Perjanjian pengangkutan udara dijelaskan pada Pasal 1 ayat 29 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 berbunyi:
“perjanjian antara pengangkut dan pihak penumpang danatau pengirim kargo untuk mengangkut penumpang danatau kargo dengan pesawat udara, dengan
imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa yang lain. ”
Dalam kontrak pengangkutan, materi kontrak adalah penyerahan kargo dari pengirim kepada pengangkut atau agen pengangkut. Hal ini sesuai dengan
persyaratan umum general condition IATA Pasal 6 ayat 3 yang menyatakan perjanjian mengikat segera setelah pengangkut menyetujui untuk mengangkut
kargo dengan surat kargo udara the contract as soon as a carrier agrees to transport the good with airway bill yang menimbulkan dugaan pengangkut sudah
menandatangani surat kargo udara pada waktu kargo diserahkan. Ketentuan ini memungkinkan surat kargo udara hak adalah dapat menolak sudah ditandatangani,
sedangkan kargo belum diserahkan kepada pengangkut, oleh karena itu, penerapannya harus dikaitkan pula dengan asas konsensual consideration, dan
equity dalam perjanjian pengangkutan udara.
E. Penyelenggaraan Pengangkutan Udara
Konsep penyelenggaraan pengangkutan di mana perjanjian pengangkutan yang dibuat secara sah mengikat kedua belah pihak, yaitu pengangkut dan
penumpang atau pengirim. Antara kedua belah pihak tercipta hubungan kewajiban dan hak yang perlu direalisasikan melalui proses penyelenggaraan
pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Proses penyelenggaraan pengangkutan adalah rangkaian perbuatan pemuatan penumpang atau barang ke
dalam alat pengangkut, pemindahan penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan yang telah disepakati, dan penurunan
penumpang atau pembongkaran barang di tempat tujuan.
45
Proses penyelenggaraan pengangkutan kereta api, darat, laut, dan udara yang terdiri atas serangkaian perbuatan pemuatan, pemindahan, dan penurunan
penumpang atau pembongkaran barang akan melibatkan berbagai perusahaan penunjang pengangkutan. Tanpa didukung oleh perusahaan penunjang tersebut,
penyelenggaraan pengangkutan akan sulit berlangsung secara cepat, lancar, dan tepat guna. Beberapa perusahaan penunjang penyelenggaraan pengangkutan yang
dimaksud antara lain adalah:
46
a. Perusahaan keagenan penumpang trevel agency
Yang bergerak di bidang jasa pengantara pengangkutan penumpang antara perusahaan pengangkutan dan penumpang. Contohnya adalah travel agent
dan travel bureau. b.
Perusahaan ekspedisi muatan cargo agency Yang bergerak di bidang jasa pengantar pengangkutan barang antara
perusahaan pengangkutan dan pengirim barang. Contohnya adalah ekspedisi muatan kereta api EMKA, dan ekspedisi muatan kapal laut EMKL,
ekspedisi muatan kapal udara EMKU yang umumnya disebut Cargo Forwarding Company.
45
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 173
46
Ibid.
c. Perusahaan muat bongkar cargo handling company
Yang bergerak di bidang jasa pemuatan barang ke dalam alat pengangkutan atau jasa pembongkaran barang dari alat pengangkutan ke dermaga atau
tempat yang ditentukan. d.
Perusahaan pergudangan warehousing company Yang bergerak di bidang jasa penyimpanan barang yang akan dimuat ke
dalam atau barang yang dibongkar dari alat pengangkut guna memudahkan proses penyelesaian dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan dan
penyerahan barang.
47
Lingkup penyelenggaraan pengangkutan, apabila diperinci, proses penyelenggaraan pengangkutan kereta api, darat, perairan, dan udara selalu
meliputi lima tahap kegiatan, yaitu tahap persiapan, pemuatan, pengangkutan, penurunanpembongkaran, dan penyelesaian. Setiap tahap diuraikan satu demi
satu seperti berikut ini:
48
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini para penumpang atau pengirim mengurus penyelesaian biaya pengangkutan dan dokumen pengangkutan serta dokumen-dokumen lainnya
yang diperlukan bagi pengangkutan barang, misalnya dokumen perpajakan dan dokumen perizinan. Pengangkut menyediakan alat pengangkut pada hari,
tanggal, dan waktu yang telah disepakati berdasarkan dokumen pengangkutan yang telah diterbitkan. Pengurusan biaya pengangkutan dan dokumen
pengangkutan serta dokumen-dokumen lainnya oleh penumpang atau
47
Ibid. hal.174.
48
Ibid.
pengirim dapat diwakilkan kepada pihak lain, seperti agen perjalanan ataupun perusahaan ekspedisi muatan.
b. Tahap Pemuatan
Pada tahap ini penumpang yang sudah memiliki karcistiket penumpang dapat naik dan masuk alat pengangkutan yang telah disediakan berdasarkan
peraturan dan tata tertib yang berlaku. Pada pengangkutan barang, pengirim atau ekspeditur yang mewakilinya menyerahkan barang kepada pengangkut
untuk dimuat dalam alat pengangkut atau pengirim menyerahkan barang kepada perusahaan jasa di bidang muat bongkar untuk dimuat ke dalam alat
pengangkut. c.
Tahap pengangkutan Pada tahap ini pengangkut menyelenggarakan pengangkutan, yaitu kegiatan
memindahkan penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan dengan menggunakan alat pengangkut yang sesuai dengan jenis
perjanjian pengangkutan. Tempat pemberangkatan dan tempattujuan dilakukan pemeriksaan atau pengecekan check point dokumen dan barang yang
diangkut guna menetapkan apakah penumpang atau barang yang diangkut itu sah menurut undang-undang atau sah untuk dapat dilakukan tindakan
pengamanan. d.
Tahap penurunanpembongkaran Pada tahap ini penumpang diturunkan dari alat pengangkut karena
pengangkutan sudah berakhir di tempat tujuan, sedangkan pada pengangkutan barang kegiatannya adalah pembongkaran barang dari alat pengangkut.Pada
tahap ini pengangkut menyerahkan barang kepada penerima dan penerima menyerahkan pembongkaran barangnya kepada perusahaan jasa di bidang
usaha muat bongkar dan meletakkannya ke tempat yang telah disepakati.Penerima menyerahkan pengurusan selanjutnya kepada ekspeditur,
baik mengenal barang maupun dokumen. e.
Tahap penyelesaian Pada tahap ini pihak-pihak menyelesaikan persoalan yang terjadi selama atau
sebagai akibat pengangkutan.Penumpang yang mengalami kecelakaan, luka, atau meninggal dunia diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
kesepakatan. Pada pengangkutan barang, pengangkut menerima biaya pengangkutan dan biaya-biaya lainnya dari penerima jika belum dibayar oleh
penerima. Pengangkut menyelesaikan semua klaim ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab jika itu timbul akibat penyelenggaraan pengangkutan.
Peningkatan permintaan jasa angkutan udara oleh masyarakat, harus diimbangi dengan sistem penyelenggaraan angkutan yang dapat memenuhi
seluruh jenis kebutuhan masyarakat secara terpadu. Sebagai akibat berhasilnya pembangunan nasional, kebutuhan jasa angkutan udara tidak terbatas pada
kebutuhan untuk memindahkan orang, barang dari satu tempat ke tempat lain secara komersial, melainkan kebutuhan angkutan barang maupun orang untuk
menunjang badan usaha yang lain seperti penerbangan perminyakan, perkebunan dan sebagainya.
Penerbangan komersial harus diusahakan agar setiap saat yang telah ditentukan tersedia angkutan udara. Untuk maksud ini telah diselenggarakan
adanya penerbangan berjadwal walaupun tarif angkutan relatif lebih mahal. Sebaliknya, untuk pemerataan kenikmatan jasa angkutan udara oleh masyarakat,
perlu diselenggarakan tarif angkutan yang relatif lebih murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada umumnya.Hal ini dapat diselenggarakan dengan
penerbangan carter charter flight, walaupun mereka harus mengorbankan waktunya.
49
Proses penyelenggaraan pengangkutan adalah rangkaian perbuatan pemuatan penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut, pemindahan
penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan yang telah disepakati, dan penurunan penumpang atau pembongkaran barang di tempat
tujuan. 1.
Kegiatan di Bandara Pemberangkatan Setiap pesawat udara sipil Indonesia yang dipergunakan untuk terbang
wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian.Hasil pemeriksaan dan pengujian yang memenuhi persayaratan dibuktikan dengan sertifikat kelayakan udara
standar pertama airworthiness. Persayaratan untuk memperoleh sertifikat kelayakan udara standar pertama adalah:
50
a. Telah terdaftar sebagai pesawat sipil Indonesia.
49
K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Penerbit Alumni, Bandung, 1987, hal. 62.
50
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 192.
b. Pesawat diproduksi dan telah dilakukan uji terbang produksi dansesuai
dengan kategori sertifikat tipe pesawat udara tersebut. c.
Telah diperiksa dan dinyatakan sesuai dengan sertifikat tipe dan aman untuk dioperasikan.
d. Memenuhi persyaratan baru impor harus telah diperiksa dan sesuai dengan
sertifikat tipe validasi Indonesia. e.
Bagi pesawat bekas impor harus sesuai dengan program perawatan pabrik pembuat atau dengan program perawatan yang setara.
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, setelah terjadi perjanjian pengangkutan udara, penumpang atau
pengirim melunasi biaya pengangkutan udara yang dibuktikan dengan dokumen pengangkutan udara. Pengangkut perusahaan pengangkutan udara menyediakan
pesawat udara di bandara keberangkatan.Pengangkutan udara niaga hanya dapat dilakukan oleh badan usaha pengangkutan udara nasional yang telah mendapat
izin usaha pengangkutan udara niaga berjadwal.
51
Badan usaha pengangkutan udara niaga berjadwal dalam keadaan tertentu dan bersifat sementara dapat melakukan kegiatan pengangkutan udara niaga tidak
terjadwal yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud dapat dilakukan atas inisiatif instansi pemerintah danatau atas permintaan badan usaha pengangkutan
udara niaga nasional.
51
Ibid.
Menurut Pasal 85 Undang-Undang Penerbangan, kegiatan pengangkutan udara niaga tidak berjadwal dilaksanakan oleh badan usaha pengangkutan udara
niaga berjadwal sebagaimana dimaksud diatas tidak menyebabkan terganggunya pelayanan pada rute yang menjadi tanggung jawabnya dan pada rute yang masih
dilayani oleh badan usaha pengangkutan udara niaga berjadwal lainnya. Untuk menyelenggarakan pengangkutan udara niaga, pengangkut
mengizinkan penumpang yang sudah memiliki tiket naik ke pesawat udara di bandara pemberangkatan pada hari, tanggal, dan waktu yang ditetapkan
berdasarkan jadwal penerbangan. Pengirim menyerahkan barang untuk dimuat ke dalam pesawat udara bersama dengan surat muatan udara. Menurut ketentuan
OPU Indonesia, surat muatan udara asli dibuat oleh pengirim dengan rankap tiga dan diserahkan bersama-sama dengan barang. Lembar pertama memuat kata-kata
“untuk pengangkut” ditandatangani oleh pengirim, lembar kedua memuat kata-kata “untuk penerima” ditandatangani oleh pengirim dan pengangkut yang dikirim
bersama-sama dengan barang, lembar ketiga ditandatangani oleh pengangkut dan setelah barang diterimanya, lembar ketiga tersebut diserahkan kepada pengirim.
Tanda tangan pengangkut dan pengirim dapat dicetak atau diganti dengan cap. Jika pengangkut membuat surat muatan, dia dianggap bertindak atas tanggungan
pengirim, kecuali jika ada bukti yang menyatakan sebaliknya.
52
52
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 193.
Berdasarkan praktik pengangkutan udara, perusahaan pengangkutan udara sudah menyiapkan formulir surat muatan udara yang dicetak, yang memenuhi
ketentuan Undang-Undang Pengangkutan Udara. Setiap orang yang akan mengirim barang meminta formulir surat muatan udara kepada pengangkut dan
mengisi formulir tersebut dalam rangkap tiga. Formulir yang sudah diisi tersebut diserahkan bersama-sama dengan barang kepada pengangkut. Sejak barang
diterima pengangkut, barang berada dalam penjagaan, pengawasan, dan pemeliharaan pengangkutan, baik di bandara, di dalam pesawat udara, maupun di
mana saja dalam hal pendaratan di luar bandara.Penjagaan, pengawasan, pemeliharaan ini berlaku juga bagi penumpang
53
. 2.
Pelaksanaan Pengangkutan Udara Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,
untuk kelancaran dan keselamatan pengangkutan udara, setiap personal navigasi penerbangan yang terkait langsung dengan pelaksanaan pengoprasional danatau
pemeliharaan fasilitas navigasi penerbangan wajib memiliki lisensi yang sah dan masih berlaku. Lisensi yang dimaksud diberikan oleh Menteri Perhubungan
setelah memiliki persyaratan: a.
Administrasi b.
Sehat jasmani dan rohani c.
Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya d.
Lulus ujian
53
Ibid.
Sertifikat kompetensi yang dimaksud pada Pasal 292 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 berbunyi:
“sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf c diperoleh melalui pendidikan danatau pelatihan yang diselenggarakan lembaga yang telah
diakreditasi oleh Menteri Perhubungan ”.
Personal navigasi penerbangan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud di atas dikenakan sanksi administrasi berupa:
a. Peringatan
b. Pembekuan lisensi
c. Pencabutan lisensi
Pada Pasal 294 menerangkan bahwa lisensi personal navigasi penerbangan yang telah diberikan oleh Negara lain dinyatakan sah melaui proses pegesahan
atau validasi oleh Menteri Perhubungan. Selama tebang, pilot pesawat udara yang bersangkutan mempunyai
wewenang mengambil tindakan untuk keamanan dan keselamatan penerbangan. Maksud dari
“selama terbang” adalah sejak saat semua pintu luar pesawat udara ditutup setelah naiknya penumpang embarkasi sampai saat pintu dibuka untuk
penurunan penumpang debarkasi. Kewenangan yang ditetapkan dalam ketentuan ini memberikan landasan hukum bagi tindakan yang diambil oleh pilot
pesawat udara dalam rangka keamanan dan keselamatan khusus yang terjadi selama penerbangan sesuai dengan kompetensinya sebagai pilot. Kewenangan ini
dapat diperoleh pilot dari Badan Usaha Penerbangan berdasarkan kontrak penerbangan.
3. Kegiatan di Bandara Tujuan
Setelah pesawat udara mendarat di bandara tujuan, pengangkut membolehkan penumpang turun dari pesawat udara dan pengangkut wajib
memberi tahu penerima barang, kecuali jika diperjanjian sebaliknya. Penerima berhak menuntut penyerahan barang dan surat muatan udara setelah dia
membayar biaya pengangkutan dan memenuhi semua ketentuan dalam surat muatan udara. Penumpang atau penerima yang telah menerima bagasi atau barang
tanpa protes dianggap telah menerima dengan baik.
54
Dalam hal ada kerusakan ataupun kehilangan, penerima harus mengajukan protes kepada pengangkut segera setelah kerusakan atau kehilangan itu diketahui
selambat-lambatnya dalam waktu 3 hari untuk bagasi dan 7 hari untuk barang cargo terhitung mulai hari penerimaannya. Dalam hal ada kelambatan, protes
harus diajukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 hari sesudah hari penyerahan bagasi aatau barang kepada penerima. Protes harus diajukan secara
tertulis dengan cara membubuhkan catatan diatas surat muatan udara atau dengan membuat surat lain. Jika dalam jangka waktu yang ditentukan itu tidak diajukan
protes, hak menuntut terhadap pengangkut hapus, kecuali jika ada penipuan oleh pengangkutan. Tibanya penumpang dengan selamat dan penyerahan barang
kepada penerima, serta penyelesaian segala kewajiban dan hak pihak-pihak, maka berakhirlah perjanjian pengangkut udara.
55
54
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 195.
55
Ibid., hal.196.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang