secara statistik, dengan demikian menerima hipotesis nol yaitu tidak ada perbedaan antara gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan
pria pekerja seks Non PPS terhadap perilaku generativitas.
3. Analisis Deskriptif
Dari skor kasar Loyola Generative Scale LGS dan Generative Behaviour Checklist GBC diperoleh hasil statistik deskriptif subjek penelitian. Statistik
deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data penelitian. Hasil statistik deskrptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 14. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
LGS Gay PPS 16
21 36
26,44 3,95
Gay Non PPS 15
26
52 38,40
8,08 GBC
Gay PPS 16
32 56
42,375 6,73
Gay Non PPS 15
15 65
36,067 16.88
commit to user
Berdasarkan tabel statistik di atas, kemudian dilakukan kategorisasi subjek secara normatif guna memberikan intepretasi terhadap skor skala. Kategorisasi
yang digunakan adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur Azwar, 1999. Norma kategorisasi yang digunakan adalah
sebagai berikut : a.
Loyola Generative Scale LGS Loyola Generative Scale LGS dikategorikan untuk mengetahui tinggi
rendahnya komitmen generativitas subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,
sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal Azwar, 1999. Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 20 X 0 = 0 dan skor maksimal yang dapat
diperoleh subjek adalah 20 X 3 = 60, maka rentangan skor skala adalah 60 - 0 = 60 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 60:6 = 10. Untuk rerata
hipotetiknya bernilai 30
2 60
= +
. Apabila subjek digolongkan dalam lima kategori, maka didapat kategorisasi serta distribusi skor gay pria pekerja seks
PPS dan gay bukan pria pekerja seks NonPPS seperti pada tabel berikut:
commit to user
Tabel 15. Kriteria Kategori Skala Loyola Generative Scale LGS pada Skor Gay Pria
Pekerja Seks PPS
Standar Deviasi
Kategorisasi Kategori Frek
∑N Persentase
Rerata empirik
Skor
MH-3s ≤
XMH-1,8s X 12 Sangat rendah
- -
- MH-1,8s
≤ XMH-0,6s
12≤ X 24 Rendah
3 18,75
- MH-0,6s
≤ XMH+0,6s
24≤ X 36 Sedang
12 75 26,44
MH+0,6s ≤
XMH+1,8s 36≤ X 48
Tinggi 1 6,25
- MH+1,8
≤ X MH+3s
48≤ X Sangat tinggi
- - -
Jumlah 16 100
Pada tabel kategorisasi Skala Loyola Generative Scale LGS di atas, dapat
dilihat bahwa rerata empirik gay pria pekerja seks PPS sebesar 26,44 termasuk dalam kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan secara umum gay pria pekerja
seks PPS memiliki komitmen generativitas yang sedang. Tabel 16.
Kriteria Kategori Skala Loyola Generative Scale LGS pada Skor Gay Bukan Pria Pekerja Seks NonPPS
Standar Deviasi
Kategorisasi Kategori
Frek ∑N
Persentase Rerata
empirik Skor
MH-3s ≤
XMH-1,8s X≤ 12
Sangat rendah -
- -
MH-1,8s ≤
XMH-0,6s 12X ≤ 24
Rendah -
- -
MH-0,6s ≤
X MH+0,6s 24X ≤ 36
Sedang 6 40
- MH+0,6s
≤ XMH+1,8s
36X ≤ 48 Tinggi
7 46,67 38,40
MH+1,8 ≤
XMH+3s 48X
Sangat tinggi 2
13,33 -
Jumlah 15 100
Pada tabel kategorisasi Skala Loyola Generative Scale LGS di atas, dapat
dilihat bahwa rerata empirik gay bukan pria pekerja seks NonPPS sebesar 38,40 termasuk dalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan secara umum gay
bukan pria pekerja seks NonPPS memiliki komitmen generativitas yang tinggi. b.
Generative Behaviour Checklist GBC Generative Behaviour Checklist GBC dikategorikan untuk mengetahui
tinggi rendahnya perilaku generativitas subjek. Kategorisasi yang dilakukan
commit to user
adalah dengan mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal, sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal Azwar,
1999. Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 50 X 0 = 0 dan skor maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 50 X 2 = 100. Maka rentangan skor skala
adalah 100 - 0 = 100 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 100:6 = 16,67. Untuk rerata hipotetiknya
50 2
100 =
+ . Apabila subjek digolongkan dalam lima
kategori, maka didapat kategorisasi serta distribusi skor gay pria pekerja seks PPS dan gay bukan pria pekerja seks NonPPS seperti pada tabel berikut:
Tabel 17. Kriteria Kategori Skala Generative Behaviour Checklist GBC pada Skor Gay
Pria Pekerja Seks PPS
Standar Deviasi
Kategorisasi Kategori
Frek ∑N
Persentase Rerata
empirik Skor
MH-3s ≤
XMH-1,8s X≤ 20
Sangat rendah -
- -
MH-1,8s ≤
XMH-0,6s 20X ≤ 40
Rendah 6
37,5 -
MH-0,6s ≤
XMH+0,6s 40X ≤ 60
Sedang 10 62,5
42,375 MH+0,6s
≤ XMH+1,8s
60X ≤ 80 Tinggi
- - -
MH+1,8 ≤
XMH+3s 80X
Sangat tinggi -
- -
Jumlah 16 100
Pada tabel kategorisasi Skala
Generative Behaviour Checklist
GBC di atas, dapat dilihat bahwa rerata empirik
gay
pria pekerja seks PPS sebesar 42,375 termasuk dalam kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan secara
umum
gay
pria pekerja seks PPS memiliki perilaku generativitas yang sedang.
commit to user
Tabel 18. Kriteria Kategori Skala Generative Behaviour Checklist GBC pada Skor Gay
Bukan Pria Pekerja Seks NonPPS
Standar Deviasi
Kategorisasi Kategori
Frek ∑N
Persentase Rerata
empirik Skor
MH-3s ≤
XMH-1,8s X≤ 20
Sangat rendah 4
26,67 -
MH-1,8s ≤
XMH-0,6s 20 X ≤ 40
Rendah 5
33,33 36,067
MH-0,6s ≤
XMH+0,6s 40 X ≤ 60
Sedang 5 33,33
- MH+0,6s
≤ XMH+1,8s
60 X ≤ 80 Tinggi
1 6,67 -
MH+1,8 ≤
XMH+3s 80 X
Sangat tinggi -
- -
Jumlah 15 100
Pada tabel kategorisasi Skala Generative Behaviour Checklist GBC di
atas, dapat dilihat bahwa rerata empirik gay bukan pria pekerja seks NonPPS sebesar 36,067 termasuk dalam kategori rendah, sehingga dapat disimpulkan
secara umum gay bukan pria pekerja seks NonPPS memiliki perilaku generativitas yang rendah.
D. Pembahasan
Berdasarkan dari dua pengukuran generativitas mengenai komitmen dan perilaku generativitas maka didapatkan bahwa hasil uji hipotesis Mann-Whitney
U menunjukkan bahwa ada perbedaan komitmen generativitas yang signifikan antara kelompok gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks
NonPPS. Dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh Asymp sig.2-tailed sebesar 0,00 0,05. Karena itu hasil uji signifikan secara statistik, dengan demikian menolak
hipotesis nol karena ada perbedaan antara gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS terhadap komitmen generativitas.
Uji hipotesis Mann-Whitney U menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku generativitas yang signifikan antara kelompok gay pria pekerja seks
PPS dengan gay bukan pria pekerja seks NonPPS. Dari hasil uji Mann-Whitney
commit to user
diperoleh Asymp sig.2-tailed sebesar 0,384 0,05. Oleh karena itu hasil uji tidak signifikan secara statistik, dengan demikian menerima hipotesis nol yaitu tidak
ada perbedaan antara gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS terhadap perilaku generativitas.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang mendukung adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan
pria pekerja seks Non PPS adalah komitmen generativitas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p 0,05 yaitu 0,00 0,05. Sedangkan untuk perilaku generativitas
itu sendiri tidak mendukung hipotesis, antara kelompok gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS tidak ada perbedaan secara
signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p 0,05 yaitu 0,384 0,05. Hasil penelitian mengenai komitmen generativitas ini sejalan dengan yang
disampaikan oleh Reid dalam Papalia dkk., 2007 mengatakan bahwa seorang gay yang memasuki masa dewasa tengah baya, sama halnya dengan seorang
heteroseksual memiliki suatu keinginan kuat untuk intimasi, kontak sosial dan generativitas. Seorang gay pun pasti memiliki cara yang berbeda satu dengan yang
lain dalam menghadapi generativitas, jika dilihat dari segi usia yang memang saatnya untuk segera membina keluarga, dan mewariskan hal-hal yang positif
kepada generasi berikutnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan antara gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS, yaitu
komitmen generativitas kelompok gay pria pekerja seks berada pada kategorisasi sedang, sedangkan gay bukan pria pekerja seks Non PPS berada pada
kategorisasi tinggi.
commit to user
Komitmen generativitas antara kedua kelompok berbeda karena adanya perbedaan dalam pandangan mengenai generativitas yang meliputi tuntutan
budaya, keinginan dari dalam, perhatian dan kepercayaan terhadap generasi berikutnya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh pekerjaan, karena pada pekerjaan
sebagai pria pekerja seks tidak dituntut untuk mewariskan hal-hal positif ke generasi selanjutnya sedangkan pekerjaan bukan sebagai pria pekerja seks seperti
dosen, PNS, wiraswasta dan sebagainya dituntut untuk mengajar, membimbing, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
Adanya perbedaan komitmen generativitas antara gay pria pekerja seks dengan gay bukan pria pekerja seks karena gay yang bekerja sebagai pria pekerja
seks cenderung merasa cukup dengan apa yang telah dicapai selama ini, yang terpenting adalah kebutuhan hidup dan keinginan telah terpenuhi. Sedangkan bagi
gay bukan pria pekerja seks cenderung selalu ingin menghasilkan sesuatu. Perbedaan ini terjadi karena setiap manusia pasti mempunyai tujuan hidup dan
keinginan yang berbeda satu sama lain, seperti yang disampaikan oleh subjek A dan B dari gay kelompok PPS dan gay Non PPS berikut ini
: ..pekerja seks itu rata-rata malas bekerja mbak. Mereka ga mau bekerja
yang berat2 kayak dikantoran atau dmana gitu, mereka lebih memilih bekerja seperti itu. Saya juga tidak terlalu memikirkan kehidupan saya selanjutnya, yang
penting saya sudah punya rumah dan tanah mbak. Subjek A
…masih pengen belajar lagi..saya itu kepengennya jadi doktor dulu..gitu..baru kemudian nanti guru besar, he’eh..iyaa..ini step by step ya..kita
bisa..selain berguna untuk masyarakat luas terutama juga untuk komunitas gay..makanya kemudian saya beranikan bersama dengan teman2 membuat
Gessang.
ya paling tidak saya bisa hidup sejahtera kemudian bisa bermanfaat bagi orang lain..harapan saya itu..kayak misalnya hasil penelitian kalo kita
publikasikan kan bisa bermanfaat tentunya. Subjek B
commit to user
Orang dewasa mengekspresikan generativitas tidak hanya berperan sebagai orangtua, melainkan melalui berbagai kehidupan yang luas seperti bekerja
sebagai professional, sukarelawan, partisipan pada organisasi politik dan keagamaan, aktivitas di masyarakat, menjalin hubungan akrab dengan teman,
bahkan aktivis pada saat waktu luang McAdams de St. Aubin, 1992, sehingga dapat disimpulkan bahwa gay yang bukan pria pekerja seks Non PPS memiliki
komitmen generativitas yang tinggi karena bidang pekerjaan yang ditekuninya sebagai dosen, wiraswasta, PNS, pegawai swasta lebih mengekspresikan
generativitas daripada yang bekerja sebagai pria pekerja seks PPS. Hal ini disebabkan bidang pekerjaan bukan pria pekerja seks dituntut untuk menghasilkan
dan mengembangkan sesuatu yang nantinya akan diberikan kepada orang lain, sedangkan pria pekerja seks lebih kepada menerima imbalan dan adanya
penikmatan seksual. Bila pada kajian teori generativitas yang dikembangkan oleh McAdams
de St. Aubin 1992 mengemukakan bahwa adanya konsistensi antara komitmen dan perilaku pada kehidupan heteroseksual, maka pada kehidupan homoseksual
hal ini tidak berlaku sepenuhnya karena ada beberapa hal yang menjadikan komitmen tidak sejalan dengan perilaku. Orientasi seksual yang berbeda dengan
masyarakat pada umumnya menjadikan gay cenderung tertutup, menjaga jarak dengan masyarakat dan melakukan sesuatu sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bandura dalam Syah, 2009 bahwa perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
commit to user
Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Oleh karena itu, baik gay yang bekerja sebagai pria pekerja seks maupun gay
bukan pria pekerja seks cenderung menunjukan perilaku yang sama. Hal ini pula yang ditunjukkan ketika gay dituntut untuk segera menikah, memiliki anak maka
gay akan menunjukkan penolakan yang sama karena memang dari dalam diri mereka tidak ada keinginan untuk menikah.
Perilaku generativitas pada kedua kelompok tidak mengalami perbedaan secara signifikan. Perhatian terhadap generasi selanjutnya akan mengarah pada
suatu komitmen generativitas yang pada akhirnya akan dimanifestasikan dalam perilaku generativitas McAdams de st.Aubin, 1992. Aksi atau perilaku
generatif ditunjukan dengan menghasilkan, pemeliharaan, persembahan sesuatu yang bermanfaat untuk generasi berikutnya. Perilaku generatif dapat diartikan
juga membentuk hal atau orang untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif, produktif, dan meneruskan generasi berikutnya. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya bahwa seorang gay akan merasa khawatir jika dihadapkan dengan tuntutan menikah dan bertanggungjawab terhadap generasi selanjutnya oleh
keluarga maupun masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p 0,384 0,05 yang menerima hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS. Walaupun ketika dikategorisasikan terdapat perbedaan, gay pria pekerja
seks PPS berada pada kategori sedang, dan gay bukan pria pekerja seks Non PPS berada pada kategori rendah.
commit to user
Seperti yang diungkapkan pada penelitian sebelumnya Nugroho, dkk., 2010 yang menyatakan bahwa gay merasa khawatir dengan tuntutan dari orang
tua untuk segera menikah, namun subjek pun memiliki keinginan untuk membahagiakan orang tua. Seseorang ketika dituntut akan sesuatu hal pada
akhirnya akan berbeda dalam menyikapi tuntutan tersebut. Hal itu pun sama dengan komitmen generativitas, setiap individu akan berbeda dalam menyikapi
dan menunjukkan perilakunya mengenai generativitas itu sendiri. Seperti yang dikisahkan oleh Dimas seorang gay yang pernah menikah dalam Nugroho, 2007
bahwa pernikahan merupakan tantangan dan memutuskan untuk menikah adalah sebuah konflik besar yang menimbulkan kekhawatiran yang terus menghantui
pikiran seorang gay yaitu apakah saya mampu berhubungan seks dengan lawan jenis. Hal ini pula ditunjukkan oleh subjek A dan B dari kelompok gay PPS dan
gay Non PPS : ...saya tidak mau mengadopsi anak, lha wong keponakan saya saja banyak
mbak, saya berharap kelak nanti yang ngurusin saya ya keponakan saya walau kasih sayang anak berbeda ma keponakan, tapi saya tidak berniat menikah.
Subjek A
…tidak no..saya blass..saya tidak akan menikah..saya sudah bahagia dengan begini..punya banyak teman..karier yang bagus..gitu aja kalo saya..kalo
saya lebih seneng ngerawat anaknya atau keponakan saya anu anaknya kakak atau adik saya. ya banyak saya tu sok nukoke susu anake adikku. Subjek B
Kotre dalam Santrock, 2002 menyatakan bahwa dewasa tengah baya
akan menunjukkan cara yang berbeda dalam mengembangkan generativitas. Cara yang dilakukan pun beraneka macam,baik itu secara biologis, pengasuhan, kerja,
maupun budaya yang bertujuan untuk melanjutkan dan mewariskan hal-hal positif ke generasi selanjutnya.
commit to user
Berdasarkan aspek yang ingin diungkap dalam wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan data pelengkap dari hasil kuantisifikasi antara gay pria
pekerja seks dan gay bukan pria pekerja seks, maka didapatkan hasil bahwa aspek menghasilkan antara kedua kelompok berbeda, yaitu.
…Saya itu ya mbak dengan uang dari hasil germo dan kerja gini bisa beli rumah dan tanah mbak, setidaknya bisa nyukupin kebutuhan saya. Jujur saya itu
kadang ada perasaan pengen berhenti kerja kayak gini, tapi ya gimana lagi mbak kalo malem dapat sms dari pelanggan ya mau ga mau mbak. Saya tidak terlalu
memikirkan kehidupan saya selanjutnya, yang penting saya sudah punya rumah dan tanah mbak. Subjek A
… masih pengen belajar lagi..saya itu kepengennya jadi doktor dulu..gitu..baru kemudian nanti guru besar..ini kan kalo guru besar kan harus menulis di jurnal
internasional..ini tulisan saya akan terbit nantinya penelitian itu masculinity and violence yang dengan dr.Pam.,journal..eh..American Journal Men and
Masculinity..itu sangat prestisius.. he’eh..iyaa..ini step by step ya..kita bisa..selain berguna untuk masyarakat luas terutama juga untuk komunitas gay..makanya
kemudian saya beranikan bersama dengan teman2 membuat Gessang..itu salah satu pengorbanan saya yang besar terutama kaitannya dengan karier..kalo orang
lain kan mungkin belum bisa menerima tapi ternyata sambutan temen2 bagus..seperti itu..saya gak menyangka..Subjek B
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan dalam studi generativitas yang dilakukan oleh McAdams de St. Aubin 1992 yang menyatakan bahwa
orang dewasa mengekspresikan generativitas dalam berbagai kehidupan yang luas melalui bekerja sebagai professional, sukarelawan, partisipan pada organisasi
politik dan keagamaan, aktivitas di masyarakat, menjalin hubungan akrab dengan teman, bahkan aktivis pada saat waktu luang. Dalam penelitian ini, Gay bukan
pria pekerja seks menunjukkan bahwa masih ingin menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat luas sedangkan gay pria pekerja seks menunjukkan
bahwa hasil dari pekerjaannya cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan sehari-hari.
Jika dilihat dari aspek pemeliharaan, dapat ditunjukkan bahwa :
commit to user
…Saya pun kalo di masyarakat juga biasa aja. Saya pun kalo misal nerima tamu cowok gitu juga kadang sungkan dan ga enak mbak nek pintu rumah
di tutup ntar masyarakat ngiranya gimana. Subjek A …fine..fine aja..gak papa.. yang penting kita baik..he’eh..Cuma saya kan
karakter gay itu kan kita kan karena identitas..kebanyakan ya..identitas seksual atau orientasi seksual kita khawatir diketahui orang makanya kita cenderung
menutup diri..kita..saya kan kalo..datang..pulang kerja tutup..saya nggak pernah..jarang..istilahe jarang serawung ya.. tapi saya baik menyapa..kadang
main..atau apa..gitu..kebanyakan gay itu itu..kita lebih nyaman dengan komunitas sendiri..gitu.. oh iya dateng..kalo gitu ga masalah..tirakatan 17 agustusan
dateng..ora popo..mereka sangat respek sekali, masyarakat di sekitar sini kan saling hormat menghormati gitu..yang penting kan kita tidak berbuat jahat atau
apa. Subjek B
Hal ini menunjukkan bahwa gay pria pekerja seks Subjek A dalam bergaul dengan masyarakat biasa saja dan gay bukan pria pekerja seks Subjek B
juga dalam bergaul dengan masyarakat juga sama seperti masyarakat kebanyakan tetapi mereka cenderung tertutup dan lebih nyaman dalam komunitasnya.
Jika dilihat dari aspek menawarkan hasil dari dalam diri sendiri, dapat ditunjukkan bahwa :
…Jujur saya itu kadang ada perasaan pengen berhenti kerja kayak gini, tapi ya gimana lagi mbak kalo malem dapat sms dari pelanggan ya mau ga mau
mbak. Jujur ya mbak, saya itu suka kasihan ma pekerja seks yang sudah menikah gitu mbak, liat anak istrinya dikasi makan dari hasil kayak gitu. Lha kalo saya
kan buat saya sendiri. Saya itu kadang berdoa ma tuhan, meminta rejeki walo ternyata tuhan ngasih rejekinya lewat jalan ini, nanti kalo pas malam saya minta
maaf sama tuhan. Subjek A
…ya paling tidak saya bisa hidup sejahtera kemudian bisa bermanfaat bagi orang lain..harapan saya itu..kayak misalnya hasil penelitian kalo kita
publikasikan kan bisa bermanfaat tentunya. Subjek B
Hal ini menunjukkan bahwa subjek A ada perasaan ingin berhenti dari pekerjaan ini, memulai sesuatu yang baru, dan merasa bersalah kepada Tuhan
tetapi karena tuntutan kebutuhan sehingga tidak sepenuhnya bisa lepas dari pekerjaan ini. sedangkan subjek B merasa bahwa apa yang telah dihasilkan selama
commit to user
ini memiliki banyak manfaat sehingga ada keinginan hidup sejahtera dan senang membantu orang lain.
Jika dilihat dari aspek generasi selanjutnya, dapat ditunjukkan bahwa : …Saya berharap kelak nanti yang ngurusin saya ya keponakan saya
walau kasih sayang anak berbeda ma keponakan, tapi saya tidak berniat menikah. Saya tidak mau mengadopsi anak, lha wong keponakan saya saja
banyak mbak. Subjek A
…tidak no..saya blass..saya tidak akan menikah..saya sudah bahagia dengan begini..punya banyak teman..karier yang bagus..gitu aja..kalo saya lebih
seneng ngerawat anaknya atau keponakan saya anu anaknya kakak atau adik saya. ya banyak saya tu sok nukoke susu anake adikku.. Subjek B
Hal ini menunjukkan bahwa antara subjek A dan subjek B tetap tidak ingin menikah dan tidak berniat mengadopsi anak serta lebih memilih merawat
keponakan. Jika dilihat dari aspek simbol keabadian, dapat ditunjukkan bahwa :
…Saya tidak terlalu memikirkan kehidupan saya selanjutnya, yang penting saya sudah punya rumah dan tanah mbak. Subjek A
..sebenernya kuatir ya..he’eh..tapi kalo saya percaya nanti adik kakak atau saudara atau family atau keponakan saya yang merawat saya. he’eh..iyaa..ini
step by step ya..kita bisa..selain berguna untuk masyarakat luas terutama juga untuk komunitas gay..makanya kemudian saya beranikan bersama dengan teman2
membuat Gessang..itu salah satu pengorbanan saya yang besar terutama kaitannya dengan karier..kalo orang lain kan mungkin belum bisa menerima tapi
ternyata sambutan temen2 bagus..seperti itu..saya gak menyangka..Subjek B
Hal ini menunjukkan bahwa subjek A tidak terlalu memikirkan kehidupan
selanjutnya sedangkan subjek B memikirkan kehidupan selanjutnya dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat luas.
Namun, dikarenakan gay berbeda dengan masyarakat pada umumnya yang heteroseksual, maka cara mengembangkan generativitas pun akan berbeda dengan
masyarakat. Hal ini jelas berbeda dikarenakan adanya perbedaan orientasi seksual. Jikalau heteroseksual mengembangkan generativitas dengan biologis, pengasuhan,
commit to user
kerja, maupun budaya, maka gay pun memiliki cara tersendiri entah itu melalui generativitas kerja ataupun budaya. Perbedaan pekerjaan gay tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku generativitas. Jika pada penelitian sebelumnya, studi generativitas yang diterapkan pada
heteroseksual didapatkan hasil antara komitmen generativitas sejalan dengan perilaku generativitas maka pada penelitian ini antara komitmen generativitas
dengan perilaku generativitas tidak sejalan. Pada umumnya, gay cenderung tertutup dengan masyarakat sekitar dan lebih senang berinteraksi dengan sesama
anggota komunitas, seperti nongkrong bareng, diskusi, buka puasa bersama, dan sebagainya. Oleh karena itu, sebagian besar gay memilih tidak menikah karena
sudah merasa nyaman dan bahagia. Melakukan sesuatu sesuai dengan norma masyarakat yang ada, agar bisa diterima oleh masyarakat. Interaksi dengan
masyarakat pun sebatas tegur sapa dan mengikuti kegiatan yang dilakukan masyarakat. Gay lebih memilih merawat keponakan daripada mengadopsi anak
atau memiliki anak, biasanya dengan membiayai sekolah, mencukupi kebutuhan. Selebihnya gay lebih banyak berinteraksi, melakukan kegiatan dan menjalani
kehidupan dengan sesama anggota komunitas serta tertutup terhadap orang lain di luar komunitas.
Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan. Keterbatasannya- keterbatasan tersebut antara lain; dalam penelitian ini hanya dapat
digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian ini saja. Sedangkan penerapan penelitian lain untuk populasi yang lebih luas dengan karakteristik
yang berbeda, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah variabel-
commit to user
variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini. Wawancara sebaiknya
dilakukan lebih mendalam lagi agar dapat diperoleh informasi yang lebih dalam mengenai kajian psikologis.
commit to user
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan