Minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Islamiyah Ciputat: studi kasus pada siswa Kelas VII MTs Islamiyah Ciputat

(1)

(Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

HALIMA TUSADIAH 107013000234

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432/2011


(2)

Nama : Halima Tusadiah

Tempat/Tanggal lahir : Bekasi, 25 Mei 1989

NIM : 107013000234

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa

Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat

Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi, M.Pd

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Oktober 2011

Penulis


(3)

MINAT MEMBACA BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) ISLAMIYAH CIPUTAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Halima Tusadiah

107013000234

Di Bawah Bimbingan

Drs. Cecep Suhendi, M.Pd NIP. 196010171987031001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) ISLAMIYAH CIPUTAT”, yang disusun oleh Halima Tusadiah Nomor Induk Mahasiswa 107013000234 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Jakarta, 20 Oktober 2011 Yang mengesahkan Pembimbing

Drs. Cecep Suhendi, M.Pd NIP. 196010171987031001


(5)

pelajaran Bahasa Indonesia.

Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek lingkungan minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak kecil sebab minat membaca tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diperoleh dari lingkungan tempatnya berinteraksi. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca. Orang tua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan manusia untuk itu orang tua dapat menjadikan dirinya teladan bagi anaknya hal ini agar ada keterkaitan antara penanaman membaca untuk menatap masa depan yang lebih baik.

Pelajaran yang diterapkan adalah pelajaran Bahasa Indonesia dengan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan berupa angket, yang kemudian diberikan kepada objek penelitian, yaitu siswa-siswi yang peneliti pilih dan menjadi sampel dalam penelitian.

Selain angket di atas, peneliti juga menggunakan instrumen wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru Bahasa Indonesia untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang penelitian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Data hasil pengamatan dianalisis dengan perhitungan perolehan rata-rata persentase minat membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa minat membaca buku pelajaran siswa kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat sangat kurang dan perlu ditingkatkan lagi.


(6)

sehingga skripsi dengan judul Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat dapat penulis selesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah Swt.

Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan semangat dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Nurlena, P. Hd. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan PBSI.

3. Drs. E. Kusnadi sebagai dosen pembimbing akademik

4. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan

dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkulahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang diberikan dengan ikhlas kepada kami semua.

6. Kepala MTs. Islamiyah Ciputat beserta jajaran yang telah membantu penulis dengan

memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

7. Ayahanda dan Ibunda yang penulis sayangi dan cintai, yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil.

8. Imam Hanafi sebagai adik tersayang yang memberikan bantuan dan semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi.

9. Keluarga besar Bapak H. Ilyas dan Bapak Madsari yang selalu mendoakan penulis tetap


(7)

11.Keluarga besar SDN Sukakarya 03

12.Keluarga besar SMP dan SMA Madinatul Ilmi Ciputat.

Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga budi baik dan bantuan-bantuan yang tak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin yaa robbal’alamin.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amin

Jakarta, 20 Oktober 2011 Penulis


(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Tinjauan Pustaka ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN TEORETIS A.Hakikat Minat ... 13

B.Hakikat Membaca ... 31

C.Pengertian Buku Teks ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

B. Sumber Data... 62

C. Populasi dan Sampel ... 62


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat .. 67

B. Hasil Analisis Data ... 74 C. Pembahasan... 89 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 90 B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA ... 92


(10)

Tabel 1 : Kisi-kisi Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 2 : Nama Guru di MTs Islamiyah

Tabel 3 : Jumlah Siswa MTs Islamiyah Ciputat Tahun pada Ajaran 2010-2011

Tabel 4 : Keadaan sarana dan prasarana MTs Islamiyah ciputat

Tabel 5 : Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 6 : Nilai Bahasa Indonesia

Tabel 7 : Berminat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 8 : Sikap Mendapatkan Nilai Bahasa Indonesia Kurang Bagus

Tabel 9 : Sikap Orang Tua Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 10 : Tanggapan Teman Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 11 : Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sebelum Pelajaran Dimulai

Tabel 12 : Membeli Buku Pelajaran Bahasa Indonesia di Toko Buku

Tabel 13 : Yang disukai ketika Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 14 : Frekuensi Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 15 : Berdiskusi Kepada Teman Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 16 : Alasan berminat membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 17 : Sikap Responden Tentang Teman yang Mengejek Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 18 : Keinginan Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 19 : Kondisi Kelas ketika Belajar Bahasa Indonesia

Tabel 20 : Mengulang Membaca Buku Pelajaran di Rumah

Tabel 21 : Tidak Pernah Bosan Membaca Buku pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 22 : Membaca Buku yang Berkaitan dengan Pelajaran Bahasa Indonesia di Perpustakaan

Tabel 23 : Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Membuang Waktu Saja


(11)

Lampiran 3 : Lembar wawancara dengan guru

Lampiran 4 : Surat pengajuan judul proposal skripsi

Lampiran 4 : Surat bimbingan skripsi

Lampiran 5 : Surat permohonan izin observasi

Lampiran 6 : Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 7 : Surat keterangan sekolah

Lampiran 8 : Profil sekolah


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tachir di dalam Budinuryanta Y menyatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pelajaran tentang bahasa. Keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis, semua keterampilan tersebut disajikan secara terpadu. Sedangkan Samsuri di dalam Budinuryanta Y menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa

dalam menggunakan bahasa Indonesia.1

Pengajaran membaca sebagai bagian dari pengajaran bahasa yang mengalami perkembangan dari masa ke masa, terutama di negara yang kondisi sosial ekonominya sudah mantap, seperti negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Di sana penelitian telah menghasilkan pemikiran-pemikiran di bidang komunikasi yang menyebabkan perkembangan di negara-negara tersebut berpengaruh pula pada belahan bumi lainnya, yaitu di negara-negara berkembang

seperti Indonesia.2

Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu pengetahuan, buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemukan relevansinya yang semakin kuat dalam abad informasi dewasa ini. Adanya arus global yang

1

Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 11.6.

2Ibid


(13)

melanda dunia dan yang mengandaikan semakin cepatnya arus informasi dari berbagai belahan dunia hanya dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca, tetapi ia akan terkunci dari peradaban modern, ditengah lalu lalangnya kehidupan super modern yang serba teknologis. Dalam bahasa yang sederhana, ia akan ketinggalan zaman, tidak tahu apa yang terjadi di sekeliling padahal manusia

dibekali pembawaan rasa ingin tahu yang besar.3

Pentingnya budaya membaca juga telah ditegaskan Tufik Ismail. Dalam tulisannya yang berjudul “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang Mengarang”.4

Memang penyakit malas membaca sekarang ini terjadi kepada siapa saja mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Hal ini merupakan suatu keadaan yang sangat memprihatinkan. Banyak orang yang ingin menguasai ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi dan ingin bersaing dengan negara-negara lain tetapi kenyataannya penyakit malas itu sulit di hilangkan. Padahal keadaan suatu bangsa ini lebih di tentukan oleh seberapa besar masyarakat yang mau menjadikan membaca buku itu hal yang utama.

Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa berikut.

Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian seseorang.

3

Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 46.

4

Taufik Ismail. 2003. “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang Mengarang”. Pidato Penganugrahan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa di Bidang Pendidikan Sastra, di Universitas Negeri Yogyakarta


(14)

Kedua, tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. Umpamanya, supaya tahu memakai alat-alat, memperbaiki kerusakan mesin, mempelajari satu ilmu, dan melakukan korespondensi komersial.

Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap “asing” lagi oleh penutur –penutur bahasa atau dialek itu.

Keempat, tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat.

Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan membaca. Dengan membaca dunia berada di tangan. Artinya, semua informasi dengan mudah dapat kita ketahui lewat membaca. Mengingat begitu pentingnya membaca, membaca perlu diajarkan kepada setiap generasi. Hasrat dan minat membaca perlu terus ditumbuhkembangkan pada diri setiap orang.5

Minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran mungkin sekali akan menjaga pikiran siswa sehingga dia bisa menguasai pelajarannya. Pada gilirannya, prestasi yang berhasil akan menambah minatnya, yang bisa berlanjut sepanjang

5

Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 11.2.


(15)

hayatnya. Minat siswa terhadap pelajaran apapun bisa didasarkan kepada bakat yang nyata dalam bidang khusus. Kalau pelajaran terus-menerus dipelajari dan dikaji, maka akan diperoleh kecakapan yang lebih besar disertai dengan bertambahnya minat bukan hanya terhadap lapangan itu sendiri akan tetapi juga dalam bidang-bidang yang berhubungan. Tidak semua remaja memulai bidang studi baru karena faktor minatnya. Ada siswa mengembangkan minatnya pada bidang pelajaran karena pengaruh gurunya, kawan sekelasnya, atau anggota keluarganya. Bagaimanapun, jika para siswa yang serupa itu mempunyai kemampuan sedang atau di atas rata-rata, biasanya mereka dapat mengembangkan minat yang kuat kepada matapelajaran dan mengarahkan tenaga dan usahanya untuk menguasainya sehingga akan membawa kepada prestasi yang berhasil.

Jika seorang memang sangat menaruh minat kepada suatu proyek khusus maka mungkin dia akan lebih banyak melakukan tugas pekerjaannya dan juga dilakukannya dengan baik, sekalipun dalam beberapa hal minatnya bisa menyebabkan dia bekerja di luar batas-batas kesehatannya. Demikian pula sebaliknya yang dialami oleh banyak pelajar. Rasa lelah yang agaknya menyertai belajar seringkali tidak lebih daripada kebosanan belaka disertai keinginan untuk melakukan kegiatan lain yang sementara atau segera menarik perhatian dan minatnya. Efisiensi belajar barulah dapat bertambah jika si pelajar menyadari bahwa nilai dan kebaikan yang akan diperoleh dari studi tersebut lebih besar daripada memenuhi dengan segera minat yang sementara.

Banyak sekolah, terutama pada tingkat Sekolah Lanjutan faktor minat justru merupakan masalah yang menghendaki perhatian khusus guru. Pada sebagian besar


(16)

sekolah yang mempunyai program co-kurikuler yang ekstensif, biasanya dijumpai bahwa ada beberapa siswa yang ingin ikut-serta dalam banyak kegiatan rekreasi akan merugikan tugas pekerjaan sekolahnya. Pada sekolah lain yang ekstrim, murid-murid yang menolak ikut-serta dalam tiap proyek yang diselenggarakan di luar kelas karena mereka khawatir bisa mengalihkannya dari usaha belajar yang sungguh-sungguh. Guru-guru itupun perlu kiranya menjaga agar supaya mereka demikian banyak menaruh minat dan perhatiannya kepada murid-murid dan tugas sekolahnya sehingga mereka mencurahkan sejumlah waktunya di luar batas waktu sekolah biasa guna memperhatikan segala kegiatan yang berhubungan dengan profesinya. Guru-guru dan siswa harus mengatur waktunya yang meliputi pekerjaan sekolah, keikut-sertaannya dalam kegiatan rumah dan reaksi yang bermanfaat. Jadi, ada di luar batas yang memang individu tidak boleh dihentikan baik dalam kegiatan yang meniadakan minatnya maupun dalam memusatkan semua minat dan

kegiatannya kepada satu bidang.6

Yang dapat menumbuhkan minat dan kemampuan anak membaca adalah: Pertama, hasrat diri sendiri. Minat dan kemampuan membaca tidak bisa dipaksa-paksa. Ia musti lahir dari diri sendiri. Tugas dari orang tua hanyalah mendorong akan arti penting aktivitas membaca.

Kedua, dorongan lingkungan. Apabila anak berada dalam lingkungan di mana orang tua dan lingkungan sekitar rumah yang rendah membaca, dan lebih banyak menonton tayangan televisi, umpamanya, niscaya anak juga akan meniru kebiasaan

6


(17)

tersebut. Ia akan meniru kebiasaan menonton ketimbang membaca. Ketiga, ketersediaan bahan bacaan. Bagaimana mungkin kita akan menumbuhkan minat dan kemampuan membaca anak, sementara tidak ada bahan bacaan yang tersedia. Bahan bacaan pun tidak harus buku-buku baru yang mahal buku-buku atau majalah lama yang bisa dibeli di toko dengan harga terjangkau, sudah cukup untuk merangsang anak mau membaca. Yang penting isi, tata letak, bahasa dan

penyajiannya menarik bagi anak.7

Mengembangkan kebiasaan membaca buku, dapat memanfaatkan waktu luang untuk membaca di mana dan kapan saja. Namun banyak pula orang yang tidak mau membaca meskipun waktu luang sangat banyak, mereka lebih banyak berbicara dan membicarakan orang lain dalam keseharian mereka.

“Dari segi linguistik, Anderson menyatakan bahwa membaca adalah suatu

proses penyandian kembali dan pembaca sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembaca sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup

pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna”.8

Bahkan ada pula beberapa penulis yang solah-olah beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta

mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (Phonics= suatu metode

pengajaran membaca, ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan

biasa) menjadi/menuju membaca lisan.9

7

http://dwikisetiyawan.wordpress.com/sisi-lain-masalah-minat-dan-kemampuan-membaca/diakses pada pukul 13.20WIB,tanggal 15-04-2011

8

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 98

9


(18)

Pada masa sekarang ini, pentingnya membaca telah semakin sering diperbincangkan oleh berbagai kalangan masyarakat dalam berbagai kesempatan dan forum. Hal ini sudah merupakan tuntutan kehidupan modern yang terasa semakin mendesak. Kehidupan modern yang salah satu ciri pokoknya adalah perkembangan ilmu dan teknologiyang semakin menuntut sikap orang mempunyai ketepatan dan kecepatan yang tinggi untuk menafsirkan dan menyerap berbagai informasi. Informasi bukan hanya sumber-sumber lisan tetapi yang terutama dari sumber-sumber yang tertulis. Sekarang ini sumber-sumber tertulis semakin membudaya sehingga dapat terlihat pentingnya membaca. Untuk memperoleh kemampuan membaca, maka minat baca tinggi memegang peranan penting. Tanpa adanya minat membaca maka kehidupan ini akan diwarnai ketertinggalan. Minat membaca harus dipupuk, dibina dan dibimbing.

Salah satu yang mempengaruhi membaca tersebut adalah minat. Minat baca adalah merupakan hasrat seseorang atau siswa terhadap bacaan, yang mendorong munculnya keinginan dan kemampuan untuk membaca, diikuti oleh kegiatan nyata membaca bacaan yang diminatinya. Minat baca bersifat pribadi dan merupakan

produk belajar.10

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar, minat merupakan suatu daya jiwa yang relative menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab melakukan sesuatu yang diminatinya seperti minat untuk membaca buku

10

http://www.infoskripsi.net/pengaruh-minat-baca/diakses pada pukul 20.45, tanggal 12-8-2011


(19)

pelajaran bahasa Indonesia. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Siswa yang mempunyai minat untuk membaca buku pelajaran maka ia akan selalu terdorong untuk membaca buku pelajaran, sebaliknya jika ia tidak suka maka ia tidak akan terdorong untuk membaca buku pelajaran.

Dalam pembelajaran sehari-hari masih banyak kesulitan yang dialami siswa. Kenyataan dilapangan menunjukan kecenderungan pembelajaran masih kurang. Banyak siswa yang tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Maka dari itu peneliti ingin mengangkat masalah tentang minat membaca pelajaran khususnya pelajaran bahasa Indonesia upaya belajar siswa kemampuannya lebih berpotensi dalam menyumbangkan minat untuk belajar yang lebih baik dan lebih memusatkan perhatiaannya pada pelajaran.

Berangkat dari penjelasan di atas, Oleh karena itu penulis memilih judul skripsi :“Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia di


(20)

2. Peran guru untuk meningkatkan minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah hanya pada minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia yang meliputi:

1. Meningkatkan minat membaca siswa adalah hal yang sangat penting bagi

seseorang.

2. Keaktifan guru untuk memberi motivasi pada siswa untuk membaca buku

pelajaran bahasa Indonesia. D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat membaca buku pelajaran bahasa

Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia

di MTs Islamiyah Ciputat.

2. Untuk menambah pengetahuan siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa


(21)

3. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam membaca buku pelajaran di MTs Islamiyah Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian ini menjadi pengalaman, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut.

Manfaat Teoretis

1. Sebagai bahan pembelajaran bagi guru dalam mengetahui kemampuan minat membaca siswa.

2. Sebagai panduan guru-guru dan pengajar bahasa Indonesia untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap membaca buku pelajaran bahasa Indonesia. Manfaat Praktis

1. Bagi para siswa, yang mempelajari bahasa Indonesia agar lebih mengetahui

kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga siswa mengetahui manfaat membaca untuk dirinya. Serta siswa dapat senang dalam belajar bahasa Indonesia.

2. Bagi guru, untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan berpikir dan sebagai petunjuk untuk pengajaran dan pengelola pendidikan khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia.

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui kemampuan


(22)

G. Tinjauan Pustaka

Minat merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh seseorang terhadap sesuatu, karena minat seseorang terhadap sasuatu masih perlu ditingkatkan. Untuk mengetahui perbedaan minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia penulis membuat sesuatu pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber yang menjadi pegangan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama penulis melihat skripsi Yeti Budiyarti, UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan judul ”Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”, skripsi tersebut berbeda dengan skripsi penulis buat. Perbedaannya adalah Yety Budiyarti membicarakan tentang seberapa besar minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan menggunakan

pengambilan sampel dilakukan secara acak (sampling random) sedangkan penulis

membicarakan tentang minat membaca buku pelajaran dan menggunakan sampel

pertimbangan (sampling purposive). Kedua, penulis melihat skripsi Siti Memah,

dari jurusan KI-Manajemen Pendidikan, yang berjudul ”Minat Siswa Terhadap

Ekstrakurikuler”. Skripsi tersebut membicarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pembina kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Penulis sendiri membicarakan skripsi dengan judul ”Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia” berdasarkan semangat, motivasi, dan dorongan dari orang tua maupun guru. Dengan melihat perbedaan-perbedaan minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia yang diteliti akan menambah pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas dan sempurna.


(23)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, terdiri atas: latar belakang, identifikasi masalah, pembahasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teoretis, terdiri atas: hakikat minat, hakikat membaca, dan pengertian buku teks

Bab III Metode Penelitian, terdiri atas: tempat dan waktu penelitian, sumber data, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian, terdiri atas: gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat, hasil analisis data, dan pembahasan.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Minat

1. Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang mempengaruhi kemampuan membaca. Tampubulon mengatakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Sebagai contoh, seseorang mungkin mempunyai minat untuk membaca sebuah buku bacaan sastra, tetapi karena harganya mahal maka ia tidak melaksanakannya.

Harjasujana mengemukakan bahwa ketiadaan minat baca dapat menimbulkan ketidakmampuan membaca; ketidakmampuan membaca dapat menimbulkan ketiadaan minat baca. Dalam membaca karya sastra pun dapat terjadi hal yang serupa; ketidakmampuan minat terhadap karya sastra dapat menimbulkan ketidakmampuan seseorang membaca karya sastra.

Terdapat tiga batasan minat, yakni (1) suatu sikap yang dapat mengikat perhatian seseorang ke arah objek tertentu secara selektif, (2) suatu perasaan bahwa aktivitas dan kegemaran terhadap objek tertentu sangat berharga bagi individu, dan (3) bagian dari motivasi atau kesiapan yang membawa tingkah laku ke suatu arah atau tujuan tertentu.

Menurut Hilgard dalam Slameto minat adalah suatu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang


(25)

diminati akan diperhatikan terus-menerus dan apabila dilakukan akan disertai rasa senang. Hal senada dikemukakan oleh Semiawan bahwa minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya. Minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi khusus sesuai dengan keadaan tersebut. Kesiapan berbuat muncul karena ada perasaan senang untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu. Dengan demikian, minat dapat dilihat dari aspek perhatian, kesenangan, kegemaran, dan kepuasan sebagai stimulasi bagi tindakan dan perbuatan seseorang.

Minat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri dan dari luar diri (lingkungan). Namun, faktor yang paling dominan berpengaruh adalah faktor lingkungan. Menurut Bloom minat seseorang dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut pendapat ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat di antaranya adalah pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian, dan pengaruh lingkungan. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi walaupun besar pengaruhnya sudah pasti tidak akan sama.

Minat akan berkembang membentuk suatu kebiasaan. Dengan kata lain, minat akan menjadi syarat terbentuknya kebiasaan. Bila kegiatan membaca dilandasi minat yang tinggi, maka kegiatan itu akan dilakukan secara tetap dan teratur. Kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama. Bentuk-bentuk minat akan dimanifestasikan dalam pilihan suka atau tidak


(26)

suka dan senang atau tidak senang terhadap suatu objek, kegiatan, dan gagasan atau

orang yang akan memuaskan kebutuhannya. 11

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dasar pembentukan suatu kebiasaan. Kebiasaan akan terbentuk manakala pembaca memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca. Kegiatan membaca yang tinggi dan terus-menerus akan membentuk kebiasaan.

Ada banyak penelitian mengenai minat yang dilakukan oleh berbagai ahli psikologi, seperti ahli psikologi perkembangan, ahli psikologi pendidikan. Apa yang dikemukakan tampaknya memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai minat. Namun demikian, secara umum banyak yang mengaitkan minat dengan motivasi. Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi. Untuk lebih jelasnya, Krapp, Hidi, dan Renninger dalam Pintrich dan Schunk mengemukakan berbagai pengertian minat sebagai berikut.

1. Minat Pribadi

Minat pribadi memberikan pengertian sebagai suatu ciri pribadi individu yang merupakan disposisi abadi yang relatife stabil. Minat pribadi ini umumnya ditujukan pada suatu kegiatan khusus, misalnya minat khusus pada olahraga, ilmu pengetahuan, musik, tarian, dan komputer. Kebanyakan pemilihan karier seseorang didasarkan pada minat seseorang terhadap berbagai kegiatan dan karier yang disukai dan yang akan ditekuninya. Eccles dan Wigfield di dalam Hera

11

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), h. 113-114.


(27)

mengemukakan mengenai minat intrinsik yang secara konseptual berkaitan sama dengan minat pribadi. Di lain pihak beberapa peneliti lain mengukur minat pribadi berdasarkan topik atau kegiatan apa yang lebih dipilih seseorang (misalnya seseorang lebih memilih matematika dari pada ilmu pengetahuan) atau bisa juga berdasarkan kesukaan pribadi (misalnya saya senang memecahkan soal-soal

matematika).12

2. Minat situasional

Berbeda dengan pengertian sebelumnya, minat situasional merupakan minat yang ditimbulkan oleh kondisi atau faktor-faktor lingkungan. Hidi dan Anderson dalam Hera mengemukakan bahwa minat situasional berbeda dari sekedar keingintahuan seseorang karena minat ini berkaitan dengan sesuatu yang sangat spesifik, dan bukan hanya merupakan gambaran struktural dari sesuatu hal, lingkungan atau topik. Minat situasional ini pun dapat berkembang menjadi minat pribadi. Misalnya, pengalaman seseorang membaca buku mengenai berbagai

percobaan fisika, membuatnya lama-lama menjadi tertarik pada fisika.13

3. Minat sebagai keadaan psikologis

Minat sebagai keadaan psikologis menggambarkan pandangan yang interaktif dan berkaitan dengan minat, pada saat pribadi seseorang saling berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan suatu keadaan psikologis dari minat pada diri seseorang. Misalnya, anak yang memiliki minat pribadi yang kuat

12

Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.4

13Ibid


(28)

pada musik,akan memilih kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan musik. Misalnya, memilih acara atau bacaan yang berkaitan dengan musik di setiap kesempatan, di rumah maupun di sekolah. Dari contoh ini tampak bahwa secara psikologi anak memiliki minat yang tinggi pada musik. Ranninger di dalam Hera telah melakukan berbagai penelitian mengenai hubungan antara nilai dengan minat sebagai keadaan psikologis. Minat terjadi bila seseorang memiliki penilaian yang tinggi terhadap suatu kegiatan, dan telah memiliki pengetahuan yang tinggi

terhadap suatu kegiatan tersebut.14

Seseorang akan mengabaikan suatu kegiatan apabila ia kurang memiliki pengetahuan mengenai kegiatan tersebut atau karena kegiatan tersebut kurang memiliki nilai atau memiliki nilai yang rendah bagi seseorang. Sementara jika suatu kegiatan memiliki nilai yang rendah meskipun pengetahuan seseorang terhadap kegiatan itu cukup tinggi maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut tidak memiliki minat terhadap kegiatan tersebut. Sebaliknya jika nilai terhadap suatu kegiatan tinggi, namun kurang diimbangi dengan pengetahuan yang memadai maka kegiatan tersebut hanya merupakan atraksi bagi orang tersebut.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan pilihan terhadap suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang maka minat seseorang pun akan berkurang.

14Ibid


(29)

Minat berperan penting dalam kehidupan seseorang dan berpengaruh besar pada tingkah laku dan sikap seseorang. Menurut Hurlock (1989) ada empat cara mengenai minat anak pada sekolah yang mempengaruhi perkembangan anak, yaitu sebagai berikut ini.

a. Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi

Jika nilai mulai memikirkan tentang masa depan maka anak akan mencoba menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dan dilakukan jika ia bertambah besar. Misalnya, anak perempuan yang berminat pada kesehatan, peran dokter atau juru rawat maka ia akan bercita-cita menjadi dokter. Anak laki-laki yang berminat pada film perang dan pesawat, akan bercita-cita menjadi penerbang.

b. Minat dapat sebagai pendorong

Anak yang berminat pada suatu kegiatan (apakah bermain atau belajar) akan lebih berusaha untuk melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada anak yang berminat untuk mandiri dan menjadi pemimpin, tentu ia akan berusaha agar dapat diterima kelompoknya sehingga lama kelamaan diharapkan ia menjadi pemimpin.

c. Minat berpengaruh pada prestasi

Anak yang berminat pada suatu pelajaran, akan belajar dan berusaha supaya mendapat nilai yang lebih baik. Minat dapat menimbulkan rasa senang pada setiap kegiatan yang dipilih. Jika anak berminat pada suatu kegiatan maka pengalaman terasa akan lebih menyenangkan. Sebaliknya, jika anak gagal mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, anak tidak berminat untuk melaksanakan kegiatan


(30)

tersebut. Hal ini, kadangkala membuat prestasi lebih rendah dari kapasitas atau potensi yang dimiliki. Akibatnya, timbul rasa salah dan malu pada diri anak tersebut.

d. Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak dapat menjadi minat selamanya

Anak yang selalu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya, lama-kelamaan akan timbul kebiasaan dan akan terus bertahan menjadi minat selamanya. Misalnya, anak yang sedari kecil senang menggambar dan ia terlibat secara intensif dalam kegiatan ini dan hal ini juga didukung oleh orang tua dan

lingkungannya, pada akhirnya akan menjadi minat yang menetap dalam diri anak.15

Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan pilihan terhadap suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang maka minat seseorang pun akan berkurang. Kebiasaan akan terbentuk jika pembaca memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca.

2. Perkembangan Minat

Seorang anak tidak lahir dengan minat tertentu. Teori tabula rasa menunjukkan bahwa anak yang lahir laksana kertas putih yang kosong, yang belum diisi berbagai hal. Dengan demikian, minat tidak ada dari lahir karena minat

15

Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.3-3.8.


(31)

berkembang melalui pengalaman belajar. Sejalan dengan makin meluasnya cakrawala mental anak maka minatpun akan berkembang. Minat dapat dipelajari melalui berbagai macam cara yaitu:

a. Trial and Error (Coba Ralat)

Dengan mencoba-coba secara tidak langsung akan timbul minat terhadap sesuatu, seperti anak yang baru belajar sepeda. Jika ia sudah mahir, ia akan gemar bersepeda. Kegemaran atau minat bermain sepeda akan lebih kuat jika mendapat bimbingan dari lingkungan (khususnya melalui arahan dari orang-orang yang berarti bagi anak). Tumbuhnya minat pada anak akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama.

b. Proses identifikasi pada orang yang dicintai (misalnya, Ayah atau Ibu)

Anak yang menyukai atau berminat membaca sangat mungkin dikarenakan ia melihat ayah dan ibunya senang membaca. Ibu yang senang menonton sinetron di televisi tanpa sengaja dapat menjadi model atau contoh yang kuat bagi anak untuk juga turut berminat menonton sinetron. Pengaruh tokoh identifikasi ini makin lama semakin berkurang begitu anak menginjak usia dewasa karena bukan hanya keluarga yang berpengaruh pada anak tetapi juga peran kelompok teman sebaya. Jika hal ini terjadi pada anak, tidak jarang akan menimbulkan konflik dalam diri anak.


(32)

Dari berbagai penelitian mengenai perkembangan dan perbedaan individu dalam minat. Renninger menyimpulkan sebagai berikut.

1. Jika ditinjau dari sudut pandang perkembangan, pada usia prasekolah, yaitu usia

3-4 tahun umumnya anak-anak memiliki minat yang secara relatife stabil dan minat mereka berhubungan dengan pemilihan kegiatan dan belajar mereka.

2. Minat berperan besar dalam mengarahkan dan membimbing tingkah laku pada

masa kanak-kanak akhir dan dewasa. Pada anak yang lebih tua dan memasuki masa dewasa, umumnya menyelesaikan tugas yang tidak terlalu diminati dan kebanyakan mereka tidak mempunyai pilihan terhadap tugas-tugas ini (misalnya tugas di lingkungan sekolah atau lingkungan pekerjaan). Dalam hal ini minat mempunyai pengaruh diferensial tergantung dari tugas dan isinya.

3. Jika ditinjau dari perbedaan perkembangan minat, menunjukkan bahwa minat

anak pada sekolah dan tugas sekolah akan berkurang sejalan dengan usia mereka. Minat pada matematika dan ilmu pengetahuan akan berkurang. Sayangnya, penelitian semacam ini belum dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai perkembangan dan perbedaan individu dalam minat terhadap belajar dan perkembangan.

Perkembangan minat memegang peranan penting dalam pengembangan kepribadian. Minat merupakan aspek kepribadian yang menyangkut rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek dalam mencapai suatu tujuan. Minat yang kuat akan mendorong anak dalam memilih tindakan secara tepat untuk mencapai


(33)

tujuan. Dalam dunia psikologi pendidikan dikenal ada tiga macam minat dalam

diri anak, yaitu minat volunter, minat involunter, dan minat non-volunter.

a. Minat volunter adalah minat yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak. b. Minat involunter adalah minat yang ditimbulkan oleh guru melalui berbagai

upaya penciptaan situasi yang kondusif.

c. minat non-volunter adalah minat yang timbul dengan dipaksakan. Dengan minat yang kuat, anak akan melakukan suatu tindakan dengan motivasi yang lebih tinggi disertai kepuasaan tertentu.

Minat-minat dan aktivitas yang banyak berkembang selama masa ini adalah berikut ini.

1. Permainan konstruktif (construktive plays), yaitu berbagai jenis permainan yang

bersifat membentuk atau menghasilkan bentuk-bentuk tertentu.

2. Mengumpulkan (collecting), yaitu kegiatan untuk mengumpulkan suatu yang

disukainya, seperti gambar, perangko, buku, dan alat mainan.

3. Permainan dan olahraga

4. Aktivitas yang memberikan hiburan, seperti membaca, menonton film,

mendengarkan radio, menonton tv, dan video games.

Dalam masa anak-anak, telah terbentuk minat-minat tertentu, antara lain minat terhadap penampilan (unjuk diri). Pakaian, nama, agama, kesehatan, jenis kelamin, sekolah, dan karierdi masadepan. Perkembangan emosional dalam masa

ini ikut berpengaruh dalam pembentukan konsep diri dan pembentukan ideal selfy,


(34)

dengan makin luasnya cakrawala lingkungan sosial anak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri anak, antara lain kondisi fisik, bentuk tubuh, nama, status sosial ekonomi, lingkungan, sekolah, penerimaan sosial, pengalaman sukses atau gagal , dan kecerdasan.

3. Aspek kognitif dan afektif

Untuk mengetahui bagaimana minat seseorang berkembang, perlu diketahui aspek-aspek minat, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif didasarkan pada konsep anak yang berkembang mengenai hal-hal yang berhubungan dengan minat. Aspek kognitif dari minat anak pada sekolah didasari pada konsep anak tentang sekolah. Jika dikatakan sekolah sebagai tempat mempelajari sesuatu, tempat untuk meningkatkan rasa ingin tahu, tempat untuk dapat mengadakan hubungan dengan kelompok teman sebaya maka akibatnya minat setiap anak pada sekolah akan berbeda-beda. Hal ini berbeda jika sekolah lebih ditekankan pada hal-hal yang menimbulkan frustrasi atau menekan karena berbagai aturan sekolah dan tugas-tugas yang berat.

Konsep kognitif berkaitan dengan pengalaman seseorang. Pengalaman yang telah diperoleh dari rumah, sekolah, masyarakat, dan media massa berbeda. Dari

semua pengalaman inilah anak belajar apa yang dapat dan tidak memuaskannya.16

16

Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.8-3.10.


(35)

Menurut Piaget, pada garis besarnya perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan utama, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap Sensorimotor, sejak lahir sampai usia 2 tahun.

Dalam tahapan ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.

b. Tahap Praoperasional dibagi:

1. Tahapan prakonseptual atau simbolik, 2-4 tahun

2. Tahap intuitif atau preseptual, 4-7 tahun

Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola-pola berpikir tertentu.Anak sudah mampu membuat logika sendiri meskipun masih bersifat primitif dan kurang rasional .Anak sudah mampu membuat suatu kesimpulan dengan logika sendiri.

c. Tahap konkret operasional, usia 7-12 tahun

Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir operasional secara konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret.Pada masa ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas, seperti panjang, lebar, luas, volume, dan berat.

d. Tahap formal operasionalusia 12-15 tahun

Beberapa fenomena yang tampak pada tahap ini.

1. Tingkat berpikir formal yang lebih bersifat abstrak dan logis tanpa kehadiran

objek-objek konkret.


(36)

3. Jalan pikiran anak adalah proporsional, artinya anak mampu berpikir secara menyeluruh dengan kemampuan memberikan argumentasi secara bebas.

4. Bentuk berpikirnya berpolakan pengombanisasian, artinya anak secara efektif

dapat berpikir sistematis dengan memisah-misahkan semua variabel yang

mungkin ada dari suatu masalah dan mencoba mengombinasikandengan

pemecahan masalahnya.17

Aspek afektif atau yang berkaitan dengan suasana hati, merupakan konsep yang diekspresikan dalam sikap orang-orang di sekitarnya. Bagi seorang anak, pengalaman yang menyenangkan dengan guru akan menumbuhkan sikap positif pada sekolah.

Baik aspek kognitif maupun aspek afektif berperan dalam menentukan kegiatan yang akan dilakukan atau tidak dilakukan maupun tipe penyesuaian diri pada lingkungan. Dalam beberapa hal aspek afektif lebih penting daripada aspek kognitif, khususnya dalam memotivasi diri agar minat lebih bertahan.

Dari bahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa minat berkembang melalui proses belajar. Perkembangan minat memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, sebagai berikut.

a. Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental

b. Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar (misalnya anak tidak akan

berminat pada bermain lompat tali apabila anak belum dapat mengkordinasikan gerak otot-ototnya).

17

Surya, dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD, (Jakarta: Universitas Tebuka, 2007), h. 7.21-7.22.


(37)

c. Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa di sekitarnya.

d. Perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari kemampuan

fisik, mental serta pengalaman sosial anak.

e. Minat dipengaruhi oleh budaya karena anak belajar dan memperoleh

pengalaman melalui keluarga, guru, dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya.

f. Minat dipengaruhi oleh faktor emosi atau suasana hati. Jika suasana hati kita

sedang gundah, minat pada suatu juga berkurang, demikian pula sebaliknya.

g. Minat bersifat egosentris, hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak.18

Menurut M. Alisuf Sabri minat yang paling penting dan paling universal pada masa kini dapat dikategorikan sebagi berikut:

a). Minat pribadi dan sosial; minat pada diri sendiri merupakan minat yang terkuat pada masa anak. Karena mereka sadar bahwa dukungan sosial/penilaian teman-temannya sangat dipengaruhi oleh penampilan dan benda-beda yang dimiliki. Selain itu anak juga mempunyai minat sosial ingin populer dalam kelompok. Tetapi minat sosial ini tergantung pada kesempatan yang dimiliki oleh si anak. Sehingga anak yang kaya akan dapat melaksanakan minat sosialnya dengan lebih baik, sedangkan anak yang tidak populer akan mempunyai minat sosial yang terbatas.

18

Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.10-3.11.


(38)

b). Minat terhadap pekerjaan, terutama terdapat pada anak-anak SMA; mereka mulai bersungguh-sungguh memikirkan masa depan mereka.

c). Minat pada simbol status. Simbol status merupakan simbol prestise yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi statusnya dalam kelompok. Simbol status pada anak ini dapat bersumber dari status sosial ekonomi atau dari perolehan prestasi yang bergengsi, atau termasuk dalam

tim sekolah.19

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar hubungannya.20

Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca

a. Faktor intern siswa

Yang dimaksud dengan faktor intern siswa ialah faktor-faktor yang terdapat atau bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.

b. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa artinya segala faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku siswa termasuk minatnya yang bersumber dari luar siswa yang

19

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2006), h. 163-164.

20


(39)

bersangkutan. Misalnya yang berasal dari lingkungan keluarganya, teman,

masyarakat disekitarnya, dan guru dis ekolahnya.21

Chauhan juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah:

1. Perkembangan fisik, merupakan hal yang sangat penting dalam memutuskan

perkembangan minat. Seseorang secara fisik mengalami kebutaan atau kecacatan pada matanya akan berpengaruh pada ketertarikannya pada aktivitas membaca.

2. Perbedaan seks (identitas kelamin). Ada perbedaan besar antara minat membaca

pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan fisiologis dan pengaruh budaya, level pendidikan, dan kondisi lingkungan.

3. Lingkungan, menentukan aturan penting dalam memutuskan minat membaca seseorang, misalnya saja lingkungan rumah yang kondusif dan memberikan banyak contoh dan stimulus sehingga seseorang akan memiliki kebiasaan membaca.

4. Status sosial ekonomi, kondisi keluarga juga menentukan dalam pembentukan minat membaca pada seseorang. Seseorang yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas akan dapat memberikan fasilitas dan stimulus

bahan-bahan bacaan yang merangsang minat membaca pada anak. 22

21

Muchlisoh, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia 3, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 296.

22

http://infokiat.ghobro.com/2010/03/kurangnya-minat-baca-anak.htm.diakses pada pukul 12.34, l8-08-2011


(40)

Jika kita akui secara jujur, rasanya masih sedikit sekali masyarakat Indonesia yang bisa mengisi waktu senggang mereka untuk membaca. Berbeda sekali dengan masyarakat Jepang misalnya, di mana dan kapan saja selama tidak melakukan pekerjaan lain mereka tidak pernah lepas dari buku. Mereka membaca dan membaca terus. Banyak masyarakat kita masih terdapat anggapan bahwa membaca adalah pekerjaan guru atau pekerjaan lainnya. Inilah yang menjadi pokok permasalahan sebagai penyebab utama rendahnya minat siswa untuk membaca.

Crow and Crow berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

a. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan, ingin tahu

seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, dan lain-lain. Dorongan seks akan membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan lain-lain.

b. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan

suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujan atau perhatian dari orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat.


(41)

c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut. 5. Macam-Macam Minat

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini tergantung pada sudut pandang dan cara penggolongan misalnya berdasarkan timbulnya minat,

berdasarkan arahnya minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau

mengungkapkan minat itu sendiri.

a. Witherington di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab

mengatakan bahwa berdasarkan timbulnya, minat dan dapat dibedakan

menjadi minat primitif dan minat kilturil. Minat primitif adalah minat yang

timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Sebagai contoh: minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.

b. Joner di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab mengatakan

bahwa berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik

dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh: seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Dalam minat ekstrinsik ada usaha untuk melanjutkan aktivitas sehingga tujuan akan menjadi menurun atau hilang.

c. Super & Crites di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab


(42)

dibedakan menjadi empat yaitu: Expressed interest, manifest interest, tested interest, inventoried interest.

1. Expressed interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.

2. Manifest interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan mengetahui hobinya.

3. Tested interest: adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.

4. Inventoried interest: adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat yang sudah distandardisasikan, di mana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek

yang ditanyakan.23

B.Hakikat Membaca 1. Pengertian Membaca

Dalam kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri. Ada beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca antara lain: kegiatan membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat memperkuat suatu kayakinan/kepercayaan pembaca, sebagai suatu pelatihan, memberi pengalaman astetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan sebagainya.

Beberapa definisi membaca yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut. W.J.S. Poerwodarminto mengatakan bahwa membaca yaitu melihat sambil melisankan sesuatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Dr. Henry Guntur Tarigan mengungkapkan membaca yaitu suatu pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. A.S. Broto mengatakan bahwa membaca yaitu mengucapkan lambang bunyi. Anderson

23

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (dalam Perspektif Islam), (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 263-268.


(43)

mengatakan bahwa membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung didalam kata-kata yang tertulis. Finochiaro and Bonomo secara

singkat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting

meaning from-printed or written material”, memetik serta memahami arti

atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.24

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, para pelajar harus dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda yang sama yang telah mereka tanggapi sebelum itu.

Berdasarkan hakikat membaca, ternyata membaca merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Pada saat membaca, anak harus mampu:

a. Merasakan perangkat simbol pada teks bacaannya (aspek sensoris)

b. Menginterpretasikan apa yang dilihatnya (aspek perceptual)

c. Mengikuti pola-pola linier, logika,dan tata bahasa kata-kata yang ditulis

(aspek urutan)

d. Menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman-pengalaman

langsung agar bisa memberi makna pada kata-kata yang ada (aspek pengalaman)

e. Melakukan inferensi dan mengevaluasi materi (aspek berpikir)

f. Berhubungan dengan minat dan sikap yang mempengaruhi tugas membaca

(aspek afektif)

24


(44)

Lebih sederhana, hakekat pembelajaran membaca merupakan proses memperoleh kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang berupa fisik dan psikologis.25

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses membaca oleh pembaca adalah sebagai berikut:

a) Tulisan, yang berfungsi sebagai input grafis, yaitu yang tercetak atau terlihat

b)Bagaimana bahasa itu bekerja dan bagaimana bahasa itu digunakan oleh

pembaca. Misalnya pemilihan kata atau diksi

c) Seberapa banyak pengetahuan dan pengalaman pembaca yang digunakan untuk

merekonstruksi makna yang dituangkan pengarang, misalnya perbedaan profesi

d)Sistem perseptual yang termasuk dalam membaca.26

2. Tujuan Membaca

Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Dengan melakukan kegiatan membaca tersebut, tentu dengan tujuan yang berbeda-beda. Dengan demikian, orang membaca dengan berbagai tujuan:

a. Untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta atau informasi yang

dibutuhkan.

b. Untuk memperoleh ide pertama dari apa yang dibacanya

c. Untuk menyimpulkan dari apa yang dibacanya itu

d. Untuk memperoleh kesenangan,

e. Mengisi waktu luang atau mencari hiburan.

25

Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12.

26Ibid


(45)

f. Kepentingan studi (secara akademik).

g. Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan.

h. Memperkaya perbendaharaan kosakata.27

i. Memahami isi wacana sehingga mampu menangkap dan memahami isi bacaan

secara benar.28

j. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah

dibuat oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apayang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memperoleh perincian-perincian atau

fakta-fakta (reading for details or facts).

k. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan, dan kejadian buat dramalisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahuiurutan atau susunan, organisasi cerita.

l. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh,dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuan. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh ide-ide utama.29

27

Supriyadi, Pendidikan Bahasa Indonesia 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 13.

28

Euis Honiatri dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 69.

29

Henry Guntur Tarigan, Membaca, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1983), h. 9.


(46)

Berkaitan dengan tujuan membaca, Rivers dan Temperly mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca:

a) Untuk memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran

tentang suatu topik.

b) Untuk memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas

bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga)

c) Untuk berakting dalam sebuah drama,bermain game, menyelesaikan teka-teki

d) Untuk berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk

memahami surat-surat bisnis

e) Untuk mengetahui kapan dan dimana sesuatu akan terjadi atau apa yang

tersedia

f) Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi

g) Untuk memperoleh kesenangan atau hiburan30

h) Membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis; misalnya

cara membuat masakan, cara membuat topi, dan sebagainya.

i) Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit

tertentu.

j) Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang, misalnya membaca untuk

tujuan mendapat sensasi-sensasi baru melalui penikmatan emosional bahan

bacaan (buku cerita, novel, roman, dan sebagainya). 31

30

Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12.

31

Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan), (Malang: Sinar Baru Algensindo, 2005), h. 136.


(47)

3. Mengembangkan Keterampilan Membaca

Pembelajaran membaca memang benar-benar mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman keindonesiaan pada anak didik. Selain itu, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreativitas anak didik.

Ada beberapa fase perkembangan membaca, yaitu :

1. Fase pramembaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari

perbedaan huruf dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis

2. Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan

tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita.

3. Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata

yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan.

4. Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan

mengenal maksud penulis dalam bacaan.

5. Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat


(48)

Mikulecky membagi keterampilan membaca atas jenis-jenis yang lebih kecil. Jenis-jenis keterampilan membaca tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Kemampuan melakukan decoding secara otomatis. Termasuk dalam jenis

keterampilan ini, yaitu kemampuan mengenal atau menyadari sebuah kata dengan sangat cepat, yaitu dengan sekilas lirik.

b. Kemampuanmelakukan previewing (aktivitas prabaca) dan predicting

(memprediksi). Dengan demikian, pembaca dapat menebak isi bahan bacaan yang disajikan berikutnya.

c. Kemampuan menentukan tujuan secara spesifik dalam membaca, yaitu

memahami mengapa suatu teks perlu dibaca.

d. Kemampuan mengidentifikasi genre tulisan sehingga dapat memprediksi bentuk

dan kemungkinan isi bahan bacaan.

e. Kemampuan mengajukan pertanyaan terhadap isi bacaan sehingga pembaca

dapat melakukan dialog dalam hati dengan penulis selama membaca.

f. Kemampuan melakukan scanning, yaitu membaca teks dengan sangat cepat

guna memperoleh suatu informasi spesifik.

g. Kemampuan mengenal topik yang disajikan dalam teks.

h. Kemampuan menentukan ide pokok dan ide-ide penunjang.

i. Kemampuan menentukan letak kalimat topik (kalimat utama).

j. Kemampuan menentuka ide pokok pada sebuah kalimat dan paragraf.

k. Kemampuan menentukan bentuk-bentuk hubungan antaride dalam keseluruhan


(49)

l. Kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan kata-kata yang menandai relasi-relasi antara unsur-unsur teks.

m. Kemampuan menarik kesimpulan mengenai ide pokok berdasarkan

penggunaan bentuk-bentuk bahasa dan petunjuk-petunjuk lain.

n. Kemampuan mengenal dan menggunakan unsur-unsur kata ganti (pronouns),

kata-kata penunjuk (referents), dan unsur leksikal lainnya sebagai penanda

kohesi.

o. Kemampuan menebak arti kata-kata yang masih asing bagi pembaca melalui

konteks.

p. Kemampuan melakukan skimming, yaitu kemampuan memperoleh kesan

umum secara cepat terhadap keseluruhan bahan bacaan, suatu bab atau buku.

q. Kemampuan melakukan parafrase, yaitu kemampuan mengemukakan isi teks

dengan menggunakan kata-kata sendiri guna memonitor pemahaman yang telah diperoleh pembaca.

r. Kemampuan meringkas isi bacaan, yaitu mengemukakan kembali ide-ide

pokok yang terdapat dalam keseluruhan bahan bacaan.

s. Kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan informasi dari

beberapa bagian bahan bacaan dan ide-ide tambahan dari pembaca sendiri.

t. Kemampuan mengemukakan inferensi dengan menggunakan bukti-bukti.

Dalam hal ini, dengan membaca kalimat-kalimat tertulis dan dengan menggunakan bukti-bukti yang terkandung dalam teks, pembaca dapat mengetahui hal-hal yang tersirat atau yang tidak tertulis.


(50)

u. Kemampuan memvisualkan isi bacaan, antara lain dalam wujud kemampuan membuat diagram mengenai isi teks.

v. Kemampuan membaca secara kritis, antara lain kemampuan menentukan

keakuratan bahan bacaan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dan dapat membedakan antara fakta dan opini.

w. Kemampuan membaca dengan kecepatan yang sesuai guna memungkinkan

otak memproses masukan yang diperoleh dari bahan bacaan.

x. Kemampuan menggunakan strategi membaca yang tepat, disesuaikan dengan

bahan bacaan dan tujuan membaca.32

4. Masalah membaca

Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta membina persatuan dankesatuan bangsa.

Masalah yang dihadapi anak dalam membaca, yaitu:

a. Kurang mengenali huruf

b. Membaca kata demi kata yang seringkali disebabkan oleh gagal menguasai

keterampilan memecahkan kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar membaca

c. Memparafrasekan yang salah

d. Miskin pelafalan atau penghilangan

e. Pengulangan

32

Yeti Mulyati, dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 9.4-9.6.


(51)

f. Pembalikan

g. Penyisipan

h. Penggantian

i. Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk, dan menggerakkan kepala

j. Kesulitan konsonan, kesulitan kluster, diftong dan digraph

k. Kesulitan menganalisis struktur kata

l. Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.33

Sebagian besar anak belajar membaca pada usia enam atau tujuh tahun, dan dengan berkembangnya kemampuan mental di usia dewasa, anak bahkan mampu mengatasi tantangan-tantangan yang lebih besar. Ada yang menganggap dari berbagai mitos bahwa membaca itu sulit, membaca tidak boleh menggunakan jari ketika membaca, membaca harus dilakukan dengan mengeja kata per kata, dan membaca perlahan-lahan supaya dapat memahami isinya. Anggapan itu kita gantikan dengan gagasan-gagasan baru yang merupakan langkah pertama dalam menciptakan keterampilan baru membaca menjadi, membaca itu mudah, tidak ada salahnya membaca dengan menggunakan jari sebagai petunjuk, kita boleh membaca banyak kata secara sekaligus, dan kita juga boleh membaca dengan cepat

dan tetap memahami isi bacaan.34

33

Isah Cahyani, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 101.

34

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Quantum Learning, (Bandung: KAIFA, 2005), h. 252-253.


(52)

5. Strategi meningkatkan kemampuan membaca

Tiga pokok yang perlu diperhatikan guru dalam pengajaran membaca, yaitu:

a. Pengembangan aspek sosial anak, yakni: kemampuan bekerja sama, percaya diri,

kestabilan emosi, dan rasa tanggung jawab

b. Pengembangan fisik, yakni: pengaturan gerak motorik

c. Perkembangan kognitif,yakni: membedakan bunyi, huruf, menghubungkan kata

dan makna

Strategi meningkatkan kemampuan membaca yaitu:

1. Pemilihan bahan ajar membaca

Secara garis besar bahan ajar membaca dapat dipilah menjadi dua macam, yaitu: pramembaca dan membaca. Pengajaran pramembaca anak diperkenalkan pada tata cara membaca yang baik, misalnya, duduk yang wajar dan baik, cara meletakan buku, memegang buku dengan baik.

2. Metode pengajaran membaca

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang harus dikuasai siswa.

Rubin mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yaitu:

a. Peningkatan ucapan: kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa


(53)

b. Kesadaran fonemik bunyi: difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna

c. Hubungan antar bunyi-huruf: pengetahuan tentang hubungan bunyi-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca

d. Membedakan bunyi-bunyi: yang merupakan hal penting dalam memperolah bahasa, khususnya bahasa

e. Kemampuan mengenal huruf

f. Orientasi membaca dari kiri ke kanan

g. Keterampilan pemahaman

h. Penguasaan kosakata

3. Strategi pengucapan: ada beberapa strategi yang digunakan untuk mengenali

cara mengucapkan suatu kata yaitu: analisis dan fonik, teknik pengenalan kata, meminta seseorang untuk mengucapkan satu kata untuk anda, unsurekonteks,

SAS (StructuralAnalysis dan Synthetis) dan melihat pengucapan dalam kamus.

4. Strategi pengenalan makna kata

Dalam pendekatan komunikatif,pengajaran bentuk bahasa sebaiknya tidak dilepaskan dari makna. Untuk mengajarkan makna kata dapat digunakan beberapa strategi berikut:

a) Strategi 1: konteks memanfaatkan konteks untuk memakai kata

b) Strategi 2: SAS untuk makna


(54)

d) Strategi 4: memanfaatkan kamus.35 C.Pengertian Buku Teks

Ada yang mengatakan bahwa “buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang

disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional”. Definisi buku

pelajaran atau buku teks pelajaran menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005. Buku pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan

kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.36

Large menjelaskan bahwa “buku teks adalah standar/buku setiap cabang

khusus studi” dan dapat terdiri atas dua tipe, yaitu buku pokok/utama dan

suplemen/tambahan. Bacon mengemukakan bahwa “buku teks adalah buku

yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli bidang itu dan diperlengkapi dengan

sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi”. Buckingham mengutarakan

bahwa “buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah -sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran”

dalam pengertian modern dan yang umum dipahami. 37

Dari berbagai pendapat ahli yang tertera di atas, dapat penulis simpulkan beberapa hal seperti berikut ini.

a. Buku teks itu selalu merupakan buku pelajaran yang ditunjukkan bagi siswa

pada jenjang pendidikan tertentu. Jadi, kita lihat adanya buku teks untuk SD, SMP, SMA, dan sebagainya.

35

Isah Cahyani, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung: Upi Press), h. 102-103.

36

http://penchenk.blogspot.com/2009/01/definisi-buku-pelajaran.diakses pada pukul 14.34 WIB, 5-05-2011

37

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. (Bandung: Angkasa,2009), h. 12.


(55)

b. Buku teks itu selalu berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Ada buku teks yang mengenai matematika, sejarah, bahasa, ekonomi, dan sebagainya. Lebih khusus lagi, kita sering menjumpai buku teks, seperti bahasa Indonesia untuk SD, SMP, SMA, dan sebagainya.

c. Buku teks itu selalu merupakan buku yang standar. Pengertian standar di sini

ialah buku, menjadi acuan, berkualitas, dan biasanya ada tanda pengesahan dari badan yang berwenang. Di Indonesia misalnya, badan itu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.

d. Buku teks itu biasanya disusun dan ditulis oleh para pakar (ahli, ekspert) di

bidang masing-masing. Di Indonesia, misalnya kita kenal nama pengarang yang ahli pada bidangnya, seperti: Sunan Takdir Alisjahbana, Ramlan, Gorys Keraf dalam bidang tata bahasa.

e. Buku teks itu ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. Buku teks mengenai

keterampilan berbahasa, menyimak, ditulis untuk tujuan pengajaran menyimak tertentu.38

Berdasarkan uraian di atas dapat dsimpulkan bahwa buku teks adalah sama dengan buku pelajaran. Secara lebih lengkap dapat didefinisikan sebagai berikut “buku teks adalah buku pelajaran dalam mata pelajaran tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud-maksud dan tujuan intruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.

38Ibid,


(56)

1. Fungsi Buku Teks

Dunia kita kini adalah dunia buku. Betapa pentingnya buku dalam kehidupan pada masa modern. Dengan pertolongan buku-buku ilmu pengetahuan dapat dihimpun ke dalam suatu wadah yang selalu tersedia secara permanen.Buku-buku teks merupakan sarana penting dan ampuh bagi penyediaan dan pemenuhan pengalaman tidaklangsung dalam jumlah yang besar dan terorganisasi rapi. Banyak cara efektif yang dilakukan oleh para siswa dalam menggunakan serta memanfaatkan buku mereka, antara lain, dengan cara melatih mereka membaca intensif. Guru hendak menjelaskan bahwa nilai buku teks bergantung pada penggunaannya bagi tujuan mempelajari keuntungan-keuntungan khusus buku tersebut. Buckingham membagi keuntungan-keuntungan khas itu dapat dikelompokan menjadi:

a. Kesempatan mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masing.

b. Kesempatan untuk mengulangi atau meninjau kembali.

c. Kemungkinan mengadakan pemeriksaan atau pencekan terhadap ingatan.

d. Kemudahan untuk membuat catatan-catatan bagi pemakaian selanjutnya.

e. Kesempatan khusus yang dapat ditampilkan oleh sarana-sarana visual dalam

menunjang upaya belajar dari sebuah buku.

Greene dan Petty telah merumuskan beberapa peranan buku teks tersebut sebagai berikut:

1. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai

pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan.


(1)

Rencana Strategi (Renstra) MTs. Islamiyah dibuat dalam 3 tahap, yakni: 1. Rencana Strategi Jangka Pendek, meliputi

1. Menyampaikan Ilmu Pengetahuan Umum dan Agama kepada peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas.

2. Pembinaan agama, serta sopan, ramah dalam pergaulan dan berakhlakul karimah.

3. Memberi keterampilan Da’wah dan seni dalam bidang muhadhoroh dan pentas baik di dalam maupun di masyarakat.

II Rencana Strategi Jangka Menengah, meliputi:

1. Mampu berkiprah di kelompok kerja madrasah (KKM) dengan program Dakwah dan IPTEK melalui kegiatan lomba pentas proseni.

2. Pengentasan Buta, Baca, Tulis Al-quran untuk perwujudan nyata sebagai lembaga pendidikan islam.

III Rencana Strategi Jangka Panjang

1. Membentuk Ikatan Alumni/Forum Alumni yang berperan menampilkan mutu MTs melalui informasi Alumnus yang sudah berkiprah dan mengabdi di masyarakat sebagai da’i - da’i, tokoh masyarakat dan umaroh.

2. Menjadikan MTs. Islamiyah sebagai lembaga pendidikan yang berstandar Nasional dan standar Internasional.


(2)

WAWANCARA

1. Saya : “Sudah berapa lamakah Bapak mengajar di MTs. Islamiyah Ciputat?” Guru : “Saya mengajarMTs. Islamiyah Ciputat sudah 27 tahun”.

2. Saya : “Sebelum pelajaran dimulai apakah siswa diperintahkan untuk membeca pelajaran terlebih dahulu?”

Guru : “Tidak, saya memerintahkan mereka membaca di rumah. Agar jam pelajaran dimulai saya dapat langsung menjelaskan”.

3. Saya : “Setelah siswa membaca pelajaran apakah siswa ditanya terlebih dahulu?” Guru : “Tidak, saya menjelaskan terlebih dahulu kemudian menanyakan kepada

siswa, apakah mereka paham atau tidak”.

4. Saya : “Materi apa yang disukai siswa ketika diperintahkan untuk membaca?” Guru : “Biasanya siswa sangat suka dengan materi tentang drama dan cerita

pendek”.

5. Saya : “Hambatan apa yang tidak disukai siswa jika mereka tidak mau membaca?” Guru : “ Hambatan keadaan siswa di sini yaitu malas membaca, ada yang takut jika

diperintahkan membaca, dan bahkan ada salah satu siswa yang membacanya masih kurang”.

6. Saya : “Apa yang menjadi kendala dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?”

Guru : “ Yang menjadi kendala yaitu fasilitas di kelas seperti KBM, kondisi kelas seperti kebersiahan dan penataan kelas”.

7. Saya : “Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan minat baca?”

Guru : “Menurut saya mereka harus mencintai dalam hal sesungguhnya membaca itu dapat dinikmati”.

8. Saya : “Menurut Bapak sampai seberapa besar pengaruh minat membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?”

Guru : “ Minatnya sangat buruk diperkirakan sampai 40% di karena mereka malas membaca”.

9. Saya : “Apa solusi yang dapat Bapak berikan demi meningkatkan prestasi belajar siswa?”

Guru : “Solusinya yaitu siswa harus mempunyai jadwal belajar baik di sekolah maupun di rumah, siswa harus mengerjakan tugas pribadi dan kelompok, adanya umpan balik, dan 70 untuk praktik 70 untuk teori”.


(3)

KE]IiENTERIAN AGAMA

ffi

UIN JAKARTA :

ii]h :

';'lfr,,o" * r, c*x,tat 1s4,2 t,oon"**)

FORU tFR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD'081 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

02

Hal 111

SURAT

BII'BINGAN

SKRIPSI

Nomor

Lamp.

Hal

: Un.0 lff . 1/KM.Al 3 /.../201 I

' m.niog"o Skripsi

Jakart4 ZDMlei?Oll

KepadaYth.

Drs. Cecep Suhendi, M.Pd

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

A s s alarnu' alaila*n w r.w b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing (materilteknis) penulisan skripsi mahasiswa:

HalimahTusadiah rc7013004n4

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

VIII (Delapan

Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas

VII MTS Islamiyah Ciputat.

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 05 Mei 2011,

abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul

tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi

Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skipsi

ini

diharapkan selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perparrjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudar4 kami ucapkan terima kasih. Was s alarnu' alaikum wr.w b.

a.n. Dekan

Indonesia Nama

NIM

Jurusan Semester

Judul Skripsi

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs.


(4)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr H. Juanda No 95 Cipulat 1 5112 lndonesia

Nomor : Un.0 l/FI./KM.Ol St$.*.Y.tZOt t Larnp. : ...

Hal

: Observasi

SURAT

PERMOHONAN IZIN OBSERVASI

No. Dokumen Tgl. Terbit FORM (FR)

No Hal

Revisi: :

01

Jakarta, l2 JLrli 20ll

1t1

Kepada Yth.

Kepala Sekolah MTs. Islamiyah Ciputat

di Tempat

Asso I a nttt' al aikurn wr.u, b.

Dengan honnat kami sampaikan bahu,a:

Nama

NIM

Jurusan /Prodi

Semester

Halima Tusadiah

l 070 r 3000234

Pend. Bahasa dan Sastra Indotresia

IX

adalah benar mahasiswa pada FakLrltas Ilrnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakar-ta dan sehubungau deugan penyelesaian tugas rnata kuliah "Penelitian Skripsi", mahasisr.va tersebut rnemerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena ittr.

kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima malrasiswa tersebut dan memberikan

barrtuannya.

Demikianlah, atas perlratian dan bantuan Saudara karni ucapkan terirna kasih.

trYas s a l a iltu' a lai ku nr u,r.w b.

a.n. Dekan

,,,

lfubus Tata Usaha

rI

-:"NIP; 19610805 198903 2 001

Y

Terlbusan:


(5)

W;

lawswl

lw&m

rl

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

.

FITK+R4KD"082

Tgl.

Terbit : t

tvtaret ZO1O

SURAT PERMOHONAN

IM

Nomor : Un.01/F. 1/KM.01.3/ 6065 t2011

Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Permohonan lzin penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 26 Juti 2011

Kepada Yth.

Kepala Mts lslamiyah di

Ciputat

Assal am u' al a i ku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: Halima Tusadiah

NIM

:107013000234

Jurusan

. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Semester

: lX Judul Skripsi

" Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Ketas

VIII

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan- p"n"riti"n

-

f*"tl

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' alai ku m wr.wb.

Sastra Indonesia

itriyah ZA, M.Pd


(6)

Vry\SAN ISLAMIV\H

C

IPU TI\T

Akta Nomor 16, Tanggal 11 Agustus 1978 Bank: BN dan BPD Rek.

ZlZ0l

MADRASAH TSANAWIYAH ISLAMIYAH

STATUS

: TERAKREDITASI

A

Alamat : fl. Kihajar Dewantara No. 23 Ciputat Kota Tangerang Selatan Telp. (021) 7409814 - 28752974

Yang bertanda tangan

menerangkan bahwa :

SURAT KETERANGAI\

Nomor : 105/8. l/Ks .02.00NT112011

dibawah

ini

Kepala

MTs.

Islamiyah Ciputat Tangerang Banten,

Nama

NIM

Bidang Study

: Halima Tusadiah

: 107013000234

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Adalah benar telah melalcukan Penelitian pada MTs. Islamiyah Ciputat, pada tanggal 18 Agustus

-

13 Desember 2011.

Demikian surat keterangan ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ciputat, 26

Juli20ll

s. Islamiyah Ciputat

rJ/'