depan kelas dan berada tepat di tengah. Hal tersebut bertujuan agar semua siswa dapat memperhatikan guru DW dengan jelas. Pada saat menerangkan
pembelajaran, guru DW menggunakan suara yang cukup keras dan jelas sehingga dapat didengar siswa dengan baik. Selain itu, tidak jarang guru DW berkeliling
untuk melihat pekerjaan siswa pada saat guru DW memberikan tugas siswa untuk membuat puisi bebas. Sesekali guru mendekati beberapa orang siswa dan
memberikan masukan terhadap pekerjaan siswa.
e. Media yang digunakan guru dalam pembelajaran apresiasi puisi
Menurut Arief S. Sadiman, dkk. 2006: 6 media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Jadi, media merupakan sarana
yang penting untuk memudahkan siswa dalam menerima materi apresiasi puisi. Pada saat berlangsungnya pembelajaran apresiasi puisi di kelas VIII E guru DW
belum menggunakan media elektronik saat mengajar. Jadi, guru DW hanya menggunakan alat sebatas yang berada di dalam kelas, seperti papan tulis, spidol,
dan penggaris. Hal tersebut membuat kegiatan pembelajaran puisi terkesan monoton, kurang bervariasi, dan siswa terlihat kurang begitu tertarik mengikuti
pembelajaran puisi. Media pembelajaran sangat diperlukan demi berhasilnya proses pembelajaran di sekolah. Kehadiran media dalam proses pembelajaran
puisi harus menunjang keberlangsungan pola pikir, berbicara, dan bertanya siswa. Guru diharapkan secara kreatif dan mempunyai daya inovatif untuk
mengembangkan, mendayagunakan imajinasinya untuk memilih media yang ada serta menciptakan dan mengembangkan media yang baru sehingga dapat
menciptakan pembelajaran puisi yang idealnya bersifat PAIKEM.
f. Evaluasi yang digunakan guru dalam pembelajaran apresiasi puisi
Pada evaluasi pembelajaran apresiasi puisi yang idealnya bersifat PAIKEM, seharusnya penilaian mengacu pada proses dan hasil. Menurut peneliti,
evaluasi yang dilakukan guru DW hanya mengacu pada hasil, yakni secara tertulis dan lisan. Evaluasi tertulis dilakukan guru DW dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk membuat puisi bebas. Selain itu, evaluasi tertulis juga dilakukan pada saat akhir pokok bahasan. Akan tetapi, pada ulangan tersebut soal yang diberikan
kepada siswa bukan sebatas tentang puisi. Soal lain yang juga diberikan adalah
tentang acara dan pantun karena pantun dan acara masuk ke dalam bab yang sama dengan puisi Evaluasi lisan dilakukan dengan cara menyuruh setiap siswa
membacakan puisi yang telah dibuat. Pada saat siswa membuat puisi bebas, guru DW berkeliling untuk melihat proses pembuatan puisi siswa. Sesekali guru DW
berhenti dan fokus melihat puisi yang dibuat siswa. Guru DW juga memberikan komentar tentang puisi yang telah dibuat oleh siswa, tetapi proses tersebut tidak
dinilai oleh guru. Hal tersebut juga selaras dengan pendapat Atar semi 1993: 199- 200 yang menjelaskan bahwa penilaian kemajuan belajar siswa dan kemampuan
apresiasi siswa sebaiknya tidak hanya bertumpu kepada hasil belajar siswa saja, tetapi juga terhadap proses belajar dan terhadapa segi-segi efektif
3. Kendala-Kendala yang Timbul dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi