12 yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partipasi yang
tinggi didalam penyusunan anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas – luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan
anggaran. Partisipasi memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama
diantara para manajer. Betapa pun demikian, Bentuk keterlibatan bawahanpelaksana anggaran
disini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Tidak ada pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi,
seberapa dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi Siegel dan Ramanauskas-Marconi, 1989 dalam
Octavia, 2014. Organisasi harus memutuskan sendiri batasanbatasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan.
Ada dua alasan utama mengapa partisipasi anggaran penitng dalam penyusunan anggaran, yaitu 1 keterlibatan atasanpemegang kuasa anggaran dan
bawahanpelaksana anggaran dalam partisipasi anggaran mendorong pengendalian informasi yang tidak simetris dan ketidakpastian tugas, 2 melalui partisipasi
anggaran, individu dapat mengurangi tekanan tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, selanjutnya dapat mengurangi senjangan anggaran.
2.1.2. Kejelasan Sasaran Anggara
Anggaran harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran harus bisa menggambarkan sasaran
Universitas Sumatera Utara
13 kinerja secara jelas. Menurut Kenis 1979, kejelasan sasaran anggaran
merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang
bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, sasaran anggaran harus dinyatakan secara jelas, spesifik
dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Kenis 1979 menemukan bahwa pelaksana anggaran
memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja,
penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan,
jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Locke 1968 dalam Kenis 1979 menyatakan bahwa penetapan tujuan
spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan
yang dikehendaki. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Locke 1968 dalam Kenis 1979 mengatakan kejelasan sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Ketidakjelasan sasaran anggaran
akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak pasti.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.3. Group Cohesiveness
Kelompok formal dan informal dapat memiliki kedekatan atau kesamaan dalam sikap, perilaku, dan perbuatan. Kedekatan ini disebut sebagai Group
Cohesiveness yang umumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama dalam kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota keluar
dari kelompok Gibson, 1982. Selanjutnya Robbins 1996 mendefinisikan Group Cohesiveness merupakan suatu tingkat yang menggambarkan para anggotanya
tertarik satu sama lain dan dimotivasi untuk tetap berada di dalam kelompok. Gibson 1982 mengemukakan bahwa ada banyak sumber daya – tarik
bagi suatu kelompok. Suatu kelompok dapat mempunyai daya tarik karena : 1. Tujuan kelompok dan tujuan para anggota dapat cocok dan ditentukan
secara jelas. 2. Kelompok mempunyai seorang pemimpin yang berkarisma.
3. Reputasi atau nama baik kelompok menunjukkan bahwa kelompok menyelesaikan tugasnya dengan berhasil baik.
4. Kelompok itu cukup kecil yang memungkinkan para anggotanya dapat saling mendengar pendapat dan saling mengevaluasi.
5. Para anggotanya mempunyai daya – tarik dalam arti bahwa mereka saling mendukung dan membantu mengatasi rintangan dan hambatan bagi
perkembangan dan kemajuan pribadi.
Selanjutnya Ikhsan dan Arfan 2005 dalam Falikhatun 2007 menyatakan bahwa tingkat kohesivitas ddipengaruhi oleh jumlah waktu yang
dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ukuran kelompok, ancaman
eksternal yang mungkin, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan kelompok di masa lalu. Semakin besar kesempatan bagi para anggota kelompok untuk bertemu
dan berinteraksi satu sama lain, maka lebih besar juga kesempatan bagi anggota untuk menemukan minat yang sama dan menjadi tertarik satu sama lain. Semakin
Universitas Sumatera Utara
15 sulit untuk diterima menjadi anggota kelompok tersebut, maka para anggotanya
semakin menghargai keanggotaan yag mereka miliki. Konsep kohesivitas penting bagi pemahaman kelompok organisasi.
Tingkat kohesivitas bisa mempunyai akibat positif atau negatif tergantung seberapa baik tujuan kelompok sesuai dengan tujuan organisasi formal. Bila
kohesivitas tinggi dan kelompok menerima serta sepakat dengan tujuan formal organisasi, maka perilaku kelompok akan positif ditinjau dari sisi organisasi
formal. Tetapi bila kelompok sangat kohesif tetapi tujuannya tidak sejalan dengan organisasi formal, maka perilaku kelompok akan negatif ditinjau dari sisi
organisasi formal Robbins, 1996. Selanjutnya bila suatu kelompok mempunyai kohesivitas rendah dan
tujuan yang diinginkan anggota tidak sejalan dengan manajemen, maka hasilnya mungkin negatif dari sisi organisasi. Sebaliknya suatu kelompok bisa menjadi
rendah kohesivitasnya, tetapi mempunyai tujuan anggota yang sejalan dengan organisasi formal, maka hasilnya mungkin positif meskipun lebih berdasarkan
basis individu dibanding kelompok.
2.1.4. Informasi Asimetri