commit to user 28
kelompok yang tidak berdaya. Meskipun demikian, hegemoni selalu merupakan proses mengalir, apa yang oleh Hall Littlejohn, 2001 : 218
disebut sebagai suatu keadaan temporer dalam sebuah “arena perjuangan”. Oleh sebab itu kita harus “berfikir tentang masyarakat sebagai formasi yang
kompleks, bisa bertentangan, selalu spesifik secara historis”. Dengan kata lain,
perjuangan antara ideologi-ideologi yang saling bertentangan senantiasa berubah.
Teori Marxis awal mengajarkan bahwa infrastruktur basis sumber daya ekonomi menentukan suprastruktur. Tetapi dalam studi-studi budaya,
hubungan tersebut diyakini sebagai sesuatu yang lebih kompleks. Kekuatan- kekuatan dari masyarakat dianggap overdetermined atau disebabkan oleh
berbagai sumber. Oleh sebab itu, infrastruktur bisa saling bergantung. Karena kompleksnya hubungan sebab akibat dalam masyarakat, tidak ada kondisi-
kondisi tertentu yang dibutuhkan untuk memunculkan suatu hasil tertentu.
3. Ideologi sebagai Distorsi Realitas
Dalam pengertian paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, kecenderungan yang saling melengkapi
sehingga terbentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi Lull, 1998
: 1. Ideologi merupakan ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan nilai dan agenda publik suatu bangsa, kelompok agama, kandidat dan pergerakan
politik, dan sebagainya. Tetapi istilah itu paling sering menunjukkan
commit to user 29
hubungan antara informasi dan kekuatan sosial dalam konteks ekonomi politik dan ekonomi dalam masyarakat.
Sejalan dengan pemikiran Karl Marx, ideologi dimengerti oleh Karl Mark Suseno, 2001 : 122 sebagai, ”ajaran yang menjelaskan suatu keadaan,
terutama struktur
kekuasaan, sedemikian
rupa sehingga
orang mengganggapnya sah, padahal jelas tidak sah. Ideologi melayani kepentingan
kelas berkuasa karena memberikan legitimasi kepada suatu keadaan yang sebenarnya tidak memiliki legitimasi”. Sebuah ideologi merupakan
sekumpulan pemikiran yang membentuk struktur realita suatu kelompok, sebuah sistem perwakilan atau sebuah kode dari pengertian-pengertian yang
mengatur bagaimana individu dan kelompok memandang dunia. Menurutnya, sejumlah gagasan dapat didistorsikan atau realitas mampu ”dibalikkan” sebab
realitas itu sendiri selalu berubah-ubah. Dengan cermat Mark menempatkan ideologi secara sekunder, sebab ideologi tidak lebih sebagai hasil dari
pembalikan invension atau distorsi yang berasal dari realitas sosial yang sesungguhnya terjadi. Penegasan dapat disimak dari pernyataan Mark dalam
Kartono, 2005 : 10. The ideas of the rulling class are in every epoch the rulling idea, i.e.
the class which is the rulling material face of society, is at the same time its rulling intellectual face. The class which has the means of
material production at its disposal, has control at the same time over the means of mental production, so that there by, generally speaking,
the ideas who lack the means of mental production are subject to it. Jadi, gagasan-gagasan dari kelas yang berkuasa menjadi gagasan yang
dominan atau berkuasa. Ini sebabnya kelas berkuasa itu mempuntai kekuatan material dalam masyarakat maka dengan sendirinya menentukan kekuatan
commit to user 30
intelektualnya. Dan kelompok yang tidak memiliki perangkat-perangkat produksi mental akan dengan sendirinya menyerah dan tunduk terhadap
gagasan-gagasan yang diproduksi oleh kelas berkuasa. Seperti juga pendapat marxisme klasik, ideology adalah sekumpulan
pemikiran yang tidak sesuai yang diperkuat oleh kekuatan politik yang dominan Littlejohn, 2001 : 215. Bagi marxis klasik, ilmu pengetahuan harus
digunakan untuk mengungkap kebenaran dan mengatasi kesadaran yang salah tentang ideology. Jadi pada dasarnya ideology terdiri dari sejumlah gagasan
yang mendistorsikan realitas yang sebenarnya guna memuluskan kepentingan dari kelas yang berkuasa the rulling class. Ideologi menjadi pemalsuan dan
serentak menjadi distorsi dari realitas sosial yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat sehingga kelas yang dikuasai dapat diketahui begitu saja.
Dalam teori Kritis, realitas tidak dimaknai sebagai sesuatu yang apa adanya dan terpisah dari konstruksi sejarah, sosial, ekonomi, politik dan
budaya. Realitas selalu terbangun dari hasil kontradiksi-kontradiksi yang terbentuk dalam masyarakat. Sebuah fakta atau realitas tidaklah stagnan dan
berhenti, melainkan selalu bergerak, berubah dan berkembang. Komunikasi, terutama melalui media memainkan peran khusus dalam
mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Media sangat penting karena mereka menampilkan langsung cara memandang realita.
Meskipun media menggambarkan ideologi secara eksplisit dan langsung, suara yang menentang akan selalu ada sebagai bagian dari perjuangan
dialektis antar kelompok dalam masyarakat. Media tetap saja dikuasai oleh
commit to user 31
ideologi yang berkuasa, oleh sebab itu mereka menghadapi suara-suara yang menentang dari dalam kerangka ideologi yang dominan, yang mendatangkan
pengaruh pada pendefinisian kelompok- kelompok sebagai ”batas”. Ironi dari
media terutama televisi adalah bahwa mereka menampilkan ilusi keragaman dan objektivitas, sementara dalam kenyataannya mereka merupakan
instrumen-instruemen yang jelas dari tatanan yang dominan. Para produser mengendalikan isi media melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-
pesan. Bagi Hall dan koleganya dalam pendekatan postrukturalis, interpretasi teks-teks media selalu terjadi dalam perjuangan untuk memegang
kendali ideologi. Dengan demikian sasaran utama studi budaya adalah untuk mengekspos bagaimana ideologi dari kelompok yang kuat dipertahankan
dengan sungguh-sungguh dan bagaimana ideologi tersebut bisa ditentang untuk menumbangkan sistem kekuasaan yang menekan hak-hak kelompok
tertentu
B. Tinjauan Pariwisata