15
BAB II PENGANGKUTAN UDARA MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN
A. Pengartian dan Landasan Hukum Pengangkutan Udara
1. Pengertian Pengangkutan Udara
Istilah “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut atau membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan
sebagai “pembawaan barang-barang atau orang-orang penumpang.
10
Pengertian pengangkutan
adalah perjanjian
timbal-balik antara
pengangkut dengan pengirim, di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke
tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.
11
Pengangkutan dalam arti luas dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan M. N Nasution menyatakan
pengangkutan adalah hal yang membuat sebuah bangsa menjadi besar dan makmur, yakni tanah yang subur, kerja keras, dan kelancaran pengangkutan orang
dan barang dari satu bagian negara ke bagian bagian lainnya.
12
10
Hasim Purba, Op. Cit, hal. 3.
11
H. M. N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003, hal. 2.
12
M. N. Nasution, Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008, hal. 3.
Dalam hal ini unsur-unsur pengangkutan ialah sebagai berikut :
13
a. Ada sesuatu yang diangkut
b. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutnya, dan
c. Ada tempat yang dapat dilalui alat angkut.
Proses pengangkutan itu merupakan gerak dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan di mana angkutan itu diakhiri.
Pengangkutan juga dapat diartikan dalam arti sempit yang meliputi kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiunterminalpelabuhanbandara
tempat pemberangkatan ke stasiunterminalpelabuhanbandara tujuan. Untuk menentukan pengangkutan itu dalam arti luas atau arti sempit bergantung pada
perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh pihak-pihak, bahkan kebiasaan masyarakat.
14
Fungsi Pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan
nilai merupakan tujuan dari pengangkutan, yang berarti bila daya guna dan nilai di tempat baru itu tidak naik, maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab
merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si pedagang. Fungsi pengangkutan yang demikian itu tidak hanya berlaku di dunia perdagangan saja,
13
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, FH UII Press, Yogyakarta, 2006, hal. 178.
14
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 4.
tetapi juga berlaku di bidang pemerintahan, politik, sosial, pendidikan, hankam dan lain-lainnya.
15
Subjek hukum pengangkutan terdiri dari : a.
Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan b.
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan Objek hukum pengangkutan terdiri dari :
a. Alat pengangkut
b. Muatan yang diangkut
c. Biaya pengangkutan
d. Dokumen pengangkutan
Adapun tujuan dari pengangkutan ialah untuk tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi penumpang ataupun barang yang
diangkut. Tiba di tempat tujuan artinya proses pemindahan dari satu tempat ke tempat ke tempat tujuan berlangsung tanpa hambatan dan kemacetan, sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Dengan selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya yang mengakibatkan luka, sakit, atau
meninggal dunia.Jika yang diangkut itu barang, selamat artinya barang yang diangkut tidak mengalami kerusakan, kehilangan, kekurangan, atau kemusnahan.
16
Adapun jenis-jenis pengangkutan sesuai dengan alat angkut yang ada sesuai dengan wilayah pengangkutannya, Ridwan Khairandy mengklasifikasikan
macam-macam moda pengangkutan sebagai berikut:
17
15
H. M. N Purwosutjipto,Op. Cit., hal. 1-2.
16
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 15.
17
Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal. 179.
a. Pengangkutan Darat :
1. Pengangkutan melalui jalan raya
2. Pengangkutan dengan kereta api
b. Pengangkutan Laut
c. Pengangkutan Udara
Sedangkan Hasim Purba membedakan jenis-jenis pengangkutan itu sebagai berikut:
18
a. Pengangkutan di darat, yang terdiri dari:
1. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor
2. Pengangkutan dengan kereta api
3. Pengangkutan dengan tenaga hewan
b. Pengangkutan di perairan yang terdiri dari:
1. Pengangkutan di laut
2. Pengangkutan di sungai dan danau
3. Pengangkutan penyeberangan
c. Pengangkutan udara.
Pengertian angkutan udara atau pengangkutan udara itu sendiri telah diuraikan pada ketentuan umum Undang-Undang No.1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan yang berbunyi: “Setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut
penumpang, kargo, danatau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
” Pengangkutan udara ialah pengangkutan yang diangkut dengan pesawat
udara, pesawat udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer
18
Hasim Purba, Loc. Cit, hal. 9.
karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.
Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri.
Kegiatan angkutan udara terbagi dua, angkutan udara niaga dan angkutan udara bukan niaga, tujuan khusus pengangkutan udara dengan pesawat udara
niaga ialah:
19
1. Mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat,
aman, nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari praktik persaingan usaha yang tidak sehat
2. Memperlancar arus perpindahan orang danatau barang melalui udara dengan
mengutamakan dan melindungi pengangkutan udara dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional
3. Membina jiwa kedirgantaraan
4. Menjunjung kedaulatan Negara
5. Menciptakan daya saing dengan pengembangan teknologi dan industri
pengangkutan udara nasional 6.
Menunjang, menggerakan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional
19
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 22.
7. Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara 8.
Meningkatkan ketahanan nasional, dan 9.
Mempererat hubungan antar bangsa
2. Landasan Hukum Pengangkutan Udara