Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia (studi kasus di SMA PGRI 56 Ciputat)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh Yeti Budiyarti

106013000325

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Yeti Budiyarti

106013000325 Di bawah Bimbingan

Pembimbing

Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A., M.Pd. 19640212 199703 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Indonesia Tahun 2011.

Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting di lingkungan sekolah. Karena, pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang harus diujikan dalam Ujian Nasional. Selaian itu, bahasa Indonesia pun dapat mencirikan suatu bangsa dan negara. Banyak masyarakat terutama siswa yang meremehkan dan memudahkan pelajaran bahasa Indonesia. Namun, dilihat dari hasil Ujian Nasional mata pelajaran bahasa Indonesia yang mendapatkan nilai paling rendah dari mata pelajaran yang lainnya. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi. Agar siswa tidak meremehkan dan memudahkan setiap mata pelajaran terutama mata pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil judul tentang “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”. Sekolah yang penulis pilih untuk penelitian untuk judul skripsi tersebut adalah SMA PGRI 56 Ciputat.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data, siswa tersebut tidak adanya perasaan senang, ketertarikan, semangat, dan dorongan dari guru maupun orang tua. Di dalam dunia pendidikan minat itu sangat diperlukan, karena minat itu merupakan suatu sikap atau dorongan yang dilakukan secara terus menerus agar tercapai segala sesuatu yang diinginkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebagai seorang pendidik harus selalu memberikan motivasi kepada setiap siswa agar siswa tersebut mempunyai minat yang tinggi di dalam dunia pendidikan. Karena, dengan adanya minat yang tinggi siswa akan termotivasi terhadap sesuatu yang ingin dicapainya. Tidak hanya seorang pendidik yang ikut berperan tetapi juga orang tua dan masyarakat agar membantu anak-anaknya mempunyai minat yang tinggi untuk mecapai sesuatu yang diinginkannya.


(4)

karuniaNya kepda penulis, akhirnya buah dari perjuangan dengan penuh kesabaran selesai sudah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah melakukan revolusi dari nalar jahili dan mengantarkan kita kepada nalar islami yang diridhoi Allah SWT.

Skripsi yang berjudul “MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA” adalah disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjan strata satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan aral melintang yang menghambat penulis, namun berkat do’a, kesungguhan hati, kerja keras, dan bantuan berbagai pihak, baik dorongan, bimbingan, saran maupun bantuan lain yang turut mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mesmbantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sapaikan kepada:

1.Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan serta pengalamannya yang tulus ikhlas kepada penulis sebagai bekal untuk menyosong masa depan. 2. Bapak Drs. E. Kusnadi, selaku Penasehat Akademik Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menysun skripsi.

3. Ibu Muhmudah Fitriyah, ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan sebagai Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang


(5)

5. Ibu Dra. Ecin Kuraesin, selaku Guru Bahasa Indonesia SMA PGRI 56 Ciputat yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancarai untuk memberikan semangat dan dorongan untuk skripsi ini.

6. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Jakarta, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh informasi.

7. Kedua orang tua penulis, atas segala bentuk kasih sayangnya yang telah memberikan moril dan meteril kepada ananda. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya. Kakakku yang paling baik dan ku sayangi, serta kedua adikku yang cantik-cantik terima kasih atas semuanya.

8. Seluruh Teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2006, yang telah memberikan masukan dan motivasi selama melaksanakan skripsi ini.

9. Teman-Teman kost penulis yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 4 Februari 2011 Penulis


(6)

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembahasan Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. .. Tinjauan Pustaka ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II ACUAN TEORETIS A. Hakikat Minat Belajar ... 8

B. Hakikat Belajar ... 20

C. Hakikat Bahasa Indonesia ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Instrumen penelitian ... 41


(7)

B. Hasil Analisis Data ... 50 C. Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Pelajaran Bahasa Indonesia ... 40

Tabel 2 Skor item Alternatif Jawaban Positif dan Negatif ... 41

Tabel 3 Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat ... 45

Tabel 4 Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat ... 46

Tabel 5 Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat ... 48

Tabel 6 Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat ... 48

Tabel 7 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat ... 49

Tabel 8 Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya ... 49

Tabel 9 Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia sampai akhir Pelajaran ... 50

Tabel 10 Siswa Berusaha Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru baik dan benar ... 50

Tabel 11 Siswa Tetap Hadir Di sekolah, ketika Guru Bahasa Indonesia Berhalangan Hadir ... 50

Tabel 12 Siswa Mengerjakan Tugas atau PR dengan Mencontek Hasil pekerjaan Teman ... 52

Tabel 13 Ketika Siswa Diberi Tugas atau PR dengan Sungguh-sungguh Saya Mengerjakannya ... 52

Tabel 14 Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia Dimulai, Siswa Mempersiapkan Buku Bahasa Indonesia ... 53


(9)

Tabel 18 Siswa Mengungkapkan Pendapat saat Diskusi Pelajaran Bahasa Indonesia Berlangsung ... 55 Tabel 19 Ketika ada Tugas atau PR, Siswa Berusaha Mengerjakannya

sampai Tuntas ... 55 Tabel 20 Siswa Membaca Buku yang Berkaitan tentang Bahasa Indonesia .. 55 Tabel 21 Siswa Mencatat Materi Bhasa Indonesia yang telah Dijelaskan

oleh Guru dengan Teliti... 56 Tabel 22 Ketika Diberi Tugas atau PR, Siswa Mengerjakannya Sendiri ... 56 Tabel 23 Siswa Belajar Bahasa Indonesia saat ada Waktu Luang ... 57 Tabel 24 Ketika Guru Memberi Kesempatan untuk Mengungkapkan

Pendapat, Siswa Memanfaatkan Kesempatan itu ... 57 Tabel 25 Ketika ada Materi Bahasa Indonesia yang tidak Siswa Mengerti,

Siswa Berusaha Mempelajari dengan Teliti ... 58 Tabel 26 Siswa Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia terlebih

dahulu sebelum Pelajaran Dimulai ... 58 Tabel 27 Siswa Berusaha untuk Memahami Materi Bahasa Indonesia ... 59 Tabel 28 Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia ... 59


(10)

Lampiran 2 : Data Minat Belajar Siswa

Lampiran 3 : Lembar Wawancara dengan Siswa Lampiran 4 : Lembar Wawancara dengan Guru Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Siswa Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Siswa Lampiran 7 : Hasil Wawancara dengan Siswa Lampiran 8 : Hasil Wawancara dengan Guru Lampiran 9 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 10 : Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 11 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 12 : Surat Pernyataan Keterangan


(11)

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa, karena dengan pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun pada pengelolaan sumber daya alam. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya komponen yang pertama yaitu input, yang terdiri dari peserta didik dan guru sebagai pendidik, komponen yang kedua adalah proses yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang ketiga hasil, yaitu dampak dari interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan didukung oleh proses.

Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa ke arah suatu tujuan yang dinilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah suatu usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan tersebut.

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak. Salah satu wujud upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah melalui beragam pembaharuan pembelajaran, karena peningkatan kualitas tidak dapat dilepaskan dari dampak pertumbuhan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang


(13)

mempersyaratkan penyelenggaraan pendidikan agar berpotensi untuk menciptakan keunggulan daya pikir, nalar, kekuatan moral dan etika akademik bangsa.

Masyarakat Indonesia pun dianjurkan oleh pemerintah untuk menempuh pendidikan yang sudah ditentukan oleh pemerintah maksimal selama 12 tahun. Dengan menempuh pendidikan maksimal selama 12 tahun, maka masyarakat akan dijamin oleh pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat pun tidak hanya menempuh pendidikan selama 12 tahun saja, tetapi bisa menempuh ke perguruan tinggi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih baik dan menjadi orang yang sukses di dunia pendidikan.

Masyarakat dapat meraih semua pendidikan itu sesuai dengan kemauan dan tingkat kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Maka, masyarakat terutama siswa harus menanamkan minat yang tinggi pada dirinya masing-masing. Menanamkan minat pada diri masing-masing dapat membuat seseorang terdorong untuk meraih sesuatu yang diinginkan tersebut. Selain itu, dengan adanya minat masyarakat pun tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih sesuatu yang menjadi pilihan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Oleh karena itu, untuk menghadapi kesulitan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mulai diatasi dengan memberikan perintah kepada siswa agar lebih rajin lagi dalam membaca. Apabila, para siswa sedang menghadapi UAN (Ujian Akhir Nasional) pelajaran bahasa mengadakan Pemantapan Materi (PM) yang diadakan dari sekolah ataupun dari guru bahasa Indonesia sendiri. Meskipun, kegiatan tersebut sudah diadakan masih ada saja siswa yang tidak lulus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, pelajaran bahasa Indonesia masih belum mengalami peningkatan.

Dari rendahnya hasil belajar dapat disimpulkan bahwa suatu keberhasilan suatu pendidikan di samping dipengaruhi oleh belajar siswa, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalamnya. Jika proses pendidikan dilihat dari analisis sistem, maka siswa dapat dipandang sebagai masukan mentah (raw input). Sedangkan guru, buku, gedung, kurikulum, lingkungan, dan sarana pendidikan lainnya sebagai masukan


(14)

instrumen (instrumental input). Dengan demikian, buku ajar merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar. 1

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungan dengan proses belajar ialah kematangan, penyesuaian diri (adaptasi), menghafal atau mengingat, pengertian, berpikir, dan latihan.

Setiap siswa menginginkan bahwa dirinya dapat berprestasi dengan baik atau dengan kata lain bahwa hasil belajarnya dapat tercapai secara maksimal. Akan tetapi, untuk mewujudkan itu semua tidak mudah karena ada beberapa faktor-faktor untuk mencapai itu semua. Belajar bukanlah usaha ringan, melainkan suatu usaha yang rajin, tekun, dan terus menerus yang semuanya itu memerlukan suatu usaha dan energi. Setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri-sendiri.

Masalah belajar menggambarkan kualitas pendidikan di negara kita secara umum belajar di sekolah relatif sedikit, contohnya masih banyak sekolah yang masih kurang fasilitas sarana dan prasarana. Faktor di sekolah dan dedikasi guru terhadap hasil belajar anak, lingkungan keluarga, dan dorongan orang tua merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Akan tetapi, yang lebih penting ialah faktor yang dari dalam diri siswa itu sendiri yakni dorongan kuat yang disertai dengan adanya perasaan, kemauan keras, serta keinginan untuk meningkatkan hasil belajar, maka kita sering mengenalnya dengan istilah minat.

Secara psikologi, minat itu sangat berpengaruh sekali dalam diri seorang siswa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan oleh siswa itu sendiri. Dengan adanya, minat yang kuat seseorang atau siswa akan mempunyai semangat yang kuat pula agar segala yang diinginkannya dapat terwujud. Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa minat itu adalah suatu sikap atau perasaan senang terhadap sesuatu yang diinginkannya. Jika, seseorang atau siswa mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu dan seseorang atau siswa tersebut akan berusaha

1


(15)

secara terus menerus untuk mendapatkannya dan tidak akan menyerah sebelum siswa itu memperoleh apa yang diinginkannya.

Kegiatan belajar di sekolah apabila seorang siswa atau murid mempunyai minat belajar yang kuat terhadap salah satu mata pelajaran, contohnya minat belajar terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, siswa itu pun akan terus menerus untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan perasaan yang senang dan siswa pun akan mendapatkan nilai yang baik juga.

Minat bisa timbul, karena adanya dorongan yang kuat dari diri sendiri. Selain itu, minat timbul bukan hanya dari diri sendiri tetapi harus ada dukungan atau dorongan yang kuat pula dari keluarga dan lingkungan sosial atau masyarakat. Agar orang tersebut akan mempunyai semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkannya dengan usaha yang semangat pula.

Dalam kegiatan belajar minat itu berperan sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran yang hanya tergerak untuk mau belajar tanpa ada minat yang ada dalam dirinya, maka untuk terus tekun belajar tidak ada. Karena, tidak adanya dorongan minat dalam dirinya.

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu bagian displin ilmu yang terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait. Komponen tersebut adalah objek dari keterampilan bahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang sangat luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada manusia. Pendidikan bahasa Indonesia lebih menekan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan berbahasa agar mereka mampu mempelajari dan memahami konsep-konsep bahasa Indonesia dari lingkungan sekitarnya.


(16)

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa minat merupakan suatu kecenderungan perasaan seseorang yang senang terhadap sesuatu, maka apabila seorang siswa tekun belajar nilainya akan memuaskan. Demikian pula, minat siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Apabila siswa mempunyai minat belajar terhadap pelajaran bahasa Indonesia, maka siswa pun akan tekun mempelajari mata pelajaran tersebut yang akhirnya prestasi akan tercapai dengan memuaskan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Laporan Skripsi dengan judul, yaitu: “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat”.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar arah yang hendak dicapai lebih jelas. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

C. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar siswa?

3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor minat belajar terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia?


(17)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar minat siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini berdasarkan tujuan yang telah dikemukan di atas, maka penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat:

1. Untuk orang tua sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada anaknya agar anaknya terus berminat dalam belajar.

2. Untuk pihak sekolah diharapkan mampu memperbaiki saran dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul minat dalam diri siswa untuk terus belajar.

3. Untuk guru dapat dijadikan refleksi bahwa dalam memberikan pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi penting saja dan guru juga harus menjadi suri tauladan agar siswa tetap minat dalam belajarnya.

4. Untuk siswa dapat lebih meningkatkan minat belajarnya terutama pembelajaran bahasa Indonesia. Maka, melalui faktor-faktor minat belajar siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan keaktifan siswa, dan memberikan dorongan belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.


(18)

F. Tinjauan Pustaka

Minat merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh seseorang untuk menginginkan sesuatu, karena minat seseorang terhadap sesuatu masih perlu ditingkatkan. Untuk mengetahui perbedaan minat belajar siswa, penulis membuat sesuatu pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber yang menjadi pegangan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama penulis melihat skripsi Hilang, STKIP-PI YASPI Makasar tahun 2002 , Jurusan Pendidikan Biologi dengan judul skripsi “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Biologi” yang membedakan dengan skripsi penulis adalah sampel dalam penelitian ini pada siswa kelas II SLTP Negeri 2 Pangkajene Kabupaten Pangkep sebanyak 2 kelas. Perumusan masalah dalam skripsi Hilang tidak dicantumkan seberapa besar faktor-faktor tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi sedang dengan nilai rata-rata skor minat sebesat 115,48 dari skor 150 tertinggi yang dicapai. Dan kedua, penulis melihata skripsi Syifa Sakinah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul skripsi “Pengaruh Sistem Pendidikan Sekolah Gratis terhadap Minat Belajar Siswa SMP Utama Krukut Depok" yang membedakan dengan skripsi penulis adalah metode pneleitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian korelasional. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh antara sistem pendidikan sekolah gratis terhadap minat belajar siswa. Data analisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Dari hasil data perhitungan, menunjukkan bahwa korelasi positif d yang signifikan antara sistem pendidikan sekolah terhadap minat belajar siswa tersebut adalah kuat atau tinggi.

Penulis sendiri membicarakan skripsi dengan judul “Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” berdasarkan semangat, perasaan senang, ketertarikan, motivasi, dan dorongan guru maupun orang tua. Dengan melihat perbedaan-perbedaan minat belajar siswa yang diteliti akan menambah pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas dan sempurna.


(19)

D. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teori, terdiri dari tiga sub, yaitu hakikat minat belajar yang meliputi: pengertian minat, faktor-faktor yang mempengaruhi minat, macam-macam minat dan fungsi minat dalam belajar, pengukuran minat, dan metode pengukuran minat. Hakikat belajar yang meliputi: pengertian belajar, ciri-ciri belajar, jenis-jenis belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Hakikat bahasa Indonesia yang meliputi: pengertian bahasa, fungsi bahasa Indonesia, tujuan dan manfaat kemahiran bahasa, ragam bahasa, dan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

BAB III Metode Penelitian, terdiri dari waktu dan tempat pelaksanaan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian dan hasil analisis data.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Minat Belajar 1. Pengertian Minat

Setiap individu mempunyai kecenderungan funamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam lingkungan. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemudian ia akan berminat terhadap sesuatu itu. Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan berarti bagi dirinya dan ia pun akan berniat untuk mempelajarinya.

Secara bahasa, minat berarti perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pelajaran atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.2 Sedangkan menurut istilah, di bawah ini peneliti mengemukan beberapa pendapat ahli psikologi mengenai pengertian minat di atas,

Menurut H.C. Whiterington minat adalah kesadaran seseorang bahwa bahwa suatu objek, seseorang suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.3 Minat itu akan timbul, jika suatu objek yang dihadapi sesorang bagi kebutuhan hidupnya.

Pendapat lain dikemukan oleh W.S. Winkel bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasa tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu. 4Jadi menurut pendapatnya, kecenderungan dan kesadaran subjek yang sudah menetap dalam dirinya akan menyebabkan timbulnya minat dan merasa senang mempelajari materi yang telah berikan.

2

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1,

h. 255.

3

H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.

4

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188.


(21)

Selanjutnya, Alisuf Sabri mengatakan bahwa minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat terhadap sesuatu berarti ia sikapnya senang terhadap sesuatu itu. Siswa yang berminat terhadap pelajaran akan tampak terus tekun belajar.

Crow and Crow sebagaimana dikutip Abd. Rachman Abror, mengatakan bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong cenderungan atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan partisipasi dalam kegiatan. Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Unsur kognisi, yaitu minat didahului pengalaman dan informasi mengenal objek yang dituju oleh minat tersebut.5

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya.

Minat (interest) menurut psikologi adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu itu.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

5

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,


(22)

Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan ke sesuatu yang telah menarik lainnya, seperti minat pada pelajaran bahasa Indonesia.6

Menurut Bimo Walgito, minat adalah suatu perhatian yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut dengan apa yang menjadi perhatiannya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melalukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.7

Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa menguasai individu secara mendalam untuk tekan melakukan suatu aktivitas.

Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhada suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasaan pribadi terhadap objek tersebut.8

Minat merupakan gambaran sifat dan ingin memiliki kecenderungan tertentu. Minat juga diartikan suatu moment dari kecenderungan yang terarah secara intensif pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang menarik perhatian dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan kecenderungan untuk mengetahui, memperoleh, atau menggali dan mencapainya.

6

http://creasoft.files.world press.com/2008/04/2/minat.Ditulis oleh: Gunarso.

7

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet 2, h:175.

8

Soejanto Sandjaja, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak


(23)

Skinner (1997) mengemukan bahwa minat selalu berhubungan dengan objek yang menarik individu, dan objek yang menarik adalah yang dirasakan menyenangkan. Apabila seseorang mempunyai minat terhadap suatu objek, maka minat tersebut akan mendorong seseorang untuk berhubungan lebih dekat dengan objek tersebut, yaitu dengan melakukan aktivitas lebih aktif dan positif demi mencapai sesuatu yang diminatinya.

Chaplin (dalam Hastuti, 1993) memberikan definisi minat sebagai suatu pernyataan yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau tidak berharga bagi individu. Minat juga merupakan sikap yang berlangsung selektif terhadap objek minatnya. Selain itu, menurut Chaplin minat adalah suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku seseorang menuju satu arah atau sasaran tertentu.

Di dalam minat itu sendiri terkandung unsur kognitif, emosi, atau afektif dan kemauan atau konatif untuk mencari sesuatu objek tertentu (Law, 1992). Eysenck dan Arnold (dalam Indarto, 1993) menyatakan minat merupakan kecenderungan berperilaku yang pada setiap individu berbeda intensitasnya, karena minat dipengaruhi oleh kebutuhan atau kepentingan individu akan suatu objek minat itu. Semakin individu membutuhkan atau tertarik terhadap objek minat tersebut, maka besar pula minatnya.

Drever (1982) meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya. Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek tertentu. Sementara secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan seseorang merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu objek tertentu atau merasa yang berhubungan dengan objek tertentu atau terhadap suatu pengetahuan tertentu.9

Jadi, dari beberapa teori di atas, penulis mencoba untuk memakai pernyataan seorang yang bernama Alisuf Sabri karena beliau menyatakan bahwa minat itu muncul akibatnya adanya kecenderungan dan mengingat terhadap

9


(24)

sesuatu secara terus menerus. Minat pun berkaitan erat dengan adanya perasaan senang terhadap sesuatu. Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan mempunyai minat untuk memperoleh sesuatu itu dengan usahanya agar keinginannya dapat tercapai.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat sebagai salah satu pendorong dalam proses belajar tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang menimbulkan minat siswa terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru bidang studi. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu yang telah diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui belajar. Karena itu, semakin banyak belajar, semakin luas pula bidang minatnya.10

Situasi belajar dan pengajaran yang menarik harus memperhatikan dan mempertimbangkan minat pribadi siswa. Mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri, dan bebas berpartisipasi secara aktif selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk mencari sendiri, berargumen, dan mencoba untuk memecahkan masalah sendiri, dan guru berperan sebagai pembimbing.

b. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali dan mempelajarinya. Minat juga erat hubungannya dengan dorongan, motif dan respon emasional.

c. Pengalaman juga merupakan faktor penting dalam pembentukkan minat. Karena dari pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap pekerjaan memerlukan usaha untuk menyelesaikannya. Minat yang timbul berlandaskan kesanggupan dalam bidang tertentu akan mendorong ke usaha yang lebih produktif. Ditambah dengan pengalaman dan pengetahuan, akan mencapai sukses dalam batas-batas kemampuan yang dimiliki. Minat siswa

10

Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK.


(25)

akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu.

d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan olehnya.11

e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa, jika mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antarpelajaran dengan kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang diperlihatkan kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting dalam membangkitkan minat dan perhatian siswa. Guru yang tidak disukai murid akan sukar merangsang timbulnya minat dan perhatian siswa.12

f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, yang biasanya kebutuhan-kebutuhan itu disentralisasikan pada cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar. 13

Yang kemudian akan menimbulkan minat belajar yang tinggi. Bagi siswa yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada minat siswa yang lain yang tidak mempunyai cita-cita. Ia akan terdorong terus untuk belajar guna mencapai cita-citanya tersebut.

g. Motivasi

Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baika yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon yang

11

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2010) Cet 4, h. 57.

12

Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus,

(Bandung:CV Remadja Karya, 1987), h. 78.

13

Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995),


(26)

mengatakan minat merupakan perpaduan antara keinginan yang dapat berkembang jika ada motivasi.14

Seorang siswa akan memperdalam ilmu pengetahuan tentang bahasa Indonesia, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang bahasa Indonesia, mendiskusikannya, dan sebagainya.

h. Keluarga

Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Sebagaimana yang disinyalir, Abdul Rachman Abror bahwa “Tidak semua siswa memulai studi baru karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut, karena pengaruh dari gurunya, teman sekitar dan orang tuanya”.

Namun, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari dalam diri (faktor internal) maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor internal meliputi niat, rajin, motivasi, dan perhatian. Faktor eksternal meliputi keluarga, guru dan fasilitas sekolah, teman sepergaulan, media massa. Penjelasan secara rinci sebagai berikut:

a. Faktor Internal:

1) Niat, niat merupakan titik sentral yang pokok dari segala bentuk perbuatan seseorang.

2) Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan memperoleh sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut ilmu tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan ketekunan yang intensif pada diri orang tersebut.

3) Motivasi, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam dir seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.

14

D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca pada Anak (Bandung: Angkasa,


(27)

4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat merupakan sebab akibat dari perhatian, karena perhatian itu merupakan pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu obyek yang akan menimbulkan perasaan suka.

5) Sikap terhadap guru dan pelajaran, sikap positif dan perasaan senang terhadap guru dan pelajaran tertentu akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa, sebaliknya sikap memandang mata pelajaran terlalu sulit atau mudah akan memperlemah minat belajar siswa.15

b.Faktor Eksternal:

1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik, bagi perkembangan minat anak.

2) Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor yang penting pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan pelajaran di kelas dan penguasaan materi pelajaran yang tidak membuat siswa malas, akan mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana dan fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap dapat mempengaruhi minat siswa begitu juga sebaliknya.

3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok yang diminati, teman pergaulan yang ada di sekelilingnya berpengaruh terhadap minat belajar anak. Sebaliknya bila teman bergaulnya tidak ada yang bersekolah atau malas sekolah maka minat belajar anak akan berkurang atau malas.

4) Media massa, kemajuan teknologi seperti, VCD, Telepon, HP, Televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah, dan surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa.

15

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam


(28)

Jika siswa menggunakan media tersebut untuk membantu proses belajar mengajar maka akan berkembang, tetapi bila waktu belajarnya dipakai untuk menonton TV atau digunakan untuk yang lain yang tidak semestinya tentunya akan berdampak negatif.

3. Macam-Macam Minat

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan timbulnya minat dan berdasarkan arah minatnya.

1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Minat Primitif

Minat primitf adalah minatbyang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks.

b. Minat sosial

Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya, minat belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini dapat menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.

2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Minat intrinsik

Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan dengan aktivitas sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya, seseorang melakukan kegiatan belajar, karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan.

b. Minat ekstrinsik

Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan


(29)

minat tersebut hilang. Misalnya, seorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas.16

4. Fungsi Minat dalam Belajar

Dalam proses belajar minat merupakan salah satu faktor psikologis yang penting dalam belajar, minat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang akan melakukan tidak akan mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang anak menaruh minat terhadap bidang studi bahasa Indonesia, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang bahasa terutama Bahasa Indonesia.

Fungsi minat besar sekali terhadap kegiatan belajar, karena minat mempunyai andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan. Seseorang akan memetik hasil belajarnya ketika ia berminat terhadap sesuatu yang ia pelajari dan dengan sendirinya ia akan menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran. Sebagaimana yang dikatakan oleh William James (1980) melihat bahwa “minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa”. 17

Minat merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan usahanyauntuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan karena merupakan sumber usaha anak didik. 18

Minat mendorong seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Minat akan mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga akan mengarahkan seseorang terhadap apa yang disenangi dan dikerjakannya. 19

Dengan demikian, kewajiban sekolah dan para guru untuk menyediakan lingkungan yang dapat merangsang minat siswa terhadap proses belajar mengajar.

16

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam

Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268.

17

Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet

20, h. 27.

s18 Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,

1983), Cet 4, h. 225.

19


(30)

Guru harus pintar-pintar menarik minat siswa agar kegiatan belajar mengajar memuaskan.

Dengan adanya minat proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat sangat penting peranannya dalam pendidikan, maka yang harus mempunyai minat bukan hanya siswa, melainkan guru yang harus mempunyai minat untuk mengajar. Karena, kesiapan keduanya merupakan penunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

5. Pengukuran Minat

Ada beberapa alasan bagi seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak. Antara lain adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidkan dan dalam pengajaran khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Memelihara minat yang baru timbul.

Apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat tersebut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat terhadap aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini, guru wajib memperkenalkan kepada anak-anak aktivitas tersebut.

c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk hidup di dalam masyarakat. Maka, sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang tidak baik yang terdapat di luar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari ideal. Dalam kedaan demikian sekolah melalui guru-guru hendaknya memberantas minat anak-anak yang tertuju kepada hak-hal yang tidak


(31)

baik, dengan adanya metode positif yang mengalihkan minat tersebut ke dalam hal-hal yang baik.

d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan.20

6. Metode Pengukuran Minat

Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengukuran minat. Di bawah ini akan diuraikan metode-metode pengukuran tersebut.

a. Observasi

Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai keuntungan karena dapat mengamati minat anak-anak dalam kondisi yang wajar dan tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.

b. Interview

Interview baik dipergunakan untuk mengukur minat anak-anak, sebab biasanya anak-naka gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang baik tidak formal (inforrnal approach), sehingga percakapan akan dapat berlangsung lebij baik. Misalnya dalam percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Guru dapat memperoleh informasi tentang minat anak-anak dengan menanyakan kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah.

20

Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,


(32)

c. Kuesioner

Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah anak sekaligus. Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan interview dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalm penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi pertanyaan dengan interview. Jadi, dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan kegiatan yang dilakukan anak di luar sekolah.

d. Inventori

Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner, yaitu sama-sama merupakan daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya ialah dalam kuesioner responden menulis jawaban-jawaban yang relatif panjang terhadap sejumlah pertanyaan, sedangkan pada inventori responden memberi jawaban dengan memberi lingkaran, tanda chek (√), mengisi nomor atau tanda-tanda lain yang berupa jawaban-jawaban yang singkat terhadap sejumlah pertanyaan yang lengkap. 21

B. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar secara etimologis, belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.22 Usaha untuk mencapai kepandaian dan ilmu tersebut merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilimu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga, dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

21

Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,

1983), Cet 4, h. 225-229.

22

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:


(33)

Belajar merupsksn salah bentuk perilaku yang amat pentingbagi kalangan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived).

Belajar secara sederhana dikatakan sebagi proses perubahan belum mampu menjadi sudah mamapu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relative bersifat mentap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ininampak (immediate bebavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (pitensia behavior). Hal ini yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.23

Crobach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah lau sebagai hasil dari pengalaman.

Howard L. Kingkey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui pratek atau latihan.

Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulakn bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif afektif, dan psikomotor.24 Menurut Hilgrad dan Bower Belajar adalah:

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disesbabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tertentu itu, di mana perubahan tingkah l;aku itu tidak

23

Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Total Grafika, 2002), h. 105.

24


(34)

dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya, kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).25

Thursan Hakim menyatakan dalam bukunya belajar secara efektif:

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahana tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkahlaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya.26

Suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi. Menurut Soekamto dan Winataputra menyatakan:

Belajar merupakan proses yang menyeba kan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah, kedewasaan , atau keadaan organisasi yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya.27

Dan dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri adapun dengan orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

Menurut definisi beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan pengertian belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

25

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h.

84.

26

Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT

Refika Aditama, 2007), h. 5.

27

Soekarno dan Winataputra dalam Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan


(35)

Ciri-ciri belajar menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni adalah:

1. Belajar ditandai dengan adanya tingkah laku (Change Bahavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dan tidak tahu menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahu ada tidaknya hasil belajar.

2. Perubahan tingkah laku relatif permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diatasi pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku tersebut bersifat potensial.

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.28

Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh karena dengan adanya belajar seseorang dari yang tidak mengerti menjadi mengerti serta ditambanh pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa yang akan datang.

Dan ciri-ciri belajar menurut Edi Suardi adalah sebagai berikut:

1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain utnuk mencapai tujuan yang telah ditettapkan.

3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.

4. Ditandai dengan aktifitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

5. Dalam kegiatan belajar mengajar sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif.

6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan displin. Displin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.

28


(36)

7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalakan.

Dalam belajar mengajar guru harus bisa mengatur dan memanfaatkan waktu secara efesien agar materi yang disampaikan dalam belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar sehingga sesuai dengan tujuan pengajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar seseorang guru dituntut harus mengendalikan kelas agar dapat menarik minat siswa dalam belajar. Jika, pengajaran lanacar otomatis siswa akan mengalami perubahan tingkah laku.

Jadi, minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terusmenerus terhadap sesuatu (orang, benda, atau kegiatan) yang disertai dengan kegiatan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikan dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

2. Ciri-Ciri Belajar

Jika hakikat belajara merupakan perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang termasuk ke dalam ciri-ciri belajat sebagai berikut:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Perubahan ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertamabah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajarnya berikutnya. Misalnya, jika seseorang anak belaja menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapa menulis.


(37)

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak perubahan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses perubahan kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, mengeluarkan air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat mentap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecapakan seorang anakdalam memainkan pianosetelah belajar tidak hilang, melainkan akan terus menerus dimiliki bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkindapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui sesuatu proses belajat meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seseorang belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah keterampilan naik sepeda itu. 29

29


(38)

Berdasarkan penjelasan tentang ciri-ciri belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri belajar itu disebabkan karena adanya proses belajar yang dapat merubah tingkah laku individu masing-masing. Proses belajar pun dapat merubah individu menjadi seseorang yang lebih mengetahui dan mempunyai keterampilan yang sangat berguna. Dengan belajar pun seseorang akan menambah pengetahuan yang belum tahu menjadi pengetahuan yang sudah tahu.

3. Jenis-Jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah lakuk yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam. Oleh karena itu, belajar pun mempunyai jenis-jenisnya sebagai berikut:

a. Belajar Abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atau prinsip, konsep, dan generalisasi.

b. Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot atau neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasaui keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur sangat diperlukan.

c. Belajar Sosial

Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahamn dan kecakapan dalam memecahkan masalah


(39)

sosial seperti keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.30

d. Belajar Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperolh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memcahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) sangat diperlukan. e. Belajar Rasional

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memcahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1988).

f. Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri telanda dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstaul). g. Belajar Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam

30

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:


(40)

hal ini kemampuan mengenai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.

h. Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiata khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratirium dan penelitian lapangan.31

Berdasarkan jenis-jenis belajar yang telah dijelaskan di atas, penulis berpendapat bahwa sebagai manusia yang mempunyai akal dan pikiran. Dapat melakukan salah satu kegiatan belajar di atas atau melakukan semua kegiatan belajar tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada dalam diri masing-masing. Maka, penulis pun dapat menyatakan bahwa semua jenis-jenis belajar yang telah dijelaskan di atas semua sangat penting dan dapat dijalankan sesuai dengan tingkat kemampuan yang ada di dalam diri masing-masing.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

31

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:


(41)

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran meteri-materi pelajaran.

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksteranal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.

a. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu: 1.) aspek pisiologis (yang bersifat jasmaniah), 2.) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

1. Aspek Psikologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.

2. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat siswa, dan 5) motivasi siswa.


(42)

a. Inteligensi Siswa

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyelesaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, inteligensi yang sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

b. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

c. Bakat Siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakatdalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabny seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.

d. Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

e. Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat


(43)

sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakuakn tindakan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang baru luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa . 2. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menujang efektivitas dan efensiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini seperangkat langkah


(44)

operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).32

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam belajar semua faktor-faktor belajar sangat penting baik dari faktor internal, eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Apabila dalam kegiatan belajar baik di sekolah ataupun di rumah tidak ada salah satu faktor belajar yang mendukung atau mendorong. Maka, kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik.

C. Hakikat Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa

Harimurti memberikan batasan bahasa sebagai sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Batasan ini merupakan batasan yang lazim diungkapkan, baik oleh para ilmuwan bahasa maupun para ilmuwan yang lainnya.

Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian “bahasa” ke dalam tiga batasan, yaitu: 1) sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer, pen) dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran; 2) perkataan-perkataan yang di pakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, daerah, negara, dan sebagainya); 3) percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun, dan tingkah laku yang baik.

Dua ilmuwan Barat, Bloch dan Trager, mendefinisikan bahasa sebagai suatu “sistem simbol-simbol bunyi yang arbriter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi (Language is a system of arbitrer vocal symbol by means of which a social group cooperates).

Senada dengan Bloch dan Trager, Joseph Bram mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer

32

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,


(45)

yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain (a language is a structured system of arbritary vocal symbol by means of which member of a social group interact).

Ronald Wardhaugh, seorang Linguis Barat, dalam Introduction to Linguistics memberikan definisi sebagai berikut: “bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk komunikasi manusia (a system of arbritary vocal symbol used of human communications).33

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer, yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi.

Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.34

Dari beberapa pengertian tentang bahasa, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat dipakai oleh

33

Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal 21.

34

http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia


(46)

sekelompok masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Bahasa juga digunakan untuk mengetahui ciri bahasa yang dipakai oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Dengan adanya bahasa, masyarakat dapat berkomunikasi sesuai dengan bahasa yang dimilkinya dan segala permaslahan dapat dipecahkan dengan adanya alat komunikasi atau bahasa.

2. Fungsi Bahasa Indonesia

Secara umum, fungsi bahasa ada tiga, yaitu alat komunikasi, alat ekspresi, dan alat berpikir. Ketika seseorang menggunakan bahasa, ada sesuatu yang ingin disampaikan berupa informasi. Informasi tersebut bisa ditransformasi dua arah arah seperti pada dialog, dan ada juga disamapaikan searah seperti pada pidato. Ekspresi seseorang ketika menyatakan senang atau susah paling lengkap dinyatakan dengan bahasa, tidak dapat hanya tersenyum atau menangis. Ekspresi yang menggunakan bahasa tubuh tidaklah lengkap. Dalam fungsinya sebagai alat berpikir, bahasa selalu dipakai baik secara lisan maupun tulis. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian, bahasa dalam buku-buku ilmu pengetahuan, bahasa dalam sminar, dana lain-lain.

Secara khusus, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam. Hal ini, sesuai dengan prinsip sosiologis yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia pasti memerlukan orang lain. Mereka pun berkomunikasi dalam berbagai lingkungan di tempat mereka berada, seperti antaranggota keluarga, antarmasyarakat, antarteman sejawat, antarilmuwan, dan sebagainya.35

Bahasa menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga bahasa memungkinkan tiap individu menyesuaikan dirinya

35

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:


(47)

dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa tersebut. Bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan dan melambangkan tingkah laku seseorang.

Kedudukan bahasa mempunyai dua kedudukan, yaitu kedudukan sebagai bahasa nasional dan kedudukan sebagai bahasa negara. Bahasa nasional mulai berlaku sejak tanggal 28 Oktober 1928 yang biasa diperingati Hari Sumpah Pemuda. Bahasa negara mulai berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945 dengan adanya Pancasila dan UUD 1945 pasal 36 yang isinya tentang bahasa Indonesia.

3. Tujuan dan Manfaat Kemahiran Bahasa

Melihat dari fungsi bahasa di atas, terutama fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, maka maksud utamanya adalah berusaha untuk memberikan dasar-dasar kepada masyarakat untuk memperoleh kemahiran berbahasa, baik menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan agat mereka mendengar atau diajak berbicara dengan mudah memahami apa yang dimasudkan. Untuk langkah awal, bahasa yang harus dipergunakan ialah bahasa yang paling umum dipakai dan tidak menyalahi norma-norma umum yang berlaku.

Jadi, seseorang yang jarang atau belum mahir bahasa akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Begitu pula, dengan bahasa yang dipergunakan. Jika bahasa yang digunakan tidak umum berlaku, sukar memperoleh komunikasi yang lancar. Semua ini dapat menimbulkan kesalahpahaman.

Latihan kemahiran berbahasa dimasudkan untuk mengembangkan potensi pribadi yang ada. Dengan latihan-latihan yang intensif, kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya piker yang intensif, menguasai struktur bahasa dan kosakata secara meyakinkan, menggunakan suara dan artikulasi bahasa yang tepat, menggunakan isyarat dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Dengan demikian, kemahiran bahasa akan


(48)

mendatangkan keuntungan bagi masyarakat bila dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesame masyarakat.36

Bila sudah memperoleh kemahiran berbahasa, secara tidak langsung kita memperoleh beberapa macam kemampuan lainnya. Kemampuan tersebut muncul sendirinya pada tahap seseorang betul-betul mahir berbahasa, seperti:

a. Lebih mengenal diri sendiri; b. Lebih dalam memahami orang lain;

c. Belajar mengamati dunia sekitar kita lebih cermat;

d. Mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur.37

Di samping itu, pemakai bahasa tidak hanya mencapai kemahirannya, tetapi juga hanya memiliki moral dan akhlak yang tinggi karena sejarah telah memperlihatkan bahwa seseorang yang memiliki kemahiran berbahasa yang tinggi berpotensi menghancurkan umat manusia dan kebudayaannya. Hal ini, termasuk kemahiran berbahasa.

4. Ragam Bahasa

Ragam bahasa secara garis besarnya terbagi atas ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat jelas. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonasi, kosakata (baku dan tidak baku), dan penyusunan kalimat yang agak longgar (baku dan tidak baku). Ragam bahasa lisan menghendaki orang kedua atau teman berbicara. Ragam ini sangat terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu.

Beberapa contoh ragam lisan:

1. Fotokopi ijazah harus diregalisir dulu oleh Dekan. 2. Karena hari hujan, motornya nabrak trotoar di tepi jalan. 3. Mereka sedang bikin proposal penelitian.

4. Saya sudah kasih tau tentang hal itu.

36

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:

FITK PRESS, 2010), hal 2

3 7

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia,


(1)

Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?” Jawab : “Saya tidak menyukai materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Tetapi, saya lebih suka praktek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Contohnya praktek dalam materi wawancara. Saya, suka dengan adanya praktek wawancara karena dapat melatih kita untuk berhadapan dengan orang lain.”

Tanya : “Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?”

Jawab : “Proses belajar di kelas saya mencatat, membaca, mengisi soal-soal, dan member nilai pada masing-masing tugas. Saya, tidak terlalu suka cara metode guru saya dalam menyampaikan materi kurang jelas. Karena, ketika guru saya menjelaskan materi apabila salah satu murid tidak mengerti. Maka, guru saya hanya menjelaskan saja dan penjelasan tersebut tidak dijelaskan secara menyeluruh. Kemudian, ketika guru saya menjelaskan ada murid yang tidak memperhatikan. Guru saya hanya diam saja tidaj berusaha untuk menegurnya.”

Tanya : “Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?”

Jawab : “Saya, senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia seperti membuat naskah drama, membuat puisi, membuat karya tulis. Karena, dengan adanya kegiatan tersebut dapat mendorong saya untuk menjadi pemain drama dan penulis yang baik. Guru saya pun mendorong saya untuk lebih giat dan berusaha terus agar yang saya inginkan dapat tercapai. Dengan adanya, dorongan guru saya maka saya senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan minat saya.”

Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai bahasa Indoensia?”


(2)

Jawab :“Saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia, karena dapat mengekspresikan diri saya. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga kita bisa membuat naskah drama, membuat novel, membuat puisi dan membuat karya tulis. Pelajaran bahasa Indonesia juga kita bisa mengetahui bahasa Indoensia yang baik dan bahasa Indonesia yang tidak baik.”

Pewawancara Narasumber


(3)

Lampiran 7

HASIL WAWANCARA Wawancara dengan siswa:

Nama : Hanafi Hidayat

Tempat : SMA PGRI 56 Ciputat Tanggal : 18 Januari 2011

Tanya : “Assalamu’alaikum wr. wrb.” Jawab : “Walaikumsalam wr. wrb.” Tanya : “Nama kamu siapa?” Jawab : “Ayu Desvika.”

Tanya : “Kenapa? Kamu memilih sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat.”

Jawab : “Karena, ingin menambah pengalaman dan pengetahuan lebih banyak lagi.”

Tanya : “Kenapa, kamu mengambil jurusan IPA?”

Jawab : “Karena, jurusan IPA kita bisa mengetahui alam semesta.” Tanya : “Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia?”

Jawab : “Saya menyukai materi karya tulis, pantun, puisi, dan drama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.”

Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?” Jawab : “Seperti menghafal, dan menjelaskan itu menjadi prioritas dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia. Seperti keterampilan yang terdapat dalam materi bahasa Indonesia, yaitu membaca, menyimak, menulis, dan


(4)

berbicara. Semua keterampilan berbahasa tersebut memang harus dipelajari semua dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.”

Tanya : “Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?”

Jawab : “Kurang menyenangkan, terutama pada anak-anak putra yang tidak suka dan menganggap gampang atau terlalu meremehkan pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, minat belajar siswa terhadap mata peljaran bahasa Indonesia kurang diminati.”

Tanya : “Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?”

Jawab : “Minat saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu. Karena, sya selalu menganggap gampang dan meremehkan dalam setiap mata pelajarannya.”

Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu menyukai bahasa Indonesia?”

Jawab : “Saya, suka mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengeluarkan pendapat. Karena, pendapat-pendapat yang dikeluarkan cukup bagus.”

Pewawancara Narasumber


(5)

HASIL WAWANCARA Wawancara dengan guru:

Nama : Dra. Ecin Kuraesih Tempat : SMA PGRI 56 Ciputat Tanggal : 1 Februari 2011

Tanya : “Apakah pembagian kelas XI ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa?” Jawab : “Pembagian kelas XI bukan berdasarkan tingkat kemampuan, tetapi

berdasarkan nilai, minat siswa itu sendiri, dan ada juga dari persetujuan orang tua siswa.

Tanya : “Strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang biasa ibu lakukan?”

Jawab : “tidak ada strategi khusus dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi ada metode yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia yaitu ceramah, diskusi, praktek, dan penugasan itulah yang saya lakukan selama pelajaran berlangsung.”

Tanya : “Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas XI ini terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia?”

Jawab : “Tingkat kemampuan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia cukup bagus dan sangat memahaminya. Tetapi, masih ada materi bahasa Indonesia yang masih siswa butuhkan penjelasan dari gurunya.”

Tanya : “Kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi siswa dalam proses KBM berlangsung terutama pelajaran bahasa Indonesia?”


(6)

Jawab : ”Kendala yang dihadapi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah kurangnya alat untuk melengkapi pembelajaran seperti LCD dan Lab. Bahasa yang belum bisa digunakan. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga masih ada yang belum diminati oleh siswa seperti materi drama, puisi, dan membaca novel. Karena pada saat saya menerangkan siswa tidak serius atau tidak memperhatikan saya ketika menjelaskan.”

Pewawancara Narasumber