Setelah posyandu yang dilakukan adalah merekap laporan yang kemudian diberikan kepada petugas puskesmas. Lalu petugas puksemas sendiri sebelum posyandu
menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan dan vaksin untuk imunisasi. Saat posyandu petugas pun memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu
hamil yang berkunjung. Lalu setelah posyandu mengumpulkan laporan yang diberikan oleh kader dan melakukan sweeping kepada masyarakat yang hadir yaitu menanyakan
ketidakhadirannya di posyandu. Stakeholer lain seperti camat dan kepala desa turut terlibat dalam pembinaan dan pengawasan terhadap jalannya posyandu.
5.3 Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Program Posyandu
Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaa posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pintu Langit dari semua pihak ditemui pernyataan yang sama yaitu posyandu yang
seolah-olah milik puskesmas bukan milik masyarakat. Menurut Dinas Kesehatan ini terjadi karena ibu kepala desanya yang kurang merangkul masyarakat desanya dan
kurang berpartisipasi di posyandu. Menurut Green dalam Notoadmodjo 2007, peran tokoh masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Begitu juga dengan
pelaksanaan posyanu diperlukan peran tokoh masyarakat dalam mengupayakan keberhasilan implementasi posyandu. Namun di posyandu wilayah kerja puskesmas
Pintu Langit tokoh masyarakat seperti kepala desa atau ustadz sudah aktif menghimbau masyarakatnya untuk hadir di posyandu. Hal itu terlihat dari pernyataan informan 12
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Kalau ustadznya nggak, kepala desanya la yang aktif.” Begitupula dengan pernyataan informan 13 sebagai berikut:
“Aktif ustadznya, imumkon dei ngen masojid. Aktif ustadznya, diumumkannya itu dari masjid.”
Juga pernyataan informan 14, yaitu: Aktif aktif kak, ipaboa alai dei. Aktif aktif kak, dikasih tau orang itunya itu.”
Sedangkan menurut kepala puskemas Pintu Langit masyarakatnya masih terlalu manja. Masyarakat kurang mau berpartisipasi dan mengunjungi posyandu jika tidak ada
pemberian makanan tambahan PMT. Dana dari masyarakat pun tidak bisa diharapkan dari masyarakat sehingga sulit untuk dapat mencapai posyandu mandiri. Selain itu
masyarakat masih banyak yang tidak mau diimunisasi karena takut anaknya menjadi sakit sehabis diimunisasi. Petugas Puskesmas juga mengakui bahwa masyarakat masih
malas untuk berkunjung ke posyandu, apalagi tidak disediakan PMT oleh puskemas. Kepala desa yang menjelaskan mengapa masyarakat kurang mau berpartisipasi
di posyandu karena masih kurangnya kepedulian masyarakat akan kesehatan. Hal ini disebabkan karena ekonomi masyarakat yang masih lemah. Banyak masyarakat yang
bekerja hanya sebagai buruh tani yang tidak memiliki lading sendiri. Para buruh tani ini digaji harian oleh pemilik ladang sehingga jika tidak bekerja mereka tidak memiliki
penghasilan dalam sehari tersebut. Selain itu kepala desa juga mengeluhkan pemerintah yang masih kurang dalam memperhatikan ekonomi masyarakat. Meski demikian
pemerintah juga telah mencoba banyak membantu masyarakat. Namun kembali lagi,
Universitas Sumatera Utara
masyarakat memang masih manja dan inginnya selalu dibantu. Masyarakat terkesan kurang mau bangkit dan kurang mau maju, padahal masyarakat tidak mungkin dibantu
terus-terusan. Sehingga pak kades menyimpulkan bahwa kurangnya kepedulian masyarakat akan kesehatan karena ekonomi masyarakatnya sendiri masih lemah.
Adapun menurut pak camat dan kader selama ini belum ada ditemukan kendala atau masalah dalam pelaksanaan posyandu.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggreani 2011 tentang factor-faktor penyebab keberhasilan program Gerbangmas di Posyandu Margi rahayu Kelurahan
Ditotrunan Kecamatan Lumajang didapatkan bahwa diantara factor-faktor penyebab keberhasilan program Gerbangmas di posyandu Margi Rahayu, factor yang paling
dominan adalah partisipasi masyarakat yang didukung oleh kepemimpinan, SDM yang terdapat di posyandu, dan ketersediaan dana serta partisipasi pelaksana.
Menurut Green dalam Notoadmodjo 2007 perilaku masyarakat salah satunya memang dipegaruhi oleh oleh faktor pendorong misalnya tingkat sosial ekonomi.
Tingkat social ekonomi masyarakat dapat memberikan pengaruh terhadap partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan sebuah program. Slamet 1993
mengemukakan salah satu factor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah tingkat penghasilannya. Tingkat penghasilan seseorang biasanya mempengaruhi
seseorang dalam berpartisipasi. Jika penghasilan seseorang dalam masyarakat besar, maka partisipasinya akan besar, sebaliknya jika penghasilannya dalam masyarakat kecil
maka partisipasinya akan rendah. Dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pintu Langit ini masyarakat masih banyak yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
tingkat social ekonomi yang lemah sehingga kurang mau berkontribusi dalam program posyandu.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan