Program empowerment dan training center dalam meningkatkan kualitas kaum dhuafa:studi kasus di rumah Gemilang Indonesia LAZ AL-Azhar peduli Ummat
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KAUM DHUAFA (Studi Kasus di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Hilman Budiman
105054102072
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KAUM DHUAFA (Studi Kasus di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Hilman Budiman NIM.105054102072
Pembimbing
Ahmad Zaky, M.Si NIP.150411158
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1432 H / 2011 M
(3)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Januari 2011
(4)
Skiripsi yang berjudul “Program Empowerment dan Training Center dalam Meningkatkan Kualitas Kaum Dhuafa (Studi Kasus di Rumah Gemilang Indonesia
LAZ Al-Azhar Peduli Ummat)” telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada tanggal 11 Januari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Strata 1 (S-1) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 11 Januari 2011 Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Pembimbing
Drs. H. Mahmud Jalal, MA Ahmad Zaky, M.Si
NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 150411158
Anggota:
Penguji I Penguji II
Nurhayati Nurbus, M.Si Siti Napsiyah, MSW
(5)
HILMAN BUDIMAN NIM. 105054102072
PROGRAM EMPOWERMENT DAN TRAINING CENTER DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS KAUM DHUAFA (Studi Kasus di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat)
Kesejahteraan merupakan impian bagi setiap orang dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, masih banyaknya kaum dhuafa merupakan indikasi masih jauh tingkat kesejahteraan yang ada, Sehingga perlu adanya upaya peningkatan kualitas kaum dhuafa. Namun dalam pelaksanaannya perlu dukungan dari berbagai pihak termasuk lembaga sosial agar dalam upaya meningkatan kualitas kaum dhuafa dapat dilaksanakan dengan profesional. Seperti halnya yang dilakukan oleh RGI LAZ Al-Azhar Peduli Ummat yang berperan aktif dalam upaya peningkatan kualias kaum
dhuafa dengan berbagai program salah satunya program Empowerment dan Training
Center (PETC) yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Adapun yang menjadi alasan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui tahapan PETC dalam upaya peningkatan kualitas kaum dhuafa, sedangkan yang menjadi rumusan masalah lebih terfokus pada bagaimana tahapan pelaksanaan PETC, kegiatan apa saja yang dilakukan dalam PETC dalam meningkatkan kualitas kaum dhuafa, serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan program.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang terlibat dalam pelaksanan progam tersebut. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam hal ini peneliti mengamati berbagai kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan PETC yang dilakukan oleh RGI. Serta mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan program tersebut.
Dari hasil penelitian secara umum pelaksanaan PETC di RGI dilakukan
melalui beberapa tahapan yang meliputi tahap persiapan (engagement), tahap
assessment, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (implementasi), tahap evaluasi dan tahap terminasi. PETC RGI merupakan suatu program pemberdayaan yang bertujuan meningkatkan kualitas kaum dhuafa dengan berbagai bentuk kegiatan yakni
memberikan keterampilan (skill) dalam berbagai bentuk pelatihan seperti menjahit,
tata busana, teknik komputer informatika, fotografi videografi, desain grafis dan animasi yang dikhususkan kepada kaum dhuafa yang berasal dari berbagai latar keadaan seperti anak yatim, anak jalanan, pengamen, pengasong dan pemulung. Adapun yang menjadi faktor pendukung dari keberlangsungan program tersebut sangat dipengaruhi dari manajemen organisasi yang baik hal tersebut dapat dilihat dari beberapa unsur pelatihan yang ada dalam program tersebut yakni; peserta, instruktur, alokasi waktu, media serta sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan.
(6)
Syukur serta Puji-pujian yang setinggi-tingginya penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan pengengam Alam raya semesta ini, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaran dan KekuasanNya, Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan para pengikut ”Ummat” setianya.
Suatu kenikmatan yang laur biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kausa kata setelah selesainya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecah hambatan-hambatan yang ada.
Skripsi ini berjudul “Program Empowerment Dan Training Center dalam
Meningkatkan Kualitas Kaum Dhuafa (Studi kasus di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat)”. Judul ini lahir dari munculnya kekaguman penulis terhadap peningkatan kualitas kaum dhuafa yang telah dilakukan Rumah Gemilang Indonesia (RGI) LAZ Al-Azhar Peduli Ummat.
Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua penulis, Ibunda Hindun dan Ayahanda Mahpudin, berkat do‟a Cintanya,
serta Pepatah-pepatahnya penulis mampu memecahkan kebuntuan dalam menghadapi
permasalahan hidup. Buat My Brother N Sisters; Anas-tehMery, tehLomrah-Ada2ng,
(7)
Ponakan2; Ramdhan, Lisa, Faujan, Faujiah (Alm), Ramlan, Rasyid, Kesya Arisanti.
Richa rachma fadillah dan keluarga H. Supardi terimakasih atas Amanahnya
kepada penulis. Dukungan moril dan materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi, Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang mereka berikan dengan balasan yang berlipat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Ahmad Zaky, M.Si. Pembimbing sekaligus Sekertaris Prodi Ilmu
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas bimbingan yang tulus memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. H Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Siti Nafsiyah, MSW ketua Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
(8)
memberikan keilmuannya.
7. Keluarga Besar Rumah Gemilang Indonesia (RGI) LAZ Al-Azhar peduli
Ummat.
8. KMPLHK RANITA UIN JAKARTA supertim adalah perjuangan kita Again
Of Change rumahku, bumiku. Salam lestari!
9. RIMASI (Riungan Mahasiswa Sukabumi), Studia Holistika, eRsous, HIMA
Persis, HIMA PUI, WALHI, Greenpeace, PMI Kota Tangsel
10.Kepada teman-teman BEM Program Studi Kesejahteraan Sosial periode
2008-2009, BEM Fakultas Dakwah periode 2010-2011, KOMFAKDA periode
2007-2008, AIC (Aula Insan Cita) era 2007-2008, Room Sanggar Ayu.
Akhirnya, segala kebenaran hanya milikNya, semoga Allah SWT membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudah-mudahan skripsi ini menjadi inspirasi terhadap berbagai permasalahan sosial yang berkembang.
Ciputat, 11 Januari 2011
Penulis
(9)
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR ISTILAH ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Metode Penelitian ... 7
G. Tinjauan Pustaka ... 14
H. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Program ... 17
(10)
2.Macam-macam Program ... 18
3.Tujuan Program ... 18
B. Empowerment ... 19
1. Pengertian Empowerment ... 19
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 20
3. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 22
4. Tahapan Intervensi Dalam Proses Pemberdayaan ... 22
C. Pengertian Training ... 26
D. Pengertian Keterampilan (Skill) ... 36
E. Pengertian Kualitas ... 38
F. Pengertian Dhuafa ... 38
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH GEMILANG INDONESIA LAZ AL-AZHAR PEDULI UMMAT A. Latar Belakang LAZ Al-Azhar Peduli Ummat ... 40
B. Rumah Gemilang Indonesia... 44
1. Sejarah Rumah Gemilang Indonesia ... 44
2. Visi dan Misi Rumah Gemilang Indonesia ... 45
3. Penyelenggraan Program ... 45
4. Struktur Managemen RGI ... 46
C. Materi Pelatihan RGI ... 47
1. Materi Pelatihan Khusus ... 47
2. Materi Pelatihan Umum ... 48 vi
(11)
D. Program Pelatihan ... 49 BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM EMPOWERMENT DAN TRAINING
CENTRE DI RGI
A. Pelaksanaan Program Empowerment Dan Training
Center RGI ... 53
B. Kegiatan PETC Dalam Meningkatkan Kualitas Kaum Dhuafa di Rumah Gemilang Indonesia. ... 66 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73 B. Saran 74 ... DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Kerangka dan Jumlah Informan ... 14
2. Tabel 2 Siswa RGI Periode Agustus-Desember 2010 ... 56
3. Tabel 3 Waktu Pelatihan ... 63
4. Tabel 4 Pendidikan Pengalaman Instruktur ... 70
(13)
DAFTAR BAGAN
1. Bagan Tahapan Model Pemberdayaan Masyarakat ... 24
2. Bagan Struktur RGI ... 46
(14)
DAFTAR ISTILAH
SDM : Sumber Daya Manusia
BPS : Badan Pusat Statistik
YPI : Yayasan Pendidikan Islam
LAZ : Lembaga Amil Zakat
RGI : Rumah Gemilang Indonesia
PETC : Program Empowerment Training Center
UUPZ : Undang-undang Pendayagunaan Zakat
NGO : Non Government Organisation
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Keterangan Pengesahan Pembimbing
2. Lampiran 2 Surat keterangan Pengantar Penelitian Dari Fakultas
3. Lampiran 3 Surat keterangan Izin Penelitian Dari RGI
4. Lampiran 4 Hasil Transkip Wawancara
5. Lampiran 5 Photo-photo Kegiatan Penelitian
(16)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesejahteraan sosial dalam tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin, yang merupakan kebutuhan bagi setiap warga Negara untuk pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia.1
Indonesia sebagai salah satu negara yang mempunyai tingkat penduduk yang padat tidak luput dari masalah, terlebih lagi masih rendahnya tingkat SDM. Tentunya sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahtraan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih tingginya tingkat kemiskinan Indonesia Maret 2010 mencapai 31,02 juta.2
Sebagaimana hasil Survei BPS mengenai perkembangan tingkat kemiskinan pada periode Maret 2009 sampai Maret 2010 diketahui bahwa presentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah dimana pada Maret 2009 sebagian besar (63, 38%) penduduk miskin berada di pedesaan begitu juga pada Maret 2010 yaitu sebesar 64, 32%.3
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, ( Bandung: PT. Repika Adi Tama 2005), h. 2.
2
BPS, Data Kemiskinan Indonesia, http://bps.go.id. diakses 02 November 2010.
3 Ibid.
BPS, Data Kemiskinan di Indonesia 1
(17)
Mengacu pada data BPS tersebut, jika setiap orang tidak mempunyai SDM yang baik maka bisa dipastikan tingkat kesejahtraan manusia Indonesia akan semakin jauh tertinggal oleh bangsa lain. Dampak dari krisis global yang melanda dunia tak terkecuali Indonesia akan dirasakan bertambah parah jika tidak di imbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang baik.
Oleh karena itu perlu adanya jaminan bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat meningkatkan kualitas SDM sebagaimana yang tertuang dalam. UUD RI 1945 Pasal 28C ayat 1 yang berbunyi:
”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.
Berdasarkan pasal di atas bahwa jelas setiap orang mempunyai hak dalam meningkatkan kulitas sumber daya manusia guna memenuhi kebutuhannya. Begitupun dengan golongan orang lemah “Kaum dhuafa” yang ada di Indonesia merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak boleh termarjinalkan, hal tersebut merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai makhluk sosial terlebih lagi Negara sebagai institusi yang mengatur hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya dalam konteks hidup bernegara dan bermasyarakat.
(18)
Terlebih Indonesia merupakan mayoritas penduduk muslim tentunya upaya peningkatan Kualitas SDM merupakan salah satu ajaran pokok Islam yang diwajibkan bagi setiap Muslim sebagaimana sabda Rasullah SAW dalam sebuah hadist Shaih yang diriwayatkan oleh Ibu Majah yakni:
ط
علا
رف
ةضي
لع
لك
لسم
(
هور
نبا
هج م
)
Artinya: Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majah)
Dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas yang mempunyai kualitas SDM yang baik tentunya harus di lakukan oleh berbagai pihak yang terkait yakni pemerintah termasuk organisasi maupun berbagai lembaga sosial lainnya yang mempunyai peran aktif dalam masalah tersebut dengan berbagai cara diantaranya melakukan peningkatan profesionalisme dalam penanganannya dengan harapan dapat mengatasi masalah yang ada serta merealisasikan aspirasi dan harapan dalam peningkatan kualitas hidupnya.
Oleh karena itu perlu adanya peningkatan SDM sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak dan baik serta adanya dukungan pemerintah stakeholder serta dari berbagai kelembagaan agar dalam pelaksanaan program meningkatan SDM dapat dilaksanakan dengan profesional sesuai dengan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas dan kesinambungan program.4
Dalam hal ini, kesejahteraan sosial berkaitan dengan organisasi atau institusi pelayanan. Artinya, dengan adanya lembaga atau institusi yang ada di masyarakat dapat menciptakan atau meningkatkan sumber daya manusia melalui pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh institusi atau lembaga tersebut.
4
Bachtiar Chamsyah, Reinventing Departemen Sosial, (Jakarta: Rakyat Merdeka Books, 2006), h. 40.
(19)
Misalnya saja kaum dhuafa mereka sangat minim sekali dalam hal akses untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Melalui lembaga atau institusi sosial yang ada maka masyarakat dapat meningkatkan kulitas SDM melalui pelayanan-pelayanan yang diberikan. Pelayanan inilah yang nantinya dapat memaksimalkan akses masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Hal ini juga dijelaskan dalam UU Kesejateraan Sosial No.11 Tahun 2009 yang menjelaskan bahwa lembaga sosial menyelenggarakan kesejahteraan hidup masyarakat.5
Dalam hal ini LAZ Al-Azhar Peduli Ummat sebagai salah satu lembaga sosial yang memberikan berbagi pelayanan kepada masyarakat khususnya kaum dhuafa melalui berbagi pengelolaan program yang produktif dan vareatif dalam meningkatkan sumber daya Manusia. Salah satunya Program Empowerment dan Training Center (PETC) di Rumah Gemilang Indonesia.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin lebih jauh mengetahui bagaimana pelaksanaan PETC serta peranannya dalam meningkatkan kualitas kaum dhuafa yang di laksanakan di Rumah Gemilang Indonesia pada PETC. Dari beberapa uraian di atas, maka penulis akan menelitinya dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul.
”PROGRAM EMPOWERMENT DAN TRAINING CENTER DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS KAUM DHUAFA“ (Studi kasus di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat).
(20)
B. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti, agar lebih terfokus dan efektif dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang terkait dengan penelitian.
Diantaranya terkait dengan banyaknya program yang dilaksanakan yang ada di LAZ Al-Azhar Peduli Ummat, peneliti membatasi hanya pada PETC dalam meningkatkan kualitas kaum dhuafa di Rumah Gemilang Indonesia (RGI) Al-Azhar Peduli Ummat.
C. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam pembahasan penelitian skripsi ini adalah:
1. Bagaimana tahapan pelaksanaan Program Empowerment dan Training Center yang dilakukan di Rumah Gemilang Indonesia?
2. Kegiatan apa saja yang dapat meningkatkan kualitas kaum dhuafa dalam Program Empowerment dan Training Center di Rumah Gemilang Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan tahapan pelaksanaan program Empowerment dan Training Center dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia kaum dhuafa di Rumah Gemilang Indonesia (RGI) LAZ Al-Azhar Peduli Ummat.
(21)
2. Untuk mengetahui Kegiatan apa saja yang dapat meningkatkan kualitas kaum dhuafa dalam Program Empowerment dan Training Center di Rumah Gemilang Indonesia. E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan ialah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam kajian ilmu sosial.
b. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai program Empowerment dan Training Center dalam meningkatkan kualitas kaum dhuafa.
c. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi kompetensi pekerjaan sosial di bidang pelayanan sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Menginformasikan hasil program Empowerment dan Training Center di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat.
b. Memberikan masukan saran untuk para praktisi/tutor di Rumah Gemilang Indonesia.
(22)
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitinya bermaksud meneliti secara mendalam. Dan Bogdan dan Taylor dalam Syamsir Salam menjelaskan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.
Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.7
Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang cara pemberian pelaksanaan PETC dalam meningkatkan kualitas kaum Dhuafa di Rumah Gemilang Indonesia (RGI) LAZ Al-Azhar Peduli Ummat.
6
Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.30.
7
Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 209.
(23)
2. Sumber Data
a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari partisipan atau sasaran penelitian. Data primer yang penulis gunakan adalah observasi berperan serta dengan penulis merasakan sendiri dan terlibat langsung tinggal bersama para perserta. Dan interview atau wawancara kepada setiap unsur pelatihan/ Kegiatan. b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai
literatur, buku-buku, internet atau tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah pada penelitian ini. Seperti brosur tentang profil RGI, Web RGI dan buku panduan penyelenggaraan program diterbitkan oleh Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian lapangan di mulai pada tanggal 2 Agustus 2010 sampai dengan 15 Desember 2010. Adapun tempat yang dijadikan objek dalam penelitian ini ialah di Rumah Gemilang Indonesia (RGI) LAZ Al-Azhar Peduli Ummat Jl. Pengasinan RT 01/06 Sawangan Depok-16518 Telp: 0251. 8610547, 8610288, 8610382. Fax: 021 68160770.
(24)
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Observasi
Salah satu teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.8 Dengan kata lain observasi yaitu pengamatan langsung pada suatu objek
yang diteliti, dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pelaksanaan PETC di RGI diantaranya yang dilakukan pada:
1. Pada tanggal 02 Agustus 2010
Penulis melakukan pengamatan awal ke RGI yakni mencari informasi berbagai kegiatan yang dilakukan sebagai bahan dalam menyusun skripsi.
2. Pada tanggal 11 Agustus 2010
Penulis mengamati dan terlibat dalam kegiatan bimbingan mental spiritual meliputi kegiatan sholat dhuha berjamaah, kultum, dan membaca al-Quran yang dilakukan setiap hari sebelum melakukan kegiatan pelatihan.
3. Pada tanggal 16 Oktober 2010
Penulis mengikuti kegiatan materi pelatihan photografi.
4. Pada tanggal 18 Oktober 2010
Penulis mengikuti kegiatan materi pelatihan menjahit dan tata busana.
5. Pada tanggal 23 Oktober 2010
Penulis mengikuti kegiatan materi pelatihan computer dan informatika.
8
Husaini Usaman dan Purnomo Setiadi Akabar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakrta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 53.
(25)
6. Pada tanggal 06 November 2010
Penulis mengikuti kegiatan materi pelatihan disain grafis dan animasi.
7. Pada tanggal 13 November 2010
Penulis mengikuti sholat berjamaah dzuhur, kultum dan makan siang bersama.
8. Pada tanggal 22 November 2010
Penulis mengikuti tausiyah dan do‟a bersama yang dilaksanakan setelah sholat berjamaah.
9. Pada tanggal 10 Desember 2010
Penulis mengamati berbagai sarana yang ada di RGI seperti, perpustakaan, ruang rapat, ruang galeri, ruang kelas.
b. Wawancara
Wawancara (Interview) merupakan suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.9 Dan alat yang digunakan dalam pencatatan
data berupa alat tulis dan Tape Recorder . Pada waktu pencatatan data keberadaan peneliti diketahui oleh pihak lembaga dan peneliti menamakan teknik tersebut dengan wawancara dan pengamatan berperan serta. Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara atau pendekatan dari berbagai narasumber, selain itu wawancara dalam penelitian ini lebih diarahkan kepada bagaimana cara pelaksanaan serta pemberian pelatihan keterampilan. Adapun objek yang di jadikan sumber dalam wawancara ialah
9
(26)
orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut yaitu dilakukan diantaranya pada;
1. Tangal 11 Agustus 2010
Penulis mewawancarai bapak Agus Nafi selaku Manager dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai berbagai kegiatan mengenai program-program RGI.
2. Tangal 16 Oktober 2010
Penulis mewawancarai Ibu Siti Syarifah yang merupakan bagian keuangan RGI dengan tujuan mengetahui informasi menganai Administrasinya.
3. Tangal 22 November 2010
Penulis mewawancarai empat instruktur yang mewakili masing-masing pelatihan yakni Ibu Inayah dan Ibu Siti Syarifah.
4. Tangal 2 Desember 2010
Penuli mewawancarai siswa siswi RGI dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai respon siswa terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan di RGI, yang meliputi lima orang siwa yang mewakili di 5 kelas pelatihan yakni: Astrid, Fahmi, Tedi, Irmawati, dan Yoyo.
c. Dokumentasi,
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis. Dalam hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperoleh
(27)
dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet.10
Adapun data dan sumber yang penulis gunakan yaitu; jurnal RGI, foto kegiatan, majalah, buku induk siswa RGI. Draf jadwal kegiatan RGI dan lainnya yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.
5. Teknik Analisis Data
Pada saat menganalis data hasil observasi dan wawancara, peneliti menginterpretasikan data yang ada kemudian menyimpulkannya. Dimana peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan.11 Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam masalah penelitian.12
Analisis data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa ini diperoleh berdasarkan fenomena yang tampak pada pelaksanaan PETC di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat.
6. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu :
10Ibid
, h.73. 11
UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, h. 34.
12
(28)
a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi yaitu memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.13 Misalnya, membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. Kemudian juga membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini penulis melakukan perbandingan wawancara dari informan satu ke informan lain dan juga melakukan wawancara terhadap hasil dari obsevasi yang penulis lakukan.
b. Ketekunan/keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,14 atau dengan kata lain peneliti hanya memusatkan jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. Dalam teknik keabsahan ketekunan ini penulis melakukan pengamatan hanya kepada masalah yang sedang diteliti yaitu proses kegiatan dan dasar penilaian terhadap para peserta pelatihan yakni kaum dhuafa yang dilakukan oleh Rumah Gemilang Indonesia.
7. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku ”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.
13
Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330.
14Ibid.,
(29)
8. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan teknik dalam pemilihan informan, penulis menentukan informasi kunci (Key Information) tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sample lebih tepat dilakukan dengan sengaja (Purposive Sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orang-orang yang menjadi informan untuk di wawancarai. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan dalam tabel sebagai berikut15:
Tabel 1.1
Kerangka dan Jumlah Informan
NO Informasi yang dicari Informan Jumlah 1.
2.
3
Pelaksanan Program
Empowerment dan Training
Center di RGI.
Faktor pendukung dan Penghambat
Kegiatan Sisiwa setelah mengikuti pelatihan RGI Manager RGI Instruktur Siswa/i Alumni 1 orang 4 orang 4 orang 1 orang
Jumlah 10 orang
G. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian ini, peneliti memuat hasil penelitian yang sudah ada, dengan membandingkannya dengan judul yang akan diteliti yaitu “Program Empowerment Dan Training Center Dalam Meningkatkan Kualitas Kaum Dhuafa (Studi Kasus Di Rumah Gemilang Indonesia LAZ Al-Azhar Peduli Ummat).” Adapun beberapa kajian pemberdayaan yang pernah diteliti diantaranya ialah skripsi yang berjudul “Upaya Balai Latihan Kerja Daerah Jakarta Selatan Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia”, yang disusun oleh Dini Apriani
15
(30)
mahasiswi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Pada penelitian tersebut penulis melihat bahwa dalam pembahasannya lebih fokus pada penanganaan anak jalanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, kemudian tinjauan pada skripsi yang berjudul “Pemberdayaan ekonomi umat melalui intensifikasi zakat (studi kasus Dusun Karanggan Kulon Jatinegara, Bekasi)” yang disusun oleh Indriyani Permata Sari angkatan 2002, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dalam skripsi tersebut peneliti lebih menekankan pada bagaimana pengelolaan zakat harta, dapat memperdayakan ekonomi umat.
Dari penelitian di atas penulis menilai penelitian tersebut mempunyai fokus yang berbeda walaupun sama-sama membahas mengenai pemberdayaan. Dengan demikian penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang penulis kaji dengan harapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap perkembangan ilmu sosial, khususnya mengenai pemberdayaan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teoritis. Berisikan pembahasan mengenai Program, Macam-macam program, Tujuan program, pengertian Empowerment yang membahas didalamnya mengenai strategi pemberdayaan Masyarakat,
(31)
proses pemberdayaan masyarakat, tahapan intervensi Dalam proses pemberdayaan. Membahas pengertian Training (pelatihan) pengertian keterampilan (Skill), pengertian Kualitas, dan Pengertian Dhuafa.
BAB III Gambaran Umum Rumah Gemilang Indonesia. Menguraikan tentang latar belakang LAZ Al-Azhar Peduli Ummat, program kegiatan LAZ Peduli Ummat, program Kegiatan LAZ Al-Azhar Peduli Ummat, Rumah Gemilang Indonesia (RGI) Al-Azhar Peduli Ummat, sejarah Rumah Gemilang Indonesia, Visi dan Misi RGI, penyelenggaraan program, Struktur manajemen RGI, Materi pelatihan RGI, Program pelatihan.
BAB IV Membahas tahapan pelaksanaan Program Empowerment Dan Training Center RGI menguraikan tentang tahapan persiapan, assessment, perencanaan, evaluasi, terminasi pelaksanaan Program Empowerment Dan Training Center yang dilakukan di RGI serta membahas berbagai bentuk kegiatan PETC dalam meningkatkan kualitas kaum dhuafa, membahas faktor penghambat Dan Pendukung Pelaksanaan Program Empowerment Dan Training Center serta menganalisa PETC terhadap peningkatan kualitas Kaum Dhuafa.
(32)
LANDASAN TEORITIS
A. Program
1. Pengertian Program
Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok organisasi, lembaga, bahkan Negara. Jadi seseorang, sekelompok organisasi, lembaga bahkan Negara memiliki suatu program. Suharismi Arikunto, mengungkapkan sebagai berikut: Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
kegiatan tertentu.16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang diterbitkan oleh
departemen pendidikan dan kebudayaan (1988), definisi program adalah acara.
Maksudnya, program adalah seperti pertunjukan siaran, pagelaran, dsb.17
Dari kedua pengertian program di atas dapat penulis pahami bahwa program adalah kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa bagi lembaga tertentu ataupun dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
1
Suharismi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h.. 34.
2
Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1998). h. 702.
(33)
2. Macam-Macam Program
Macam atau jenis program dapat beragam wujud, jika ditinjau dari berbagai aspek, program ditinjau dari:
a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan, maka ukurannya adalah
seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan, dan jika program tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain,
b. Jenis, ada program pendidikan, program pemberdayaan, program koperasi,
program kemasyarakatan, dan sebagainya. Klasifikasi tersebut tergantung dari jangka yang bersangkutan,
c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang,
d. Keluasan ada program sempit dan program luas,
e. Pelaksanaannya ada program kecil ada program besar,
f. Sifatnya, ada program penting ada program tidak penting.18
3. Tujuan Program
Tujuan program adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam
proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan.19 Merupakan suatu yang
pokok dan harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu program memiliki tujuan yang tidak bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan. Tujuan program dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum
18
Suharismi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: bina aksara, 1998) , h. 2.
(34)
dan khusus. Tujuan umum biasanya menunjukkan output dari program jangka
panjang, sedangkan jangka khusus outputnya jangka pendek.20
B. Empowerment
1. Pengertian Empowerment
Empowerment berasal dari bahasa Inggris yang berarti, ”Pemberdayaan” yang secara harfiah mengandung arti pemberkuasaan.
Sedangkan menurut Lili Bariadi kata pemberdayaan diartikan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang
memuaskan.21
Beberapa ahli mendefinisikan Pemberdayaan (Empowerment) dengan
definisi yang berbeda-beda. Berikut ini definsi-definisi dari beberapa ahli:
a. Menurut Payne (1997:266) :
“Pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurai efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkataan, kemampuaan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya”.22
b. Menurut Shardlow (1998:32): definisi pemberdayaan yang diberikan para
ahli secara umum membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupaan mereka sendiri dan
20
Ibid, h. 45.
21
Lili bariadi, Zakat Dan Wira Usaha, (Jakarta:CED,2005), h. 53.
22
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakaat Dan Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktis,( Jakarta: Lembaga penerbit fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 54.
(35)
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka.23
c. Target dan tujuan pemberdayaan masyarakat dapat berbeda sesuai dengan
bidang pembangunan yang digarap meskipun pada akhirnya akan membentuk satu cita-cita yang sama yaitu kesejahtraan sosial. Bidang- bidang tersebut ialah politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, ekologi dan spiritual.24
Dari pengertian di atas dapat penulis pahami bahwa Empowerment atau
pendayagunaan merupakan upaya untuk membangun eksistensi seseorang dalam kehidupannya dengan memberi dorongan agar memiliki kemampuan dengan tujuan untuk mencapai kesejahtraan dan kemandirian sesuai apa yang di harapkan.
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi menurut Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai ilmu/seni
menggunakan sumber daya untuk melaksanakan strategi kebijakan tertentu.25
Jika dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat maka strategi adalah bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan dan sumber daya sehingga dapat
mengaplikasikannya dilapangan. Dalam konteks pekerjaan sosial,
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra Pemberdayaan (Empowerment Setting):
23
Isbandi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahtraan Sosial (Jakarat:Fakultas ekonomi UI, 2002), h.162.
24Ibid,
h.165.
25
(36)
Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, StressManagement, Crisis Intervention. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang
berpusat pada tugas (Task Centred Approach).
Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekolompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system
belajar (Large System Strategy), Karena sasaran perubahan diarahkan pada
system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian, masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompentensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi
yang tepat untuk bertindak.26
26Ibid
(37)
3. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan kesejahteraan sosial yakni meningkatkan tarap hidup yang lebih baik sangatlah sulit dalam mewujudkannya, proses yang panjang harus dilewati setahap demi setahap. Hogan (2000:20) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu
siklus yang terdiri dari lima tahapan utama yaitu:27
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memperdayakan dan tidak
memperdayakan (Recall Depowering/Empowering Experices);
b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan
pentidakberdayaan (discuss reason for depowerment/empowerment);
c. Pengindentifikasian suatu masalah atau proyek (Identify One Problem Or
Project);
d. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna (Identify Useful Power
Bases);
e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya
(Develop And Implemend Action Plans).
4. Tahapan Intervensi Dalam Proses Pemberdayaan
Dalam ilmu kesejahtraan sosial yang dilakukan dalam pemberdayaan
masyarakat. Menurut Rothman, Tropman dan Elinch interpensi yaitu.28
a. Intervensi mikro merupakan intervensi yang digunkan dalam lingkup kecil
dan memusatkan pada dua metode yaitu bimbingan sosial perorang (Social
Casework) dan bimbingan sosial kelompok (SocialGroupworking).
27
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, h.73.
28
(38)
b. Intervensi makro mencakup berbagai metode profesional yang digunakan untuk mengubah system sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik ditingkat lokal regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubangan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat. Intervensi
makro mencakup pengembangan masyarkat local (Locality Development)
perencanaan sosial (Social Planning) kebijakan (Social Policy), dan
administrasi dan manajemen (Administrations and Management).
Menurut the Gulbenkian Foundation (1970:3-34), intervensi makro dapat diidentifikasikan pada tingkatan yang menggambarkan cakupan
komunitas, yang berbeda dimana intervensi makro dapat di terapkan melalui:29
1. Grass Root ataupun Neightbourhood work (agen perubahan melakukan intervensi terhadap individu, keluarga, dan kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut misalnya saja dalam satu kelurahan ataupun (rukun tetangga);
2. Lokal Agency dan Inter-lokal Agency Work (agen perubahan melakukan
intervensi terhadap organisasi „payung‟ ditingkat local, provinsi ataupun ditingkat yang lebih luas, bersama jajaran pemerintahan yang berminat terhadap hal tersebut);
3. Regional dan national community planning work (misalnya saja, agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan yang mempuyai cakupan lebih luas dari bahasan ditingkat lokal).
Tahapan-tahapan yang harus dilewati sebagai proses yang panjang dari
sebuah pemberdayaan mempunyai dua model, dan keduanya bersifat Cyclical
yaitu siklus yang tidak terputus. Salah satu dari model tersebut akan disajikan
dalam bagan berikut ini.30
29 Ibid
.,h.60-61. 30
(39)
Bagan 4.1
Tahapan Model dalam Pemberdayaan Masyarakat Model 1
Persiapan (Engagement)
Pengkajian (assessment) Perencanaan alternatif program
atau kegiatan Performulasian rencana aksi Implementasi
Evaluasi Terminasi
Untuk memperjelas bagan di atas maka dibawah ini akan diuraikan penjelasannya.
1. Tahap Persiapan (Engagement)
Pada tahap persiapan ini ada 2 tahapan yang harus dikerjakan, yaitu pertama. Penyiapan petugas yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang
bisa juga dilakukan oleh community worker, dan penyiapkan lapangan
kerja merupakan masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.
(40)
2. Tahapan Pengkajian (Assessment)
Proses assessment dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh
masyarakat (key-personal), tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok
dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha
mengidentifikasikan masalah kebutuhan yang dirasakan (felt Needs) dan
juga sumber daya yang dimiliki klien.
3. Tahapan Perencanaan Alternative Program Atau Kegiatan (Designing)
Pada tahap ini petugas sebagai agen perubahan (change Agent) secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara penyelesaiannya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternative dan kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap Pemformulasian Rencana (Designing)
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk memformulasikan gagasan mereka kedalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal, kepada pihak penyandang dana.
5. Tahap Pelaksanaan Program Atau Kegiatan (Implementasi)
Dalam upaya melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan kerjasama antara petugas dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahap ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.
(41)
6. Tahapan Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari instruktur kepada siswa terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan. Dengan keterlibatan instruktur tersebut diharapakan para siswa didik dalam jangka pendek dapat bisa terbentuk suatu system komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat membangun komunitas masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan petugas tidak meninggalkan komunitas dengan tiba-tiba walaupun proyek harus segera berhenti. Petugas harus tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin, kemudian secara perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas sasaran.
C. Pengertian Training(Pelatihan)
Istilah Training berasal dari bahasa Inggris yang berarti pusat pelatihan.
Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik meskipun didasari pengetahuan dan sikap.31
Ife, di dalam Isbandi Rukminto Adi menyatakan bahwa pelatihan merupakan peran edukasional yang paling spesifik, karena secara mendasar
31
Soekidjo Notoadmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003), h. 28.
(42)
memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasaran bagaimana untuk
melakukan sesuatu.32
Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpul bahwa Training Center
merupakan sebuah sarana untuk memperbaiki atau meningkatakan performa atau
kualitas seseorang dalam hal tertentu dalam hal ini penulis mengartikan Training
Center sebagai usaha dalam meningkatakan kualitas sumber daya manusia.
Sebagaimana yang dilakukan dalam program Empowerment dan Training
Center di Rumah Gemilang Indonesia (RGI) disiapkan sebagai pusat pemberdayaaan dan pelatihan sehingga menjadi manusia yang mempunyai sumber daya manusia yang baik sehingga dapat menuju kehidupan yang mapaan dan sejahtera.
Dalam melakukan pelatihan terdapat beberapa unsur yang diperlukan,
antara lain sebagai berikut.33
a. Peserta Pelatihan
Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan pelatihan yang pada gilirannya menentukan efektivitas pelatihan. Karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik berdasarkan kriteria antara lain :
1. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian.
2. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu atau akan
ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
32
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 213.
33
Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan SDM (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.
(43)
3. Pengalaman kerja, pengalaman yang diperoleh dalam pekerjaan.
4. Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.
5. Pribadi yaitu aspek moral, moril dan sifat-sifat untuk pekerjaan tertentu.
6. Intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan yang dapat diketahui melalui
tes seleksi.
b. Pelatih atau Instruktur
Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan keterampilan. Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pelatih atau instruktur, yaitu :
1. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam bidang
spesialisasi tertentu.
2. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai
pelatih.
3. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik
dibandingkan dengan yang dari luar.
c. Lamanya Pelatihan
Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada:
1. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam
pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan.
2. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan.
Kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar memerlukan waktu lebih lama.
(44)
3. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut.
Dalam strategi pemberian pelatihan, dikenal adanya trilogi latihan kerja,
yaitu sebagai berikut34:
a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan
kerja.
b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses,
kaitan dengan pendidikan, latihan dan pengembangan satu dengan yang lain.
Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan pada saat melakukan pelatihan. Metode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode ceramah, adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru
terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar. Metode ini pada dasarnya berhubungan dengan interaksi berbicara antara narasumber dan peserta.
b. Metode tanya jawab, dalam metode ini narasumber umumnya berusaha
menanyakan apakah peserta mengetahui fakta tertentu yang sudah
34
Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke 7, h. 98-99.
(45)
diajarkan, dapat juga dilakukan dengan cara apresepsi, tanya jawab selingan dan tanya jawab di akhir sesi. Hal ini diharapkan terjadi interaksi di dalam kelas yang aktif sehingga peserta mempunyai peran di dalam kelas.
c. Metode demonstrasi, adalah mempraktekkan hal-hal yang terkait dengan
materi. Tujuan dari metode ini adalah membuat suasana kelas aktif dan dinamis karena proses pelatihan akan menjemukan apabila hanya dilakukan dengan cara ceramah. Demonstrasi merupakan kegiatan yang melibatkan peserta aktif sehingga partisipasi peserta akan berjalan secara maksimal.
d. Metode sosiodrama, adalah bermain peran. Dalam hal ini peserta
memainkan sebuah kasus bersama, kemudian peserta diharapkan dapat mendiskusikan apa saja yang harus dimunculkan, setelah selesai peserta diharapkan dapat merefleksikan permainan drama tersebut dalam materi yang akan disampaikan atau telah disampaikan.
e. Metode diskusi, adalah memusyawarahkan masalah-masalah yang ada di
lapangan untuk dicarikan solusinya. Format dari diskusi ini dapat
dilakukan secara kelompok maupun individual.35
Dalam melakukan pelatihan terdapat prinsip-prinsip yang harus
diketahui, yaitu sebagai berikut36 :
1. Latihan hanya dilakukan dengan maksud untuk menguasai bahan pelajaran
tertentu, melatih keterampilan dan penguasaan simbol-simbol rumus.
35
Ibnu Anshori, Modul Pelatihan, h. 10-12.
36
(46)
Latihan tidak dilakukan terhadap pengertian atau pemahaman, sikap dan penghargaan.
2. Peserta menyadari bahwa latihan itu bermakna bagi kehidupannya.
3. Latihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperoleh peserta,
misalnya fakta-fakta hafalan dan keterampilan yang baru dipelajari.
4. Latihan berfungsi sebagai diagnosis melalui reproduksi usaha membaca
berkali-kali, mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul,
latihan juga merupakan self-guidance dan mengembangkan pemahaman
dan kontrol.
5. Latihan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: latihan dilakukan
untuk mendapatkan ketepatan, selanjutnya keduanya dicari keseimbangan antara pelatihan dan ketepatan.
6. Latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu latihan yang singkat,
misalnya: latihan untuk penguasaan dan latihan untuk mengulang hasil belajar.
7. Kegiatan latihan harus hidup, menarik dan menyenangkan.
8. Latihan juga dianggap sebagai upaya sambilan untuk dilakukan seenaknya
secara insidental. Maksudnya latihan dapat dilakukan dengan semaunya dan kapan saja dalam kapasitas lebih kecil untuk mengulang suatu materi.
9. Latihan dapat mencapai kemajuan berkat ketekunan dan kedisiplinan yang
tinggi.
10. Latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, bila unsur emosi sedapat
(47)
Pemahaman mengenai pelatihan dan keterampilan dapat disimak dari penjelasan Henry Minamora yang mengatakan bahwa program pelatihan dan pengembangan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan kinerja individu dan
seluruh organisasi.37
d. Peran Pelatih atau Instruktur
Dalam setiap pelatihan, unsur dari setiap pelatih sangat berperan dalam menciptakan baik buruknya hasil dari pelatihan tersebut. Pelatih bukan hanya sebagai pemberi materi bagi peserta tetapi juga harus dapat melakukan bimbingan dengan baik. Dr. Oemar Hamalik menjelaskan peran pelatih adalah
sebagai berikut:38
1. Peranan sebagai pengajar, menyampaikan pengetahuan dengan cara
menyajikan berbagai informasinya. Diperlukan berupa konsep-konsep, fakta-fakta dan informasi lainnya yang memperkaya wawasan pengetahuan para peserta.
2. Peranan sebagai pemimpin kelas, maka setiap pelatih perlu menyusun
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
3. Peranan sebagai pembimbing, pelatih perlu memberikan bantuan kepada
peserta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam kegiatan
37
Henry Sinamora, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994), h. 49.
38
(48)
belajar, yang pada gilirannya diharapkan peserta lebih aktif membimbing dirinya sendiri.
4. Peranan sebagai fasilitator, berperan menciptakan kondisi lingkungan
yang memungkinkan peserta belajar aktif.
5. Peranan sebagai peserta aktif, pelatih sering melaksanakan diskusi
kelompok dan kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah, misalnya: merumuskan masalah, mencari data dan membuat kesimpulan.
6. Peranan sebagai ekpeditor, melakukan pencarian, penjelajahan dan
penyedian mengenai sumber-sumber yang diperlukan oleh kelas atau kelompok peserta.
7. Peranan sebagai pembelajaran, berperan menyusun perencanaan
pembelajaran, mulai dari rencana materi pelatihan disusun berdasarkan garis besar pedoman pendidikan pelatihan, perencanaan harian dan perencanaan satuan acara pertemuan.
8. Perananan sebagai pengawas, pelatih harus mengawasi kelas secara terus
menerus supaya pembelajaran senantiasa terarah.
9. Peranan sebagai motivator, pelatih perlu terus menggerakkan motivasi
belajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran maupun di luar kelas pada setiap kesempatan yang ada.
10. Peranan sebagai evaluator, pelatih berkewajiban melakukan penilaian pada
(49)
11. Peranan sebagai konselor, jika diperlukan dan memungkinkan maka pelatih dapat juga memberikan penyuluhan tentang kesulitan pribadi dan sosial.
12. Peranan sebagai penyidik sikap dan nilai, sistem nilai yang dijadikan
panutan hidup dan sikap para peserta pelatihan perlu diselidiki.
e. Manfaat Pelatihan
Banyak hal yang bisa didapat dalam melakukan pelatihan. Baik untuk peserta pelatihan maupun penyelenggara pelatihan. Ada sedikitnya tujuh manfaat yang dipetik melalui penyelenggaraan program pelatihan dan
pengembangan, yaitu :39
1. Peningkatan produktifitas kerja organisasi.
2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan.
3. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat.
4. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dan organisasi.
5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui paparan gaya
manajerial yang partisipatif.
6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif.
7. Menyelesaikan konflik secara fungsional.
Sedangkan menurut Dr. Oemar Hamalik, kegiatan pelatihan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta yang menimbulkan
39
Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997), h. 183-184.
(50)
perubahan aspek-aspek kognitif, keterampilan-keterampilan dan sikap.40
Contoh kemampuan tersebut antara lain:
a. Kemampuan membentuk dan membina hubungan antar perorangan dan
organisasi.
b. Kemampuan menyesuaikan diri dengan keseluruhan lingkungan kerja.
c. Pengetahuan dan kecakapan untuk melakukan suatu pekerjaan.
d. Kebiasaan, pikiran, dan tindakan serta sikap dalam pekerjaan.
Dalam hal ini, tujuan pelatihan secara umum adalah pengembangan kualitas sumber daya manusia yang bersumber dari kualitas manusia seperti
yang diharapkan antara lain dari aspek-aspek sebagai berikut.41
a. Meningkatan semangat kerja.
b. Pembinaan budi pekerti.
c. Meningkatan taraf hidup.
d. Meningkatkan kecerdasan.
e. Meningkatkan keterampilan.
f. Meningkatkan derajat kesejahteraan.
g. Meningkatkan lapangan pekerjaan.
h. Meningkatkan pembangunan dan pendapatan.
i. Meningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
40
Oemar Hamilik, Manajemen Pelatihan, h. 12.
41Ibid.,
(51)
D. PengertianKeterampilan (Skill)
Keterampilan disebut juga Skill yaitu kata serapan dalam bahasa Inggris
yang berarti: keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang memampukan
seseorang untuk melakukan pekerjaan. Skill juga bisa diartikan sebagai
keterampilan/how-to atau cara untuk melakukan sesuatu, landasan dari skill
adalah pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan. Skill mempunyai
karakter bisa ditransfer dari individu ke individu lainnya melalui proses pembelajaran bertahap. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci utama
bagi seseorang untuk menguasai skill yang baru.
Menurut W. Gulo, keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan suatu
ketautan yang utuh.42
Sudirman A. M. menjelaskan bahwa keterampilan ada 2 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan jasmani.
Yaitu keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau keterampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
42
(52)
2. Keterampilan rohani.
Yaitu keterampilan yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan. Keterampilan berfikir serta kreatif untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah.
Di zaman yang semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan
dianjurkan untuk memiliki life skill sehingga dapat bersaing dengan yang lain.
Secara umum ada dua macam life skill yaitu: personal life skill (kecakapan
personal) dan social life skill (kecakapan sosial). Kecakapan mengenal diri
meliputi kesadaran sebagai makhluk tuhan, kesadaran eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan berfikir meliputi menggali informasi, mengolah informasi mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tulisan dan kecakapan kerjasama.(Depdiknas, 2003:8)
Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life
skill ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan) b. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja) c. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna)
d. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).43
43
Artikel di akses pada 10 Desember 2010 dari Andreas 04 oleh Andreas Viklund, WordPress.com.
(53)
E. Pengertian Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kualitas” berarti tingkat
baik buruknya sesuatu, sedangkan berkualitas adalah mempunyai kualitas,
bermutu baik.44
Davis dalam Yamit membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia
dan produk yang berkualitas.45
Dari uraian di atas dapat penulis pahami bahwa kulitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf sesuatu. Adapun pengertian dalam penelitian ini lebih kepada baik buruknya atau tinggi rendahnya keadaan SDM yang dimiliki kaum dhuafa.
F. Pengertian Dhuafa
Perkataan Dhuafa dalam kosa kata Al-Quran merupakan bentuk jama dari
perkataan dari kata dha’fa, yadhu’ufu, dhua’fan atau dha’fa yang secara umum
mengandung dua pengertian, lemah dan berlipat ganda. Tentu saja yang
44
Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 502.
45
Arianto, Artikel diakses tanggal 30 Agusutus 2009 dari http://smileboys.blogspot.com/ 2008/ 07/pengertian-kualitas.html
(54)
dimaksudkan dalam konteks pembahasan ini dhua‟fa secara literal berarti orang
-orang yang lemah.46
Dari pengertian di atas, lebih banyak kategori dha”if fi al-hadi yang
terjadi di Indonesia yakni lemah karena keadaan sosial ekonomi yang dihadapinya, ini semata-mata terjadi bukan karena keterbatasan yang dimiliki masing-masing individu masyarakat secara fisik maupun intelektual.
1. Kriteria Dhuafa
Adapun beberapa penyebab kemiskinan.47
a. Kemiskinan yang disebabkan oleh kelemahan fisik yang menjadi
penghalang dirinya dalam mendapatkan penghasilan yang besar.
b. Kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mencari
pekerjaan, karena ditutupnya pintu-pintu pekerjaan yang halal sesuai dengan keadaan para fakir miskin tersebut.
c. Kemiskinan ketiga ini bukan disebabkan karena pengangguran atau karena
ia tidak menemukan pekerjaan yang sesuai, tetapi pada kenyataanya ia bekerja dan mendapatkan penghasilan tetap. Namun sayangnya penghasilan dan pemasukan tidak seimbang dengan pengeluaran. Pendapatannya tidak mampu memenuhi semua kebutuhannya dan tidak
mampu mewujudkan kecukupan.48
46
Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhua’fa,(Jakarta :Dakwah Press UIN Syarief Hidayatullah, 2008 ), cet-1. h. 11.
47
Ibid, h. 10.
48
(55)
GAMBARAN UMUM RUMAH GEMILANG INDONESIA LAZ AL-AZHAR PEDULI UMMAT
A. Latar belakang LAZ Al-Azhar Peduli Ummat
Al-Azhar Peduli Ummat adalah lembaga amil zakat yang dibentuk oleh pesantren Islam Al-Azhar untuk mengelola dana zakat, infak, dari muzaki untuk disalurkan kepada Mustahik sebagai hak mereka lembaga ini resmi dibentuk oleh badan pengurus Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar pada tanggal 1 Desember 2004 melaluli SK Nomor 079/XII/KEP/BPYPIA/1425. 2004 yang ditanda tangani oleh ketua badan pengurus YPI Al-azhar yaitu oleh bapak H. Rusydi Hamka dan sekertaris bapak H. Nasroulah Hamzah. yang beralamat di Jl. Sisingamaharaja, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Sesuai dengan Undang-Undang No.38 tahun 1999, tentang pengelolaan Zakat dilakukan oleh pemerintah yaitu:
a. Pusat oleh menteri Agama
b. Daerah Provinsi oleh Gubernur atas usul kepala kantor wilayah Departemen
Agama Provinsi
LAZ Al-Azhar “Menjadi institusi pengelola zakat yang amanah dan
profesional dalam penyelenggaraan berbagai program pemberdayaan ummat dan mempunyai misi untuk menyalurkan zakat, infak dan shadaqah, menghimpun dana pengelola ZIS secara profesional dan transfaran, menjadikan jembatan
(56)
antara muzaki dan mustahik, penyelenggara berbagai program pendidikan, dakwah, sosial, dan kemaslahatan umat dan menyelenggarakan berbagai program pemberdayaan program ekonomi umat berbasis pendidikan dan dakwah
Adapun strategi umum dari LAZ Al-Azhar Peduli Ummat yakni memanfaatkan seoptimal mungkin citra YPI Al-Azhar dalam merealisasikan muzaki yang potensial, baik internal maupun external secara individu maupun lembaga, menciptakan program pendistribusian zakat yang tepat sasaran dengan prioritas mustahik yang secara ekonomi paling tidak berdaya, untuk melakukan koordinasi dengan instansi terkait, menggunakan teknologi informasi terkini dan mengoptimalkan SDM yang tersedia.
Dan mempunyai sasaran mewujudkan LAZ Al-Azhar Peduli Ummat sebagai insititusi pengelola zakat yang dikukuhkan pemerintah dalam kuruan waktu 2 tahun. Memiliki unit pengumpul zakat di setiap sekolah universitas dilingkungan YPI Al-Azhar dalam tahun pertama. Memiliki kerja sama dengan
bank-bank syari‟ah dalam pengumpulan zakat, sekurang-kurangnya 3 Bank dalam
tahun pertama dan memiliki SDM yang berkualitas dalam jumlah yang memadai sesuai kebutuhan Mempunyai program pendistribusian zakat yang menjangkau 8 Asnaf dengan sebaran lebih dari 10 provinsi dalam waktu 2 tahun, memiliki program pendayagunaan zakat dan non-zakat yang teransfaran dan memiliki jaringan kemitraan dengan BMT, sekurang-kurangnya 20 BMT dalam kurun dua tahun.
(57)
Seiring perkembangannya LAZ Al-Azhar mempunyai jejaring yang terbesar di Indonesia, jejaring ini merupakan program kerja sama YPI Al-Azhar dengan LAZ yang berada di daerah masing-masing dari berbagai program pemberian bantuan dana zakat yang berada di wilayah tersebut akan dijalankan oleh jejaring LAZ Al-Azhar Peduli Ummat.
1. Program Kegiatan LAZ Al-Azhar Peduli Ummat
Berkaitan dengan program kegiatan LAZ Al-Azhar peduli ummat meliputi berbagai kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan dilingkungan YPI Al-Azhar. Realisasi setiap program disesuaikan dengan ketersediaan dana zakat dan non zakat berdasarkan skala prioritas yang telah ditetapkan oleh badan pelaksana LAZ Al-Azhar. Disamping itu, dalam merealisasikan setiap program yang telah ditetapkan, Badan Pelaksana LAZ Al-Azhar Peduli Ummat wajib memperhatikan ketentuan tentang persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana ditetapkan dalam bab V keputusan Mentri Agama RI No. 373 Tahun 2003 tentang pelaksanan UUPZ.
Adapun berbagai program kegiatan tersebut sebagai berikut:
a. Program kegiatan di bidang Dakwah,
b. Program kegiatan di bidang sosial,
c. Program kegiatan di bidang kemaslahatan,
d. Program Charitiy dan
(58)
Salah satu Prestasi Al-Azhar Peduli Ummat dalam berbagai program yang dilaksanan ialah mendirikan rumah Gemilang Indonesia (RGI), pusat pendidikan dan keterampilan yatim dan Dhuafa pada tahun 2009 sebagai
pusat Empowerment (pemberdayaan) dan TrainingCenter (pusat pelatihan).
2. Sedangkan yang menjadi Arah dari LAZ Al-Azhar peduli Ummat sebagai
berikut:
a. Sebagai institusi pengelola zakat, infaq dan shadah, hibah, wasiat, waris
dan kafarat yang menerapkan prinsip pengelolaan yang profesional, transparan, dan bertanggung jawab.
b. Sebagai sarana penghubung formal antara pihak Muzaki dan mustahik
berdasarkan tuntunan agama dan peraturan pemerintah.
c. Sebagai sarana penghimpun dana masyarakat untuk dimanfaatkan sebesar
besarnya bagi peningkatan kesejahtraan ummat.
d. Sebagai fasilitator yang memotivasi berbagai kalangan masyarakat untuk
berzakat, baik perorangan maupun badan hukum, badan usaha.
e. Sebagai sarana untuk meningkatkan peran serta YPI Al-Azhar dibidang
(59)
B. Rumah Gemilang Indonesia (RGI) Al-Azhar Peduli Ummat 1. Sejarah Rumah Gemilang Indonesia
Rumah Gemilang Indonesia (RGI). berdiri di lahan wakaf seorang donatur seluas 1.600 meter persegi di Kampung Kebon Kopi, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. RGI, sebuah unit program pemberdayaan dan pusat pelatihan di bawah direktorat Program Al-Azhar Peduli Ummat. Secara resmi, RGI mulai beroperasi sejak I Juni 2009 dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah Kec. Sawangan Kota Depok.
Sebagai bagian dari program pemberdayaan Al-Azhar Peduli Ummat,
RGI mengadopsi Platform pesantren, tapi fokus pada penyelenggaraan
pendidikan non formal dalam bentuk Short Course (kursus singkat). Perpaduan
ini bertujuan agar para peserta pelatihan RGI tidak hanya menyerap pengetahuan dan keterampilan unggul yang menjadi pondasi masa depan mereka, tapi juga memiliki pengetahuan dan dasar akidah iman yang baik.
Dalam peran Empowering, RGI disiapkan sebagai pusat pemberdayaan
dan Entrepreneur. Seluruh produk yang dihasilkan RGI, disiapkan sebagai produk bisnis yang akan menopang operasional RGI dan menjadi wahana bagi para peserta RGI memasarkan hasil karyanya. Tujuannya meningkatkan taraf ekonomi alumni RGI untuk mendapatkan kehidupan lebih baik, mandiri, berjiwa sosial, dan memiliki nilai-nilai agama dengan baik. Adapun yang menjadi visi misi dari RGI ialah:
(60)
2. Visi dan Misi RGI
Adapun visi dan misi dari RGI sebagai berikut:
a. Visi menjadi pusat pemberdayaan dan pelatihan keterampilan bagi
generasi muda produktif untuk mencapai masa depan gemilang.
b. Misi
1. RGI menjadi pusat pengetahuan dan keterampilan untuk generasi
produktif.
2. Melahirkan SDM yang semula tidak punya harapan menjadi SDM
dengan keahlian yang dapat diserap bursa kerja.
3. Menjadikan alumni RGI berubah menjadi pribadi dengan karakter
baik, kreatif, mandiri, percaya diri dan berjiwa Entrepreneur
4. RGI menjadi Business Center bagi produk yang dihasilkan alumni RGI
dan produk masyarakat lokal. 3. Penyelenggaran Program
Sejak berjalannya aktivitas pelatihan RGI pada Juli 2009, sampai saat ini RGI mendapat apresiasi dan dukungan dari masyarakat, lembaga swasta, NGO, pemerintah, dan perusahaan. Di berbagai event pameran nasional, karya RGI juga turut ditampilkan. Para peserta RGI yang dulu dari kalangan biasa, telah merambah dalam pentas persaingan keterampilan dalam fotografi, videografi, menjahit, tata busana, disain grafis, animasi dan teknik komputer informatika.
(61)
Masa pelatihan untuk satu angkatan diselesaikan dalam 4 bulan. Tiga bulan pelatihan ketrampilan teori dan praktek, sedangkan satu bulannya pemagangan ke lembaga atau instansi yang terkait dengan keahlian masing-masing peserta sesuai kelas yang dipilihnya.
4. Struktur Manajemen RGI:
Adapun struktur manajemen RGI dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:
Bagan 3.1
Struktur Manajemen RGI
Kelas Photografi dan Videografi
Manager Putra
GM Siswa Putri Penanggung Jawab Program
Manager RGI Administrasi & Keuangan
Instruktur
Kelas Teknik komputer Dan Informatika Kelas Menjahit Dan Tata
Busana
Kelas Desain Grafis dan Animasi
GM Siswa Putara
Kelas Menjahit Dan Tata Busana
Kelas Photografi dan Videografi
Kelas Desain Grafis dan Animasi Manager Putri
(62)
C. Materi Pelatihan RGI
Perpaduan aspek pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotorik menjadi karakter materi-materi pelatihan RGI. Ketiga aspek tersebut diorentasikan dapat melahirkan sumber daya insani yang memiliki karakter kreatif, produktif, mandiri dan berdaya saing serta berakhlak mulia. Silabus dan konten materi pelatihan diramu dan disusun oleh para instruktur berpengalaman. Secara umum, konten pengajaran di RGI meliputi:
1. Materi Pelatikan Khusus
Adalah materi-materi keahlian khusus untuk masing-masing kelas keterampilan, yaitu :
a. Kelas Menjahit dan Tata Busana
b. Kelas Teknik Komputer dan Informatika
c. Kelas Fotografi dan Videografi
d. Kelas Desain Grafts dan Animasi
Konten pelatihan meliputi penyampaian materi-materi keterampilan dalam
kelas, praktek lapangan, Factory and Journalistic Tour, kunjungan ke
lembaga/instansi terkait untuk memperkaya wawasan dan pengalaman tentang dunia usaha dan kewirausahaan.
(63)
2. Materi Pelatihan Umum
Adalah materi umum untuk semua peserta pelatihan, yaitu:
a. Materi Menulis Kreatif
Materi ini sangat penting dikuasai oleh semua peserta pelatihan terutama kelas fotografi dan videografi, desain grafis dan teknik komputer. Kemampuan menulis dan komunikasi melalui bahasa tulis sangat menunjang peserta dalam melengkapi karya-karya yang akan dihasilkan dalam bentuk foto, video/film, karya desain, webdesain, dll
b. Materi Capacity and Institutional Building.
Pematangan sikap mental secara pribadi dan penguatan peserta untuk berkelompok/berorganisasi sangat penting dimiliki oleh
semua peserta. Pada materi ini, peserta diarahkan bagaimana me-manage
diri dan mengoptimalkan bakat dan kemampuannya. Setelah pribadi-pribadi kuat terbentuk, peserta juga dibimbing bagaimana membentuk kelompok, mengorganisasi komunitas terutama yang berkaitan dengan inisiatif kewirausahaan dan secara umum mampu memiliki jiwa leadership yang baik untuk keluarga dan masyarakat luas.
3. Pendampingan Mental Spiritual
Lulusan RGI diharapkan tidak hanya memiliki keahlian dan keterampilan tertentu, namun lebih penting lagi adalah memiliki kepribadian, sikap mental,
perilaku yang baik sehingga mampu menjadi Agent Of Change untuk keluarga
(64)
Pendampingan dilakukan selama proses pelatihan dari pagi sampai dengan sore hari. Pendamping dan instruktur khusus disiapkan untuk pembentukan dan penguatan karakter, mental spiritual. Adapun bentuk kegiatannya adalah :
1. Shalat dhuha bersama
2. Tadarus Al- Qur'an
3. Taushiyah Agama
4. Bedah Jiwa dan Pembentukan Karakter
5. Kajian Tafsir dan Hadits
6. Kuliah Dhuhur
7. Kuliah Ashar
8. Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa)
9. Tadabur Alam
D. Program Pelatihan
Program pelatihan terdiri 2 kelompok kelas, yaitu :
1. Kelas Reguler
Yaitu pelatihan keterampilan bagi generasi usia produktif dengan jam belajar hari Senin sampai Jumat didampingi oleh instruktur-instruktur berpengalaman. Kelas regular ini terdiri dari :
a. Kelas Menjahit dan Tata Busana
Peserta diberikan materi menjahit dan tata busana mulai dari pengenalan mesin jahit dan pirantinya, keterampilan menjahit, membuat
(65)
pola sampai bagaimana hasil jahitan menarik dan bisa dipasarkan. Peserta ditargetkan memiliki kompetensi operator, penjahit mandiri dan perancang busana. Secara umum materinya adalah :
1) Pengetahuan tata busana
2) Pemahaman dasar-dasar pola
3) Pemahaman teknik menjahit
4) Teori dan teknik mengukur
5) Menggambar dan membuat pola
6) Modul praktek, yaitu menjahit baju blouse, rok, baju anak-anak,
celana, kebaya, gamis, kebaya, kerudung, mukena, dll.
b. Kelas Desain Grafis dan Animasi
Materi-materi dasar desain grafis dan pendukungnya yang disiapkan instruktur untuk peserta adalah :
1) Basic design
2) Pengenalan software desain (Corel, Photoshop dan Indisain)
3) Teori gambar tangan
4) Teknik animasi
5) Basic jurnalistik
6) Editing foto
7) Editing video
(66)
c. Kelas Fotografi dan Videografi Materi pelatihan yang diajarkan untuk kelas fotografi dan videografi adalah:
Basic photography Basic videography Improving digital images,
praktek photography, praktek videography Editing foto, dan praktek Editing
video Basic jurnalistik yang mana peserta ditargetkan memiliki kompetensi
photografer, cameraperson, photojournalist, video editing dan lainnya.
1) Kelas Teknik Komputer dan Informatika
Keahlian ilmu komputer yang diajarkan di kelas teknik komputer adalah :
a) Pengenalan Hardware Computer
b) Pengenalan Software Computer Basic Programming (Web Design,
Software, Internet)
c) Teknik perakitan
d) Office 2007
Kompetensi yang diharapkan adalah sekretaris, administrasi,
perakit komputer, Web Designer, Programmer, pengusaha rental
komputer, dll.
2. Kelas Non Reguler
a. Kelas Santri Melek Teknologi. Kelas khusus bagi para santri pondok
pesantren yang masih sangat minim akses belajar teknologi bahkan buta teknologi. Peserta pelatihan 20 santri dan kelas dilaksanakan setiap hari
(67)
Sabtu. Setelah mengikuti pelatihan santri diharapkan menjadi melek teknologi, mampu mengenal dan mengoperasikan komputer. Program ini
juga sebagai Entrypoint pemberdayaan pesantren.
b. Kelas Ibu Kreatif Kelas khusus bagi ibu-ibu rumah tangga untuk belajar
menjahit keterampilan tangan dengan singkat seperti membuat mukena, kerudung, sarung kulkas, sarung dispenser, sarung bantal, dll. Kelas ini dilaksanakan setiap hari Sabtu dan diikuti oleh 40 orang. Selain dapat menguasai beragam keterampilan, peserta diharapkan mampu kreatif,
produktif dan dapat menambah penghasilan keluarga dengan skill
(68)
PROGRAM EMPOWERMENT DAN TRAINING CENTER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KAUM DHUAFA DI RGI
A. Pelaksanaan Program Empowerment dan Training Center di Rumah Gemilang Indonesia.
Dari penelitian yang penulis lakukan di RGI dapat diketahui bahwa pelaksanaan PETC di RGI memfokuskan pada penyelenggaraan pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan dan keterampilan serta pembentukan akidah dan mental hal tersebut terlihat dari berbagai pelaksanaan PETC yang banyak mengandung nilai-nilai Ke-Islaman dengan demikian menurut penulis pelaksanaan PETC tidak hanya menyerap pengetahuan dan keterampilan saja tetapi juga mempunyai pondasi yang kuat untuk masa depan mereka hal tersebut diperkuat bapak Agus Nafi selaku Manager RGI yang menyatakan bahwa:
” Tujuan dari PETC ialah meningkatkan taraf ekonomi alumni RGI untuk mendapatkan kehidupan lebih baik, mandiri, berjiwa sosial, dan memiliki nilai-nilai agama dengan baik ”.49
Untuk melihat secara lebih jauh pelaksanaan program yang dilakukan di RGI dalam upaya peningkatan kualitas kaum dhuafa penulis akan memaparkan tahapan pelaksanaan program tersebut dilihat dari prinsip dan unsur dalam sebuah program.
1
Wawancara Penulis dengan Bapak Agus Nafi, (Salah Seorang Manger RGI), Depok, 10 Desember 2010
53 1
(1)
LAMPIRAN PHOTO WAWANCARA PENELITIAN
Keterangan:
Wawancara penulis dengan manager RGI Bapak Agus Nafi di Kantor RGI. Tanggal 10 Desember 2010.
Keterangan:
Wawancara penulis dengan Ibu Inayah yang merupakan salah seorang Instruktur Tatabusana. Tanggal 10 Desember 2010.
Keterangan:
Wawancara penulis dengan Ibu Siti Syarifah yang merupakan bagian Administrasi Keuangan RGI. Tanggal 10 Desember 2010.
(2)
Depok, 10 Desember 2010.
Keterangan:
Wawancara penulis dengan Astrid (tengah) dan Irmawati (kanan) Depok,
Depok, 10 Desember 2010.
Keterangan:
Wawancara penulis dengan Sulistiwati salah seorang siwi didik RGI. Depok 10 Desember 2010.
(3)
LAMPIRAN KEGIATAN
Program Empowerment Dan Training Center di RGI
Photo Kegiatan Kelas Teknik Komputer dan Informatika Depok, 11 Des 2010 Photo Kegiatan Kelas Menjahit dan Tata Busana, Depok, 11 Des 2010
(4)
Photo Kegiatan Belajar, Depok, 12 Des 2010
Photo Kegiatan Kultum, Depok, 12 Des 2010 Photo Kegiatan Makan siang, Depok, 12 Des 2010
(5)
LAMPIRAN KEGIATAN
Program Empowerment Dan Training Center di RGI
Ruang Sablon Kaos RGI Lab. Editing Photo RGI
Kegiatan, Praktek Ruang Perpustakan RGI
Kegiatan Materi Kelas Kegiatan Latihan Photografer RGI
Ruang Galery RGI Ruang Desain, RGI
(6)