BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI
INDONESIA
Manusia sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya mempunyai suatu hubungan erat ataupun memiliki keterkaitan
dalam kehidupannya. Kehidupan dalam bermasyarakat ada kalanya terjadi suatu benturan kepentingan satu dengan lainnya dan juga terdapat penyimpangan-penyimpangan terhadap
norma-norma hukum yang dikenal dengan sebutan kejahatan. Kejahatan merupakan masalah sosial yaitu masalah yang timbul ditengah-tengah masyarakat dimana pelaku dan
korbannya adalah anggota masyarakat itu sendiri. Kejahatan di seluruh dunia selalu mengalami perkembangan yang sangat cepat
sejalan dengan cepatnya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi. Perkembangan mengenai masalah-masalah kejahatan, baik dilihat secara kuantitatif maupun kualitatifnya tetap
memerlukan suatu pembahasan dan pengamatan sesuai dengan aktivitas permasalahannya. Tanpa mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan sulit untuk dimengerti alasan
kejahatan itu terjadi apalagi untuk menentukan tindakan yang tepat dalam menghadapi pelaku kejahatan.
Usaha telah dilakukan untuk mempelajari dan meneliti sebab-sebab yang mempengaruhi manusia itu melakukan kejahatan.Sifat dan hakikat dari kejahatan yang
67
Universitas Sumatera Utara
dilakukan sukar sekali untuk menentukan faktor-faktor yang pasti penyebab seseorang melakukan kejahatan
66
Faktor-faktor yang penting untuk diperhatikan adalah .
Aliran krimonologi klasik mencoba mencari jawaban tentang sebab musabab seperti faktor ekonomi, biologi dan sebagainya. Aliran kriminologi moodren mengambil sikap yang
berlainan. Aliran ini melihat kejahatan dalam konteks mengkonstraksikan kejahatan sosial yang bertalian dengansi penjahat, bukan saja dalam hubungan dengan interaksi proses
pembuatan Undang-Undang, bagaimana realitas pelaksanaan Undang-Undang, melainkan juga dengan hubungan dengan realitas pelanggaran terhadap Undang-Undang itu sendiri.
Lembaga-lembaga hukum perlu dilihat pengaruhnya didalam realitas kehidupan sosial penjahat itu sendiri, serta juga pandangan masyarakat terhadap kejahatan itu sendiri.
Kepustakaan kriminologi terhadap beberapa faktor yang amat sering dhubungkan dengan kejahatan faktor ini perlu kita periksa dengan hati-hati, karena faktor-faktor ini belum
sepenuhnya terbukti mempunyai sebab-akibat dengan kejahatan dan lagi pula sebagaimana yang dikatakan ditaas yang diterima sebagai dalam atas kemungkinan untuk dicari
kriminologi hannya faktor yang necessarybut not sufficient sebagai sebab kejahatan faktor- faktor yang selau merupakan sebab dari suatu akibatkejahatan dengan faktor lain.
67
66
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, PT Refika Aditama, Bandung, 2013, Halaman.40-41. selanjutnya disebut Maidin Gultom II
67
Marlina, Hukum Penitensier, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011, Halaman. 118.
:
Universitas Sumatera Utara
1. Teori ekologis Shaw dan Mckey; kepadatan pendudukdan mobilitas sosial
horizontal dan vertikal kota dan pedesaan; urbanisasi dan urbanisme; delinguency areas dan perumahan;distribusi menurut umur dan kelamin.
2. Teori konflik kebudayaan Selli; masalah suku, agama, kelompok minoritas.
3. Teori ekonomi Bonger; pengaruh kemiskinan dan kemakmuran.
4. Teori differential asscociation Sutherland; pengaruh media massa.
5. Teori Anomie dan subculture; perbedaan nilai dan norma antara “middle class”
dan “lower class”, ketegangan yang timbul karena keterbatasan kesempatan untuk mencapai tujuan.
Mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan, dikenal adanya beberapa teori yang dapat dipergunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan kejahatan. Teori-teori tersebut digolongkan kedalam penggolongan teori-teori kriminologi yang positip dan penggolongan teori-teori yang berkiblat pada mazhab kritis.
Penggolongan teori tersebut terdiri dari:
a. Mazhab Antropologi
68
Usaha untuk mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri biologis dipelopori oleh ahli-ahli frenologi, seperti Gall 1758-1828 Spurzheim 1776-1832, yang mencoba mencari
hubungan antara bentuk tengkorak kepala dengan tingkah laku.Mereka mendasarkan pada pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa otak merupakan organ dari akal.
68
I.S Susanto, Kriminologi yogyakarta. Genta Publishing, 2011 Halaman 47-48
Universitas Sumatera Utara
Cesare Lombroso 1835-1909 seorang dokter ahli kedokteran kehakiman merupakan tokoh yang penting dalam mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri fisik
biologis penjahat dalam bukunya L’uomo Delinquente 1876. Pokok-pokok ajaran Lombroso adalah:
1. Menurut Lombroso, penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat
2. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran, yaitu diwariskan dari nenek
moyang borne criminal. 3.
Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri biologis tertentu, seperti muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan lain-lain
4. Bakat jahat tersebut tidak diubah, artinya bakat jahat tersebut tidak dapat
dipengaruhi
Lamboroso juga menggolongkan para penjahat dalam beberapa golongan seperti :
69
1. Antroplogi Penjahat : Penjahat umumnya dipandang dari segi antroplogi
merupakan suatu jenis manusia tersendiri genus home delinguenes, seperti halnya dengan negro. Mereka dilahiran demikian ildelinguente nato mereka
tidak mempunyai predis posisi untuk kejahatan, tetapi suatau prodistinasi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat merubahnya. Sifat batin sejak lahir
dapat dikenal dari adanya stigma-stigma lahir, suatu tipe penjahat yang dapat dikenal.
69
H.M Ridwan dan Ediwarman,Asas-asas Kriminologi Medan, USU Press, 1994 Halaman65-66
Universitas Sumatera Utara
2. Hypothese atavisme : Persoalannya ialah bagaimana caranya menerangkan
terjadinya mahkluk yang abnormal itu penjahat sejak lahir. Lambroso dalam memecahkan soal tersebut, memajukan hypothase yang sangat cerdik, diterima
bahwa orang masih sederhana peradapannya sifatnya adalah amoral, kemudian dengan berjalannya waktu dapat memperoleh sifat asusila moral, maka orang
penjahat merupakan suatu gejala atavistis, artinya ia dengan sekonyong-konyong dapat kembali menerima sifat-sifat yang sudah tidak dimiliki nenek moyangnya
yang lebih jauh yang dinamakan pewarisan sifat secara jauh kembali. 3.
Hypothese Pathology : Berpendapat bahwa penjahat adalah seseorang penderita epilepsi
4. Type penjahat : ciri-ciri yang dikemukakan oleh Lambroso terlihat pada penjaha,
sedemikian sifatnya, sehingga dapat dikatakan tipe penjahat. Para penjahat dipandang dari segi antroplogi mempunyai tanda-tanda tertentu, umpamanya sis
tengkoraknya pencuri kurang lebih dibandingkan dengan orang lain, dan terdapat kelainan-kelainan pada tengkoraknya. Dalam tengkoraknya terdapat
keganjilan yang seakan-akan mengingatkan kepada otak-otak hewan, biar pun tidak dapat ditunjukkan adanya kelainan-kelainan penjahat khusus. Roman
mukanya juga laindari pada orang biasa, tulang rahang lebar, muka menceng, tulang dahi melengkung ke belakang.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori Psikologi
Teori ini berpendapat bahwa kejahatan melalui studi proses mental dalam hal ini penyakit kejiwaaan, kehancuran dari pusat ketakutankegugupan neurasthenia
ketidakmampuan inadequete seluruh kemampuan mental. Hal-hal tersebutlah menyebabkan seseorang menjadi penjahat, tokohhnya Sigmund freud, Carl Jung,
Alfred Adler, August Aichorn, dan Kurt R.Eissler. c.
Teori Sosiologi Menurut teori ini bahwa penjahat adalah sebuah hasil dari masyarakat dengan
pusat perhatian adalah hubungan antara manusia dan kepada keyataan bahwa penyimpangan secara terus menerus karena dikehendaki dan diterima sebagai
dorongan dan kebanyakan perilaku menyimpang adalah bagian dari kebudayaan. Teori menolak bahwa gagasan timbulnya kejahatan dapat dipahami dan analisa
dimana penjahat sebagai individu. Kejahatan adalah perwujutan sebuah produk dari belajar tentang prilaku tentang hubungannya dengan masyarakat.
d. Teori ekonomi
Menurut teori ini, sebab-sebab kejahatan didasarkan pada gagasan dari konsep manusia berakal dan dari faktor lain yang berkaitan dengan gagasan dari pilihan
ekonomi. Menurut ahli ekonomi, karena individu mempunyai keperluan untuk memuaskan usaha mereka dan ketika dihadapkan pada pilihan, individu
menggunakan pilihan yang rasional diantara alternatif akan memuaskan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan mereka, dalam hal ini merupakan kondisi sosial teapi mereka tidak tertarik menerangkan apa sebab atau bentuk pilihan itu.
e. Teori multifaktor
Pendekatan multifaktor menerangkan perilaku penjahat adalah adalah sebuah perpaduan dari kelompok biologis, psikologis dn sosiologis. Para penganut teori
ini berusaha mendamaikan reconcile perbedaan disiplin dengan tujuan membangun teori integrasi memahami kejahatan. Perintis pendekatan ini adalah
Adolple Prins, Frans von Liszt, menurut mereka menggabungkan gagasan dari pilihan dari sebab-sebab dan melakukan upaya merasionalisasikan ketitak
sesuaian diantara ketiga kelompok besar menjadi kelompok tunggal
70
A. Faktor Internal